Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PANCASILA II

NAMA : SUSANTI DO ISMAIL

NIM : D1B121250

KELAS : FARMASI-F

Latihan dan Tugas-Tugas

Untuk menguji dan memantapkan pemahaman anda terhadap materi yang telah
disajikan sebelumnya, maka cobalah menjawab beberapa pertanyaan berikut ini
dengan benar.
1) Jelaskan tonggak-tonggak sejarah dari Pancasila ?
2) Jelaskan urgensi memahami konteks sejarah dalam memahami Pancasila?
3) Bagaimana fungsi Pancasila sebagai filter bagi warga negara Indonesia dalam
menghadapi era kemajuan teknologi informasikomunikasi dan tranportasi ?
4) Jelaskan Pancasila sebagai ideologi terbuka ?
5) Jelaskan Pancasila sebagai kristalisasi nilai yang dianut dan diakui kebenaran
oleh masyarakat Indonesia ?
6) Berikanlah uraian ringkas tentang sejarah perkembangan Pancasila dalam
beberapa periode sejarah bangsa Indonesia sebagai berikut:
a. masa sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia;
b. masa perlawanan bangsaIndonesia melawan Penjajahan;
c. masa awal kemerdekaan (1945-1959);
d. masa Orde Lama (1959-1966);
e. masa Orde Baru (1966-1998);
f. masa Reformasi (1998-sekarang)!
7) Kemukakan macam-macam rumusan Pancasila sejak zaman Jepang sampai
sekarang ini dan dimana pertama kali rumusan Pancasila kita temui?
8) Selamat Bekerja Semoga Sehat Selalu Aamii!!
Jawaban!!

1. Tonggak Sejarah Bangsa Indonesia

Di atas telah dikemukakan bahwa tonggak sejarah atau milestone adalah suatu


peristiwa yang bermakna bagi perkembangan serta kemajuan adab bagi suatu
masyarakat, bangsa atau ummat manusia di dunia. Marilah kita mencoba untuk
menemukan tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia, dalam hal ini kami hanya
membatasi pada periode abad yang terakhir.

Tonggak Sejarah Pertama

Tonggak sejarah pertama yang diangkat oleh bangsa Indonesia dalam rangka
mewujudkan suatu Negara-bangsa modern yang adil dan makmur adalah tahun 1908,
tepatnya tanggal 20 Mei 1908, yakni kelahiran suatu organisasi kemasyarakatan yang
diberi nama Boedi Oetomo. Tahun itu disebut oleh bangsa Indonesia sebagai
tahun kebangkitan nasional bangsa Indonesia. Berdirinya organisasi Boedi
Oetomo mendorong atau memicu lahirnya berbagai organisasi pemuda seperti Tri
Koro Dharmo yang kemudian berkembang menjadi Jong Java, yang diikuti oleh
lahirnya organisasi pemuda-pemuda dari luar Jawa seperti Jong Soematranen Bond,
Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes dan sebagainya. Organisasi-organisasi
pemuda tersebut tidak berorientasi politik praktis secara nyata, meskipun tujuannya
tiada lain adalah berdirinya suatu Negara Indonesia Merdeka. Di samping organisasi
pemuda yang besifat nasional, terdapat juga organisasi pemuda yang berorientasi
keagamaan, yakni Jong Islamieten Bond yang lebih berorientasi pada politik praktis.
Organisasi-organisasi pemuda tersebut yang pada tahun 1928 bersatu padu
mendeklarasikan ”Sumpah Pemuda.”

Tonggak Sejarah Kedua

Tonggak sejarah kedua adalah Deklarasi Sumpah Pemuda yang berlangsung


pada Kongres Pemuda Indonesia ke II pada tanggal 28 Oktober 1928. Isi deklarasi
tersebut adalah pernyataan para pemuda: bertanah air yang satu, tanah Indonesia;
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Sumpah pemuda ini merupakan peristiwa yang sangat mendasar dan
monumental bagi bedirinya negara-bangsa Indonesia; merupakan peristiwa heroik
yang dilancarkan oleh para pemuda yang memerlukan keberanian dengan
mengandung penuh resiko, karena pada waktu itu bangsa Indonesia masih dijajah
oleh Belanda.
Sumpah pemuda ini menjadi pendorong bagi para pemuda untuk berjuang
lebih keras lagi dalam mewujudkan negara Indonesia yang merdeka. Berdirilah
berbagai partai politik yang berhaluan non kooperatif dengan pihak penjajah Belanda,
sehingga banyak pemuda yang ditangkap dan diasingkan ke berbagai tempat yang
sangat terpencil agar tidak dapat berhubungan dengan masyarakat pendukungnya.
Namun semangat untuk merdeka tidak pupus, tumbuh terus di hati para pemuda
dengan keyakinan bahwa waktu untuk merdeka sudah di ambang pintu.

