Anda di halaman 1dari 12

Nama : Permata Setia Ayusdini

NIM : P07133221093

Prodi : STr. Kesehatan Lingkungan (B)

RESUME MANAJEMEN BENCANA LINGKUNGAN

MATERI I

“ Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)”

Oleh : Ns. Maryana, S.SiT.,S.Psi.,S.Kep.,M.Kep

• Pendahuluan

Bencana dapat terjadi kapan saja :

A. Akibat alam : gempa, gunung meletus, dsb


B. Akibat manusia : banjir, kebakaran, dsb

Namun ada hal yang bisa terjadi kapan saja,menimpa siapa saja, dimana saja

• HENTI JANTUNG
Heti jantung merupakan proses Berhenti mendadak fungsi jantung, ditandai dengan
hilangnya kemampuan jantung untuk memompa, berhenti nafas dan kehilangan kesadaran
. Penyebabnya yaitu gangguan listrik jantung yang menyebabkan berhentinya jantung.
• Penyebab dan Faktor risiko
Penyebab : Gangguan irama jantung Faktor risiko : hipertensi, diabetes, obesitas
(kegemukan), merokok, usia tua, kebiasaan hidup yang tidak sehat, dan lain-lain → Tapi
bisa terjadi pada siapa saja
➢ Mati Klinis
1. Tidak ada nafas dan nadi
2. Reversibel
3. Punya waktu 4-6 menit untuk RJP
➢ Mati Biologis
1. Kematian sel Otak
2. Irreversibel
3. Terjadi 8-10 menit setelah henti jantung
➢ Tanda- tanda mati pasti
1. Lebam mayat (20-30 menit)
2. Kaku mayat (1-2 jam )
3. Pembusukan (6-12 jam)
4. Terdapat cidera mematikan
• Identifikasi BHD
1. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
2. Resusitasi Jantung Paru ( RJP)
3. Resusitasi Jantung Paru dan Otak (RJPO)

Semua tindakan diatas segera untuk menghentikan proses kematian

• RESUSITASI
Resusitasi adalah pengembalian dari proses yang mendadak menunjukkan proses kematian
. Sedangkan RJP (Resusitasi Jantung Paru) merupakan satu kesatuan rangkaian tindakan
karena satu dengan yang lain tidak terpisah .
• Batuan Hidup Dasar
Bantuan Hidup Dasa merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan saat penderita
mengalami keadaan yang mengancam . Tanpa adanya cairan , obat dan terapi kejut listrik.
• Jantung / Cardiac
Jantung adalah organ berongga sebesat kepalan tangan dengan beat ± 300gr g memompa
darah mll pembuluh darah dengan kontraksi yg berulang.
• SCA ( Sudden Cardiac Arrest)
SCA a.k.a Henti Jantung yaitu hilangnya henti jantung
Scr tiba – tiba yang mendadak bisa terjadi padaseseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak . Waktu kejadian tidak bisa diperkirakan terjadi dengan
sangat cepat begitu muncul tanda dan gejala .
• CPR/ RJP (Cardiopulmonary Resusctation ) atau RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Resusitasi Jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi sirkulasi dana tau nafas
yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan kembali kedua dua
fungsi jantung dan paru ke kadaan normal.
• Shout For Help
1. Tetap bersama korban gunakan handpone untuk memanggil bantuan , aktifkan speaker
unutk berkomunikasi dan mendengarkan intruksi tenaga kesehatan .
2. Jika sendiri tanpa handpone , berteriak meminta tolong dan ambil AED (jika dapat
tersedia segera )sebelum memulai RJP.

Shout For Help berdasarkan tempat :

