Anda di halaman 1dari 20

AGENDA 1

1.wawasan kebangsaan dan nilai BN

Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei, Hari Angkatan Perang pada tanggal 5
Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal
10 Nopember, dan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi
terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul
09.00. Para mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah
rapat kecil yang diinisiasi oleh Soetomo. Di depan rekan-rekannya para calon dokter
lainnya, Soetomo menyampaikan gagasan Wahidin Soedirohoesodo tentang
pentingnya membentuk organisasi yang memajukan pendidikan dan kebudayaan di
Hindia Belanda. Beberapa mahasiswa yang hadir saat itu, antara lain : Goenawan
Mangoenkoesoemo, Soeradji, Soewarno, dan lain-lain. Tanpa mereka sadari, rapat
kecil tersebut sesungguhnya menjadi titik awal dimulainya pergerakan nasional
menuju Indonesia Merdeka. Juni 1908, koran Bataviasch Niewsblad mengumumkan
untuk pertamakalinya berdirinya Boedi Oetomo. Dalam maklumat yang
ditandatangani oleh Soewarno selaku Sekretaris diumumkan bahwa : “Boedi Oetomo
berdiri untuk memperbaiki keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”.
Oktober 1908, kongres pertama Boedi Oetomo di Gedung Sekolah Pendidikan Guru
(Kweekschool) Yogyakarta. Wahidin Soedirohoesodo bertindak selaku pimpinan
sidang. Hanya dalam waktu 5 (lima) bulan saja, Boedi Oetomo sudah beranggotakan +
1.200 orang. Semua koran di Hindia Belanda memberitakan peristiwa tersebut.
Lebih dari 300 orang saat itu, namun dikarenakan politik etis Belanda yang
memberikan perlakuan khusus pada kaum priyayi, kongres tersebut didominasi oleh
para priyayi Jawa. Pemerintah kolonial Belanda menaruh perhatian pada kongres
tersebut dan menyebutnya sebagai “Eerste Javanen Congres” atau kongres pertama
orang Jawa. Tjipto Mangoenkoesomo, kakak dari Goenawan Mangoenkoesoemo
menyampaikan gagasannya agar Boedi Oetomo menjadi partai politik, namun
gagasan tersebut ditolak sebagian besar peserta kongres. Menganggap penolakan
tersebut tidak sesuai dengan tujuan awalnya pendirian Boedi Oetomo, Tjipto
Mangoenkoesomo kemudian memilih aktif di Indische Partij dan dr. Soetomo
kemudian mendirikan Soerabaja Stoedy Cloeb. Pada September 1909, anggota
Boedi Oetomo mencapai + 10.000 orang. Kongres terakhir Boedi Oetomo tercatat
pada bulan Agustus 1912 yang kemudian memilih Pangeran Ario Noto Dirodjo
sebagai ketua.
Pada 1908, beberapa mahasiswa Indonesia di Belanda mendirikan sebuah organisasi
perkumpulan pelajar Indonesia yang bernama Indische Vereeniging (IV). Tujuan
didirikan organisasi ini, menurut Noto Soeroto dalam tulisannya di Bendera Wolanda
tahun 1909, adalah untuk “memajukan kepentingan bersama orang Hindia di Belanda

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti dengan kalimat


“Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlepas dari penjajahan asing
membuktikan bahwa sejak semula salah satu gagasan dasar dalam membangun
soko guru Negara Indonesia adalah konstitusionalisme dan paham Negara
hukum. Di dalam Negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, Undang-undang dasar memiliki fungsi yang khas, yaitu
membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-
hak warga Negara terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.
Kepustakaan hukum di Indonesia menjelaskan istilah Negara hukum sudah
sangat popular. Pada umumnya istilah tersebut dianggap merupakan
terjemahan yang tepat dari dua istilah yaitu rechtstaat dan the rule of law. Istilah
Rechstaat (yang dilawankan dengan Matchstaat) memang muncul di dalam
penjelasan UUD 1945 yakni sebagai kunci pokok pertama dari system
Pemerintahan Negara yang berbunyi “Indonesia ialah Negara yang berdasar
atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka
(machtstaat)”. Kalau kita lihat di dalam UUD 1945 BAB I tentang Bentuk dan
Kedaulatan pasal 1 hasil Amandemen yang ketiga tahu 2001, berbunyi “Negara
Indonesia adalah Negara hukum”. Dari teori mengenai unsur-unsur Negara
hukum, apabila dihubungkan dengan Negara hukum Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dapat ditemukan
unsur-unsur Negara hukum, yaitu :

Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan secara lebih nyata masa
Majapahit sebenarnya telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana, ketika aliran Tantrayana
mencapai puncak tertinggi perkembangannya, karenanya Narayya Wisnuwarddhana
didharmakan pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi Jago) bersifat
Buddha. Juga putra mahkota
Kertanegara (Nararyya Murddhaja) ditahbiskan sebagai JINA =
Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra. Inilah fakta bahwa Singhasari
merupaakn embrio yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan kerjaan
Majapahit. Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh
Mpu Tantular pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam paya
mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan
usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu.

Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi
cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan
menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan
pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol
atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi
kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam
sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia
bahkan cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya
oleh bangsa lain yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu menjadi
kebanggaan bangsa Indonesia.

2. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA


WAWASAN KEBANGSAAN dapat diartikan sebagai konsepsi cara
pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari
suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa
wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan
persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupa
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

PEDULIINOVATIFINTEGRITAS PROFESIONAL
BEBERAPA TITIK PENTING DALAM
SEJARAH BANGSA INDONESIA
PEDULIINOVATIFINTEGRITAS PROFESIONAL
BEBERAPA TITIK PENTING DALAM
SEJARAH BANGSA INDONESIA
3 Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian
terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil
organisasi
pemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten
Bond,
Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum Theosofi juga
ikut
dalam kerapatan besar
“Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara
adalah Sang Merah Putih”
(Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan)
“Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan
dalam Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai
deng
“BELA NEGARA adalah tekad, sikap, dan perilaku serta
tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun
kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman”

3. ANALISIS ISU KONTEMPORER

memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:


1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas, serta
3. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Sepintas seolah-olah terjadi kontradiksi, di satu pihak PNS
harus melayani masyarakat sebaik-baiknya, melakukannya
dengan ramah, tulus, dan profesional, namun dilain pihak semua
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan
terhadap beberapa persyaratan berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan
dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang
mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakui
dan memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair dan
berbicara berdasarkan data, menindaklanjuti dan
menuntaskan komitmen, serta menghargai integritas pribadi.
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan
dalam sikap dan perilaku bersedia menerima tanggung jawab
kerja, suka menolong, menunjukkan respek dan membantu
orang lain sepenuh hati, tidak tamak dan tidak arogan, serta
tidak bersikap diskriminatif atau melecehkan orang lain.

3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui


sikap dan perilaku belajar terus menerus,
semangat memberi kontribusi melebihi harapan, dan
selalu berjuang menjadi lebih baik.
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan
dalam bentuk kesadaran diri, keyakinan diri, dan
keterampilan bergaul, mampu mengendalikan diri,
menunjukkan kemampuan bekerja sama, memimpin, dan
mengambil keputusan, serta mampu mendengarkan dan
memberi informasi yang diperlukan.
5. Memegang Teguh Kode Etik,

4. ANALISIS ISU KONTEMPORER MODUL


Menjadi PNS yang profesional
ang dibuat, fair dan berbicara berdasarkan data,
menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta menghargai
integritas pribadi.
Mengambil Tanggung Jawab :
Bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka menolong,
menunjukkan respek dan membantu orang lain sepenuh hati,
tidak tamak dan tidak arogan, serta tidak bersikap diskriminatif
atau melecehkan orang lain.
Menunjukkan Sikap Mental Positif :
Belajar terus menerus, semangat memberi kontribusi
melebihi harapan, dan selalu berjuang menjadi lebih baik.
Mengutamakan Keprimaan :
Dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran diri, keyakinan diri, dan
keterampilan bergaul, mampu mengendalikan diri, menunjukkan
kemampuan bekerja sama, memimpin, dan mengambil keputusan,
serta mampu mendengarkan dan memberi informasi yang diperlukan.
Menunjukkan Kompetensi :
Menjaga konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap masyarakat
yang dilayani maupun rekan kerja, berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan
menjunjung tinggi etika-moral PNS.

Memegang Teguh Kode Etik :


TERORISME DAN RADIKALIS
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun
2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi empat
pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu :
1) pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2) langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3) peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan
memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan
4) penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule
of law sebagai dasar pemberantasan terorisme. Selain itu, PBB juga
telah menyusun High-Level Panel on Threats, Challenges, and Change
yang menempatkan terorisme sebagai salah satu dari enam
kejahatan yang penanggulangannya memerlukan paradigma baru

Rujukan dalam konteks kejahatan


yang terjadi dalam komunikasi
massa
1. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
2. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi
3. Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran
4. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik
5. Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.

5. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

KESIAPSIAGAN BELA NEGARA DALAM LATSAR CPNS


Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalah
kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai
bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas
baik fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuan
dari Bela Negara dalam mengisi dan menjutkan cita cita
kemerdekaan.
Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah
kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan
kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam
pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi
pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan
baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan
apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di
Indonesia sesuai peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
Aplikasi kesiapsiagaan Bela Negara dalam Latsar CPNS
selanjutnya juga termasuk pembinaan pola hidup sehat disertai
pelaksanaan kegiatan pembinaan dan latihan ketangkasan fisik
dan pembinaan mental lainnya yang disesuaikan dan
berhubungan dengan kebutuhan serta ruang lingkup pekerjaan,
tugas, dan tanggungjawab, serta hak dan kewajiban PNS di
berbagai lini dan sektor pekerjaan yang bertugas diseluruh
MANFAAT KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan
dengan baik, maka dapat diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan
kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama
rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme
sesuai dengan kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri
maupun kelompok dalam materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh
individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam
melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros,
egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama

6. PELATIHAN DASAR CPNS


KESIAPSIAGAAN
Agenda 1 – SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
aksi nasional bela negara adalah sinergi setiap warga negara guna
mengatasi segala macam ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan
dengan berlandaskan pada nilai-nilai
luhur bangsa untuk mewujudkan negara
yang berdaulat, adil, dan makmur.

npres No. 7 Tahun 2018 Rencana Aksi Nasional Bela Negara


Nasional
Mengamanatkan setiap K/L dan Pemda
untuk melaksanakan program-program
Aksi Nasional Bela Negara yang aplikatif
sesuai dengan spesifikasi, tugas dan
fungsinya masing-masing dan
melibatkan seluruh komponen bangsa
dan mencakup seluruh segmentasi masyarakat
Rencana Aksi Nasional Bela Negara
Wujud aktualisasi dari nilai-nilai Bela Negara
yang dijabarkan dalam bentuk rencana
kegiatan Bela Negara yang akan dilakukan
oleh peserta baik selama on campus di
lembaga diklat maupun selama off campusdi
instansi tempat bekerja peserta masing- masing

Nilai-Nilai Bela Negara


1. CINTA TANAH AIR
2. Sadar berbangsa dan bernegara
3. Setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Mempunyai kemampuan awal bela negara

AGENDA 2
1. MODUL BERORIENTASI PELAYANAN
Pengertian Pelayanan Publik
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan
didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara
berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui
suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya
penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas
barang publik, jasa publik, dan pelayanan administrative,
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang
tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
ASN sebagai Pelayan Publik
Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi
tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan
publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif. Sebagaimana kita ketahui dalam
Pasal 10 UU ASN, pegawai
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan

2. Berorientasi Pelayanan
BIROKRASI BERKELAS DUNIA
2024
Tantangan Dunia yang semakin VUCA
dengan Triple Disruption:
▪ Technology (Revolusi Industri 4.0
menuju Era Society 5.0)
▪ Millennials
▪ Pandemic Covid-19
ASN Profesional :
▪ Berorientasi Pelayanan
▪ Akuntabel
▪ Kompeten
▪ Harmonis
▪ Loyal
▪ Adaptif
▪ Kolaboratif