Tonggak Sejarah Ketiga

Menurut hemat kami tonggak sejarah berikut bagi bangsa Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan adalah :”Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945, di depan
Sidang BPUPKI.” Bung Karno pada waktu itu mengusulkan dasar negara bagi negara
yang akan didirikan, yang beliau sebut Pancasila. Dan setelah melalui perdebatan dan
musyawarah yang cukup intens, akhirnya dengan beberapa perubahan, rumusan
Pancasila diterima sebagai dasar negara dan dicantumkan dalam Pembukaan UUD,
meski tidak dengan menyebut kata Pacasila. Bangsa Indonesia dalam
menyelenggarakan pemerintahan telah mengalami beberapa kali perubaan UUD,
namun demikian rumusan Pancasila selalu terdapat dalam Pembukaan atau
Mukaddimah UUD yang bersangkutan.

Sementara itu pada masa pemerintahan Presden Sokarno dan pemerintahan


Presiden Soeharto diupayakan untuk mengimplementasikan Pancasila secara nyata
dalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa dan bernegara. Pancasila disamping
sebagai dasar negara, didudukkan pula sebagai ideologi nasional dan pandangan
hidup rakyat Indonesia. Dengan demikian kedudukan Pancasila sangat sentral bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.

Tonggak Sejarah Keempat

Tonggak sejarah keempat adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada


tanggal 17 Agustus 1945, suatu peristiwa yang maha penting bagi kehidupan suatu
negara-bangsa. Sejak sa’at itu bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, suatu
kemerdekaan yang dicapai dengan perjuangan putra-putri bangsa, bukan suatu
pemberian dari bangsa atau negara lain. Bung Karno menyebutnya kemerdekaan ini
sebagai jembatan emas, di seberang jembatan ini bangsa Indonesia membangun
bangsanya menjadi bangsa yang serba kecukupun, orang Inggris menyebutnya
sebagai afluent society. Ternyata proklamasi saja tidaklah cukup, karena berdirinya
suatu negara harus mendapat pengakuan dari dunia internasional.
Tonggak Sejarah Kelima

Proklamasi kemerdekaan Indonesia ini tidak dapat diterima oleh Belanda yang
ingin menguasai kembali negara jajahannya setelah usainya perang Asia Timur Raya.
Dengan mengerahkan kekuatan militernya pemerintah Belanda berusaha menguasai
kembali wilayah demi wilayah Negara Republik Indonesia. Pada tanggal 19
Desember 1948 Yogyakarta, yang menjadi pusat pemerintahan Negara Republik
Indonesia diserbu, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta ditahan oleh
Belanda. Tentara Nasional Indonesia menyisih ke luar kota untuk menyusun kekuatan
kembali dalam rangka merebut kembali wilayah yang dikuasai Belanda.

Pada tanggal 1 Maret 1949 terjadilah Serangan Umum di kota


Yogyakarta, yang berdampak terbukanya mata dunia, bahwa Indonesia masih ada,
dan memiliki tentara yang terkoordinir, sehingga dapat menguasai kota Yogyakarta,
meski hanya untuk beberapa jam saja. Peristiwa ini mendukung berlangsungnya
diplomasi antara pemerintah Belanda dan wakil pemerintah Indonesia untuk
mengakui berdirinya Negara Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Desember 1949
berlangsung pengakuan kedaulatan Negara Republik Indonesia dalam bentuk Negara
Indonesia Serikat. Obessi para pejuang untuk mendirikan negara kesatuan tidak
kunjung padam, ternyata Negara Indonesia Serikat tidak berumur lebih dari satu
tahun. Pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden Soekarno membacakan Piagam
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tonggak Sejarah Keenam

Meskipun sejak tanggal 15 Agustus 1950, telah terwujud Negara Kesatuan


Republik Indonsia, namun sistem pemerintahan yang diterapkan masih berpola pada
sistem pemerintahan parlementer. UUD yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar
Sementara yang lebih bersifat liberalistis. Sebagai akibat tidak terjadinya kemantapan
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dengan berdalih bahwa situasi
penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan pada waktu itu dinilai membahayakan
persatuan dan keselamatan Negara, Nusa dan Bangsa, serta merintangi pembangunan
semesta untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, maka Presiden Republik
Indonesia/ Panglima Tertingi Angkatan Perang menetapkan berlakunya kembali
UUD 1945. Peristiwa tersebut yang biasa disebut sebagai :”Dekrit Kembali ke UUD
1945,” yang berlangsung pada tanggal 5 Juli 1959. Sejak saat itu Negara Republik
Indonesia menerapkan UUD 1945, baik pemerintahan Presiden Soekarno, maupun
Presiden Soeharto berusaha untuk menerapkan UUD 1945 sesuai interpretasi masing-
masing. Ada pihak-pihak yang menyatakan terjadi penyimpangan dalam aktualisasi
UUD 1945, namun realitas menunjukkan bahwa pada masa Orde Lama maupun Orde
Baru ada upaya untuk mengaktualisasikan UUD 1945 dalam kenyataan.
Perlu dicatat bahwa pada tahun 1948 terjadi pemberontakan PKI di Madiun.
Pada tanggal 18 September 1948 Partai Komunis Indonesia/Front Demokrasi Rakyat
merebut kota Madiun, dan pada tanggal 19 September 1948 memproklamasikan
negara ”Soviet Republik Indonesia,” dengan Muso sebagai pemimpinnya. Peristiwa
ini tidak dapat didudukkan sebagai tonggak sejarah bangsa Indonesia, karena tidak
memiliki pengaruh lebih jauh bagi perkembangan dan pembangunan bangsa
Indonesia. Orang biasa mendudukkan sebagai lembaran hitam sejarah bangsa
Indonesia. Memang sangat mungkin bagi anggota Partai Komunis Indonesia, yang
telah dibubarkan pada tahun 1966, memandang peristiwa Madiun sebagai tonggak
sejarah perjuangan mereka.

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk


mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting  dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara.  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh
komunitas politik sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan. David
Kerr, 1999 mengindikasikan PPKn Indonesia dan Pendidikan kewarganegaraan suatu
negara akan senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan pendidikan sebagai
faktor struktural utama. PPKn  bukan semata-mata membelajarkan fakta tentang
lembaga dan prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri dan identitas
bangsa (Kymlicka, 2001).

3. Menjadi pedoman bagi masyarakat indonesia untuk lebih berhati hati dengan
tindakan di era reformasi,komunikasi dan teknologi agar tidak menyalahgunakan
dalam bertindak

4. kemampuan ideologi terbuka pancasila untuk menyesuaikan dengan


perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perkembangan aspirasi
masyarakat. Hal ini dikarenakan pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat aktual,
dinamis, dan antisipatif.

5. Pancasila sebagai kristalisasi niali yang dianut dan diakui kebenarannya oleh
masyarakat Indonesia. Maksudnya Pnacsila dijadikan sebagai pandangan, cita-cita,
arahan, dan tujuan rakyat Indonesia maupun bangsa dan Negara Indonesia dalam
mewujudkan pembangunan nasional, serta mewujudkan tujuan nasional bangsa
Indonesia.

6. Beberapa periode sejarah kerajaan-kerajaan Indonesia sebagai berikut :

a. Masa sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia


Pada zaman ini masyarakat belum mengenal Pancasila tetapi mereka
sudah mengamalkan unsur-unsur Pancasila, seperti hidup saling tolong
menolong dan mengamalkan kebudayaan-kebudayaan yang ada.
Dimana masyarakat pada zaman ini sudah memiliki sistem
pemerintahan yang kuat.
b. Masa perlawanan bangsa Indonesia melawan Penjajahan
Pada zaman ini masyarakat belum mengenal Pancasila, karena pada
saat itu belum mengenal rasa persatuan dan kesatuan sehingga
mereka dijajah oleh bangsa asing. Dimana Pancasila dianggap rendah
bagi bangsa asing karena pada saat itu masyarakat Indonesia belum
mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh
c. Masa awal kemerdekaan (1945-1959);
Pada zaman ini masyarakat sudah mengenal Pancasila dan mereka
sudah mengamalkan unsur-unsur dan prinsip-prinsip Pancasila karena
Pancasila itu merupakan dasar negara Indonesia. Pada zaman ini
Pancasila telah dipandang oleh bangsa asing sebagai dasar negara dan
pandangan hidup di zaman reformasi in.
d. Masa Orde Lama (1959-1966);
Pancasila
lebih banyak berada dalam ranah idealisasi. Artinya pemikiran Pancasi
l  lebih ke ide,gagasan, konsep yang dijadikan pegangan seluruh aspek
kehidupan Pancasila seakan-akanada di awang awang karena hanya
berupa dogma yang sulit diterjemahkan. Pada era tersebut ideologis
Pancasila masih didominasi oleh kehebatan karisma Bung Karno. Apa
yang keluar dari pidato bung Karno adalah selalu dielu-elukan
masyarakat yang saat itu sangat eforia dengan kebebsan setelah masa
penindasan Belanda dan jepang. Setiap pidato tentang Pancasila yang
terucap dari mulut Bung karno akan ditelan masyarakat sebagai harga
mati bagi ideologi bangsa.
e. Masa Orde Baru (1966-1998);
Masa orde baru berlangsung mulai dari 11 maret 1966 sampai 21 mei
1998. Sistem demokrasi orde baru yaitu demokrasi yang berkembang
adalah demokrasi Pancasila sesuai dengan pembukaan UUD 1945
alinea keempat. Pelaksanaan demokrasi pancasila pada masa ini masih
belum sesuai dengan jiwa dan semangat ciri-ciri umum, kekuasaan
presiden begitu dominan baik dalam supra struktur politik dan banyak
terjadi manipulasi politik dan KKN yang telah membudaya, ini
mengakibatkan Negara Indonesia terjerumus dalam berbagai krisis
berkepanjangan.
f. Masa Reformasi (1998-sekarang)
Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden pada Sidang Umum MPR
pada Maret 1998. Tetapi penyimpangan-penyimpangan pada masa
pemerintahan Orde Baru membawa Indonesia pada krisis
multidimensi, diawali krisis moneter yang tidak kunjung reda.
Krisis moneter membawa akibat terjadinya krisis politik, di mana
tingkat kepercayaan rakyat terhadap pemerintah begitu kecil.
Kerusuhan-kerusuhan terjadi hampir di setiap daerah di Indonesia.
Akibatnya pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Presiden
Soeharto terperosok ke dalam kondisi yang diliputi berbagai tekanan
politik baik dari luar maupun dalam negeri.
Dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat, secara terbuka
meminta Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden. Dari
dalam negeri, timbul gerakan massa yang dimotori oleh mahasiswa
turun ke jalan menuntut Soeharto lengser dari jabatannya.

