Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

1. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada
atau sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu
hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)

2. Etiologi
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak
bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin
seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
b. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan
pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi
yang menahun.
c. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
d. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara
umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada
Rahim.
e. Trauma
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali.
f. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil
alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
g. Penyebab dari segi Janin
 Kematian janin akibat kelainan bawaan.
 Mola hidatidosa.
 Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

3. Klasifikasi
 Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai
viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
 Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
 Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang
menjadi abortus inkomplit atau abortus komplit).
 Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
 Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).
 Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum
janin mencapai viabilitas.
 Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak
berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis
minimal atau keduanya.
 Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis
dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah
setelah abortus. spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi
jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil
konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak
aman dengan menggunakan peralatan.
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
 Abortus Komplet Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
 Abortus Inkomplet Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan
masih ada yang tertinggal.
 Abortus Insipiens Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan
serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap
di dalam Rahim.
 Abortus Iminens Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam,
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam
rahim.
 Missed Abortion Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
 Abortus Habitualis Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau
lebih.

4. Manifestasi Klinik
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat
rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
 Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
 Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.
 Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
 Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
5. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14
minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah,
isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen
darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak
seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia
jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti
kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat
menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung
lama. (Prawirohardjo, 2006)
PATHWAY

Factor penyebab:kelainan pada plasenta,


penyakit ibu,factor pertumbuhan hasil konsepsi

abortus

komplet inkomplet insipiens Iminens Missed Abortion Habitualis

Kuratase

Post anastesi Jaringan terputus Jaringan terbuka Masuknya alat Kuratase

Penurunan syaraf vegetatif Merangsang area sensor Proteksi kurang Masuknya alat Kuratase
motoric

peristaltik
Invasi Bakteri
Nyeri Akut

Penyerapan cairan dikolon


Resiko Infeksi

konstipasi
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa
dan anomali kongenital.
d. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.

7. Penatalaksanaan
Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera diberikan
cairan infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila terjadi
perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi
secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera
dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara
hati-hati sesuai dengan keadan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang
dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastik. Pasca
tindakan disuntikkan ergometrim (IM) untuk mempertahankan kontraksi uterus
( Prawirohardjo, 2006).
Abortus Komplet Tidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila
menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan
makanan yang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral. Observasi adanya
perdarahan yang banyak.
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan ,
 Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
 Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami olehklien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
 Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapatdalam keluarga.
 Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
 Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai daridalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
d. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
e. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin ataumencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam :
menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
f. Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear. Keluarg berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,
apakah klien setuju, apakah klienmenggunakan kontrasepsi, dan menggunakan
KB jenis apa.
g. Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat
di RS.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi
b. Nyeri Akut
c. Resiko Infeksi
3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

1 Konstipasi NOC NIC


Definisi : Penurunan pada frekwensi normal  Bowel elimination Constipation/Impaction Management
defakasi yang disetai oleh kesulitan atau  Hydration  Monitor tanda dan gejala konstipasi
pengeluaran tidak Iengkap fases/atau  Monior bising usus
pengeluaran fases yang kering, keras, dan Kriteria Hasil :  Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan
banyak  Mempertahankan bentuk feses volume
Batasan Karakteristik : lunak setiap 1-3 hari  Konsultasi dengan dokter tentang
 Nyeri abdomen  Bebas dari ketidaknyamanan dan penurunan dan peningkatan bising usus
 Nyeri tekan abdomen dengan teraba konstipasi  Monitor tanda dan gejala ruptur
resistensi otot  Mengidentifikasi indicator untuk usus/peritonitis
 Nyeri tekan abdomen tanpa teraba mencegah konstipasi  Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan
resistensi otot  Feses lunak dan berbentuk terhadap pasien
 Anoraksia  Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi
 Penampilan tidak khas pada lansia (mis, konstipasi
perubahan pada status mental,  Dukung intake cairan
inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak  Kolaborasikan pemberian laksatif
ada penyebabnya, peningkatan suhu  Pantau tanda-tanda dan gejala impaksi
tubuh)  Memantau gerakan usus, termasuk
 Borbogirigmi konsistensi frekuensi, bentuk, volume, dan
 Darah merah pada feses warna
 Perubahan pada pola defekasi  Memantau bising usus
 Penurunan frekwensi  Konsultasikan dengan dokter tentang
 Penurunan volume fases penurunan / kenaikan frekuensi bising
 Distensi abdomen usus
 Rasa rektal penuh  Pantau tanda-tanda dan gejala pecahnya
 Rasa tekanan rectal usus dan / atau peritonitis
 Keletihan umum  Jelaskan etiologi masalah dan pemikiran
 Feses keras dan berbentuk untuk tindakan untuk pasien
 Sakit kepala  Menyusun jadwal ketoilet
 Bising usus hiperaktif  Mendorong meningkatkan asupan cairan,
 Bising usus hipoaktif kecuali dikontraindikasikan
 Peningkatan tekanan abdomen  Evaluasi profil obat untuk efek samping
 Tidak dapat makan, Mual gastrointestinal
 Rembesan feses cair  Anjurkan pasien / keluarga untuk mencatat
 Nyeri pada saat defekasi warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
 Massa abdomen yang dapat diraba tinja
 Adanya feses lunak, seperti pasta didalam  Ajarkan pasieri / keluarga bagaimana
rektum untuk menjaga buku harian makanan
 Perkusi abdomen pekak  Anjurkan pasien / keluarga untuk diet
 Sering flatus tinggi serat
 Mengejan pada saat defekasi  Anjurkan pasien / keluarga pada
 Tidak dapat mengeluarkan feses penggunaan yang tepat dan obat pencahar
 Muntah  Anjurkan pasien / keluarga pada hubungan
Faktor Yang Berhubungan : asupan diet, olahraga, dan cairan sembelit /
Fungsional impaksi
 Kelemahan otot abdomen  Menyarankan pasien untuk berkonsultasi
 Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi dengan dokter jika sembelit atau ìmpaksi
 Ketidakadekuatan toileting (mis, batasan terus ada
waktu, posisi untuk  Menginformasikan pasien prosedur
 defekasi, privasi) penghapusan manual dari tinja, jika perlu
 Kurang aktivitas fisik  Lepaskan impaksi tinja secara manual, jika
 Kebiasaan defekasi tidak teratur perlu
 Perubahan lingkungan saat ini  Timbang pasien secara teratur
 Ajarkan pasien atau keluarga tentang
proses pencernaan yang normal
 Ajarkan pasien / keluarga tentang
kerangka waktu untuk resolusi sembelit