(Lembaga Administrasi Negara: 1998)


Pelayanan publik adalah “Sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di
Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/atau
jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Agus Dwiyanto (2010:21)
pelayanan publik sebagai: semua jenis pelayanan untuk
menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat
yang memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa
yang memiliki eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan
masyarakat serta penyediaannya terkait dengan upaya
mewujudkan tujuan bersama yang tercantum dalam konstitusi
maupun dokumen perencanaan pemerintah, baik dalam rangka
memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan
strategis pemerintah, dan memenuhi komitmen dunia
internasional.
Hal Fundamental dalam Pelayanan Publik
Hal Fundamental dalam Pelayanan Publik
1. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi
2. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara
Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk
mencapai hal-hal yang strategis bagi kemajuan bangsa
di masa yang akan datang
3. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara sebagai
manusia, akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi warga negara
3. Modul akuntabel
Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak
‘oknum’ untuk memberikan layanan spesial bagi mereka yang
memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari biasanya.
Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep
sedekah dari sisi penerima layanan yang sebenarnya tidak
tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan,
dan dipahami oleh hampir semua pihak selama puluhan tahun.
b. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut
berpartisipasi dalam proses menjaga dan meningkatkan
kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan dan
payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan
mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan komitment
yang ekstra kuat.
c. Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”,
menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik.
Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain pribadi,
individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan
memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang
negatif bisa memberikan dampak sistemik seperti sekarang ini,
sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa

AKUNTABEL
UU No.25/2009 – Layanan Publik
Pasal 4 menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang
meliputi: a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum, c.
kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban, e.
keprofesionalan, f. partisipatif, g. persamaan
perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i.
akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi
kelompok rentan, k. ketepatan waktu, dan l. kecepatan,
kemudahan, dan keterjangkauan
Pengertian Akuntabilitas
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua
konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan
amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai
pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya
kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017)
Mekanisme Akuntabilitas
Mekanisme Akuntabilitas
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung
dimensi:
• Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for
probity and legality).
• Akuntabilitas proses (process accountability).
• Akuntabilitas program (program accountability).
• Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
4. MODUL KOMPETEN

Karakter ASN
Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang
dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan
saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Kedelapan karakteristik ini disebut sebagai smart ASN
(KemenpanRB. Menciptakan Smart ASN Menuju Birokrasi 4.0.
dipublikasikan 09 Agustus 2019 dalam menpan.go.id). Profil ASN
tersebut sejalan dengan lingkungan global dan era digital, termasuk
pembangunan aparatur 2020-2024, mewujudkan birokrasi
berkelas dunia.
Karakter lain yang diperlukan dari ASN untuk
beradapatasi dengan dinamika lingkungan strategis, yaitu: inovatif
dan kreatif, agility dan flexibility, persistence dan perseverance serta
teamwork dan cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN,
2020). ASN yang gesit (agile) diperlukan sesuai dinamika
lingkungan strategis dan VUCA. Terdapat k

Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh


aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan
yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
• Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan
menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world
class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang
semakin efektif dan efisien
• Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi
ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan
kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas,
nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa
asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship
5. Modul kompeten
onsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting
berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017
tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1)
Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan,
dan
29
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan
budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi olePendekatan
pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal
dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial,
dan sosial kultural.
4. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat)
Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK).
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN
ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana
kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil
pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.

6.kompeten
PNS (Pasal 1 butir 3 & pasal 7)
• Berstatus pegawai tetap dan
Memiliki NIP secara Nasional;
• Menduduki jabatan pemerintahan.
PPPK (Pasal 1 butir 4 & pasal 7)
• Diangkat dengan perjanjian kerja sesuai kebutuhan
instansi dan ketentuan Undang-Undang;
• Melaksanakan tugas pemerintahan.
Fungsi :
Pelaksana kebijakan publik;
2. Pelayan publik; dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Peran sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas:
1. penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan
2. pelaksana pembangunan nasional melalui
Yanlik yang profesional,3. bebas dari intervensi politik,4. bersih dari praktik KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme)
Nilai Dasar ASN
1. Memegang teguh ideologi Pancasila;
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.