7. Pancasila baru mulai dirumuskan pada zaman penjajahan Jepang oleh para pejuang
bangsa yang ada dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Dalam sejarah bangsa Indonesia sejak zaman Jepang sampai
sekarang ini kita mengenal bermacam-macam rumusan Pancasila yaitu:
1. rumusan Moh. Yamin secara lisan;
2. rumusan Moh. Yamin secara tertulis;
3. rumusan Prof. Soepomo;
4. rumusan Ir. Soekarno;
5. rumusan Panitia 9: Piagam Jakarta;
6. rumusan dalam Pembukaan UUD 1945;
7. rumusan dalam Pembukaan Konstitusi RIS 1949;
8. rumusan dalam Pembukaan UUDS 1950.
Rumusan Moh. Yamin secara lisan dan tertulis diusulkannya pada
sidang pertama BPUPKI tanggal 29 Mei 1945. Adapun rumusan tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Peri kebangsaan.
2) Peri kemanusian.
3) Peri Ketuhanan.
4) Peri kerakyatan.
5) Kesejahteraan rakyat.
Rumusan ini disebut rumusan secara lisan karena disampaikan pada
waktu beliau berpidato di depan sidang BPUPKI. Setelah Moh. Yamin
menyampaikan pidatonya dia menyampaikan pula usul tertulis berupa
rancangan Undang-undang Dasar Negara Merdeka yang dalam
pembukaannya termuat lima rumusan dasar negara sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Kebangsaan dan persatuan Indonesia.
3) Rasa kemanusian yang adil dan beradab.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (M.Yunus Amoar, 1978).
Pada tanggal 31 Mei 1945 pada sidang pertama hari ketiga dari Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Prof.
Soepomo mendapat kesempatan menyampaikan pemikirannya mengenai
dasar negara yang rumusannya adalah sebagai berikut:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat (Nugroho Notosusanto :1981: 19).
Selanjutnya dalam rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno
mendapat kesempatan menyampaikan pokok pikiran mengenai dasar negara
yang rumusannya adalah sebagai berikut :
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau perikemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan
Kemudian pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan berhasil
merumuskan Pancasila dalam Piagam Jakarta yang rumusannya adalah
sebagai berikut:
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) berhasil merumuskan Pancasila dasar negara
yang rumusannya adalah sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila tanggal 18 Agusutus 1945 adalah rumusan dasar
negara yang berlaku sampai 27 Desember 1949.Sejak tanggal 27 Desember
1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku Konstitusi RIS
1949. Adapun rumusan dasar negara dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949
adalah sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Perikemanusiaan
3) Kebangsaan
4) Kerakyatan
5) Keadilan sosial
Pada tanggal 17 Agustus 1950 sampai tanggal 5 Juli 1959 terdapat
pula rumusan Pancasila pada pembukaan UUDS 1950 yaitu:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Perikemanusiaan
3) Kebangsaan
4) Kerakyatan
5) Keadilan Sosial
Kemudian pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit Presiden 5
Juli 1959 mencerminkan suasana kembali ke UUD 1945 sehingga rumusan
Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 berlaku sebagai dasar
negara sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai