Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH MATA UANG RUPIAH DI INDONESIA

(Nabila Maharani 5553210022 4C)

Pada tahun 1912-1942 saat Indonesia di jajah oleh Belanda masyarakat Indonesia masih

menggunakan gulden, mata uang Belanda, sebagai transaksi. Setelah masa penjajahan

Bleanda berakhir, Indonesia Kembali di jajah oleh bangsa Jepang. ketika Jepang menduduki

Indonesia pada 1942, masyarakat Indonesia mengenal gunypyo atau uang militer yang

dikenal sebagai uang invasi. Meski demikian, gulden Belanda masih tetap digunakan.

Saat Jepang mundur dan mengakui kekalahannya, belanda dan tentara sekutunya Kembali

dating. Belanda kemudian menarik mata uang Jepang dan menggantinya dengan Netherlands

Indies Civil Administration (NICA). Tidak mau kembali dijajah, Presiden Soekarno

kemudian mengeluarkan maklumat pelarangan mengedarkan dan menggunakan uang NICA

pada 2 Oktober 1945. Sebagai gantinya pada 3 Oktober 1945, Maklumat Pemerintah

Republik Indonesia menetapkan bahwa Indonesia memiliki empat mata uang yang sah, yaitu:

De Javasche Bank, De Japansche Regeering, Dai Nippon Emisi, dan Dai Nippon Teikoku

Seibu.

De Javasche Bank
De Japansche Regeering

Dai Nippon Emisi

Dai Nippon Teikoku Seibu

Pada awal kemerdekaan,PPKI mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara, dan mengangkat

presiden serta wakil presiden pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan dua keputusan

penting. Pertama, membentuk 12 kementrian dalam lingkungan pemerintahan, yaitu:

1. Kementerian Dalam Negeri

2. Kementerian Luar Negeri

3. Kementerian Kehakiman

4. Kementerian Keuangan

5. Kementerian Kemakmuran

6. Kementerian Kesehatan

7. Kementerian Pengajaran
8. Kementerian Sosial

9. Kementerian Pertahanan

10. Kementerian Penerangan

11. Kementerian Pekerja Umum

12. Kementerian Perhubungan

Kedua, membagi wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi yaitu:

1. Sumatera

2. Jawa Barat

3. Jawa Tengah

4. Jawa Timur

5. Sunda Kelapa

6. Maluku

7. Sulawesi

8. Kalimantan

Pada tanggal 29 September 1945 Menteri Keuangan A. A Maramis mengeluarkan Dekrit

dengan tiga keputusan penting. Pertama, tidak mengakui hal dan wewenang pejabat

pemerintahanan tentara Jepang untuk menerbitkan dan menandatangani surat-surat perintah

membayar uang dan lain-lain dokumen yang berhubungan dengan pengeluaran negara.

Kedua, terhitung mulai 29 September 1945, hak dan wewenang pejabat pemerintahan tentara

Jepang diserahkan kepada Pembantu Bendahara Negara yang ditunjuk dan bertanggung

jawab pada Menteri Keuangan. Ketiga, kantor-kantor kas negara dan semua instansi yang

melakukan tugas kas negara harus menolak pembayaran atas surat perintah membayar uang

yang tidak ditandatangani oleh Pembantu Bendahara Negara.


Bersamaan dengan dikeluarkannya maklumat tersebut, pemerintah berencana menerbitkan

Oeang Republik Indonesia yang disingkat menjadi ORI. Menteri keuangan A. A Maramis

membentuk “Panitia Penyelenggara pencetakan Uang Kertas Republik Indonesia” pada 7

November 1945 yang diketuai T.R.B Sabaroedin dari Kantor Besar Bank Rakyat Indonesia

(BRI) dan anggota-anggotanya terdiri:

1. Kementerian Keuangan yang diwakili oleh H.A. Pandelaki, R. Aboebakar Winagoen,

dan E. Kusnadi.

2. Kementerian Penerangan diwakili oleh M. Tabrani

3. Bank Rakyat Indonesia (BRI) diwakili oleh S. Sugiono

4. Wakil dari Serikat Buruh Percetakan Oesman dan Aoes Soerjatna.

Mata uang rupiah Indonesia yang diterbitkan kali pertama, yaitu Oeang Republik Indonesia

(ORI) 1946 dan diedarkan pada 30 Oktober 1946. Sekalipun demikian pada penerbitan

pertama, tanggal yang dicantumkan yaitu 17 Oktober 1945. Waktu itu ORI dicetak setiap hari

dari jam 7 pagi hingga jam 10 malam sejak Januari 1946. Namun, pada mei, 1946, situasi

keamanan mengharuskan pencetakan ORI di Jakarta dihentikan dan terpaksa dipindahkan ke

daerah-daerah seperti Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Ponorogo. Hal ini menyebabkan,

Ketika ORI pertama kali beredar pada 30 Oktober 1946 yang bertandatangan di atas ORI

adalah A.A Maramis meskipun sejak November 1945 ia sudah tidak menjabat sebagai

Menteri keuangan lagi. Pada waktu ORI beredar yang menjadi Menteri Keuangan adalah

Sjafruddin Prairanegara di bawah Kabinet Sjahrir III.

Penyebaran ORI kemudian dibantu beberapa tokoh daerah yang mengizinkan tiap daerah

mengeluarkan uang sendiri. Pada saat itu, pemerintah pun menyetujui adanya ORI daerah

(ORIDA) sehingga pada masa itu terdapat 21 jenis mata uang dan 27 jenis ORIDA di

Indonesia. Sebagai tanda sah, ORIDA terdapat bon, Surat Tanda Penerimaan Uang, Tanda
Pembayaran Yang Sah dan ORIDA dalam bentuk Mandat. Meski demikian, ORI dan ORIDA

hanya berlaku hingga 1 Januari 1950 dan dilanjutkan dengan penerbitan uang Republik

Indonesia Serikat.

Permintaan Belanda menjadikan NICA sebagai satu satunya mata uang sah di Indonesia saat

konferensi meja bundar (KMB) pada 1949 ditolak tegas oleh Sri Sultan Hamengkubuwono.

Belanda kemudian meminta survei mengetahui respons masyarakat Indonesia terhadap kedua

mata uang tersebut. Saat itu diketahui masyarakat memilih ORI sebagai alat pembayaran

yang sah. Berkaca dari itu, pemerintah kemudian menetapkan berlakunya mata uang

Indonesia bersama, yaitu uang Republik Indonesia Serikat atau uang federal sejak 27 Maret

1950 dengan uang baru yang diterbitkan dan diedarkan oleh De Javasche Bank.

Menteri Keuangan diberi kuasa untuk mengeluarkan uang kertas yang memberikan hak

piutang kepada pembawa uang terhadap RIS sejumlah dana yang tertulis pada uang tersebut

dalam rupiah RIS. Hal ini mulai diberlakukan 31 Mei 1950 mengatur berbagai tentang

pengeluaran uang kertas atas tanggungan Pemerintah RIS. Masa berlakunya uang RIS tidak

berlangsung lama hanya sampai 17 Agustus 1950 ketika Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) terbentuk Kembali.

Pada periode 1951-1952, pemerintah mengambil kebijakan Gunting Sjafruddin yang

bertujuan untuk menyedot uang yang terlalu banyak serta menghasilkan pinjaman sekitar Rp.

1,5 Milyar dari penerbitan Obligasi Republik Indonesia 1950 karena Indonesia belum mampu

mencari sumber pembiayaan pasar. Pengguntingan uang tersebut dilakukan karena cara yang

lazim dilakukan, yaitu dengan penyetoran kedalam rekening yang dibekukan tidak mungkin

dijalankan di Indonesia. Pada saat itulah De Javasche Bank dinasionalisasikan menjadi Bank

Indonesia. Dari situ ada dua macam mata uang rupiah yang berlaku sebagai alat pembayaran

yang sah, yaitu mata uang rupiah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia (Kemenkeu) dan BI
berupa uang kertas dan uang logam. Saat itu pemerintah menerbitkan uang pecahan dibawah

Rp. 5 rupiah sedangkan Bank Indonesia (BI) menerbitkan uang pecahan Rp. 5 tupiah keatas.

DAFTAR PUSTAKA

Visual.kemenkeu.go.id. Sejarah Oeang Republik Indonesia. Diakses pada 12 Maret 2023,

dari https://visual.kemenkeu.go.id/sejarah-oeang/

Lasmiyati. Sejarah Uang Republik Indonesia Banten

Solopos.com. Perlu Tahu, Ini Sejarah Uang Rupiah Pertama di Indonesia. (2022, 21

Desember). Diakses pada, 13 Maret 2023, dari https://www.solopos.com/perlu-tahu-

ini-sejarah-uang-rupiah-pertama-di-indonesia-1504736

kemenkeu.go.id. Oeang Republik Indonesia, Sejarah Penegasan Indonesia Ingin Terbebas

dari Penjajahan Belanda dan Jepang (2019, 29 Oktober). Diakses pada 13 Maret

2023 dari https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/

oeang-republik-indonesia-sejarah-penegasan-indones

kemenkeu.go.id. Sejarah Uang di Nusantara (2020, 26 Oktober). Diakses pada, 12 Maret

2023, dari https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/

sejarah-uang-di-nusantara

Anda mungkin juga menyukai