Pada tahun 1912-1942 saat Indonesia di jajah oleh Belanda masyarakat Indonesia masih
menggunakan gulden, mata uang Belanda, sebagai transaksi. Setelah masa penjajahan
Bleanda berakhir, Indonesia Kembali di jajah oleh bangsa Jepang. ketika Jepang menduduki
Indonesia pada 1942, masyarakat Indonesia mengenal gunypyo atau uang militer yang
dikenal sebagai uang invasi. Meski demikian, gulden Belanda masih tetap digunakan.
Saat Jepang mundur dan mengakui kekalahannya, belanda dan tentara sekutunya Kembali
dating. Belanda kemudian menarik mata uang Jepang dan menggantinya dengan Netherlands
Indies Civil Administration (NICA). Tidak mau kembali dijajah, Presiden Soekarno
pada 2 Oktober 1945. Sebagai gantinya pada 3 Oktober 1945, Maklumat Pemerintah
Republik Indonesia menetapkan bahwa Indonesia memiliki empat mata uang yang sah, yaitu:
De Javasche Bank, De Japansche Regeering, Dai Nippon Emisi, dan Dai Nippon Teikoku
Seibu.
De Javasche Bank
De Japansche Regeering
presiden serta wakil presiden pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan dua keputusan
3. Kementerian Kehakiman
4. Kementerian Keuangan
5. Kementerian Kemakmuran
6. Kementerian Kesehatan
7. Kementerian Pengajaran
8. Kementerian Sosial
9. Kementerian Pertahanan
1. Sumatera
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Jawa Timur
5. Sunda Kelapa
6. Maluku
7. Sulawesi
8. Kalimantan
dengan tiga keputusan penting. Pertama, tidak mengakui hal dan wewenang pejabat
membayar uang dan lain-lain dokumen yang berhubungan dengan pengeluaran negara.
Kedua, terhitung mulai 29 September 1945, hak dan wewenang pejabat pemerintahan tentara
Jepang diserahkan kepada Pembantu Bendahara Negara yang ditunjuk dan bertanggung
jawab pada Menteri Keuangan. Ketiga, kantor-kantor kas negara dan semua instansi yang
melakukan tugas kas negara harus menolak pembayaran atas surat perintah membayar uang
Oeang Republik Indonesia yang disingkat menjadi ORI. Menteri keuangan A. A Maramis
November 1945 yang diketuai T.R.B Sabaroedin dari Kantor Besar Bank Rakyat Indonesia
dan E. Kusnadi.
Mata uang rupiah Indonesia yang diterbitkan kali pertama, yaitu Oeang Republik Indonesia
(ORI) 1946 dan diedarkan pada 30 Oktober 1946. Sekalipun demikian pada penerbitan
pertama, tanggal yang dicantumkan yaitu 17 Oktober 1945. Waktu itu ORI dicetak setiap hari
dari jam 7 pagi hingga jam 10 malam sejak Januari 1946. Namun, pada mei, 1946, situasi
daerah-daerah seperti Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Ponorogo. Hal ini menyebabkan,
Ketika ORI pertama kali beredar pada 30 Oktober 1946 yang bertandatangan di atas ORI
adalah A.A Maramis meskipun sejak November 1945 ia sudah tidak menjabat sebagai
Menteri keuangan lagi. Pada waktu ORI beredar yang menjadi Menteri Keuangan adalah
Penyebaran ORI kemudian dibantu beberapa tokoh daerah yang mengizinkan tiap daerah
mengeluarkan uang sendiri. Pada saat itu, pemerintah pun menyetujui adanya ORI daerah
(ORIDA) sehingga pada masa itu terdapat 21 jenis mata uang dan 27 jenis ORIDA di
Indonesia. Sebagai tanda sah, ORIDA terdapat bon, Surat Tanda Penerimaan Uang, Tanda
Pembayaran Yang Sah dan ORIDA dalam bentuk Mandat. Meski demikian, ORI dan ORIDA
hanya berlaku hingga 1 Januari 1950 dan dilanjutkan dengan penerbitan uang Republik
Indonesia Serikat.
Permintaan Belanda menjadikan NICA sebagai satu satunya mata uang sah di Indonesia saat
konferensi meja bundar (KMB) pada 1949 ditolak tegas oleh Sri Sultan Hamengkubuwono.
Belanda kemudian meminta survei mengetahui respons masyarakat Indonesia terhadap kedua
mata uang tersebut. Saat itu diketahui masyarakat memilih ORI sebagai alat pembayaran
yang sah. Berkaca dari itu, pemerintah kemudian menetapkan berlakunya mata uang
Indonesia bersama, yaitu uang Republik Indonesia Serikat atau uang federal sejak 27 Maret
1950 dengan uang baru yang diterbitkan dan diedarkan oleh De Javasche Bank.
Menteri Keuangan diberi kuasa untuk mengeluarkan uang kertas yang memberikan hak
piutang kepada pembawa uang terhadap RIS sejumlah dana yang tertulis pada uang tersebut
dalam rupiah RIS. Hal ini mulai diberlakukan 31 Mei 1950 mengatur berbagai tentang
pengeluaran uang kertas atas tanggungan Pemerintah RIS. Masa berlakunya uang RIS tidak
berlangsung lama hanya sampai 17 Agustus 1950 ketika Negara Kesatuan Republik
bertujuan untuk menyedot uang yang terlalu banyak serta menghasilkan pinjaman sekitar Rp.
1,5 Milyar dari penerbitan Obligasi Republik Indonesia 1950 karena Indonesia belum mampu
mencari sumber pembiayaan pasar. Pengguntingan uang tersebut dilakukan karena cara yang
lazim dilakukan, yaitu dengan penyetoran kedalam rekening yang dibekukan tidak mungkin
dijalankan di Indonesia. Pada saat itulah De Javasche Bank dinasionalisasikan menjadi Bank
Indonesia. Dari situ ada dua macam mata uang rupiah yang berlaku sebagai alat pembayaran
yang sah, yaitu mata uang rupiah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia (Kemenkeu) dan BI
berupa uang kertas dan uang logam. Saat itu pemerintah menerbitkan uang pecahan dibawah
Rp. 5 rupiah sedangkan Bank Indonesia (BI) menerbitkan uang pecahan Rp. 5 tupiah keatas.
DAFTAR PUSTAKA
dari https://visual.kemenkeu.go.id/sejarah-oeang/
Solopos.com. Perlu Tahu, Ini Sejarah Uang Rupiah Pertama di Indonesia. (2022, 21
ini-sejarah-uang-rupiah-pertama-di-indonesia-1504736
dari Penjajahan Belanda dan Jepang (2019, 29 Oktober). Diakses pada 13 Maret
oeang-republik-indonesia-sejarah-penegasan-indones
sejarah-uang-di-nusantara