Anda di halaman 1dari 54

Mengupas Legalitas Aborsi

di Indonesia
J.M. Seno Adjie
Departemen Obstetri Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Outline
● Definisi aborsi dan prevalensi aborsi di Indonesia

● Legalitas aborsi di Indonesia

● Aspek etik dalam praktik aborsi

● Dampak aborsi secara mental dan fisik


Definisi dan Prevalensi
Aborsi di Indonesia
Definisi Aborsi

Definition of ABORTION [Internet]. [cited 2022 Oct 20]. Available from: https://www.merriam-webster.com/dictionary/abortion
Prevalensi Aborsi Global

Bearak J, Popinchalk A, Ganatra B, Moller AB, Tunçalp Ö, Beavin C, et al. Unintended pregnancy and abortion by income, region, and the legal status of abortion: estimates from a comprehensive
model for 1990–2019. The Lancet Global Health. 2020 Sep 1;8(9):e1152–61.
Prevalensi Aborsi Global

Bearak J, Popinchalk A, Ganatra B, Moller AB, Tunçalp Ö, Beavin C, et al. Unintended pregnancy and abortion by income, region, and the legal status of abortion: estimates from a comprehensive
model for 1990–2019. The Lancet Global Health. 2020 Sep 1;8(9):e1152–61.
Definisi dan Prevalensi Aborsi

● 6 dari 10 kehamilan tidak direncanakan


berakhir pada induksi aborsi

● 45% aborsi dilakukan secara tidak aman


● Aborsi merupakan intervensi kesehatan
● 97% aborsi tidak aman dilaksanakan di
yang umum.
negara berkembang, khususnya Asia
● Merupakan tindakan yang tergolong ● Aborsi tidak aman menjadi salah satu
aman apabila dilakukan sesuai dengan penyebab kesakitan dan kematian
metode, pada durasi kehamilan yang maternal yang sebenarnya dapat
sesuai dan oleh seseorang dengan dicegah 🡪 komplikasi fisik, mental,
kemampuan yang sesuai. sosial, finansial pada perempuan,
komunitas dan sistim kesehatan

Abortion [Internet]. [cited 2022 Oct 19]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/abortion


Nearly half of all pregnancies are unintended—a global crisis, says new UNFPA report [Internet]. United Nations Population Fund. [cited 2022 Oct 19]. Available from: https://www.unfpa.org/press/nearly-half-all-pregnancies-are-unintended-global-crisis-says-new-unfpa-report
Prevalensi Aborsi di Indonesia

● Institute for Health Metrics and ● Estimasi rerata aborsi di Southeast Asia
Evaluation memperkirakan terdapat 11% yakni 34 aborsi/1000 perempuan usia
kematian maternal secara global yan 15-44 tahun dari tahun 2015-2019.
disebabkan oleh aborsi tidak aman.
● Estimasi rerata aborsi di Indonesia
● WHO mendeskripsikan aborsi tidak tahun 2015-2019 adalah 25 induced
aman sebagai, prosedur untuk abortion/1000 perempuan usia
menterminasi kehamilan, dilakukan reproduksi
oleh individu yang tidak memiliki
keterampilan yang dibutuhkan, pada ● 79% aborsi di Indonesia dikatakan
lingkungan yang tidak sesuai dtandar menggunakan metode tradisional yang
medis atau keduanya. tidak aman 🡪 berkontribusi pada AKI

Giorgio MM, Utomo B, Soeharno N, Aryanty RI, Besral, Stillman M, et al. Estimating the Incidence of Induced Abortion in Java, Indonesia, 2018. International Perspectives on Sexual and Reproductive Health. 2020;46:211–22.
Saraswati P. Saving More Lives on Time: Strategic Policy Implementation and Financial Inclusion for Safe Abortion in Indonesia during COVID-19 and Beyond. Frontiers in Global Women’s Health [Internet]. 2022 [cited 2022 Oct 19];3. Available from: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fgwh.2022.901842
Prevalensi Aborsi di Indonesia

● Pada negara-negara dengan peraturan


● Rerata kehamilan tidak direncanakan di
yang menghambat praktik aborsi, tidak
Indonesia mencapai 40/1000
ditemukan penurunan angka aborsi,
perempuan usia reproduksi, dengan
namun peningkatan angka aborsi yang
63%nya melakukan aborsi.
tidak aman.
● Banyak perempuan dengan kehamilan
● Penyediaan fasilitas aborsi yang aman
tidak direncanakan akan beralih kepada
dan legal merupakan salah satu kunci
aborsi tidak aman ketika tidak
untuk mencegah disabilitas dan
tersedianya fasilitas aborsi yang aman
kematian yang disebabkan oleh aborsi
dan legal.
tidak aman

Giorgio MM, Utomo B, Soeharno N, Aryanty RI, Besral, Stillman M, et al. Estimating the Incidence of Induced Abortion in Java, Indonesia, 2018. International Perspectives on Sexual and Reproductive Health. 2020;46:211–22.
Saraswati P. Saving More Lives on Time: Strategic Policy Implementation and Financial Inclusion for Safe Abortion in Indonesia during COVID-19 and Beyond. Frontiers in Global Women’s Health [Internet]. 2022 [cited 2022 Oct 19];3. Available from: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fgwh.2022.901842
Definisi dan Prevalensi Aborsi di Indonesia
● Undang-undang No. 36
Perundang-undangan Tahun 2009 Tentang
di Indonesia Terkait Kesehatan; Pasal 75
Aborsi ● Peraturan pemerintah No. 61
Tahun 2014; Bab IV Pasal 31
WHO. Abortion Policy Landscape-Indonesia. :2.
Undang-undang No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan; Pasal 75
● Setiap orang dilarang melakukan aborsi, ● Tindakan aborsi atas indikasi hanya
dapat dilakukan setelah konseling
● kecuali oleh indikasi kedaruratan medis
(yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, dan/atau penasehatan pra-tindakan
baik yang mengancam nyawa ibu dan diakhiri dengan konseling pasca
dan/atau janin, yang menderita penyakit tindakan yang dilakukan oleh
genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki konselor yang kompeten dan
sehingga menyulitkan bayi tersebut berwenang
hidup di luar kandungan) atau perkosaan
● Kebijakan lain terkait deskripsi
● Dan akibat perkosaan yang
sebelumnya dijelaskan dalam
menyebabkan trauma psikologis bagi
korban Peraturan Pemerintah

Undang-undang No. 36 Tahun 2009


Undang-undang No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan; Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

● Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

● Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

● Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

● Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

● Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Undang-undang No. 36 Tahun 2009


Undang-undang No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan; Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Undang-undang No. 36 Tahun 2009


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab III; Pasal 29
● Korban kekerasan seksual harus ● Penanganan aspek kesehatan fisik,
ditangani secara multidisiplin dengan mental, dan seksual pada korban
kekerasan seksual sebagaimana
memperhatikan aspek hukum,
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
keamanan dan keselamatan, serta ○ Pemeriksaan fisik, mental dan penunjang
kesehatan fisik, mental dan seksual ○ Pengobatan luka dan/atau cedera
○ Pencegahan dan/atau penanganan
● Penanganan aspek hukum, keamanan penyakit menular seksual
○ Pencegahan dan/atau penanganan
dan keselamatan sebagaimana kehamilan
dimaksud pada ayat (1) meliputi; ○ Terapi psikiatri dan psikoterapi; dan
○ Rehabilitasi psikososial
○ Upaya perlindungan dan penyelamatan
korban ● Ketentuan mengenai penanganan
○ Upaya forensik untuk pembuktian dan korban kekerasan seksual dilaksanakan
○ Identifikasi pelaku sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab III; Pasal 30

● Setiap perempuan berhak atas Pelayanan Kesehatan Sistim Reproduksi

● Pelayanan Kesehatan Sistim Reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk melindungi organ dan fungsi reproduksi agar terbebas dari gangguan, penyakit,
atau kecacatan pada perempuan

● Pelayanan Kesehatan Sistim Reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan dnegan memperhatikan tahapan siklus reproduksi perempuan sesuai
standar.

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 31

● Tindakan aborsi hanya data dilakukan berdasarkan:

○ Indikasi kedaruratan medis; atau

○ Kehamilan akibat perkosaan

● Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya
dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 hari dihitung sejak hari
pertama haid terakhir

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 32

● Indikasi Kedaruratan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a
meliputi:

○ Kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan ibu; dan/atau

○ Kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin, termasuk yang menderita penyakit
genetic berat dan/atau cacat bawaan, maupun yag tidak dapat diperbaiki sehingga menyilitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan.

● Penanganan indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan sesuai dengan standar

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 33
● Penentuan adanya indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
dilakukan oleh tim kelayakan aborsi

● Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari 2 orang tenaga
kesehatan yang diketuai oleh dokter yang memiliki kompetensi dan kewenangan

● Dalam menentukan indikasi kedaruratan medis, tim sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar

● Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya, tim


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat surat keterangan kelayakan aborsi.

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 34

● Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (1) huruf b
merupakan kehamilan hasil hubungan seksual tanpa adanya persetujuan dari pihak
perempuan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

● Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dnegan:

○ Usia kehamilan sesuai dengan kejadian perkosaan yang dinyatakan oleh surat keterangan dokter;
dan

○ Keterangan penyidik, psikolog, dan/atau ahli lain mengenai adanya duugaan perkosaan

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 35
● Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan harus
dilakukan dengan aman, bermutu dan bertangung jawab
● Praktik aborsi yang aman, bermutu dan bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi;
○ Dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar
○ Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri
○ Atas permintaan atau persetujuan perempuan hamil yang bersangkutan
○ Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
○ Tidak diskriminatif
○ Tidak mengutamakan imbalan materi
● Dalam hal perempuan hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c tidak dapat
memberikan persetujuan, persetujuan aborsi dapat diberikan oleh keluarga yang
bersangkutan
● Dalam hal suami tidak dapat dihubungi, izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
diberikan oleh keluarga yang bersangkutan

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 36
● Dokter yang melakukan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan
akibat perkosaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf a harus
mendapatkan pelatihan oleh penyelenggara pelatihan yang terakreditasi.

● Dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan anggota tim kelayakan
aborsi atau dokter yang memberikan surat keterangan usia kehamilan akibat
perkosaan

● Dalam hal di daerah tertentu jumlah dokter tidak mencukupi, dokter sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari anggota tim kelayakan aborsi

● Ketentuan lebih lanjut mengenai pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 37
● Tindakan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan
hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling.
● Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi konseling pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor.
● Konseling pra tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan tujuan:
○ Menjajaki kebutuhan dari perempuan yang ingin melakukan aborsi;
○ Menyampaikan dan menjelaskan kepada perempuan yang ingin melakukan aborsi bahwa tindakan
aborsi dapat atau tidak dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang;
○ Menjelaskan tahapan tindakan aborsi yang akan dilakukan dan kemungkinan efek samping atau
komplikasinya;
○ Membantu perempuan yang ingin melakukan aborsi untuk mengambil keputusan sendiri untuk
melakukan aborsi atau membatalkan keinginan untuk melakukan aborsi setelah mendapatkan informasi
mengenai aborsi; dan
○ Menilai kesiapan pasien untuk menjalani aborsi.

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 37

● Konseling pasca tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
tujuan: a. mengobservasi dan mengevaluasi kondisi pasien setelah tindakan aborsi; b.
membantu pasien memahami keadaan atau kondisi fisik setelah menjalani aborsi;
○ Mengobservasi dan mengevaluasi kondisi pasien setelah tindakan aborsi
○ Membantu pasien memahami keadaan atau kondisi fisik setelah menjalani aborsi
○ Menjelaskan perlunya konjungan ulang untuk pemeriksaan dan konseling lanjutan atau tindakan
rujukan bila diperlukan, dan
○ Menjelaskan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 38
● Dalam hal korban perkosaan memutuskan membatalkan keinginan untuk melakukan
aborsi setelah mendapatkan informasi mengenai aborsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (3) huruf d atau tidak memenuhi ketentuan untuk dilakukan tindakan
aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2), korban perkosaan dapat
diberikan pendampingan oleh konselor selama masa kehamilan.

● Anak yang dilahirkan dari ibu korban perkosaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diasuh oleh keluarga.

● Dalam hal keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menolak untuk mengasuh
anak yang dilahirkan dari korban perkosaan, anak menjadi anak asuh yang
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Peraturan pemerintah No. 61 Tahun 2014
Bab IV; Pasal 39

● Setiap pelaksanaan aborsi wajib dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan


kabupaten/kota dengan tembusan kepala dinas kesehatan provinsi

● Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan.

Undang-undang No. 61 Tahun 2014


Aspek Etik dalam
Praktik Aborsi
Panduan Etik dan Profesionalisme
Obstetri dan Ginekologi Indonesia
● Tidak boleh terjebak dalam pandangan Pro-Life atau Pro-Choice
● Aborsi atas indikasi medis dapat dilakukan oleh SpOG setelah melalui konseling dan
informed consent, dan setelah melalui keputusan oleh Tim Kelayakan Aborsi
● Aborsi atas indikasi medis termasuk yang terkait dengan masalah psikososial dapat
dilakukan pada kasus-kasus tertentu secara selektif setelah melalui konseling yang
aman dan dapat di pertanggungjawabkan
○ Sesuai dengan definisi UU Kesehatan No 36 Tahun 2009, bahwa sehat bukan semata-mata sehat
fisik
● Aborsi dibenarkan secara etis apabila dilakukan secara berat hati dan bukan secara
komersil
○ Pelarangan aborsi akan menyebabkan aborsi dilakukan secara diam-diam dan illegal 🡪
Pemerintah wajib melindungi perempuan dari hal demikian

POGI. Panduan Etik dan Profesionalisme Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2017
Dampak Aborsi pada
Mental dan Fisik
Dampak Aborsi pada Mental
Both Sides Agree that Abortion is Associated
with One’s Mental Health State

(AMH Minimalists)
Predisposing Factors

(AMH Proponents)
Effect of The Abortion Itself

Reardon DC. The abortion and mental health controversy: A comprehensive literature review of common ground agreements, disagreements, actionable recommendations, and research
opportunities. SAGE Open Med. 2018 Oct 29;6:2050312118807624.
Kedua pihak, antara AMH
Minimalists dan AMH
Proponents setuju akan
dampak aborsi pada
kesehatan mental
Dampak Aborsi pada Mental

Dampak pada sisi mental


• ↑ rerata penyakit mental dibandingkan dengan perempuan tanpa riwayat
aborsi
• Pengalaman aborsi memiliki dampak langsung terhadap masalah
kesehatan mental perempuan
• Terdapat faktor risiko termasuk kerentanan seseorang terhadap penyakit
mental sebelumnya sebelumnya
• Penelitian untuk menyatakan secara pasti dampak aborsi pada kesehatan
mental sulit dilakukan karena adanya berbagai aspek yang mempengaruhi
perjalanan penyakit keduanya.

Reardon DC. The abortion and mental health controversy: A comprehensive literature review of common ground agreements, disagreements, actionable recommendations, and research
opportunities. SAGE Open Med. 2018 Oct 29;6:2050312118807624.
Dampak Aborsi pada
Mental
Studi di Tahun 2018 oleh Reardon DC, menunjukan;
• Tidak ada temuan yang menunjukan keuntungan
pada kesehatan mental dari dilakukannya tindakan
aborsi (semua penelitian menunjukan >95% Confidence
Line berada < 1.0)
• Hubungan antara aborsi dengan rerata ansietas,
depresi, penggunaan substansi, gejala trauma,
gangguan tidur dan luaran negatif lain signifikan pada
sebagian besar penelitian
• Sebagian kecil dari hasil analisis yang tidak menunjukan
rerata luaran negatif yang lebih tinggi pada ibu aborsi
tidak berkontradiksi dengan penelitian dengan luaran
negatif lebih tinggi.

Reardon DC. The abortion and mental health controversy: A comprehensive literature review of common ground agreements, disagreements, actionable recommendations, and research
opportunities. SAGE Open Med. 2018 Oct 29;6:2050312118807624.
Dampak Aborsi pada Mental

• Semua kehamilan, meskipun kehamilan yang sehat akan menimbulkan suatu


krisis eksistensial dan emosional pada perempuan 🡪 memperkuat konfliik
internal yang telah ada
• Kehamilan merupakan pengalaman unik pada hidup perempuan 🡪 dipengaruhi
oleh bebagai faktor, baik kultur, sosial, emosional, dan psikologikal
• Kehamilan seharusnya dirasakan sebagai suatu pengalaman yang positif
• Namun, kehamilan juga dapat menjadi penyebab stress emosional dan
munculnya kelainan psikopatologis pada perempuan, seperti baby blues, atau
post-partum depression
• Gangguan mood selama dan setelah kehamilan memiliki efek negatif pada
relasi ibu-anak dan keluarga

Zareba K, La Rosa VL, Ciebiera M, Makara-Studziska M, Commodari E, Gierus J. Psychological effects of abortion. An updated narrative review. Eastern J Med. 2020;25(3):477–83.
Dampak Aborsi pada Mental
• Kehamilan juga dapat merupakan kehamilan yang tidak diinginkan, atau
kehamilan dengan abnormalitas janin, atau komplikasi kehamilan yang
menyebabkan aborsi harus dilakukan
• Aborsi sendiri dapat menyebabkan munculnya PTSD, depresi dan gangguan
relasi interpersonal
American Psychatric Society membedakan 2 tipe gangguan pasca aborsi;

Post-Abortion Disorder (PAD) Post-Abortion Syndrome (PAS)


• Gangguan berupa stress berat • Gangguan kronis yang berkembang
pasca aborsi, dapat muncul dalam jangka waktu lama setelah
dalam 3 bulan pertama dan aborsi/muncul lagi secara periodik
bertahan hingga 1 tahun • Insomnia, mimpi buruk, retrospektif,
• Rasa bersalah, kehilangan, menghindari tempat dan situasi
hidup tidak berguna, gangguan kejadian, ansietas kronis, gangguan
tidur, rasa nyeri psikologis, mood, kemarahan mendadak,
takut hamil lagi, dan takut gangguan tidur, keinginan bunuh diri
berhubungan dll

Zareba K, La Rosa VL, Ciebiera M, Makara-Studziska M, Commodari E, Gierus J. Psychological effects of abortion. An updated narrative review. Eastern J Med. 2020;25(3):477–83.
Dampak Aborsi pada Mental

DSM-V mengklasifikasikan aborsi sebagai salah satu faktor risiko untuk terjadinya
PTSD.

Menurut American Psychiatric Society, aborsi legal pada Trimester 1 tidak


menyebabkan gangguan psikiatri lebih lanjut pada perempuan

Zareba K, La Rosa VL, Ciebiera M, Makara-Studziska M, Commodari E, Gierus J. Psychological effects of abortion. An updated narrative review. Eastern J Med. 2020;25(3):477–83.
Dampak Aborsi pada Fisik

Future Childbearing &


(- & +)
Pregnancy Outcome

Hubungan dengan Ada tidaknya pengaruh

Risiko Ca Mamae
Infertilitas Sekunder (-) Association
No

Ectopic Pregnancy No Association


Abortion
Stillbirth No relevant primary literature, No conclusion
Mental Health Disorder (+)
Complication of Placenta No Association

Higher risk in women with medication abortion


Hemorrhage
Premature Death while deliver per
(-)vaginal, no differences for
SC

Preterm birth, SGA, LBW No Association

National Academies of Sciences E, Division H and M, Services B on HC, Practice B on PH and PH, U.s C on RHSA the S and Q of AC in the. Long-Term Health Effects [Internet]. The Safety and
Quality of Abortion Care in the United States. National Academies Press (US); 2018 [cited 2022 Oct 24]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507237/
Dampak Aborsi pada
Fisik - Infertilitas

• Induced Abortion berhubungan dengan


peningkatan risiko kehamilan ektopik
secara signifikan
• Hubungan IA terhadap infertilitas
mengalami peningkatan namun tidak
signifikan

Lin TB, Hsieh MF, Hou YC, Hsueh YL, Chang HP, Tseng YT. Long-term physical health consequences of abortion in Taiwan, 2000 to 2013. Medicine (Baltimore). 2018 Aug 3;97(31):e11785.
Dampak Aborsi
pada Fisik –
Obstetri
Reproduksi
• Risiko ISK dan PID
meningkat post-aborsi
• Induced Abortion
berhubungan dengan
risiko infeksi pasca
aborsi 5-10% lebih
tinggi

Lin TB, Hsieh MF, Hou YC, Hsueh YL, Chang HP, Tseng YT. Long-term physical health consequences of abortion in Taiwan, 2000 to 2013. Medicine (Baltimore). 2018 Aug 3;97(31):e11785.
Dampak Aborsi pada Fisik –
Masalah Obstetri

• Ibu dengan riwayat Induced Abortion memiliki risiko yang lebih tinggi
terhadap terjadinya infeksi intra-amniotic, intrapartum dan kepada
janin.
• Riwayat aborsi juga berhubungan dengan persalinan prematur, kejadian
plasenta previa dan perdarahan maternal lainnya

• IA 🡪 melukai endometrium 🡪 plasentasi yang salah 🡪 persalinan


preterm

• Surgical IA dapat menyebabkan trauma pada serviks 🡪 insufisiensi


serviks

Lin TB, Hsieh MF, Hou YC, Hsueh YL, Chang HP, Tseng YT. Long-term physical health consequences of abortion in Taiwan, 2000 to 2013. Medicine (Baltimore). 2018 Aug 3;97(31):e11785.
Dampak Aborsi pada Fisik – Keganasan

Tidak ada yang signifikan

Lin TB, Hsieh MF, Hou YC, Hsueh YL, Chang HP, Tseng YT. Long-term physical health consequences of abortion in Taiwan, 2000 to 2013. Medicine (Baltimore). 2018 Aug 3;97(31):e11785.
Dampak Aborsi pada Fisik – Keganasan

Tidak ada penelitian yang menunjukan adanya hubungan


antara riwayat induced abortion sebelumnya dnegan
risiko keganasan

ACOG. Induced Abortion and Breast Cancer Risk. 2009. Available from:https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-opinion/articles/2009/06/induced-abortion-and-breast-cancer-risk
Kesimpulan

• Aborsi merupakan suatu tindakan/upaya mengeluarkan hasil konsepsi baik dengan obat maupun alat.
• Di Indonesia, legalitas aborsi terbatas pada adanya indikasi medis dan kehamilan karena perkosaan
(yang menimbulkan trauma psikis)
• WHO dan penelitian menunjukan bahwa tingginya angka aborsi di area yang memiliki peraturan
restriksi aborsi lebih tinggi dibandingkan yang tidak di restriksi
• Tingginya angka aborsi tersebut diperparah dengan tingginya aborsi illegal pada area tersebut
• Keputusan aborsi atas indikasi perkosaan di Indonesia harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan dan
pengeluaran surat pernyataan layak aborsi oleh Tim Kelayakan Aborsi yang minimal terdiri dari 2
orang
• Sebagai dokter SpOG, berhati-hati agar tidak condong kepada sisi Pro-Life/Pro-Choice dalam kasus
aborsi
• Aborsi memiliki berbagai dampak pada mental dan fisik perempuan, seperti meningkatnya angka
ansietas dan depresi serta infeksi, gangguan fertilitas, risiko kehamilan ektopik, dll.
Ilustrasi Kasus 1
Riwayat Medis Sebelumnya:
• Asma, serangan terakhir 6 bulan lalu, tidak rutin kontrol &
Ny. DRJ, 38 tahun, G4P2A1, UK 6 minggu, JTH, menikah, Jakarta.
konsumsi obat
• Riwayat laparotomi pengangkatan 1 ovarium tahun 2005 di
Tidak ingat HPHT, kini 6 minggu hamil menurut USG saat ANC
RS Kartika Pulomas
pertama di SpOG. Pasien dirujuk ke RSCM karena usaha
• HT (-), DM (-), Keganasan (-), Gangguan jantung (-)
mengakhiri kehamilan. Pasien mengakui kehaamilan kini bukanlah
• Alergi (-)
kehamilan yang direncanakan, dan tidak ingin melanjutkan
• Riwayat transfusi darah (-)
kehamilannya.
Riwayat Keluarga:
Alasan pasien adalah ia telah memiliki 2 anak dan 2 anak tiri dari
• HT (-), DM (-), Keganasan (-), Gangguan jantung (-), Asma (-),
hasil pernikahan suaminya sebelum bersama pasien.
Gangguan tiroid (-)
• Alergi (-)
Pasien mengakui dirinya mengalami stress berat karena
kehamilan ini, karena riwayat kehamilan sebelumnya yang buruk
Gaya Hidup:
(pasien lemas dan seringkali pusing)
• Merokok (+)
• Konsumsi alkohol (-)
Ilustrasi Kasus 1
Riwayat Menstruasi:
• Menarche 13 tahun, regular, durasi 7 hari, 3 pembalut/hari, nyeri (-)
Riwayat Kontrasepsi
• Pil setelah kehamilan kedua, namun tidak dilanjutkan
Riwayat Pernikahan:
karena lupa
• Menikah 2x
• Sebelumnya sempat menggunakan suntik DMPA, namun
• Pertama 🡪 1999-2000 🡪 suami meninggal
dihentikan karena peningkatan BB
• Kedua 🡪 2014-sekarang
Riwayat Sosio-Ekonomi
Riwayat Obstetri
• Pendidikan: SMA
N Tahun UK Persalinan FasKes • Pekerjaan: IRT
1 2000 Term Spontan Bidan Perempuan, 2850 gr
• Pendidikan suami: SMA
• Pekerjaan: bisnis, rerata pendapatan 10 jt /bln
2 ? 3 Kuret RS - • Tinggal di rumah dengan suami dan anak
bulan
• Makan 3x/hari
3 2015 Term SC a/I RS Perempuan, 3600 gr • Kehamilan tidak direncanakan dan tidak diinginkan
CPD
4 Kehamilan ini PF Umum, Obstetri dan Ginekologi dbn
Ilustrasi Kasus 2

Ny. A, 17 tahun, G1, UK 12 minggu, JTH, belum menikah, Jakarta.


Riwayat Medis Sebelumnya:
Pasien dirujuk ke RSCM karena usaha mengakhiri kehamilan.
• HT (-), DM (-), Keganasan (-), Gangguan jantung (-)
Pasien mengakui kehamilan ini terjasi setelah pertama kali
• Alergi (-)
melakukan hubungan seksual berdasarkan pacarnya, awalnya
• Riwayat transfusi darah (-)
ajakan ditolak, namun kemudian diterima untuk membuktikan
cintanya kepada pacarnya.
Riwayat Keluarga:
• HT (-), DM (-), Keganasan (-), Gangguan jantung (-), Asma (-),
Pasien telah putus hubungan dengan pacarnya setelah pacarnya
Gangguan tiroid (-)
mengetahui bahwa pasien hamil. Pasien menjadi sangat stress
• Alergi (-)
karena takut ketahuan di sekolah, takut melahirkan, takut akan
kehamilannya sendiri, takut akan tuduhan keluarga dan
Gaya Hidup:
lingkungan.
• Merokok (-)
• Konsumsi alkohol (-)
Setiap hari pasien ke sekolah dengan mengikat perutnya
kuat-kuat hingga berbekas.
Ilustrasi Kasus 2
Riwayat Menstruasi:
• Menarche 12 tahun, regular, durasi 4 hari, 3 pembalut/hari, nyeri (-)

Riwayat Pernikahan:
• Belum menikah

Riwayat Obstetri:
• -

Riwayat Kontrasepsi:
• -

Riwayat Sosio-Ekonomi:
• Pendidikan: SMA
• Pekerjaan: Pelajar
• Pendidikan suami: -
• Tinggal di rumah dengan orang tua
• Makan 3x/hari
• Kehamilan tidak direncanakan dan tidak diinginkan
Ilustrasi Kasus 3
Ny. C, 27 tahun, G2, UK 9 minggu, JTH, menikah, Jakarta.

Pasien dirujuk ke RSCM karena usaha mengakhiri kehamilan.


Riwayat Medis Sebelumnya:
Kehamilan ini hanya berjarak 3 bulan dari kehamilan sebelumnya.
• HT (-), DM (-), Keganasan (-), Gangguan jantung (-)
ASI pasien tidak keluar sejak kehamilan sebelumnya. Pasien tidak
• Alergi (-)
diizinkan menggunakan kontrasepsi oleh suaminya, karena
• Riwayat transfusi darah (-)
suaminya tidak mau pasien bertambah BB atau ada mengganjal
saat berhubungan. Metode kontrasepsi yang digunakan adalah
Riwayat Keluarga:
hitung kalender.
• HT (-), DM (-), Keganasan (-), Gangguan jantung (-), Asma (-),
Gangguan tiroid (-)
Pasien mengakui bahwa suami seringkali memaksa pasien untuk
• Alergi (-)
berhubungan baik sebelum memiliki anak pertama dan setelah
memiliki anak pertama. Untuk kehamilan ini, pasien telah
Gaya Hidup:
menjelaskan bahwa menurut hitung kalender pasien berada
• Merokok (-)
dalam periode subur, namun suami tetap memaksa dan menolak
• Konsumsi alkohol (-)
menggunakan kondom.

Pasien merasa belum siap hamil lagi. Pasien stress.


