Anda di halaman 1dari 12

JURNAL RESUME MOOC PPPK

NAMA : OKTAVIA RIZKYA PUTRI

NIP : 199710242023212001

NIK : 3374056410970002

JABATAN : TERAMPIL - PERAWAT

UNIT KERJA : RSD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

MATERI AGENDA 1

1. WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA

Sejarah pergerakan kebangsan perlu secara lengkap disampaikan kepada peserta Latsar CPNS
meskipun pada pendidikan formal sebelumnya sudah mereka peroleh, namun pemahaman
yang dibutuhkan adalah untuk menjadi dasar pemahaman tentang wawasan kebangsaan
secara lebih komprehensif. Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa
Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian proses panjang yang didasarkan pada
kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan bukan keseragaman serta mencapai
puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Tanggal 20 Mei untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan Nasional


berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun 1959
tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Melalui
keputusan tersebut, Presiden Republik Indonesia menetapkan beberapa hari yang bersejarah
bagi Nusa dan Bangsa Indonesia sebagai hari-hari Nasional yang bukan hari-hari libur, antara
lain : Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 8 Mei, Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal
20 Mei, Hari Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada tanggal
28 Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal 10 Nopember, dan Hari Ibu pada tanggal 22
Desember.

Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi terbentuknya


organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul 09.00. Para mahasiswa
sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah rapat kecil yang diinisiasi oleh
Soetomo. Di depan rekan-rekannya para calon dokter lainnya, Soetomo menyampaikan
gagasan Wahidin Soedirohoesodo tentang pentingnya membentuk organisasi yang
memajukan pendidikan dan kebudayaan di Hindia Belanda. Beberapa mahasiswa yang hadir
saat itu, antara lain : Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji, Soewarno, dan lain-lain.
Dalam maklumat yang ditandatangani oleh Soewarno selaku Sekretaris diumumkan bahwa :
“Boedi Oetomo berdiri untuk memperbaiki keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”.
Hanya dalam waktu 5 (lima) bulan saja, Boedi Oetomo sudah beranggotakan +1.200 orang.
Lebih dari 300 orang saat itu, namun dikarenakan politik etis Belanda yang memberikan
perlakuan khusus pada kaum priyayi, kongres tersebut didominasi oleh para priyayi Jawa.
Pemerintah kolonial Belanda menaruh perhatian pada kongres tersebut dan menyebutnya
sebagai “Eerste Javanen Congres” atau kongres pertama orang Jawa. Tjipto
Mangoenkoesomo, kakak dari Goenawan Mangoenkoesoemo menyampaikan gagasannya
agar Boedi Oetomo menjadi partai politik, namun gagasan tersebut ditolak sebagian besar
peserta kongres. Menganggap penolakan tersebut tidak sesuai dengan tujuan awalnya
pendirian Boedi Oetomo, Tjipto Mangoenkoesomo kemudian memilih aktif di Indische Partij
dan dr. Pada September 1909, anggota Boedi Oetomo mencapai + 10.000 orang. Kongres
terakhir Boedi Oetomo tercatat pada bulan Agustus 1912 yang kemudian memilih Pangeran
Ario Noto Dirodjo sebagai ketua.

Pada 1908, beberapa mahasiswa Indonesia di Belanda mendirikan sebuah organisasi


perkumpulan pelajar Indonesia yang bernama Indische Vereeniging (IV). Tujuan didirikan
organisasi ini, menurut Noto Soeroto dalam tulisannya di Bendera Wolanda tahun 1909,
adalah untuk “memajukan kepentingan bersama orang Hindia di Belanda dan menjaga
hubungan dengan Hindia Timur Belanda”. Sebagian usul untuk membentuk perhimpunan
yang akan didirikan ini menjadi cabang dari Boedi Oetomo (BO) ditolak, terutama oleh
dokter Apituly dari Ambon. Penolakan ini memperlihatkan bahwa ada suatu rasa kesamaan
asal di antara mahasiswa bahwa mereka adalah “saudara sebangsa”, karena perkumpulan
yang dibentuk hendaknya tidak hanya beranggotakan orang Jawa saja tetapi semua suku di
Hindia Belanda. Untuk mencapai tujuan dasar dari IV, menurut Noto Soeroto, perhimpunan
akan memperkuat pergaulan antara orang Hindia di Belanda dan mendorong orang Hindia
agar lebih banyak lagi menimba ilmu ke negeri Belanda. Di bawah kepengurusan ketua baru
Soekiman Wirjosandjojo diputuskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia yang berusaha
dicapai lewat strategi solidaritas, swadaya, dan nonkooperasi, tidak hanya perlu
memperhatikan aspek “kesatuan nasional” tetapi juga “kesetiakawanan internasional”. Dalam
program kepengurusan baru tersebut disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan dari PI maka
propaganda asas-asas PI harus lebih intensif di Indonesia, selain itu PI menekankan
pentingnya propaganda ke dunia internasional untuk menarik perhatian dunia pada masalah
Indonesia dan membangkitkan perhatian anggota PI pada isu-isu internasional melalui
ceramah, berpergian ke negara lain, atau perjalanan studi. Dengan munculnya inisiatif dari
internasionalisasi jaringan, menurut Ali Sastroamidjojo, “mencerminkan kesadaran PI bahwa
nasionalisme Indonesia tidak berdiri sendiri, faktor internasionalisme disadari sebagai unsur
penting di dalam perjuangan kemerdekaan nasional”.

Sebagaimana Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 28 OKtober untuk pertamakalinya


ditetapkan menjadi Hari Sumpah Pemuda berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 316 tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari
Nasional yang Bukan Hari Libur. Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah
Pemuda dilatarbelakangi Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober
1928 di Indonesische Clubgenbouw Jl. Kramat 106 Jakarta. Kongres Pemuda II sendiri
merupakan hasil dari Kongres Pemuda I yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1926 di
Vrijmetselaarsloge (sekarang Gedung Kimia Farma) Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat.
Kongres tersebut diikuti oleh beberapa perwakilan organisasi pemuda di Hindia Belanda,
antara lain : Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Roekoen, Jong
Bataks Bond, Jong Stundeerenden, Boedi Oetomo, Indonesische Studieclub, dan
Muhammadiyah.

Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia 23 tahun yang saat itu menjadi Ketua Jong
Sumatranen Bond, menyampaikan sebuah resolusi setelah mendengarkan pidato dari
beberapa peserta kongres berupa 3 (tiga) klausul yang menjadi dasar dari Sumpah Pemuda,
yaitu :

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia, Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.

Penggunaan Bahasa Melayu yang diusulkan oleh Muhammad Yamin menjadi kontroversi
saat Kongres Pemuda I, barulah setelah diganti menjadi Bahasa Indonesia pada Kongres
Pemuda II, kontroversi tersebut dapat berakhir dan menjadi sebuah kesepakatan.

2. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER

Konsep Perubahan Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian
dari perjalanan peradaban manusia. Untuk itu, mari renungkan pernyataan berikut ini
perubahan itu mutlak dan kita akan jauh tertinggal jika tidak segera menyadari dan berperan
serta dalam perubahan tersebut. Mulai saat ini kita harus bergegas menentukan bentuk masa
depan, jika tidak maka orang (bangsa) lain yang akan menentukan masa depan (bangsa) kita.
Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang berbeda saja, namun lebih dari
pada itu, perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik untuk
memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia). Pada sisi yang
lain, muncul satu pertanyaan bagaimana PNS melakukan hal tersebut. Dalam konteks PNS,
berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan
tugasnya, yaitu Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang- undangan, Memberikan pelayanan publik
yang profesional dan berkualitas, serta memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik
Indonesia Sepintas seolah-olah terjadi kontradiksi, di satu pihak PNS harus melayani

Masyarakat sebaik-baiknya, melakukannya dengan ramah, tulus, dan profesional, namun


dilain pihak semua yang dilakukannya harus sesuai dengan peraturan perundang-udangan
yang berlaku. Menghadapi hal tersebut PNS dituntut untuk bersikap kreatif dan melakukan
terobosan (inovasi) dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Sejalan dengan
tujuan Reformasi Birokrasi terutama untuk mengembangkan PNS menjadi pegawai yang
transformasional, artinya PNS bersedia mengembangkan cita-cita dan berperilaku yang bisa
diteladani, menggugah semangat serta mengembangkan makna dan tantangan bagi dirinya,
merangsang dan mengeluarkan kreativitas dan berupaya melakukan inovasi, menunjukkan
kepedulian, sikap apresiatif, dan mau membantu orang lain.