Kode Etik ASN


Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian
dari kode etik dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU
ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung
jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentanga

7 modul harmonis
Kode Etik ASN
Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian
dari kode etik dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU
ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung
jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentanga
8. HARMONIS
Dasar-dasar Nilai
Etika ASN
• Etika:
• “the dicipline dealing with what is good and bad and with
moral duty and obligation”.
• “an idea or moral belief that influences the behaviour,
attitudes and philosophy of life of a group of people”.
• tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di
dalam institusi yang adil
• Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur
tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuanketentuan tertulis.
Etika ASN sebagai Individu, dalam
Organisasi, dan Masyarakat
• Perubahan Mindset
• Pertama, berubah dari penguasa menjadi
pelayan;
• Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi
’peranan’;
• Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah
amanah, yang harus dipertanggung jawabkan
bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
• Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
• Toleransi
• Empati
• Keterbukaan terhadap perbedaan

9. MODUL LOYAL

Instansi/Unit Kerja Anda sebagai perwujudan dari masing-masing


panduan perilaku loyal tersebut.
3. Berdasarkan kasus di atas jelaskan upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan loyalitas seorang ASN terhadap
bangsa dan negaranya.
C. Rangkuman
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan
berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap
penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus
dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN
dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang
Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi u

Metodologi dan Kegiatan Pembelajaran (Pola BL)


II. FASE E-LEARNING
IV. FASE KLASIKAL
1) Synchronous :
a) Menjelaskan tujuan pembelajaran Agenda II dan tujuan pembelajaran
setiap modulnya termasuk modul Loyal.
b) Menjelaskan sistematika materi untuk setiap modul dan keterkaitan
antar modulnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran Agenda
II.
c) Mengukur tingkat penguasaan materi peserta setelah mereka belajar
secara mandiri pada aplikasi MOOC dengan menggunakan beragam
cara atau metode, diantaranya tanya jawab dan kuis-kuis interaktif.
d) Melakukan curah pendapat tentang urgensi setiap nilai BerAKHLAK bagi
PNS, khususnya untuk nilai Loyal.
e) Memberikan/menjelaskan penugasan-penugasan yang relevan, baik
tugas kelompok maupun tugas individu sehingga peserta dapat belajar
secara mandiri. Penugasan tesebut dapat berupa studi kasus, bermain
peran, membuat video dan lain-lain.
f) Memberikan kesempatan peserta untuk mempresentasikan hasil
pengerjaan tugasnya.
g) Memberikan penguatan dan pendalaman materi setelah peserta
mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya dengan metode
ceramah, tanya jawab, penayangan film pendek, dll.
h) Melakukan evaluasi terhadap penguasaan materi peserta dengan
beragam cara: pemberian soal komprehensif, kuis-kuis interaktif, dsb.
2) Asynchronous :
Peserta melakukan diskusi kelompok dan belajar mandiri untuk
1) Menjelaskan tujuan dan skenario pembelajaran Agenda II fase Klasikal.
2) Merevieu atau mengingatkan peserta terhadap materi-materi Agenda II
termasuk materi tentang Loyal yang telah dipelajarai pada fase E-Learning.
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling bertukar
pengalaman dalam mengatualisasikan nilai BerAKHLAK termasuk nilai Loyal
selama masa Habituasi.
4) Memberikan penugasan-penugasan yang relevan untuk memperkuat
penguasaan materi dan pengalaman aktualisasi peserta sehingga dapat
memiliki komitmen yang kuat untuk terus mengaktualisasikan/
menghabituasikan nilai berAKHLAK setelah Pelatihan Dasar berakhir.
Penugasan-penugasan tersebut dapat berupa studi kasus, bermain peran,
membuat video, dan lain-lain.
5) Memberikan kesempatan peserta untuk mempresentasikan hasil
pengerjaan tugasnya.
6) Memberikan penguatan dan pendalaman materi setelah peserta
mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya dengan metode ceramah,
tanya jawab, penayangan film pendek, dan lain-lain.
7) Melakukan revieu dan evaluasi terhadap penguasaan materi peserta
dengan beragam cara, seperti pemberian soal komprehensif, kuis-kuis
interaktif dan lain sebagainya.

10,. MODUL ADIPTIF


Prilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi
dalam mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam
situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan
faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas
organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat
dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya
organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka
budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja

11.ADIPTIF
Adaptif sebagai Nilai
dan Budaya ASN
Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga
ke tingkat mahir (personal mastery);
Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi
yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-
cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang
organisasi ingin wujudkan (mental model);
Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning);
Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda,
atau bermental silo (systems thinking).
Ciri-ciri Individu Adaptif
• Eksperimen orang yang
beradaptasi
• Melihat peluang di mana orang
lain melihat kegagalan
• Memiliki sumberdaya
• Selalu berpikir ke depan
• Tidak mudah mengeluh
• Tidak menyalahkan
• Tidak mencari popularitas
• Memiliki rasa ingin tahu
• Memperhatikan system
• Membuka pikiran
• Memamhami apa yang sedang
diperjuangkan

12.Modul kolaboratif
beberapa aktivitas
kolaborasi antar organisasi yaitu:
(1) Kerjasama Informal;
(2) Perjanjian Bantuan Bersama;
(3) Memberikan Pelatihan;
(4) Menerima Pelatihan;
(5) Perencanaan Bersama;
(6) Menyediakan Peralatan;
(7) Menerima Peralatan;
(8) Memberikan Bantuan Teknis;
(9) Menerima Bantuan Teknis;
(10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
(11) Menerima Pengelolaan Hibah.

AGENDA 3
1. MODUL SMART ASN
digital sering kita anggap sebagai kecakapan
menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada
pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan
yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan
praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk
menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak
menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan
Smart ASN
110
proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &
Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang
memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan
penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya,
keamanan, dan kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia
digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan
sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia digital

2. SMART ASN
Implementasi Literasi Digital
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill,
digital culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum
literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Etika Bermedia Digital
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital :
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Bukan hanya jumlah dan
aksesnya yang bertambah, durasi penggunaannya pun meningkat drastis
2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital.
Karakter media digital
yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak terbatas dan big data,
telah mengubah perilaku
masyarakat dalam segala hal, mulai dari belajar, bekerja, bertransaksi, hingga
berkolaborasi.
3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Situasi pandemi COVID-19
yang menyebabkan
intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai
isu dan gesekan.
Semua ini tak lepas dari situasi ketika semua orang berkumpul di media guna melaksanakan
segala aktivitasny
3. MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA
Pengembangan Kompetensi
PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan
kompetensi. Kesempatan untuk pengembangan kompetensi
direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah.
Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud harus
dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan dipergunakan
sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya.
awasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan
Tinggi
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat
Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses
pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik
61 Manajemen ASN
berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. Dalam
melakukan pengawasan proses pengisian jabatan pimpinan
tinggi utama dan jabatan pimpinan tinggi madya di Instansi
Pusat dan jabatan pimpinan tinggi madya di Instansi Daerah
KASN berwenang memberikan rekomendasi kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian dalam hal:
1. pembentukan panitia seleksi;
2. pengumuman jabatan yang lowong;
3. pelaksanaan seleksi; dan
4. pengusulan nama calon.
Dalam melakukan pengawasan pengisian jabatan pimpinan
tinggi pratama di Instansi Pusat dan Instansi Daerah KASN

4. MANAJEMEN ASN
PNS
KEDUDUKAN ASN PNS
PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan
dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional
warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan
perundang-undangan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
Pegawai Negeri Sipil

PPPK
KEDUDUKAN ASN
PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan
dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional
warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan
perundang-undang

Kewajiban ASN
Sesuatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual sesuatu yang sepatutnya
dilaksanakan oleh ASN

Anda mungkin juga menyukai