Anda di halaman 1dari 36

SEMINAR PRAKTIK PENCIRI

KEGAWATDARURATAN
MASYARAKAT PANTAI

PANTAI DONDO BARAT, KOTA AMPANA KABUPATEN


TOJO UNA-UNA PROVINSI SULAWESI TENGAH
Latar Belakang
Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan 0,7%
dari seluruh kematian di dunia atau lebih dari 500.000 kematian setiap
tahun disebabkan karena tenggelam (WHO, 2012).
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas perairan
mencapai 3,25 juta km2 atau sekitar 63% wilayah Indonesia dan
memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km hal ini menjadikan Negara
Indonesia sangat berpotensi untuk terjadinya kecelakaan transportasi
di laut khususnya pada masyarakat pesisir yang mayoritas bekerja di
laut dan wisatawan pantai yang berpotensi terhadap kejadian
tenggelam. (Naskah Akademis. 2015)
Waktu Dan Tempat

Pengambilan data dan pengkajian simulasi


kewagatdaruratan masyarakat pantai di lakukan pada
tanggal 12 Mei 2022. Bertempat di Pantai desa Dondo Barat
Kota Ampana Kabupaten Tojo Una-Una Sulawesi tengah.

Metode Pelaksanaan
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan
pengetahuan tentang pentingnya penanganan pertama pada
korban tenggelam pada masyarakat pesisir pantai. Serta
memberikan penjelasan tentang berbagai metode yang dapat
dipakai atau digunakan dalam pelatihan tersebut.
Capaian Kompetensi

– Melaksanakan pengkajian airway, breathing,


circulation(ABC)
– Membebaskan jalan napas pada korban tenggelam
– Memberikan bantuan hidup dasar
– Melakukan bebat dan bidai, menghentikan perdarahan
dan penanganan cedera akibat binatang laut
– Evakuasi serta transportasi korbandilaut.
– Melakukan konsep dasar manajemen bencana
– Menerapkan perencanaan kejadian darurat/event
– Menerapkan sistem manajemen korban massal
– Mengelola sumber daya kejadian darurat
– Menerapkan manajemen kejadian daruratbesar
Target Mahasiswa
Target mahasiswa dalam partisipasi untuk dilakukannya gawat darurat
masyarakat pantai yaitu 51 Mahasiswa Prodi profesi ners Poltekkes Palu.
Instansi Pendukung
Kegiatan ini tidak hanya di ikuti oleh mahasiswa Prodi pendidikan profesi
ners, Prodi sarjana terapan keperawatan, dan D3 Keperawatan Luwuk tetapi
juga didukung oleh beberapa instansi seperti : Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo
Una-Una, kepolisian (Polsek Ampana, Babinkamtibnas), TNI (Babinsa Desa
Dondo), BPBD Kota ampana, Kabupaten Tojo Una-una, Kantor SAR Luwuk,
Camat Ampana, RSUD Ampana, PSC 119, kepala desa setempat.
Profil dan Gambaran Umum Tempat Kegiatan

Ampana adalah kota kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah. Dihuni


oleh suku asli ta’a dan bare’e yang paham benar arti kebhinekaan hingga
dapat berinteraksi dengan para pendatang dari berbagai Etnis yang ada di
Indonesia. Ampana memiliki luas sebesar 17, 542 kilometer persegi.
Ampana ada sepuluh kelurahan, antara lain desa Malotong, Bailo,
Bailo Baru, Bonerato, Buntongi, Labiabae, Ratolindo, Padang Tumbuo,
Saluaba, dan Sansarino.
Alat dan Bahan Yang Digunakan

Daftar alat (Kebutuhan) Peralatan TKP 2 (TRIAGE)


• Perahu karet 2 • Lembar triage (30lembar)
• Speed boat 2 • Tag/ pita Triage (merah 10,
• Pelampung 30 kuning 20, hijau 20,
• hitam10)
Perahu terbalik 1
• Tas Emergency(2)
• Tandu 3 buah
• Tabung O2 beserta selang
(5)
• Bag Valve Mask (5)
• Set infus, cairan (10)
• Obat emergency
• Masker (1dos)
• Hand sanitizer (5 Botol)
Identifikasi Kejadian/Masalah

Sebuah kapal yang mengangkut sekitar 57 orang asal


Indonesia tenggelam di perairan dondo barat, Sulawesi
Tengah, pada Kamis, 12 Mei 2022 jam 6.30. Empat orang
anak buah kapal (ABK) dan sekitar 36 penumpang berhasil
diselamatkan, 3 orang tewas, sementara lainnya masih dalam
pencarian."Jenazah yang ditemukan 3 orang. Kapal
berangkat dari Gorontalo," kata Hermono kepada awak
media.
Berdasarkan keterangan dari nelayan, kata Hermono,
pada 12 Mei 2022 sekitar pukul 07.00 waktu setempat tiga
kapal nelayan menemukan kapal tenggelam dan melihat
sekitar 33 orang yang memerlukan pertolongan.
TKP 3 (RS LAPANGAN)
• Tempat tidur 5 lipat
• Tikar 10
• Tiang infus
TKP 4 (RUJUK
• Selimut
• Tensimeter, Termometer, oxymetri
AMBULANCE)
• Spanduk
• Tenda besar 1 (RS Lapangan) • Ambulance 3 mobil
• Tenda kecil 2 (tempat triase 1 dan pusat informasi1)
• HT tiap TKP (minimal 4 buah) • Peralatan emergency
• Tabung O2 dan selang
• Pantom BHD3 • HT 4 ( Radio Panggil)
• Oropharingeal tube 5
• Nasopharingeal tube 5
• Neck colar 5
• Infus set 10
• Abocath 10 Posko Informasi
• Cairan infus NaCl 0,9% 5 botol
• RL 5 botol • Petalokasi
• Dextrose 40% 2 botol
• Nebulizer 1
• Spalk tangan 2 pasang
• Alattulis
• Spalk kaki/ panjang 2 pasang
• Mitella 4lembar Catatan daftar jumah korban,
• Nierbeken3
• Kantong sampah medis dan non medis
jumlah SDM, serta fasilitas
• Kain kasa steril 10 Box
• Kasa gulung10
pendukung
• bb. Verban elastis 10
• cc. Hecting set/ Set perawatan luka dd. Toa/ pengeras suara
(Portable)
Jumlah korban

Jumlah korban sebanyak 33 orang, dengan kondisi


korban yakni: korban luka ringan/lecet 7 orang, korban
fraktur radius 3 orang, korban fraktur tibia 3 orang, korban
fraktur servikal 2 orang, korban cedera kepala 3 orang,
korban tertelan air laut 3 orang, korban tersengat ubur-ubur
2 orang, korban tertusuk bulu babi 3 orang, korban luka
bakar 4 orang dan korban meninggal 3 orang.
Pembagian Tugas/Tim

Tim Penolong dari laut ke speed adalah penolong yang bertugas


untuk mengevakuasi korban dari laut menggunakan speed dan perahu
karet menuju darat. Tim ini berjumlah 20 orang dan di damping oleh
BNPB setempat. Evakuasi dari laut ke speed atau ke perahu dengan
cara mendekati korban dan tim penolong berenang untuk menjemput
atau membawa korban mendekat ke speed. 4 orang yang berada di
speed dan 5 orang yang berada di perahu karet. Untuk tim penolong
dari Ners berjumlah 5 orang.
Tim Evakuator1
Tim Evakuator 1 adalah tim yang bertugas mengevakuasi korban dari speed dan
perahu karet menuju ke tim triage. Tim ini berjumlah 18 orang yang bertugas untuk
mengangkut korban dari laut/speed ke darat tehnik mengakuasinya dengan cara
mengangkat korban dari speed dan perahu karet menggunakan tandu maupun dengan
cara evakuasi angkat langsung.
Tim Triage
Merupakan tim yang bertugas untuk memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya
penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi.
Pengelompokkan triage berdasarkan tag label :
–Prioritas Nol (Hitam)
Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk diselamatkan. Prioritas
hitam berjumlah 3 orang.
–Prioritas Pertama (Merah)
Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik atau transport
segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya penderita gagal nafas, henti jantung, Luka
bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat. Prioritas merah berjumlah 10 orang.
–Prioritas kedua (kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang kurang berat dan
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat., Luka bakar ringan,
Fraktur atau patah tulang tanpa Shok dan jenis-jenis penyakit lain. Prioritas kuning berjumlah
13 orang.
–Prioritas Ketiga (Hijau)
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan pertolongan
segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan. Nah mungkin anda
masuk dalam kategori yang ini, jadi Jangan marah-marah dan jangan heran kenapa anda
tidak langsung mendapatkan perawatan di Ruang UGD sementara mereka harus menolong
pasien lain yang lebih parah. Prioritas hijau berjumlah 7 orang.
Tim evakuator 2

Evakuator triase ke Rumah Sakit lapangan dengan tindakan memindahkan pasien


yang sudah dinilai berdasarkan tingkat keparahan oleh tim triase untuk dilakukan
tindakan pertolongan dan penanganan di Rumah Sakit lapangan sebelum dirujuk ke
Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat serta mengantar pasien dengan label kuning dan
merah menuju Rumah Sakit lapangan, lebel hijau ke tempat informasi atau titik kumpul
dan korban dengan kondisi meninggal dunia dibawa ke tempat penampungan mayat
untuk dilakukan identifikasi korban. Cara evakuasi menggunakan tehnik mengangkat
langsung, papah dan memindahkan menggunakan tandu.
Tim Rumah Sakit Lapangan

Tim rumah sakit lapangan merupakan tim yang


bertugas untuk memberikan pertolongan dan penanganan
kedaruratan pada semua korban sesuai dengan tingkat
keparahan masing-masing korban sebelum dirujuk ke
rumah sakit. Tim Rumah Sakit lapangan menerima korban
dari tim evakuator 2 dan melakukan triage kembali,
mengecek atau memeriksa tanda-tanda vital, dan ABCD
sesuai pemeriksaan kegawatdaruratan sebelum melakukan
tindakan perawatan kepada korban serta melakukan
rujukan dengan ambulance ke pelayanan kesehatan yang
lebih memadai sesuai dengan kondisi korban.
Tim posko informasi
Adapun tugas tim posko informasi yaitu mencari dan
mengumpulkan informasi terkait penanganan korban
kecelakaan, mencatat semua korban yang dievakuasi baik yang
hidup maupun yang sudah meninggal, menyampaikan informasi
ke keluarga korban, awak media dan pihak lain yang
membutuhkan informasi, menenangkan keluarga korban guna
mencegah kericuhan.
Keluarga korban
Adapun tugas keluarga korban yaitu membuat suasana simulasi
menjadi kacau dan bertugas sebagai keluarga yang mencari informasi
tentang anggota keluarganya.
Pelaksanaan
– Tim penolong dilaut
Melakukan evakuasi korban dari laut menuju ke darat dengan
menggunakan alat 1 speed dan 3 perahu karet cara evakuasi yaitu
melemparkan pelampung kepada korban yang masih dapat bergerak,
kemudian terjun langsung dengan menjangkau korban dan mendekatkan ke
kapal, dengan cara melakukan tarikan baju pada korban yang dapat di
jangkau, tim penolong sudah siap dengan peralatan yang ada sehingga dapat
mengevakuasikan korban dari perahu ke darat. Seperti menaruh korban di
atas scoop sehingga dapat memindahkan korbar ke darat.
– Tim evakuator 1
Yaitu tim yang bertugas menjemput korban dari speed dan perahu
karet serta korban yang berada dipesisir pantai menuju tempat triase
dengan menggunakan alat evakuasi tandu scoop 3, dan LSB 1. Cara
mengevakuasi yaitu dengan tarikan lengan, tarikan baju dan tehnik
mengangkat langsung.
– Tim Triage
Pelaksanaan yang dilakukan di tim triage yaitu ketika korban tiba langsung
di periksa airway breathing, circulation, disability dan exposure dan ketika
diperiksa korban tidak terdapat nadi, dan tidak ada nafas diberikan label warna
hitam yang artinya korban sudah meninggal dunia. untuk korban dengan
sengatan ubur-ubur dan tertelan air laut namun tidak pingsan diberikan label
warna hijau yang artinya korban tidak mengalami cedera serius dan tidak
