Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei, Hari Angkatan Perang pada tanggal 5
Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal
10 Nopember, dan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi
terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul
09.00. Para mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah
rapat kecil yang diinisiasi oleh Soetomo. Di depan rekan-rekannya para calon dokter
lainnya, Soetomo menyampaikan gagasan Wahidin Soedirohoesodo tentang
pentingnya membentuk organisasi yang memajukan pendidikan dan kebudayaan di
Hindia Belanda. Beberapa mahasiswa yang hadir saat itu, antara lain : Goenawan
Mangoenkoesoemo, Soeradji, Soewarno, dan lain-lain. Tanpa mereka sadari, rapat
kecil tersebut sesungguhnya menjadi titik awal dimulainya pergerakan nasional
menuju Indonesia Merdeka. Juni 1908, koran Bataviasch Niewsblad mengumumkan
untuk pertamakalinya berdirinya Boedi Oetomo. Dalam maklumat yang
ditandatangani oleh Soewarno selaku Sekretaris diumumkan bahwa : “Boedi Oetomo
berdiri untuk memperbaiki keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”.
Oktober 1908, kongres pertama Boedi Oetomo di Gedung Sekolah Pendidikan Guru
(Kweekschool) Yogyakarta. Wahidin Soedirohoesodo bertindak selaku pimpinan
sidang. Hanya dalam waktu 5 (lima) bulan saja, Boedi Oetomo sudah beranggotakan +
1.200 orang. Semua koran di Hindia Belanda memberitakan peristiwa tersebut.
Lebih dari 300 orang saat itu, namun dikarenakan politik etis Belanda yang
memberikan perlakuan khusus pada kaum priyayi, kongres tersebut didominasi oleh
para priyayi Jawa. Pemerintah kolonial Belanda menaruh perhatian pada kongres
tersebut dan menyebutnya sebagai “Eerste Javanen Congres” atau kongres pertama
orang Jawa. Tjipto Mangoenkoesomo, kakak dari Goenawan Mangoenkoesoemo
menyampaikan gagasannya agar Boedi Oetomo menjadi partai politik, namun
gagasan tersebut ditolak sebagian besar peserta kongres. Menganggap penolakan
tersebut tidak sesuai dengan tujuan awalnya pendirian Boedi Oetomo, Tjipto
Mangoenkoesomo kemudian memilih aktif di Indische Partij dan dr. Soetomo
kemudian mendirikan Soerabaja Stoedy Cloeb. Pada September 1909, anggota
Boedi Oetomo mencapai + 10.000 orang. Kongres terakhir Boedi Oetomo tercatat
pada bulan Agustus 1912 yang kemudian memilih Pangeran Ario Noto Dirodjo
sebagai ketua.
Pada 1908, beberapa mahasiswa Indonesia di Belanda mendirikan sebuah organisasi
perkumpulan pelajar Indonesia yang bernama Indische Vereeniging (IV). Tujuan
didirikan organisasi ini, menurut Noto Soeroto dalam tulisannya di Bendera Wolanda
tahun 1909, adalah untuk “memajukan kepentingan bersama orang Hindia di Belanda
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan secara lebih nyata masa
Majapahit sebenarnya telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana, ketika aliran Tantrayana
mencapai puncak tertinggi perkembangannya, karenanya Narayya Wisnuwarddhana
didharmakan pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi Jago) bersifat
Buddha. Juga putra mahkota
Kertanegara (Nararyya Murddhaja) ditahbiskan sebagai JINA =
Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra. Inilah fakta bahwa Singhasari
merupaakn embrio yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan kerjaan
Majapahit. Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh
Mpu Tantular pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam paya
mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan
usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu.
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi
cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan
menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan
pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol
atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi
kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam
sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia
bahkan cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya
oleh bangsa lain yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu menjadi
kebanggaan bangsa Indonesia.
PEDULIINOVATIFINTEGRITAS PROFESIONAL
BEBERAPA TITIK PENTING DALAM
SEJARAH BANGSA INDONESIA
PEDULIINOVATIFINTEGRITAS PROFESIONAL
BEBERAPA TITIK PENTING DALAM
SEJARAH BANGSA INDONESIA
3 Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian
terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil
organisasi
pemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten
Bond,
Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum Theosofi juga
ikut
dalam kerapatan besar
“Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara
adalah Sang Merah Putih”
(Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan)
“Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan
dalam Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai
deng
“BELA NEGARA adalah tekad, sikap, dan perilaku serta
tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun
kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman”
AGENDA 2
1. MODUL BERORIENTASI PELAYANAN
Pengertian Pelayanan Publik
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan
didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara
berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui
suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya
penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas
barang publik, jasa publik, dan pelayanan administrative,
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang
tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
ASN sebagai Pelayan Publik
Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi
tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan
publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif. Sebagaimana kita ketahui dalam
Pasal 10 UU ASN, pegawai
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
2. Berorientasi Pelayanan
BIROKRASI BERKELAS DUNIA
2024
Tantangan Dunia yang semakin VUCA
dengan Triple Disruption:
▪ Technology (Revolusi Industri 4.0
menuju Era Society 5.0)
▪ Millennials
▪ Pandemic Covid-19
ASN Profesional :
▪ Berorientasi Pelayanan
▪ Akuntabel
▪ Kompeten
▪ Harmonis
▪ Loyal
▪ Adaptif
▪ Kolaboratif
AKUNTABEL
UU No.25/2009 – Layanan Publik
Pasal 4 menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang
meliputi: a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum, c.
kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban, e.
keprofesionalan, f. partisipatif, g. persamaan
perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i.
akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi
kelompok rentan, k. ketepatan waktu, dan l. kecepatan,
kemudahan, dan keterjangkauan
Pengertian Akuntabilitas
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua
konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan
amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai
pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya
kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017)
Mekanisme Akuntabilitas
Mekanisme Akuntabilitas
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung
dimensi:
• Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for
probity and legality).
• Akuntabilitas proses (process accountability).
• Akuntabilitas program (program accountability).
• Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
4. MODUL KOMPETEN
Karakter ASN
Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang
dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan
saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Kedelapan karakteristik ini disebut sebagai smart ASN
(KemenpanRB. Menciptakan Smart ASN Menuju Birokrasi 4.0.
dipublikasikan 09 Agustus 2019 dalam menpan.go.id). Profil ASN
tersebut sejalan dengan lingkungan global dan era digital, termasuk
pembangunan aparatur 2020-2024, mewujudkan birokrasi
berkelas dunia.
Karakter lain yang diperlukan dari ASN untuk
beradapatasi dengan dinamika lingkungan strategis, yaitu: inovatif
dan kreatif, agility dan flexibility, persistence dan perseverance serta
teamwork dan cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN,
2020). ASN yang gesit (agile) diperlukan sesuai dinamika
lingkungan strategis dan VUCA. Terdapat k
6.kompeten
PNS (Pasal 1 butir 3 & pasal 7)
• Berstatus pegawai tetap dan
Memiliki NIP secara Nasional;
• Menduduki jabatan pemerintahan.
PPPK (Pasal 1 butir 4 & pasal 7)
• Diangkat dengan perjanjian kerja sesuai kebutuhan
instansi dan ketentuan Undang-Undang;
• Melaksanakan tugas pemerintahan.
Fungsi :
Pelaksana kebijakan publik;
2. Pelayan publik; dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Peran sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas:
1. penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan
2. pelaksana pembangunan nasional melalui
Yanlik yang profesional,3. bebas dari intervensi politik,4. bersih dari praktik KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme)
Nilai Dasar ASN
1. Memegang teguh ideologi Pancasila;
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
7 modul harmonis
Kode Etik ASN
Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian
dari kode etik dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU
ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung
jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentanga
8. HARMONIS
Dasar-dasar Nilai
Etika ASN
• Etika:
• “the dicipline dealing with what is good and bad and with
moral duty and obligation”.
• “an idea or moral belief that influences the behaviour,
attitudes and philosophy of life of a group of people”.
• tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di
dalam institusi yang adil
• Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur
tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuanketentuan tertulis.
Etika ASN sebagai Individu, dalam
Organisasi, dan Masyarakat
• Perubahan Mindset
• Pertama, berubah dari penguasa menjadi
pelayan;
• Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi
’peranan’;
• Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah
amanah, yang harus dipertanggung jawabkan
bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
• Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
• Toleransi
• Empati
• Keterbukaan terhadap perbedaan
9. MODUL LOYAL
11.ADIPTIF
Adaptif sebagai Nilai
dan Budaya ASN
Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga
ke tingkat mahir (personal mastery);
Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi
yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-
cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang
organisasi ingin wujudkan (mental model);
Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning);
Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda,
atau bermental silo (systems thinking).
Ciri-ciri Individu Adaptif
• Eksperimen orang yang
beradaptasi
• Melihat peluang di mana orang
lain melihat kegagalan
• Memiliki sumberdaya
• Selalu berpikir ke depan
• Tidak mudah mengeluh
• Tidak menyalahkan
• Tidak mencari popularitas
• Memiliki rasa ingin tahu
• Memperhatikan system
• Membuka pikiran
• Memamhami apa yang sedang
diperjuangkan
12.Modul kolaboratif
beberapa aktivitas
kolaborasi antar organisasi yaitu:
(1) Kerjasama Informal;
(2) Perjanjian Bantuan Bersama;
(3) Memberikan Pelatihan;
(4) Menerima Pelatihan;
(5) Perencanaan Bersama;
(6) Menyediakan Peralatan;
(7) Menerima Peralatan;
(8) Memberikan Bantuan Teknis;
(9) Menerima Bantuan Teknis;
(10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
(11) Menerima Pengelolaan Hibah.
AGENDA 3
1. MODUL SMART ASN
digital sering kita anggap sebagai kecakapan
menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada
pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan
yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan
praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk
menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak
menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan
Smart ASN
110
proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &
Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang
memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan
penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya,
keamanan, dan kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia
digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan
sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia digital
2. SMART ASN
Implementasi Literasi Digital
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill,
digital culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum
literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Etika Bermedia Digital
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital :
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Bukan hanya jumlah dan
aksesnya yang bertambah, durasi penggunaannya pun meningkat drastis
2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital.
Karakter media digital
yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak terbatas dan big data,
telah mengubah perilaku
masyarakat dalam segala hal, mulai dari belajar, bekerja, bertransaksi, hingga
berkolaborasi.
3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Situasi pandemi COVID-19
yang menyebabkan
intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai
isu dan gesekan.
Semua ini tak lepas dari situasi ketika semua orang berkumpul di media guna melaksanakan
segala aktivitasny
3. MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA
Pengembangan Kompetensi
PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan
kompetensi. Kesempatan untuk pengembangan kompetensi
direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah.
Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud harus
dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan dipergunakan
sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya.
awasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan
Tinggi
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat
Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses
pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik
61 Manajemen ASN
berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. Dalam
melakukan pengawasan proses pengisian jabatan pimpinan
tinggi utama dan jabatan pimpinan tinggi madya di Instansi
Pusat dan jabatan pimpinan tinggi madya di Instansi Daerah
KASN berwenang memberikan rekomendasi kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian dalam hal:
1. pembentukan panitia seleksi;
2. pengumuman jabatan yang lowong;
3. pelaksanaan seleksi; dan
4. pengusulan nama calon.
Dalam melakukan pengawasan pengisian jabatan pimpinan
tinggi pratama di Instansi Pusat dan Instansi Daerah KASN
4. MANAJEMEN ASN
PNS
KEDUDUKAN ASN PNS
PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan
dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional
warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan
perundang-undangan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
Pegawai Negeri Sipil
PPPK
KEDUDUKAN ASN
PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan
dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional
warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan
perundang-undang
Kewajiban ASN
Sesuatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual sesuatu yang sepatutnya
dilaksanakan oleh ASN