Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah tentang "Rangkuman Materi IPS Kelas 9
Kurikulum 13 Bab 4 Indonesia dari Masa Kemerdekaan Hingga Masa
Reformasi".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapatkan materi dari berbagai
buku dan website yang saya baca
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Sintang, Februari 2024

Penyusun
Daftar Pustaka
Ligouri Teriuh. T. R. Feb. Rangkuman Materi IPS Kelas 9 Kurikulum 13 Bab
4 Indonesia dari Masa Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi. Sintang
Kalimantan Barat. Buku Intan Pariwara,
https://www.gramedia.com/literasi/pertempuran-pasca-kemerdekaan/

Daftar Isi
Rangkuman Materi IPS Kelas 9 Kurikulum 13 Bab 4 Indonesia dari Masa
Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi ini dibagi dalam beberapa bagian:

Indonesia Pada Masa Kemerdekaan:


•Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
•Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
•Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Kemerdekaan
•Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Kemerdekaan
•Perkembangan Ekonomi dan Kehidupan Masyarakat Indonesia pada
Masa Kemerdekaan
•Indonesia Pada Masa Demokrasi Parlementer
•Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin
•Indonesia Pada Masa Orde Baru
•Indonesia Pada Masa Reformasi

Rangkuman Materi IPS Kelas 9 Kurikulum 13 Bab 4 Indonesia dari Masa


Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi
A. Indonesia Pada Masa Kemerdekaan
1. Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Pada akhir 1944, Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada


Indonesia sebagai upaya untuk mendapat dukungan dari bangsa-bangsa
yang didudukinya saat terdesak oleh Sekutu dalam Perang Asia Pasifik.
Sebagai tindak lanjut dari janji kemerdekaan tersebut, dibentuklah
BPUPKI pada 1 Maret 1945 yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat dan terdiri dari 63 anggota.
BPUPKI mengadakan dua sidang, di mana sidang pertama
membahas tentang rumusan dasar negara Indonesia merdeka yang
menghasilkan tiga rumusan dari tiga tokoh yang berbeda, yaitu
Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno. Gagasan Ir. Soekarno
yang menyebutkan Pancasila kemudian menjadi dasar negara Indonesia
merdeka.
Pada sidang kedua BPUPKI, dibentuk panitia kecil bernama Panitia
Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Soekarno untuk mempercepat
kerja sidang. Panitia ini menghasilkan naskah Undang-Undang Dasar
yang diterima dengan bulat oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli 1945.
Setelah Indonesia merdeka, terjadi perkembangan politik dan
ekonomi yang ditandai dengan masa demokrasi parlementer, demokrasi
terpimpin, orde baru, dan reformasi.
Masa reformasi dimulai pada tahun 1998 setelah terjadi krisis
ekonomi yang membuat rakyat kecewa terhadap pemerintah dan
memicu kerusuhan di beberapa daerah. Reformasi bertujuan untuk
memperbaiki tata kelola negara, memberantas korupsi, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Indonesia mempertahankan kemerdekaannya melalui perjuangan fisik


dan diplomasi.
Beberapa perjuangan fisik yang dilakukan Indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaannya setelah 17 Agustus 1945 adalah
Insiden Hotel Yamato, Pertempuran Surabaya, Pertempuran Lima Hari di
Semarang, Pertempuran Ambarawa, Bandung Lautan Api, Pertempuran
Medan Area, Pertempuran Puputan Margarana, dan Serangan Umum 1
Maret 1949.
Insiden Hotel Yamato adalah peristiwa perobekan bendera Belanda
menjadi bendera Indonesia yang terjadi pada tanggal 19 September
1945 di Hotel Yamato, Surabaya.
Pertempuran Surabaya terjadi sejak tanggal 27 Oktober hingga 20
November 1945, dengan pertempuran terbesar pada tanggal 10
November 1945. Pertempuran Surabaya menjadi simbol nasional atas
perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan.
Pertempuran medan area tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris
diboncengi oleh NICA mendarat di Medan yang dipimpin Brigjen T.E.D
Kell Awalnya mereka diterima baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara
karena tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara
Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan tanggal 13
Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA)
merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai
pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda,
akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang
banyak dihuni pasukan NICA.
Pertempuran lima hari di Palembang Pasukan Sekutu dan NICA
mendarat di Palembang tanggal 12 Oktober 1945 dipimpin Letnan
Kolonel Carmichael.. Pemerintah Indonesia di Palembang mengizinkan
pasukan Sekutu hanya mendiami daerah Talang Semut, tetapi tidak
mengindahkan peraturan itu, sehingga Insiden dengan pemuda meletus
ketika mereka menggeledah rumah-rumah penduduk untuk mencari
senjata. Sekutu terus menambah kekuatan di Palembang dan bulan
Maret 1946, pasukan Sekutu sudah berjumlah 2 batalyon, Sekutu juga
melindungi masuknya pasukan Belanda, sehingga jumlah pasukan
Belanda semakin bertambah.
Ketika meninggalkan kota Palembang, Sekutu menyerahkan
kedudukannya kepada Belanda, sehingga pertempuran Belanda dan
para pemuda meletus ketika Belanda meminta para pemuda dan
pejuang mengosongkan kota Palembang. Belanda mengajak berunding
dan melakukan gencatan senjata, sementara perundingan berlangsung,
tanggal 1 Januari 1947 pertempuran

3. Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Kemerdekaan

Republik Indonesia Serikat (RIS) didirikan pada tanggal 27 Desember


1949 dengan Undang-Undang Dasar Sementara sebagai konstitusinya.
Federasi RIS terdiri dari negara bagian, satuan-satuan kenegaraan, dan
daerah swapraja. Sistem pemerintahan RIS dipegang oleh presiden dan
menteri-menteri di bawah perdana menteri.
Pada bulan April 1950, hampir seluruh negara bagian dan satuan-
satuan kenegaraan telah bergabung dengan Republik Indonesia, kecuali
Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur.
Pada tanggal 19 Mei 1950, ditandatangani sebuah piagam
persetujuan antara Pemerintah RIS dan Pemerintah RI. RIS pun bubar
dan berganti menjadi Republik Indonesia pada 17 Agustus 1950.
Setelah kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
terjadi banyak gangguan keamanan yang ingin mengganti Pancasila.
Beberapa pemberontakan yang terjadi antara lain Pemberontakan PKI
Madiun 1948 dan Pemberontakan DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam
Indonesia).
Pemberontakan PKI Madiun 1948 bertujuan ingin mengganti dasar
negara Pancasila dengan komunis serta ingin mendirikan Soviet
Republik Indonesia.
Pemberontakan DI/TII adalah gerakan yang ingin berdirinya sebuah
negara Islam Indonesia dan terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Semua pemberontakan di atas berhasil ditumpas oleh Pemerintah
Indonesia karena seluruh bangsa Indonesia ingin persatuan dan
kesatuan di bumi Pertiwi ini.
4. Perkembangan Ekonomi dan Kehidupan Masyarakat Indonesia pada
Masa Kemerdekaan
Kondisi ekonomi Indonesia pada masa kemerdekaan masih belum
stabil.
Salah satu permasalahan ekonomi pada masa kemerdekaan adalah
inflasi yang terlalu tinggi akibat mata uang Jepang yang beredar secara
tak terkendali.
Untuk mengatasi masalah inflasi, pemerintah mengambil kebijakan
berlakunya mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
Selain inflasi, permasalahan ekonomi lainnya pada masa
kemerdekaan adalah blokade laut yang dilakukan oleh Belanda untuk
meruntuhkan perekonomian Indonesia.
Untuk menghadapi blokade laut tersebut, pemerintah melakukan
berbagai upaya seperti melaksanakan program pinjaman nasional,
melakukan diplomasi ke India, dan mengadakan hubungan dagang
langsung ke luar negeri.
Kemerdekaan membawa perubahan besar dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, antara lain dalam bidang kehidupan sosial,
pendidikan, dan kebudayaan.
Setelah Indonesia merdeka, segala bentuk diskriminasi rasial
dihapuskan dan semua warga Indonesia dinyatakan memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam segala bidang.
Pendidikan pada awal kemerdekaan terbagi atas 4 tingkatan, yaitu
pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama, pendidikan
menengah atas, dan pendidikan tinggi.
Dalam bidang kesenian, banyak muncul lagu yang bertemakan
nasionalisme yang diciptakan oleh para komponis seperti Cornel
Simajuntak, Kusbini, dan Ismail Marzuki.
B. Indonesia Pada Masa Demokrasi Parlemen
Masa Demokrasi Parlementer berlangsung mulai 17 Agustus 1950
sampai 6 Juli 1959, dengan menggunakan UUD Sementara 1950 sebagai
undang-undang negara.
Sistem pemerintahan yang dianut pada masa ini adalah sistem
parlementer, dengan kabinet yang disusun menurut perimbangan
kekuatan kepartaian dalam parlemen.
Sistem kabinet yang digunakan pada masa Demokrasi Parlementer
adalah Zaken Kabinet, yang menterinya dipilih atau berasal dari tokoh-
tokoh yang ahli di bidangnya tanpa mempertimbangkan latar belakang
partainya. Sistem kepartaian yang dianut pada masa ini adalah sistem
multi partai.
Pemilihan umum 1955 dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu pada 29
September 1955 dan 15 Desember 1955. Pemilu tahap pertama adalah
untuk memilih anggota DPR, sedangkan pemilu tahap kedua adalah
untuk memilih anggota Dewan Konstituante.
Terdapat beberapa pemberontakan pada masa Demokrasi
Parlementer, antara lain pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA), pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS),
pemberontakan Andi Aziz, dan pemberontakan PRRI dan Permesta.
C. Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin
Masa Demokrasi Terpimpin adalah masa ketika Indonesia menerapkan
sistem pemerintahan dengan seluruh keputusan pemerintah berpusat
pada kepala negara.
Masa Demokrasi Terpimpin berlangsung sejak dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 sampai tahun 1965.
Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah:
Menetapkan pembubaran Konstituante.
Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai tanggal penetapan
dekrit dan tidak berlakunya lagi UUDS.
Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan
utusan-utusan dan golongan.
Serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
Demokrasi Parlementer digantikan dengan Demokrasi Terpimpin,
dan sistem kabinet parlementer ditinggalkan dan diganti menjadi
kabinet presidensial.
Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa Demokrasi Terpimpin
antara lain adalah:
Presiden menunjuk dan mengangkat anggota MPRS. Seharusnya
anggota MPRS dipilih melalui pemilu bukan ditunjuk dan diangkat oleh
Presiden.
Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 dan menggantinya
dengan DPR-GR. Seharusnya kedudukan Presiden dan DPR adalah
setara.
Pengangkatan presiden seumur hidup. Seharusnya Presiden dipilih
setiap lima tahun sekali melalui pemilu sebagaimana amanat UUD
1945, bukan diangkat seumur hidup.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, kekuasaan yang dimiliki oleh
presiden sangat besar sehingga pemerintahan cenderung mengarah
kepada otoriter.
Kekuatan politik nasional pada masa Demokrasi Terpimpin terpusat
antara tiga kekuatan politik, yaitu Presiden Soekarno, Partai Komunis
Indonesia (PKI), dan TNI Angkatan Darat.
Partai politik yang pergerakannya dianggap bertolak belakang
dengan pemerintah di bubarkan dengan paksa. Pada masa itu,
Indonesia banyak melakukan kerja sama dengan negara-negara komunis
seperti Uni Soviet, China, Kamboja, Vietnam, dan Korea Utara.
Politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin
condong ke blok timur, meskipun berdasarkan UUD 1945, politik luar
negeri yang dianut Indonesia adalah politik luar negeri bebas aktif.
D. Indonesia pada Masa Orde Baru
Masa Orde Baru diawali dengan Surat Perintah 11 Maret
(Supersemar) yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno kepada Letjen
Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam
rangka memulihkan keamanan dan kewibawaan pemerintah. Surat
tersebut dianggap sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.
Letjen Soeharto ditetapkan sebagai pejabat presiden pada tanggal
12 Maret 1967 dalam Sidang Istimewa MPRS, sehingga Indonesia
memasuki masa kepemimpinan yang baru, yaitu masa Orde Baru.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk penataan stabilitas politik
pada masa Orde Baru meliputi pemulihan politik luar negeri Indonesia
Bebas Aktif, pemulihan hubungan dengan Malaysia, kembali menjadi
anggota PBB, ikut memprakarsai pembentukan ASEAN,
penyederhanaan partai politik, pemilihan umum, Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), serta Dwi Fungsi ABRI.
Pemerintah pada masa Orde Baru menetapkan kebijakan ekonomi
jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek dalam
rangka penyelamatan ekonomi nasional diwujudkan dengan stabilisasi
dan rehabilitasi ekonomi. Program jangka panjang dilakukan secara
periodik lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
Pelita I hingga Pelita VI merupakan program jangka panjang pada
masa Orde Baru. Setiap Pelita menitikberatkan pada sektor yang
berbeda, seperti sektor pertanian, industri, ekonomi, dan
pembangunan sumber daya manusia.
Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru dipenuhi
dengan keterbatasan kebebasan berekspresi, adanya larangan
organisasi-organisasi tertentu, serta pemaksaan penggunaan bahasa
Indonesia. Namun, masa Orde Baru juga merupakan masa
perkembangan ekonomi dan pembangunan yang pesat.

E. Indonesia pada Masa Reformasi


Masa Reformasi dimulai setelah berakhirnya pemerintahan Orde Baru
pada tanggal 21 Mei 1998 saat Presiden Soeharto mengundurkan diri
dan digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie.
Munculnya Gerakan Reformasi disebabkan oleh dampak negatif dari
kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru,
seperti terjadinya mental korupsi dan tidak memberikan ruang
demokrasi dan kebebasan rakyat untuk berpartisipasi penuh dalam
proses pembangunan.
Kondisi ekonomi global yang krisis berdampak pada jatuhnya bursa
saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar di
Indonesia, dan terjadinya pemutusan hubungan kerja secara besar-
besaran.
Demonstrasi terjadi, tuntutan mahasiswa dalam aksi-aksinya
adalah penurunan harga sembako (sembilan bahan pokok),
penghapusan monopoli, kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN), serta
menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Pada tanggal 21
Mei 1998, Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri sebagai
presiden dan menyerahkan jabatan presiden kepada wakilnya B.J.
Habibie.
Sidang Istimewa MPR pada tanggal 10-13 November 1998
mengadakan beberapa ketetapan, seperti diamandemenya UUD 1945,
pencabutan Ketetapan MPR No. IV Tahun 1993, tentang Pemberian
Tugas dan Wewenang Khusus kepada Presiden/Mandataris MPR dalam
rangka Menyukseskan Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan
Pancasila, dan pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
maksimal dua periode.

Anda mungkin juga menyukai