1) Diluar Rumah Sakit : Orang lain disekitarnya / panggil 119 (PERMENKES NO 19


TAHUN 2016)
2) Didalam Rumah Sakit : Tim Code Blur Rumah Sakit
• Cek Nadi Karotis atau Nadi Brachialis
1. Dewasa dan Anak : Cek nadi carotis , bayi
2. Karotis : Letakkan dua jari ke jakun leher anak , taik 2cm kearah penolong. Jika
Brachialis ,letakkan 2 jari kemedial atas .
3. Tekan lembut dan rasakan denyut nadi ± 10 detik.
4. Jika tidak adadenyut nadi , mulai kompresi dada.
• Circulation
A. Atur Posisi
1) Pasien telentang diatas permukaan yang keras dan datar
2) Posisi penolong : berlutut disamping pasien , atau berdiri disamping pasien
3) Letakkan tumit telapak tangan pada petengahan dada (seperdua bawah sternum)
dengan telapak tangan ditumpuk dengan jari ditautkan .
• Memposisikan Tangan untuk Kompresi
A. Dewasa :
1) Letakkan tangan non dominan tepat ditengah sternum dada, tangan, dominan
menopang diatas tangan non dminan
2) Kaitkan jari tangan yang diatas ke jari tangan yang dibawah
3) Siku lurus , kekuatan dorongan dari bahu
4) Gunakan berat badab kita untuk menenkan dada korban
B. Anak
1) Lrtakan satu telapak tangan diatas dada tepat dengan sternum
2) Siku lurus , kekuatan dorongan dari bahu
3) Tangan yang tidak melakukan CPR berpegangan paha agar stabil
C. Bayi
1) Letakkan jari tengah dan jari manis ditengah strernum kurang lebih 1 jari
dibawah putting susu
2) Ujung jari lurus
• CPR dihentikan pada saat
1. Bila nadi sudah teraba
2. Jika ada penolong yang lebih kompeten datang
3. Jika penolong kelelahan dan tidak ada yang menggantikan
4. Jika tanda—tanda kematian Nampak , padahal penolong sudah bergantian memberi
batuan cukup lama
MATERI II
STABILISASI, EVAKUASI DAN TRANSPORTASI
• Syarat merujuk dengan metode 4W + 1H
- WHAT is the problem? Apa masalahnya?
- WHO do I transport? Siapa yang di transport?
- WHERE should i send the patient? Kemana pasien akan dikirim?
- WHEN should i transfer the patient? Kapan pasien ditransfer?
- HOW should i transport? Bagaimana cara pasien akan ditransport?
• Pengangkatan dan Pemindahan pasien darurat dan non darurat
- Memahami mekanik tubuh
- Prinsip : Do No futher harm
- Memperhatikan prinsip ergonomi
- Jika tidak ada keadaan mengancam petugas di TKP : Stabilkan ; Pindahkan
- Jika ada keadaan mengancam petugas di TKP : pindahkan : stabilkan
• Panduan dalam mengangkat penderita
- Kenali kemmapuan diri dan tim
- Berjongkok, jangan membungkuk
- Dilakukan secara bersama, jika tidak mampu jangan dipaksakan
- Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sebelahnya
- Tangan yang memegang menghadap kedepan
- Tubuh sedekat mungkin dengan beban
• Sistem mekanika tubuh penolong saat mengangkat pasien
- Memahami mekanik tubuh dalam mengangkat : penting : Hindari cedera
- Teknik pemindahan : kemampuan otak bukan hanya tenaga (brain not brawn)
- Kunci cegah cedera : garis lurus tulang belakang
- Kerjasama-komunkasi-koordinasi tim sangat diperlukan
• Prinsip dasar untuk mencegah cedera
- Rencanakan gerakan sebelum mengangkat
- Gunakan paha, bukan punggung
- Usahakan gerakan tubuh penolong sebagai satu kesatuan
- Kurangi jarak atau ketinggian
- Usahakan berat benda sedekat mungkin dengan tubuh penolong
• Evakuasi Pasien
1. Pemindahan Darurat
- Situasi membahayakan keselamatan penderita/penolong
- Menghalangi akses penolong ke penderita lain yang mungkin lebih parah
- Lokasinya tidak memungkinkan untuk melakukan RJP
2. Pemindahan Tidak Darurat
- Situasinya tidak membahayakan diri penolong dan penderita
- Perawatan darurat di lapangan dan pemeriksaan tanda vital telah diselesaikan
- Korban dalam keadaan stabil, semua cedera telah ditangani dengan baik
- Kecurigaan fraktur servikal dan spinal telah dimobilisasi
• Pemindahan Pasien
1. Darurat
- Tarikan baju
- Tarikan selimut
- Tarikan bahu/lengan
2. Non Darurat
- Pengangkatan langsung
- Pengangkatan extremitas
- Menggunakan alat (LSB/Tandu)

• Penggunaan Scopestrecher
1. Siapkan alat
2. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Stabilkan pasien (ABC)
4. Posisikan terlentang pasien (yang sudah distabilkan)
5. Ukur panjang strecher sesuai panjang pasien
6. Buka scopestrecher
7. Miringkan pasien dengan cara logroll, (satu penolong mengimobilisasi leher dengan 2
tangan memegang bahu pasien sambil menjepit kepala, satu penolong lain memegang bahu
pasien dan pinggang pasien dari sisi depan, satu penolong lain memegang pinggang dan
kaki pasien)
8. Miringkan pasien secara bersama2 dari kepala sampai kaki sekitar 20 derajat, satu
penolong lagu memasukkan scopesctrecher yang sudah dibuka
9. Kedua penolong yang disisi pasien pindah kesisi satunya, dengan cara yang sama,
miringkan kembali pasien
10. Satu penolong lain memasukkan scopesctrecher kemudian mengunci scoprstrecher
11. Pasien siap dipindahkan
12. Angkat secara bersama, pada saat berjalan, yang ada didepan adalah kaki pasien

• Penggunaan LSB
1. Siapkan alat
2. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Stabilkan pasien (ABC)
4. Posisikan terlentang pasien (yang sudah distabilkan)
5. Miringkan pasien dengan cara logroll, (satu penolong mengimobilisasi leher dengan 2
tangan memegang bahu pasien sambil menjepit kepala, satu penolong lain memegang bahu
pasien dan pinggang pasien dari sisi depan, satu penolong lain memegang pinggang dan
kaki pasien)
6. Miringkan pasien secara bersama2 dari kepala sampai kaki sekitar 90 derajat, satu
penolong lagu memasukkan LSB ke punggung pasien
7. Secara bersama2 miringkan kembali pasien ke posisi terlentang
8. Pasang headimmobiliser, ikat pasien dengan safety belt pada bagian dada, pinggang dan
kaki
9. Pasien siap dipindahkan
10. Angkat secara bersama, pada saat berjalan, yang ada didepan adalah kaki pasien
• Hal-hal yang harus diperhatikan
- Penderita diselimuti
- Jangan tinggalkan pasien sendiri diatas brangkar
- Jelaskan pasien tujuan perjalanan
- Sedapat mungkin lakukan straping
- Posisi mendorong, Kaki pasien didepan
- Didalam ambulans, posisi kepala didepan
- Pasien dalam persalinan posisi dlm ambulan kepala dibelakang

• Transportasi Penderita
1. Cukup ruang agar penderita dapat diposisikan terlentang
2. Dapat memuat dua penderita dan petugas
3. Cukup tinggi untuk petugas berdiri dalam melakukan tindakan yang diperlukan selama
perjalanan
4. Cukup tinggi untuk peletakkan cairan infus yang diberikan ke penderita (min 90 cm)
5. Dilengkapi peralatan medis dan non medis untuk penanganan penderita
6. Dilengkapi alat komunikasi (radio, telepon mobil atau telepon seluler)
7. Identitas kendaraan yang jelas (jenis ambulans)
MATERI III
“Triase”

• KONSEP TRIAGE
Triase adl pemilihan penderita menurut beratnya keadaan gadar. Triase ini bukan
mengobati, namun hanya memilah (memilih dan memisahkan). Triage, yaitu skenario
pertolongan yang akan diberikan sesudah fase keadaan darurat. Pasien yang sangat
terancam hidupnya harus diberi prioritas utama. Pada bencana alam dimana terjadi
sejumlah kasus gadar sekaligus, maka skenario penanganan keadaan kritis harus
dirancang sedemikian rupa shg pertolongan memberikan hasil yang maksimal dengan
memprioritaskan yang paling gawat dan harapan hidup tinggi. Prioritas utama
penderita dengan gangguan ABC,
contoh: penderita sesak napas atau perdarahan hebat. Prioritas sedang (tanpa gangguan
ABC), tetapi mungkin akan memburuk bila ditinggalkan,
contoh: fraktur tulang femur Prioritas rendah, adalah penderita dengan luka dan tidak
berdarah lagi atau patah tulang lengan atau tangan. Bukan prioritas, yaitu penderita
yang meninggal
• METODE TRIASE
METTAG (Triage tagging system) : dgn memberi bendera warna. START (Simple Triage
And Rapid Treament), atau sistim triase Penuntun Lapangan. Berupa penilaian pasien 60
detik dgn mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental (RPM: R= Respirasi; P=Perfusi;
M=status Mental) utk memastikan kelp korban (lazimnya juga dgn tagging) yg
memerlukan transport sgr atau tidak, atau yg tdk mungkin diselamatkan atau mati. Metode
ini memungkinkan penolong scr cpt mengidentifikasikan korban yg dgn risiko besar akan
kematian sgr atau apakah tdk memerlukan transport sgr.
• Triase Sistem Kombinasi METTAG dan START
Sistem METTAG (sistim tagging) dgn kode warna yg sejenis bisa digunakan sbg bagian
dari Penuntun Lapangan START. Resusitasi di ambulans atau di Area.
• PEMBERIAN KODE WARNA BERDASARKAN PRIORITAS
➢ Prioritas utama : warna merah
➢ Prioritas sedang : warna kuning
➢ Prioritas rendah : warna hijau
➢ Bukan prioritas : warna hitam (meninggal)
• TRIASE LAPANGAN
1. Triase di tempat (triase satu).
2. Triase medik (triase dua).
3. Triase evakuasi (triase tiga)
• PELAKSANAAN TRIAGE
➢ Tahap 0 atau Awal
Panggil semua penderita yg dpt berjalan, dan perintahkan utk pergi pd tempat .
Semua penderita yg berada pd tempat tsb mendapatkan bendera/kartu hijau.
➢ Tahap Pertama (airway) Pergi ke penderita yg terdekat dan periksalah apakah masih
bernapas. Bila tidak bernapas diberi warna hitam. Bila kembali bernapas diberi
warna merah. Bila bernapas spontan pergi ke tahap berikutnya (breathing)
➢ Tahap Kedua (breathing) Bila penderita dpt bernapas spontan hitung kecepatan
pernapasan. Bila lebih dari 30 kali per menit diberi warna merah. Bila pernapasan
kurang dari 30 kali per menit, lanjutkan ke tahap berikutnya.
➢ Ketiga (circulation) Periksa pengisian kembali kapiler (capilary refill). Bila lebih
dari 2 detik, diberi warna merah. Bila kurang dari 2 detik, lanjutkan ke tahap
berikutnya. Dalam keadaan gelap, pemeriksaan capilary refilling sulit dinilai.
Sebagai gantinya diperiksa denyutan nadi radialis. Bila teraba artinya sistolik
mungkin lebih besar dari 80 mmHg Bila tidak teraba denyutan radialis, diberi warna
merah. Bila teraba nadi radialis, lanjutkan ke tahap berikutnya
➢ Keempat (dissability/kesadaran) Penderita harus mengikuti perintah kita, misalnya
disuruh mengangkat tangannya. Tidak dapat mengikuti perintah, diberi warna
merah, dan dapat mengikuti perintah, diberi warna kuning
• TRIAGE
Pengelompokkan atau pemilahan korban / penderita yang berdasarkan atas berat-ringannya
trauma / penyakit. Triage (Triase) berasal dari bahasa Perancis Triage = Memilah Proses
pengelolaan pasien, dimana dilakukan pemilahan berdasarkan tingkat kegawatdaruratan
yang diderita oleh pasien
Tujuan :
1. Menyebutkan Tugas tim triage di lapangan
2. Menjelaskan Perbedaan tipe label Triage
3. Menggambarkan mekanisme Triage lapangan
• TUGAS TIM TRIAGE DI LAPANGAN
1. Tim Medis yang tiba pertama kali di TKP akan mengambil alih tugas Triage
,sampai arahan Field Medical Commander mengatakan tidak.
2. Jangan menjadi pengangkut tandu Mintalah segera bila tidak tersedia
3. Jelaskan peran pengangkut tandu.
4. Tunjukkan pada mereka lokasi P1, P2, P3 dan korban yang sudah meninggal
5. Yakinkan semua penderita P1 dan P2 dipindahkan dengan tandu
6. Bantulah tim lain bila sudah selesai melakukan triage
7. BilaTim triage ditempat lain belum tiba
8. Pada titik evakuasi yakinkan satu ambulance untuk satu pasien Medics/Ambulance
Officers tak dapat merawat lebih dari satu pasien P1
9. Filosofi Load and go dilapangan.
• Cruciform Label
➢ Keuntungan
Dapat dilipat ,hanya bagian yang diinginkan saja terletak diluar. Sangat berguna
untuk dynamic triage.
➢ Kerugian
Lipatan harus dipertahankan supaya tidak kembali kebentuk semula Tehnik melipat
mungkin membingungkan Korban mungkin bisa meyalahgunakan label ini / abuse
Tak dapat dipakai pada pasien yang aktif bergerak

Anda mungkin juga menyukai