2 Nyeri akut NOC : NIC :


Definisi : pengalaman sensori dan emosional  Pain level Pain Management
yang tidak menyenangkan yang muncul akibat  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
atau digambarkan dalam hal kerusakan Kriteria hasil : karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas,
sedemikian rupa (International Association for  Mampu mengontrol nyeri (tahu dan faktor presipitasi
the study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau penyebab nyeri, mampu  Observasi reaksi nonverbal dari
lambat dari intensitas ringan hingga berat menggunakan tehnik ketidaknyamanan
dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di nonfarmakologi untuk mengurangi  Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
prediksi dan berlangsung <6 bulan. nyeri, mencari bantuan) untuk mngetahui pengalaman nyeri pasien
Batasan karakteristik :  Melaporkan bahwa nyri berkurang  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
 Perubahan selera makan dengan menggunakan manajemen nyeri
 Perubahan tekanan darah nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri
 Perubahan frekwensi janung  Mampu mengenali nyeri (skala,  masa lampau
 Perubahan frekwensi pernapasan intensitas, frekwensi, dan tanda
 Evaluasi bersama pasien dan im kesehatan
 Laporan isyarat nyeri)
lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
 Diaforesis masa lampau
berkurang
 Perilaku distraksi (mis. berjalan mondar  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
mandir mencari orang lain dan atau dan menemukan dukungan
aktivitas lain, aktivitas yang berulang)  Kontrol lingkungan yang dapat
 Mengekspresikan perilaku (mis. gelisah, mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
merengek, menangis) pencahayaan dan kebisingan
 Masker wajah (mis. mata kurang  Kurangi faktor prepitasi nyeri
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata  Plih dan lakukan penanganan nyeri
berpencar atau tetap pada 1 fokus meringis) (farmakologi, nonfarmakologi dan
 Sikap melindungi area nyeri interpersonal)
 Fokus menyempit (mis. gangguan persepsi  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan menentukan itervensi
interaksi dengan orang dan lingkungan)  Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
 Indikasi nyeri yang dapat diamati  Berikan analgetk untuk mengurangi nyeri
 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Sikap tubuh melindungi  Tingkatkan istirahat
 Dilatasi pupil  Kolaborasikan dengan dokter jika ada
 Melaporkan nyeri secara verbal keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Gangguan tidur  Monitor penerimaan pasien tentang
Faktor yang berhubungan : manajemen nyeri
 Agen cedera (mis. biologis, zat kimia, fisik, Analgesic Administration
psikologis)  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekwensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari 1
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal
 Pilih rute pemiberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala.
3 Resiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Mengalami peningkatan resiko  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
terserang organisme patogenik  Knowledge : Infection control          Bersihkan lingkungan setelah dipakai
 Risk control pasien lain
Faktor Resiko :          Pertahankan teknik isolasi
Penyakit kronis. Kriteria Hasil:          Batasi pengunjung bila perlu
         Diabetes melitus
 Klien bebas dari tanda dan gejala          Instruksikan pada pengunjung untuk
infeksi
         Obesitas mencuci tangan saat berkunjung dan
 Mendeskripsikan proses penularan
Pengetahuan yang tidak cukup untuk penyakit, faktor yang setelah berkunjung meninggalkan pasien
menghindari pemanjanan patogen. mempengaruhi penularan serta          Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
Pertahanan tubuh primer yang tidak penatalaksanaannya tangan
adekuat.  Menunjukkan kemampuan untuk          Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
         Gangguan peritalsis mencegah timbulnya infeksi tindakan keperawatan
 Jumlah leukosit dalam batas normal
         Kerusakan integritas kulit (pemasangan          Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
kateter intravena, prosedur invasif) pelindung
         Perubahan sekresi pH          Pertahankan lingkungan aseptik selama
         Penurunan kerja siliaris pemasangan alat
         Pecah ketuban dini          Ganti letak IV perifer dan line central dan
         Pecah ketuban lama dressing sesuai dengan petunjuk umum
         Merokok          Gunakan kateter intermiten untuk
         Stasis cairan tubuh menurunkan infeksi kandung kencing
         Trauma jaringan (mis, trauma destruksi          Tingktkan intake nutrisi
jaringan)
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder          Berikan terapi antibiotik bila perlu
         Penurunan hemoglobin          Infection Protection (proteksi terhadap
         Imunosupresi (mis, imunitas didapat tidak infeksi)
adekuat, agen farmaseutikal termasuk          Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
imunosupresan, steroid, antibodi dan lokal
monoklonal, imunomudulator)          Monitor hitung granulosit, WBC
         Supresi respon inflamasi          Monitor kerentangan terhadap infeksi
Vaksinasi tidak adekuat          Batasi pengunjung
Pemajanan terhadap patogen lingkungan          Sering pengunjung terhadap penyakit
meningkat menular
         Wabah          Pertahankan teknik aspesis pada pasien
Prosedur invasif yang beresiko
Malnutrisi          Pertahankan teknik isolasi k/p
         Berikan perawatan kulit pada area
epidema
         Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
         Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
         Dorong masukkan nutrisi yang cukup
         Dorong masukan cairan
         Dorong istirahat
         Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
         Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
         Ajarkan cara menghindari infeksi
         Laporkan kecurigaan infeksi
         Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  MediAction.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika

Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika

Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai