LP Ruang Kenanga Fix Siska
LP Ruang Kenanga Fix Siska
V DENGAN
ABORTUS INKOMPLIT DI RUANG KENANGA RSUD
Dr. SOEKARDJO
KOTA TASIKMALAYA
Disusun Oleh :
SISKA
YULIANI
231FK09059
3. Etiologi
Penyebab terjadinya abortus terdiri dari beberapa faktor, yaitu
Infeksi (keputihan) yang sudah terlalu parah dan tidak diobati, adanya
faktor bawaan dan kualitas sel telur yang dimiliki kurang baik,
kelainan pada bentuk Rahim serta ketidak seimbangan hormon
biasanya lebih mengacu kepada stress yang mengganggu kestabilan
hormon ibu hamil, kekurangan gizi selama hamil, aktivitas berlebih,
memiliki riwayat abortus sebelumnya, terjatuh hingga terbentur benda
keras, faktor usia, gaya hidup seperti mengkonsumsi rokok dan
minum-minuman keras, paritas, aktivitas seksual, kurangnya informasi
berupa penyuluhan dan pemanfaatan media elektronik serta media
cetak menyebabkan ibu hamil memiliki pengetahuan yang rendah.
(Kusuma, 2016)
4. Komplikasi
Salah satu komplikasi abortus adalah adhesi intrauterine. Sebuah
studi melaporkan kejadian adhesi intrauterine didapatkan pada 1 dari 5
pasien dengan riwayat abortus. Kebanyakan dari adhesi ini bersifat
ringan. Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya adhesi adalah
abortus berulang dan tindakan kuretase.
5. Patofisiologi
Abortus disebabkan oleh kelainan pertumbuhan hasil konsepsi,
kelainan plasenta, infeksi akut, dan kelainan traktus genitalis. Kelainan
plasenta menyebabkan oksigenasi pada plasenta terganggu sedangkan
infeksi akut dapat menimbulkan toksin atau racun dan bakterivirus.
Kelainan pertubuhan hasil konsepsi, oksigenasi plasenta yang
tergnggu, toksin atau racun, bakterivirus, dan kelainan traktus genitalis
menyebabkan perdarahan dalam desidua basalis. Perdarahan dalam
desidua basalis mengakibatkan terjadinya nekrosis jaringan sekitar
plasenta, karena jaringan disekitar plasenta mengalami nekrosis hasil
dari konsepsi mengalami pelepasan (aborsi).
Hasil konsepsi yang lepas terdiri dari dua jenis, yaitu vili korialis
yang menembus lebih dalam usia 8-9 minggu yaitu hasil konsepsi yang
lepas sebagian, dan vili korialis yang belum menembus desidua usia 8
minggu yaitu hasil konsepsi yang lepas seluruhnya. Hasil konsepsi
yang lepas tersebut menyebabkan perdarahan pervaginaan. Namun
hasil konsepsi yang lepas sebagian harus mendapatkan tindakan
kuretase untuk menghindari infeksi.
Dari patofisiologi diatas didapatkan masalah keparawatan yang
mungkin muncul yaitu resiko hipovolemia, resiko infeksi, nyeri akut,
gangguan rasa nyaman, gangguan mobilitas fisik, dan berduka.
PATHWAY ABORTUS
Skema sebab-akibat Abortus (Mitayani, 2009)
Gambar 2.1
ABORTUS
Nekrosis
Hasil jaringan
konsepsi lepassekitar
(aborsi)
perdarahan
Tindakan kuretase
MK : Resiko Hipovolemia
MK: Nyeri akut
7. Pemeriksaan
penunjang
a. Plano Pregnancy Test
Plano pregnancy test yang diperiksa melalui urin akan
menunjukkan hasil positif pada 2 minggu pasca terbentuknya
konsepsi janin. Pada abortus, plano pregnancy test umumnya
masih positif sampai 7-10 hari pasca abortus namun berangsur-
angsur akan menjadi negatif.
b. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Jika terjadi perdarahan hebat pada abortus, akan ditemukan
penurunan hemoglobin (Hb) dan hematokrit, serta terjadi
peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri (shift to the left)
jika terjadi infeksi.
c. Profil koagulasi dianjurkan diperiksa hanya jika ada perdarahan
masif.
d. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch dilakukan jika ada
indikasi transfusi darah. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus
juga diperlukan untuk melihat adanya kemungkinan
inkompatibilitas, serta untuk menentukan jika diperlukan
pemberian anti-D.
e. Pemeriksaan beta HCG darah dapat dilakukan untuk mengetahui
perkembangan plasenta. Pada abortus, kadar beta HCG bisa lebih
rendah atau menurun dibanding sebelumnya dan akan normal
dalam 2 minggu setelah abortus. Pemeriksaan ini jarang
diperlukan, tetapi dapat dilakukan sebagai pemeriksaan serial
untuk menunjang diagnosis jika kelangsungan
kehamilan meragukan.
f. USG
USG umumnya dianjurkan dilakukan untuk melihat ada
tidaknya kantung gestasi, untuk mengetahui apakah embrio masih
berkembang, dan untuk mendeteksi detak jantung janin. USG
transvaginal lebih baik dibanding transabdominal karena gambaran
yang ditampilkan lebih jelas. USG transvaginal disarankan
terutama pada pasien obesitas dan pasien dengan uterus
retrofleksi.
8. Penatalaksanaan
a. Ibu hamil sebaiknya segera periksa apabila terjadi perdarahan.
b. Ibu harus beristirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi.
c. Terapi intravena atau transfusi darah dapat dilakukan apabila
diperlukan.
d. Pada kasus Abortus Imminens diusahakan untuk mengosongkan
uterus melalui Curettage. Begitu juga dengan kasus missed
abortion jika janin tidak keluar spontan.
e. Jika penyebab abortus adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya
ditunda sampai mmendapatkan penyebab yang pasti untuk
memulai terapi antibiotik. (Ratnawati, 2018)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. (PPNI, 2016)
Berdasarkan pengkajian, didapatkan diagnosa keperawatan
yang kemungkinan muncul adalah
a. Resiko Hipovolemia dibuktikan dengan kehilangan cairan
akibat perdarahan
b. Gangguan rasa nyaman berhubugan dengan
kurang pengendalian situasional
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
e. Berduka berhubungan dengan kehilangan
3. Rencana Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan adalah pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah
yang telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain
perencanaan menggambarkan sejauh mana anda mampu
menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efesien.
Rencana Keperawatan 2
tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi r aksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sesnsasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih tteknik relaksasi
(imajinasi terbimbing)
3 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
fisik berhubungan inervensi keperawatan Observasi
dengan nyeri selama 1x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
diharapkan gangguan - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
DS : mobilitas fisik menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- klien mengeluh dengan kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda vital
nyeri saat - Monitor keadaan umum selama melakukan
bergerak Mobilitas Fisik mobilisasi Terapeutik
DO : (L.05042) - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
- kekuatan otot - Kekuatan otot dalam meningkatan pergerkan
klien menurun meningkat Edukasi
- klien tampak - Nyeri menurun - Anjurkan mobilisasi dini
lemah - Kelemahan fisik - Ajarkan mobilisasi sederhana (mis. Duduk di tempat
- skala nyeri 5 menurun tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi, dan berjalan)