TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus
1. Pengertian
a. Abortus Iminens
Abortus Iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman
terjadianya abortus, ditandai dengan perdarahan pervaginam yang terjadi pada
paruh pertama kehamilan dimana ostium uteri masih tertutup. 6 Hal ini terjadi
pada 25-25% wanita selama gestasi dini dan dapat menetap selama beberapa hari
sampai minggu.Sekitar separuh dari kehamilan ini akan gugur, meskipun risiko
ini jauh lebih rendah jika aktivitas jantung janin terdeteksi. (Chuningham, 2013)
c. Abortus Inkompletus
Abortus inkompletus atau keguguran tak lengkap ditandai dengan sebagian
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan sebagian masih ada yang
tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian hasil
konsepsi masih tertimggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina,
kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan di kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi
dan jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau
syok hemoragik sebelum sisa jarinagn konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan
pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan
mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan
tindakan kuretase. (Prawiroharjo, 2014)
d. Abortus Kompletus
Abortus Kompletus ditandai dengan seluruh hasil konsepsi dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai
dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan jika
pemeriksaan klinis sudah memadahi.6
3. Etiologi
Etiologiyang menyebabkan terjadinya abortus adalah: kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi seperti (kelainan kromosom, lingkungan,
nidasi kurang sempurna dan pengaruh luar), infeksi akut seperti
(pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV),
Abnormalitas traktur genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversio uterus, kelainan plasenta
(Ana Ratnawati, 2018).
3. Patofisiologi
Patofisiologi abortus pada awalnya terjadi karena perdarahan dalam
desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian
sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda
asing uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya.Pada kehamilan
dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya karena
vilikorialis belum menembus desidua terlalu dalam. Pada kehamilan 8-14
minggu, vilikorialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar
dan sebagian lagi akan tertinggal atau melekat pada uterus. Hilangnya
kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium menyebabkan terjadinya perdarahan.
PATHWAY
Web of Caution
Abortus
Oksigenasi Toksin,
Plasenta bakterivirus
Terganggu
mulas
Perdarahan
Gambar 2.1
Nyeri & Pathway
Resti infeksi (sumber : Ana Rahmawati, 2018)
4. Manisfestasi klinis
Adanya dugaan klien hamil mengalami abortus jika mengalami
perdarahan segar per vagina, rasa nyeri perut bagian bawah dan
kemungkinan keluar massa hasil konsepsi. Apabila perdarahan banyak
maka dapat menyebabkan rasa lemas dan (Ana Ratnawati, 2018).
a. Abortus imminens
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot rahim.
Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah
mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2
minggu.
b. Abortus insipient
Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum
atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.
Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU
dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kerokan.
Memberi antibiotik sebagai profilaksis.
c. Abortus inkomplet
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi
otot uterus.
Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.
d. Abortus komplet
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
transfusi darah.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.
C. Proses Keperawatan
1) Pengkajian
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umum nya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang
dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
Pengkajian pada kasus abortus hal yang perlu di identifikasiadalah:
umur kehamilan, kapan terjadi perdarahan, berapalama, banyaknya, dan
aktivitas yang mempengaruhinya. Karakteristik darah (merah terang,
kecoklatan, adanya gumpalan darah, dan lendir). Sifat dan lokasi
ketidaknyamanan, seperti kejang, nyeri tumpul,atau tajam, mulas, serta
pusing.(Ana Ratnawati, 2018).
2) Diagnosa Keperawatan
Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul yaitu :
Tabel 2.1
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Abortus Inkomplit
MenurutStandar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dan NANDA (2018)
Tabel 2.2
Rencana keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Abortus Inkomplit
1 2 3 4
4 Resiko syok Keparahan Syok: Manajemen Hipovolemi
Hipovolemi 1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemi (frekuensi nadi meningkat, tekanan
- Tidak ada penurunan darah menurun, turgor kulit kering, haus).
tekanan darah 2. Memberikan asupan cairan oral.
- Tidak lesu 3. Memberikan cairan IV RL.
- Tidak akral dingin, 4. Memberikan produk darah untuk mengganti volume darah.
kulit lembab
Manajemen Perdarahan
1. Mengidentifikasi penyebab perdarahan
2. Memantau nilai hemoglobin
3. Memantau intake output
4. Berkolaborasi dalam pemberian transfusi darah
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
merupakan tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Disisi lain,
tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya. (Ana
Rahmawati, 2018).
5) Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian keseimbangan ibu hasil
implementasi keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.(Ana Rahmawati, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham, F.G., Leveno, KJ., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Rouse, D.J.,
Spong, C.Y. Obstetri Williams Volume 1 Edisi 23. EGC: Jakarta;2013
Dewi, R. (2018). Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1.
Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Husin, F. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto.
Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba
Medika.
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebinanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Rahmawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan Maternitas. yogyakarta:
Pustaka Baru.
Sylvi Wafda Nur Amelia, M. (2018). Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks
Maternal & Neonatal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.