Mengambil tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan menunjukkan sikap dan perilaku
yang mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakui dan memperbaiki kesalahan
yang dibuat, fair dan berbicara berdasarkan data, menindaklanjuti dan menuntaskan
komitmen, serta menghargai integritas pribadi. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara
lain diwujudkan dalam sikap dan perilaku bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka
menolong, menunjukkan respek dan membantu orang lain sepenuh hati, tidak tamak dan
tidak arogan, serta tidak bersikap diskriminatif atau melecehkan orang lain. Memegang
Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai profesinya sebagai PNS, menjaga
konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap masyarakat yang dilayani maupun
rekan kerja, berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung tinggi etika-moral PNS.
Sosok PNS yang bertanggung jawab dan berorientasi pada kualitas merupakan gambaran
implementasi sikap mental positif PNS yang kompeten dengan kuat memegang teguh kode
etik dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan tuntutan unit kerja/organisasinya
merupakan wujud nyata PNS menunjukan sikap perilaku bela Negara. Untuk mendapatkan
sosok PNS ideal seperti itu dapat diwujudkan dengan memahami posisi dan perannya serta
kesiapannya memberikan hasil yang terbaik mamanfaatkan segala potensi yang dimiliki
untuk bersama-sama melakukan perubahan yang memberikan manfaat secara luas dalam
melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pemerintahan. Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai
bidang tugas masing-masing, yakni individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal
dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Ke empat level
lingkungan stratejik tersebut disajikan dalam gambar berikut ini

Model Faktor Perubahan yang mempengaruhi Kinerja PNS Berdasarkan gambar di atas dapat
dikatakan bahwa perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua
bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan
menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan global
ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan membangun pemahaman
dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Hal yang menjadi pemicunya adalah
berkembang pesatnya teknologi informasi global, dimana setiap informasi dari satu penjuru
dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama berselang oleh orang di penjuru dunia
lainnya. Perubahan cara pandang individu tentang tatanan berbangsa dan bernegara (wawasan
kebangsaan), telah mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan secara turun temurun.
Perubahan lingkungan masyarakat juga mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai
miniature dari kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang keblabasan akan
menghilangkan keharmonisan hidup di dalam anggota keluarga, sebaga akibat dari
ketidakharmonisan hidup di lingkungan keluarga maka secara tidak langsung membentuk
sikap ego dan apatis terhadap tuntutan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pemahaman
perubahan dan perkembangan lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan faktor
utama yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut melingkupi pemahaman
terhadap Globalisasi, Demokrasi, Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks
globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun negatifnya perkembangan
demokrasi yang akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik
Bangsa Indonesia desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami sebagai upaya
memperkokoh kesatuan

3. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Logemann, Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok manusia
yg kemudian disebut bangsa. Mac. Iver, Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara
ketertiban dalam masyarakat berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh
pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa. Max Weber, Negara adalah suatu masyarakat
Yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu
wilayah Hegel, Negara individu merupakan organisasi kesusilaan yang timbul sebagai
sintesis antara kemerdekaan dengan kemerdekaan universal. George Jellinek, Negara adalah
organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu
Menurut George H. Menurut Roelof Krannenburg, Negara adalah suatu organisasi yang
timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri. Dengan demikian, dapat
ditarik kesimpulan bahwa bela negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku
warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh
jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Dasar hukum mengenai bela negara terdapat
dalam isi UUD NKRI 1945, yakni Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30
ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap wargaNnegara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara. Dari uraian diatas dapat ditarik keseimpulan bahwa
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga,
merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

KESIAPSIAGAN BELA NEGARA DALAM LATSAR CPNS, kesiapsiagaan yang


dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk
pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik fisik maupun mental untuk
mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan menjutkan cita cita
kemerdekaan. Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap
CPNS untuk memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak
dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata tempat,
tata upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan
kegiatan apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku. Aplikasi kesiapsiagaan Bela Negara dalam Latsar
CPNS selanjutnya juga termasuk pembinaan pola hidup sehat disertai pelaksanaan kegiatan
pembinaan dan latihan ketangkasan fisik dan pembinaan mental lainnya yang disesuaikan dan
berhubungan dengan kebutuhan serta ruang lingkup pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab,
serta hak dan kewajiban PNS di berbagai lini dan sektor pekerjaan yang bertugas diseluruh
wilayah Indonesia dan dunia. Selain hal tersebut diatas, pelaksanan kesiapsiagaan bela negara
PNS dalam modul ini juga akan memberikan pembinaan, pemahaman, dan sekaligus praktek
latihan aplikasi dan impelementasi wawasan kebangsaan dan analisis stratejik yang meliputi
analisis inteilijen dasar dan pengumpulan keterangan yang akan sangat berguna dalam
berbagai permasalahan yang sering terjadi di lingkungan birokrasi, baik permasalahan yang
sifatnya internal maupun eksternal. Akhirnya, aplikasi dari latihan kesiapsiagaan Bela Negara
ini juga akan menjadi modal penguatan jasmani, mental dan spiritual dalam pelaksaaan tugas
CPNS yang memiliki fungsi utama sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan
sebagai perekat dan pemersatu Negara bangsa dari segala Ancaman, Ganguan, Hambatan,
dan Tantangan (AGHT) baik dari dalam maupun luar negeri. Sehingga, setiap Calon Pegawai
Negeri Sipil dapat selalu siap dan memberikan pelayanan yang terbaik. Oleh karena itu setiap
CPNS diharapkan selalu membawa motto melayani untuk membahagiakan dimanapun dan
dengan siapapun mereka bekerja, dalam segala kondisi apapun serta kepada siapapun mereka
akan senantiasa memberikan pelayanan terbaik dan profesional yang merupakan
implementasi kesiapsiagaan Bela Negara. Perilaku kesiapsiagaan akan muncul bila tumbuh
keinginan CPNS untuk memiliki kemampuan dalam menyikapi setiap perubahan dengan
baik. Berdasarkan teori Psikologi medan yang dikemukakan oleh Kurt Lewin (1943)
kemampuan menyikapi perubahan adalah hasil interaksi faktor-faktor biologis-psikologis
individu CPNS, dengan faktor perubahan lingkungan (perubahan masyarakat, birokrasi,
tatanan dunia dalam berbagai dimensi). Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik, maka
CPNS akan mampu mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG)
baik dari dalam maupun dari luar. Sebaliknya jika CPNS tidak memiliki kesiapsiagaan, maka
akan sulit mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan ganguan (ATHG) tersebut. Oleh
karena itu melalui Pelatihan Dasar CPNS ini, peserta diberikan pembekalan berupa
pengetahuan/kesadaran dan praktek internalisasi nilai- nilai berbagai kegiatan kesiapsiagaan.
Untuk pelatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada beberapa hal yang dapat
dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian
permasalahan yang dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan barita gosip yang belum jelas asal usulnya, tidak terpengaruh dengan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih
penting lagi ada mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara. Dikatakan
bahwa kesadaran bela negara itu pada hakikatnya adalah kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara itu sangat luas, dari yang paling
halus, hingga yang paling keras. Sebagaimana tercantum dalam Modul I Pelatihan Dasar
CPNS tentang Wawasan Kebangsaan dan Nilai- Nilai Bela Negara, bahwa ruang lingkup
Nilai-Nilai

AGENDA 2
NILAI – NILAI DASAR PNS

1. Berorientasi Pelayanan
Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan muara
dari Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang menyatakan
bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan berkelas dunia yang ditandai
dengan pelayanan publik yang berkualitas. Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang
dapat diwujudkan dengan panduan perilakuBerorientasi Pelayanan yang kedua ini
diantaranya:
1. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
2. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
3. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat,berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

Djamaludin Ancok dkk (2014) memberi ilustrasi bahwa perilaku yang


semestinyaditampilkan untuk memberikan layanan prima adalah:
1. Menyapa dan memberi salam
2. Ramah dan senyum manis
3. Cepat dan tepat waktu
4. Mendengar dengan sabar dan aktif
5. Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan
6. Terangkan apa yang Saudara lakukan
7. Jangan lupa mengucapkan terima kasih
8. Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan
9. Mengingat nama pelanggan.

2. Akuntabel
Pengertian AkuntabilitasDalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah
Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi.

Etika Publik merupakan merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai
(kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat atau kebaikan orang
lain.
 Goals (Tujuan)
 Roles (Peran)
 Procedures (Prosedur)
 Relationships (Hubungan)
 Leadership (Kepemimpinan)

3. KOMPETEN
Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung terwujudnya SDM, sektor
keaparaturan, diarahkan untuk mewujudkan birokrasi berkelas dunia. Penguatan kualitas
ASN tersebut sejalan dengan dinamika lingkungan strategis diantaranya VUCA dan
disrupsi teknologi, fenomena demografik , dan keterbatasan sumberdaya. Kenyataan ini
menutut setiap elemen atau ASN di setiap instansi selayaknya meninggalkan pendekatan
dan mindset yang bersifat rigit peraturan atau rule based dan mekanistik, cenderung
terpola dalam kerutinan dan tidak adapatif dengan zamannya. Sifat dan kompetensi dasar
ini krusial untuk mewujudkan instansi pemerintah yang responsif dan efektif. Dikaitkan
dengan profesionalisme ASN, setiap ASN perlu berlandaskan pada aspek merit, sesuai
dengan latar belakang kualifikasi , kompeten dan memiliki bukti kinerja yang sesuai serta
memiliki kepatuhan pada etika kerja .

4. HARMONIS
a. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi
sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah
menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan
kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam
integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disadari
pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan
dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran
persatuan berbangsa tersebut.
c. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai
kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik
Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh
oleh sekelompok profesional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik
Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah.

5. LOYAL
Pegawai Negeri Sipil , CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan
melalui proses pelatihan terintegrasi. Pada fase ini metode yang dapat digunakan adalah
belajar mandiri, dengan membaca materi dan mengerjakan latihan serta evaluasi yang
diberikan pada Aplikasi MOOC. Menjelaskan tujuan pembelajaran Agenda II dan tujuan
pembelajaran setiap modulnya termasuk modul Loyal. BerAKHLAK bagi PNS,
khususnya untuk nilai Loyal.

Memberikan penugasan-penugasan yang relevan, baik tugas kelompok maupun tugas


individu sehingga peserta dapat belajar secara mandiri. Memberikan penguatan dan
pendalaman materi setelah peserta mempresentasikan hasil pengerjaan tugasnya dengan
metode ceramah, tanya jawab, penayangan film pendek, dll. Melakukan revieu dan
evaluasi terhadap penguasaan materi oleh peserta dengan beragam cara, seperti
pemberian soal komprehensif, kuis-kuis interaktif dan lain sebagainya. Diantaranya
pelatihan, komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS, dan Makna
Loyal dan Loyalitas.

6. ADAPTIF
Adaptif merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu
di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya.

7. KOLABORATIF
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah
untukpelayanan publik Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola
kolaboratif,serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan
dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya.

AGENDA 3

KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

A. SMART ASN
Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai.
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan
sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam
mengetahui,memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK
serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

Digital culture merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,


membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan
melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan Kemampuan individu dalam
menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan,
dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital
safety merupakan Kemampuan User dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan
pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak
menekankan pada kecakapan penggunamedia digital dalam melakukan proses mediasi
media digitalyang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia &
Astuti, 2017).

B. MODUL : MANAJEMEN ASN


Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.

Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,


penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan. Pengisian jabatan
pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara,
lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif
di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina
Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun
terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali PejabatPimpinan Tinggi
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi
memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai