Anda di halaman 1dari 3

BAB 4

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis didapatkan keterangan bahwa pasien datang ke IGD

RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu

sebelum masuk rumah sakit, volume darah dikatakan pasien sekitar 1/3 botol aqua

gelas (80 cc), darah berwarna merah kehitaman. batuk dirasakan sepanjang hari,

makin memberat malam dan saat beraktivitas, dan tidak hilang dengan istirahat. Hal

ini sesuai dengan teori bahwa sebagian besar pasien dating dengan gejala respiratorik

seperti batuk berdarah.

Pasien juga mengeluhkan demam naik turun selama sebulan dirumah,

seringkali pasien merasa meriang dimalam hari. Selain itu pasien juga mengeluhkan

batuk berdahak selama 4 bulan terakhir dan memberat selama 3 hari terakhir, pasien

mengatakan dahak berwarna kuning, saat batuk terasa nyeri dada. Bersamaan dengan

gejala itu, pasien juga mengalami keringat malam hari, badan lemas, nafsu makan

yang menurun terkadang mual dan nyeri perut serta penurunan berat badan.

Keluhan tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa selain

gejala respiratorik, pasien dengan TB juga mengeluhkan gejala sistemik seperti

anoreksia, keringat malam hari, serta penurunan berat badan. Beberapa literatur

menyebutkan bahwa keluhan pada pasien TB juga dapat disertai dengan koinfeksi

yang terjadi sehingga gejala respiratorik seperti batuk berdahak, rhonki dan wheezing

juga dapat ditemukan.

34
35

Pasien sebelumnya pernah didiagnosa dengan diabetes mellitus. Pasien juga

mengeluhkan kelemahan pada anggota gerak kiri sejak 6 bulan yang lalu. Anggota

keluarga lain tidak ada yang mengalami keluhan seperti yang pasien rasakan.

Keluarga dan pasien sendiri mengaku tidak pernah diimunisasi sejak lahir. Pasien

juga berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah. Hasil anamnesis tersebut

dapat mendukung penegakan diagnosis TB pada pasien ini, sesuai dengan teori

bahwa riwayat kontak, imunisasi, dan kondisi social ekonomi menjadi factor resiko

yang dapat dipertimbangkan.

Berdasarkan tanda vital didapatkan tekanan darah 1300/80 mmHg, frekuensi

nadi 102x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 37,6°C. Pemeriksaan fisik

didapatkan bentuk dada normal, fremitus normal, sonor dan suara napas vesikuler dan

didapatkan suara napas tambahan berupa rhonki dikedua basal paru. Hal ini sesuai

dengan literatur yang disampaikan pada bab sebelumnya bahwa temuan klinis pada

pasien TB sangat bervariasi, sangat tergantung kepada luas lesi dan tingkat keparahan

yang terjadi.

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 12,8 g/dL, leukosit 10.12

ribu/mm3, Ht 30.5%, trombosit 260 ribu/mm3 KGDS 318 g/dL. Hasil ini tidak

spesifik untuk menggambarkan infeksi mycobacterium tuberculosa. Dari foto toraks

di dapatkan kesan bayangan berawan bagian bawah kedua paru, terdapat infiltrate di

lapangan bawah kedua, konsolidasi homogen dengan air bronchogram, terdapat

kavitas pada pulmo sinistra yang dikelilingi oleh bayangan opaque berawan, kedua
36

sudut costophrenicus tertutup perselubungan, dan didapatkan kesan fibrosis pada

kedua pulmo. Hasil ini mendukung penegakan diagnosis Tuberkulosis sesuai literatur

yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

Tatalaksana yang telah dilakukan pada pasien adalah dengan pemberian

nutrisi dan hidrasi yang cukup melalui pemberian cairan, tatalaksana sesuai dengan

keluhan seperti pemberian chrome dan asam traneksamat untuk menghentikan

perdarahan, pemberian obat antasida syr dan proton pump inhibitor untuk sakit perut

pada pasien dan codein untuk mengatasi batuk pada pasien, antinyeri dan vitamin

sebagai pengobatan suportif serta pemberian OAT 2 FDC 3 tablet sehari untuk

mengatasi penyakit utama pasien.

Anda mungkin juga menyukai