Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH KELUARNYA UANG DI INDONESIA

PADA PERIODE 1945-1949


KELAS IX-E
DATA KELOMPOK:

TUGAS KELOMPOK MEMPELAJARI SEJARAH PERKEMBANGAN


UANG DI INDONESIA

DAFTAR NAMA PENYUSUN:


1.SIDDIQY SAKTI SATRIA PRATAMA (28) IX-E

2.DIMAS ALFARIZI AMIN (10) IX-E

3.ACHMED AGHNA ZAIN (02) IX-E

4.MOH.FATHAN ILHAMI (17) IX-E

5.SYAFRIL HIDAYAT (16) IX-E


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada allah SWT,karena berkat dan rahmat hidayahnya,kita dapat menyusun

dan menyelesaikan tugas SEJARAH KELUARNYA UANG DI INDONESIA PADA PERIODE 1945-1949 yang

dibuat berdasarkan asas dan syarat kelulusan kelas 9 smpn 1 sampang yang ditugaskan oleh

ibu suliha S,Pd.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada segenap pembaca

kami harap dapat banyak belajar dari katalog tugas SEJARAH KELUARNYA UANG DI INDONESIA PADA

PERIODE 1945-1949

penusun sangat menyadari banyak kekurangan di dalam makalah ini

oleh karena kami membutuhkan kritik yang membangun atau saran untuk kami perbaiki selanjutnya.

Insyaallah tugas ini dapat menjadikan pedoman dalam mencari “SEJARAH KELUARNYA UANG DI

INDONESIA”.

Semoga allah senantiasa meridhoi kegiatan ini. Aaamiiin.

Sampang,10 February 2024

Penyusun

Kelas IX-E
A.SEJARAH OEANG REPUBLIK INDONESIA (ORI) 1945-1949
Bersamaan dengan dikeluarkannya maklumat tersebut, pemerintah berencana menerbitkan
Oeang Republik Indonesia (ORI). Menteri Keuangan A.A Maramis membentuk “Panitia
Penyelenggara pencetakan Uang Kertas Republik Indonesia” pada 7 November 1945 yang
diketuai T.R.B. Sabaroedin dari Kantor Besar Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan anggota-
anggotanya terdiri dari Kementerian Keuangan yaitu H.A. Pandelaki & R. Aboebakar
Winagoen dan E. Kusnadi, Kementerian Penerangan yaitu M. Tabrani, BRI yaitu S. Sugiono,
dan wakil-wakil dari Serikat Buruh Percetakan yaitu Oesman dan Aoes Soerjatna.

Pencetakan ORI dikerjakan setiap hari dari jam 7 pagi sampai jam 10 malam dari Januari 1946.
Namun, pada Mei 1946, situasi keamanan mengharuskan pencetakan ORI di Jakarta
dihentikan dan terpaksa dipindahkan ke daerah-daerah seperti Yogyakarta, Surakarta,
Malang, dan Ponorogo. Hal ini yang menyebabkan, ketika ORI pertama kali beredar pada 30
Oktober 1946 yang bertandatangan di atas ORI adalah A.A Maramis meskipun sejak
November 1945 ia tidak lagi menjabat sebagai Menteri Keuangan. Pada waktu ORI beredar
yang menjadi Menteri Keuangan adalah Sjafruddin Prawiranegara di bawah Kabinet Sjahrir III

30 OKTOBER 1946 ADALAH HARI OEANG REPUBLIK INDONESIA ORIDA (Oeang Republik
Indonesia Daerah) mulai dikeluarkan dan diedarkan sesuai dengan kebijakan daerah masing-
masing.

Dalam kondisi perang, jumlah uang beredar di wilayah Republik Indonesia sulit dihitung
dengan tepat. Kesulitan melakukan pemisahan data juga terjadi dalam memperkirakan
indikator-indikator perekonomian lainnya, seperti neraca perdagangan, posisi cadangan
devisa dan keuangan negara.

31 Mei 1950
Dari salah satu hasil perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilakukan pada
tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949, Indonesia diakui kedaulatannya oleh
Belanda pada 27 Desember 1949. Kemudian, dibentuk negara federal Republik Indonesia
Serikat (RIS).

Menteri Keuangan diberi kuasa untuk mengeluarkan uang kertas yang memberikan hak
piutang kepada pembawa uang terhadap RIS sejumlah dana yang tertulis pada uang
tersebut dalam rupiah RIS. Hal ini mulai diberlakukan 31 Mei 1950 mengatur berbagai
hal berbagai tentang pengeluaran uang kertas atas tanggungan Pemerintah RIS.
17 Agustus 1950 Sejalan dengan masa Pemerintah RIS yang berlangsung singkat, masa
edar uang kertas RIS juga tidak lama, yaitu hingga 17 Agustus 1950 ketika Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbentuk kembali
B.SEJARAH OEANG REPUBLIK INDONESIA 1950-1953
Pada periode 1951-1952, Pemerintah mengambil kebijakan Gunting Sjafruddin yang bertujuan
untuk menyedot uang beredar yang terlalu banyak serta menghasilkan pinjaman sekitar Rp1,5
milyar dari penerbitan Obligasi Republik Indonesia 1950 karena Indonesia belum mampu
mencari sumber pembiayaan dari pasar.