Ilustrasi Kasus 3

Riwayat Kontrasepsi
Riwayat Menstruasi:
• -
• Menarche 13 tahun, regular, durasi 5 hari, 3 pembalut/hari, nyeri (-)
Riwayat Sosio-Ekonomi
Riwayat Pernikahan:
• Pendidikan: Kuliah, tidak selesai
• Menikah 1x
• Pekerjaan: IRT
• Pertama 🡪 2021 -sekarang
• Pendidikan suami: Sarjana
• Pekerjaan: bisnis, rerata pendapatan 25 jt /bln
Riwayat Obstetri
• Tinggal di rumah dengan suami dan anak
N Tahun UK Persalinan FasKes
• Makan 3x/hari
• Kehamilan tidak direncanakan dan tidak diinginkan,
1 2022 Term Spontan Bidan Perempuan, 3650 gr akibat paksaan
2 Kehamilan ini
PF Umum, Obstetri dan Ginekologi dbn
Thank You
Daftar Pustaka

1. Definition of ABORTION [Internet]. [cited 2022 Oct 20]. Available from: https://www.merriam-webster.com/dictionary/abortion
2. Abortion [Internet]. [cited 2022 Oct 19]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/abortion
3. Nearly half of all pregnancies are unintended—a global crisis, says new UNFPA report [Internet]. United Nations Population Fund. [cited 2022 Oct 19]. Available
from: https://www.unfpa.org/press/nearly-half-all-pregnancies-are-unintended-global-crisis-says-new-unfpa-report
4. Giorgio MM, Utomo B, Soeharno N, Aryanty RI, Besral, Stillman M, et al. Estimating the Incidence of Induced Abortion in Java, Indonesia, 2018. International
Perspectives on Sexual and Reproductive Health. 2020;46:211–22.
5. Saraswati P. Saving More Lives on Time: Strategic Policy Implementation and Financial Inclusion for Safe Abortion in Indonesia during COVID-19 and Beyond.
Frontiers in Global Women’s Health [Internet]. 2022 [cited 2022 Oct 19];3. Available from: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fgwh.2022.901842
6. WHO. Abortion Policy Landscape-Indonesia. 2.
7. Undang-undang No. 36 Tahun 2009
8. Undang-undang No. 61 Tahun 2014.
9. POGI. Panduan Etik dan Profesionalisme Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2017
10. Reardon DC. The abortion and mental health controversy: A comprehensive literature review of common ground agreements, disagreements, actionable
recommendations, and research opportunities. SAGE Open Med. 2018 Oct 29;6:2050312118807624.
11. Zareba K, La Rosa VL, Ciebiera M, Makara-Studziska M, Commodari E, Gierus J. Psychological effects of abortion. An updated narrative review. Eastern J Med.
2020;25(3):477–83.
12. National Academies of Sciences E, Division H and M, Services B on HC, Practice B on PH and PH, U.s C on RHSA the S and Q of AC in the. Long-Term Health
Effects [Internet]. The Safety and Quality of Abortion Care in the United States. National Academies Press (US); 2018 [cited 2022 Oct 24]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507237/
13. Lin TB, Hsieh MF, Hou YC, Hsueh YL, Chang HP, Tseng YT. Long-term physical health consequences of abortion in Taiwan, 2000 to 2013. Medicine (Baltimore).
2018 Aug 3;97(31):e11785.
14. ACOG. Induced Abortion and Breast Cancer Risk. 2009. Available
from:https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-opinion/articles/2009/06/induced-abortion-and-breast-cancer-risk
Dampak Aborsi pada Mental

Dampak Unintended Pregnancy pada Anak dan Mental Ibu

• Kehamilan yang tidak diinginkan menyebabkan lebih tingginya paparan


alkohol, rokok, obat, dan zat bahaya lainnya pada bayi
• Risiko lebih rendahnya konsumsi suplemen sesuai indikasi selama kehamilan
• Lebih rendahnya pemberian ASI eksklusif
• Risiko adanya gangguan perilaku di usia anak-anak

• Meningkatnya stress ibu, depresi


• Rasa ketidakpuasan terhadap hidup meningkat

Bahk J, Yun SC, Kim Y mi, Khang YH. Impact of unintended pregnancy on maternal mental health: a causal analysis using follow up data of the Panel Study on
Korean Children (PSKC). BMC Pregnancy and Childbirth. 2015 Apr 3;15(1):85.
Dampak Aborsi pada Fisik

Future Childbearing & There is no association between abortion and


Pregnancy Outcome secondary infertility.

There is no association between abortion and


Risiko Ca Mamae
secondary infertility.

Abortion

Mental Health Disorder

Premature Death

National Academies of Sciences E, Division H and M, Services B on HC, Practice B on PH and PH, U.s C on RHSA the S and Q of AC in the. Long-Term Health Effects [Internet]. The Safety and
Quality of Abortion Care in the United States. National Academies Press (US); 2018 [cited 2022 Oct 24]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507237/

Anda mungkin juga menyukai