darurat . Korban dengan fraktur tibia diberikan label warna kuning yang artinya
kondisi yang mendesak namun bisa menunggu pertolongan dan korban
dengan tidak sadar diberikan label warna merah yang artinya korban dengan
kondisi kritis dan perlu penanganan segera. Semua korban yang dibawa ke
tempat triage dilakukan pemilahan sebelum dibawa ke tempat penanganan
selanjutnya.adapun alat yang digunakan tim triage yaitu pita berwarna merah,
kuning, hijau dan hitam yang berjumlah 35 pita.
– Tim evakuator 2
Pelaksanaan yang dilakukan tim evakuator 2 tidak jauh berbeda dengan
evakuator 1, cara evakuasi menggunakan tehnik pengangkatan secara
langsung, papah dan tehnik memindahkan menggunakan tandu. Tim evakuasi
melakukan teknik pengangkatan terhadap korban-korban dengan cara sebagai
berikut :
– Tim rumah sakit lapangan
Pelaksanaan untuk tim rumah sakit lapangan yakni :
Pasien yang tiba di Rumah Sakit lapangan dilakukan triage ulang sebelum
dilakukan tindakan selanjutnya. Dimulai dengan initial assessment, selanjutnya
tim menggunakan APD dan memastikan bahwa pasien dan lingkungan dalam
kondisi aman untuk dilakukan tindakan, korban lalu dicek respon secara verbal
dan rangasang nyeri, tim saling membantu dalam melakukan penangan pada
korban adapun pengkajian dilakukan melalui circulation, airway, breathing .
korban yang masih bernafas namun nadinya tidak teraba dilakukan CPR
sedangkan korban tidak bernafas tapi nadi teraba diberi bantuan ventilasi
dengan BVM.
Keluarga korban
Keluarga korban mengacaukan situasi serta menerobos masuk ke area
tempat kejadian untuk mencari keluarganya terutama anggota keluarga yang
sangat dekat seperti ayah, ibu, anak, saat kecelakaan laut. Keluarga korban
berteriak histeris, kuat, dan penuh kesedihan sehingga menimbulkan suara
kegaduhan di tempat kejadian. Keluarga korban juga menghambat proses
evakuasi dan penanganan korban.
Korban dengan fraktur radius ulna, fraktur tibia fibula, dilakukan pemasangan
bidai untuk meresposisi area yang cidera. Hal ini bertujuan untuk
mempertahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak,
melindungi bagian tubuh yang cedera, dan mencegah terjadinya kontaminasi
dan komplikasi. Pembidaian dilakukan setelah kondisi saluran napas,
pernapasan dan sirkulasi penderita sudah stabilitas. Untuk korban dengan luka
ringan seperti luka terbuka dilakukan balut tekan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan penyembuhan luka, untuk menyerap sekresi dari luka, untuk
melindungi daerah luka dari bakteri. Untuk korban tertelan air laut di lakukan
heimlich maneuver sampai 5 kali jika pasien muntah heimlich di hentikan, jika
tidak muntah lanjutkan sampai pasien muntah. Hal ini bertujuan memberikan
tekanan paksa pada perut untuk mengeluarkan benda asing yang berada di
rongga pernapasan. Untuk korban tertusuk bulu babi di lakukan menyiram kaki
pakai air cuka kemudian cabut perlahan – lahan durinya, jika terjadi pendarahan
lukanya dibalut. Untuk korban yang dirujuk yaitu korban fraktur tibia fibula,
fraktur radius ulna dan pasien tidak sadarkandiri.
Tim posko informasi

Melaksanakan tugasnya dalam menyampaikan informasi kepada


keluarga korban, awak media dan pihak yang membutuhkan informasi
terkait kecelakaan sehingga meminimalisir terjadinya tumpang tindih
data (berita hoax) terkait kecelakaan, posko informasi juga berperan
mengurangi terjadinya kericuhan di tempat kejadian perkara dengan
cara menenangkan keluarga, menghalau keluarga masuk ke tempat
kejadian perkara.
EVALUASI PERAN

1. Korban
Korban memainkan peran dengan baik tetapi belum
maksimal, masih kurang dalam penghayatan peran dan
ekspresi wajah masih kurang. Korban masih ada yang
kurang memahami peran yang diberikan.
2. Tim penolong dari laut ke speed boot /perahu karet
Tim penolong memainkan peran dengan baik tetapi
masih kurang maksimal, tim penolong masih ada yang
kesulitan menaikkan korban ke speed. Dan tim penolong
masih panik dalam melakukan tindakan yang bisa saja
membahayakan diri nya sendiri.
3. Tim evakuator1
Tim evakuator 1 melaksanakan tugas dengan baik tetapi masih
kurang maksimal, keterbatasan alat yang digunakan seperti tandu, alat
mobilisasi dan keterbatasan tenaga terutama laki-laki.
4. Tim triage
Tim triage melaksanakan tugas dengan baik tetapi masih kurang
maksimal, dikarenakan tim triage masih kesulitan untuk membedakan
yang mana korban yang harus diberi label merah, kuning dan hijau.
Peran korban yang kurang maksimal dan respon yang kurang sesuai
dengan kondisi yang dialami.
5. Tim evakuator 2
Tim evakuator 2 telahmelaksanakan tugas dan melaksanakan
kerja sama tim yan baik, kekurangan di tim evakuator 2 yaitusebagian
kecil petugas merasa panik dalam penanganan korban, tapi kerja
sama tim yang baik saling menguatkan satu sama yang lain sehingga
mampu dalam mengontrol situasi agar tetap terkendali.
.
6. Tim informasi
Tim informasi melaksanakan tugas dengan baik tetapi masih
kurang maksimal, dikarenakan anggota tim informasi kurang Personil
selain bertugas mencari, mencatat informasi dan menyampaikan
informasi kepada keluarga korban, awak media dan pihak yang
membutuhkan informasi dalam waktu bersamaan juga bertugas untuk
menenangkan keluarga korban dalam kondisi keluarga korban yang
banyak membutuhkan informasi.

7. Keluarga korban
Keluarga korban menjalankan peran dengan baik, ekspresi sangat
menjiwai walaupun keluarga korban masih belum mengetahui
bagaimana kondisi keluarga yang menjadi korban sehingga menjadi
korban. keluarga korban sampai naik ambulance untuk memastikan
korban meninggal sehingga menambah kericuhan situasi.
Evaluasi Penanganan Korban
 

– Penanganan terhadap seluruh korban sudah cukup


baik, setiap korban mendapatkan tindakan sesuai
dengan kondisimasing-masing.
– Seluruh korban mendapatkan penanganan yang
baik, tetapi alat yang digunakan sangatterbatas.
– Kerjasama tim dalam penanganan korban baik, tim
sudah mengetahui tindakan atau penanganan yang
akan diberikan kepada setiap korban yang datang.
– Koordinasi dari seluruh tim masih belum maksimal
Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan dapat


disimpulakan bahwa kegiatan pelaksanaan simulasi penanganan
kegawatdaruratan korban kecelakaan laut berlangsung di Pantai
Dondo Barat ampana sulawesi tengah Target peserta pada kegiatan ini
yaitu 51 mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Poltekkes kemenkes
Palu. Dengan kebutuhan alat yang berbeda-beda di setiap TKP.
Instasi Terkait /Terlibat
Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una-Una, kepolisian (Polsek
Ampana, Babinkamtibnas), TNI (Babinsa Desa Dondo), BPBD Kota
ampana, Kabupaten Tojo Una-una, Kantor SAR Luwuk, Camat
Ampana, RSUD Ampana, PSC 119, kepala desa setempat.

Anda mungkin juga menyukai