Dalam jangka waktu yang telah ditentukan, bagian kiri uang dapat ditukar dengan uang baru
yang diterbitkan De Javasche Bank dengan pecahan f2,50, f1 dan f0,50. Pengguntingan uang
tersebut dilakukan karena cara yang lazim dilakukan, yaitu dengan penyetoran ke dalam
rekening yang dibekukan tidak mungkin dijalankan di Indonesia. Pada saat itulah De Javasche
Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia (BI).

Tanggal 1 Juli 1953 diperingati sebagai hari lahir Bank Indonesia dimana Bank Indonesia
menggantikan De Javasche Bank dan bertindak sebagai bank sentral.

Setelah Bank Indonesia berdiri pada tahun 1953, terdapat dua macam uang rupiah yang
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik Indonesia, yaitu uang yang
diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia (Kementerian Keuangan) dan yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia. Pemerintah RI menerbitkan uang kertas dan logam pecahan
di bawah Rp5, sedangkan Bank Indonesia menerbitkan uang kertas dalam pecahan Rp5 ke
atas.

Hak tunggal Bank Indonesia untuk mengeluarkan uang kertas dan uang logam sesuai Undang-
Undang Bank Indonesia Nomor 13 Tahun 1968 didasarkan pertimbangan antara uang kertas
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah secara ekonomi dipandang tidak ada
perbedaan fungsional. Sehingga untuk keseragaman dan efisiensi pengeluaran uang cukup
dilakukan oleh satu instansi saja yaitu Bank Indonesia.

Pencetakan ORI dikerjakan setiap hari dari jam 7 pagi sampai jam 10 malam dari Januari 1946.
Namun, pada Mei 1946, situasi keamanan mengharuskan pencetakan ORI di Jakarta
dihentikan dan terpaksa dipindahkan ke daerah-daerah seperti Yogyakarta, Surakarta,
Malang, dan Ponorogo. Hal ini yang menyebabkan, ketika ORI pertama kali beredar pada 30
Oktober 1946 yang bertandatangan di atas ORI adalah A.A Maramis meskipun sejak
November 1945 ia tidak lagi menjabat sebagai Menteri Keuangan. Pada waktu ORI beredar
yang menjadi Menteri Keuangan adalah Sjafruddin Prawiranegara di bawah Kabinet Sjahrir III.
C.NAMA/SEBUTAN OEANG TAHUN 1945-1949
1. De Japansche Regeering

2. Dai Nippon Teikoku Seibu

3. De Javasche Bank

4. Dai Nippon emisi


D. Sejarah Indonesia (1945–1949)

1. Menjelang akhir perang tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh
tentara Sekutu. Satuan tentara Australia mendaratkan pasukannya
di Makasar dan Banjarmasin, sedangkan Balikpapan diduduki
oleh Australia sebelum Jepang menyatakan menyerah kalah. Sementara Pulau
Morotai dan Irian Barat bersama-sama dikuasai oleh satuan tentara Australia dan Amerika
Serikat di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur, Panglima Komando Kawasan Asia
Barat Daya (South West Pacific Area Command/SWPAC).
Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian
Timur, Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando SEAC (South
East Asia Command) bertanggung jawab
atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatra, Jawa dan Indochina. SEAC dengan panglima
Lord Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara bertugas melucuti bala
tentara Jepang dan mengurus pengembalian tawanan perang dan tawanan warga sipil sekutu
(Recovered Allied Prisoners of War and Internees/RAPWI).

2. Ibu kota pindah ke Yogyakarta, Menjelang berakhirnya tahun 1945 situasi keamanan ibu kota
Jakarta (saat itu masih disebut Batavia) makin memburuk dengan terjadinya saling serang
antara kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Ketua Komisi Nasional Jakarta,
Mr. Mohammad Roem mendapat serangan fisik. Demikian pula, Perdana Menteri Syahrir dan
Menteri Penerangan Mr. Amir Sjarifuddin juga nyaris dibunuh simpatisan Belanda (NICA).[1]
Karena itu pada tanggal 1 Januari 1946 Presiden Soekarno memberikan perintah rahasia
kepada Balai Yasa Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian kereta api demi
menyelamatkan para petinggi negara. Pada tanggal 3 Januari 1946 diputuskan bahwa Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Hatta beserta beberapa menteri/staf dan keluarganya
meninggalkan Jakarta dan pindah ke Yogyakarta sekaligus pula memindahkan ibu kota;
meninggalkan Perdana Menteri Sutan Syahrir dan kelompok yang bernegosiasi dengan Belanda
di Jakarta.[2] Perpindahan dilakukan menggunakan kereta api berjadwal khusus, sehingga
disebut sebagai KLB (Kereta Luar Biasa).

3.Agresi Militer I, Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang
harus dijawab dalam 14 hari, yang berisi:

1. Membentuk pemerintahan ad interim bersama;


2. Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama;
3. Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerahdaerah yang diduduki
Belanda;
4. Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk daerah daerah Republik
yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama); dan
5. Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor
E. Tahun penerbitan uang, pecahan dan gambarnya (1945-
1950)

ORI I (1945 – 1947)


1 sen Rp 1

5 sen Rp 5

10 sen Rp 10

Rp 1/2 Rp 100
ORI II 1947 – 1948 PENERBITAN ORI DILUNCURKAN DI
JOGYAKARTA

Rp 5.00 Rp 25.00

Rp 10.00 Rp 100.00
ORI III (1947-1950)
Rp ½ Rp 100

Rp 2 ½ Rp 100

Rp 25 Rp 250.00

Rp 50
ORI IV (1948 )
Rp 40,00 Rp 400

Rp 75.00 Rp 600

Rp 100

SERI ORI BARU (1949)


Rp 10 sen Rp 1
Rp 1/2 Rp 10

Rp 100

SERI REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1950)


Rp 5 Rp 10
F. Penjelasan setiap perkembangan penerbitan uang di indonesia
berdasar kan waktunya
Seri ORI I (1945-1947):

Pada tanggal 17 Oktober 1945, tepat dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia, diluncurkanlah "Oeang Republik Indonesia" (ORI) untuk pertama kalinya. Namun,
belum sepenuhnya diedarkan. Baru pada tanggal 10 Oktober 1946, ORI mulai diedarkan untuk
pertama kalinya di Pulau Jawa.

Seri ORI II (1947-1948):

ORI seri kedua diluncurkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Januari 1947, ketika ibu
kota dan pusat pemerintahan Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.

Seri ORI III (1947-1950):

Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI kedua, dan merupakan seri yang
cukup jarang ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas.

Seri ORI IV (1948):

Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI ketiga, dan merupakan seri yang
sangat sulit ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas. Pada seri ini pula,
hampir semua nominalnya bersifat ganjil atau jarang ditemukan dalam nominal
biasa yang diketahui masyarakat. Uang ini ditandatangani di Yogyakarta oleh
Mohammad Hatta pada 23 Agustus 1948

Seri ORI Baru (1949):

Seri ORI Baru merupakan seri yang juga dikeluarkan di Yogyakarta tetapi
ditandatangani oleh Lukman Hakim. Seri ini sulit ditemukan, dan jumlah edarnya
sangat terbatas
G. PENUTUP
KESIMPULAN:

Pada hakikatnya, uang adalah suatu alat pembayaran yang berpengaruh. Maksudnya tidak
hanya sebagai alat pembayaran namun juga menjadi arah penentu perekonomian suatu negara
dan tentunya dengan tempat yang menentukan moneter itu sendiri. Dengan mengetahui asal usul
terbentuknya alat penting perekonomian ini, kita dapat menggunakan uang dan memahami
fungsi dari uang serta memajukan negara kita.

Uang mempunyai dinamika yang panjang mulai dari bahan sampai fungsinya. Sejalan dengan
perkembangan waktu, nilai uang tidak didasarkan pada nilai bahannya tetapi pada jaminan otoritas yang
mengeluarkannya. Dari sisi ekonomi, fungsi uang cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan
dimana fungsi pokoknya tetap sebagai alat pembayaran transaksi. Uang pernah di fungsikan sebagai alat
tukar bagi perusahaan untuk alat penukar yang berlaku hanya dilingkungan perusahaan atau
perkebunan tersebut. Pada masa pemerintahan hindia-belanda, berkembang “uang ” yang dicetak dan
diedarkan oleh masing-masing perusahaan dan hanya berlaku di lingkungan tersebut. Pada era modern,
pencetakan dan peredaran yang difungsikan seperti uang yang berlaku di lingkungan terbatas
perusahaan yang bersangkutan sangat lazim dengan bahan yang semakin canggih. Era koin semakin
ditinggalkan dan digantikan dengan uang digital.

AKHIR KATA:

Kami meminta maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Demikian kiranya yang bisa saya
sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf jika ada salah kata yang terucap, dan atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhir kata, saya ucapkan
Wassalamu'alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh."

SELAKU GURU PENGAJAR YANG TERHORMAT:

IBU SULIHA S.Pd

Anda mungkin juga menyukai