Anda di halaman 1dari 23

MAMALIA LAUT TERDAMPAR

DI INDONESIA

Drh. Indra Exploitasia, M.Si.


Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
DEFINISI HEWAN
OIE OIE Terrestrial Code
hewan darat (terrestrial animals) mamalia, unggas & lebah

OIE Aquatic Code


Hewan akuatik : semua tahapan dari siklus hidup ikan, moluska, krustasea dan amfibi yang
berasal dari usaha akuakultur/alam liar, untuk tujuan diternakkan, dilepas ke lingkungan, konsumsi
manusia/untuk tujuan sebagai ikan hias (ornamental fish).”

OIE Terrestrial Code


Satwa Liar : satwa liar yang didomestikasi kemudian meliar kembali (feral animals), satwa liar
DEFINISI SATWA LIAR
yang ditangkarkan (captive wild animals), dan satwa liar yang hidup di alam bebas (wild animals)
Pada umumnya, semua peraturan perundangan tentang kesehatan hewan di
suatu negara mengacu ke OIE Terrestrial Code, dan kesehatan hewan
akuatik ke OIE Aquatic Code

OIE Terrestrial Code OIE Aquatic Code


menetapkan standar-standar menetapkan standar-standar kesehatan
kesehatan dan kesejahteraan hewan, hewan akuatik dan kesejahteraan ikan
dan kesehatan masyarakat veteriner, yang diternakkan, termasuk standar
termasuk standar perdagangan perdagangan internasional yang aman
internasional yang aman untuk hewan untuk hewan akuatik (amfibi, krustasea,
darat (mamalia, unggas, dan lebah) ikan dan moluska).
 Meskipun UU No. 18/2009 mencakup keseluruhan jenis binatang/satwa
(hewan, hewan peliharaan, ternak, dan satwa liar), akan tetapi pengaturan
hewan akuatik tidak bisa dilepaskan dari UU No. 45/2009 tentang
Perubahan Atas UU No. 31/2004 tentang Perikanan, dan pengaturan satwa
liar di bawah UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemmya.
 Pembuatan peraturan perundangan nasional dan internasional - 'hewan
pertanian' (animal agriculture), seperti yang kemudian juga terjadi pada UU
No. 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. UU ini
mengamanatkan beberapa ketentuan lebih lanjut yang berkaitan dengan
bidang kesehatan hewan dan dua diantaranya yang sudah diterbitkan
adalah Peraturan Pemerintah PP No. 95/2012 dan PP No. 41/2012 .
 PP lain yang belum terbit sampai dibuatnya tulisan ini adalah PP yang
mengatur tentang pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, dan
otoritas veteriner.
 Satwa liar, Indonesia mengadopsi peraturan
global yaitu Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and
Flora (CITES).
 Indonesia juga telah mengesahkan peraturan
internasional United Nations Convention on
Biological Diversity (CBD) yang meliputi
ekosistem, jenis dan genetik yang mencakup
hewan, tumbuhan dan jasad renik (mikro-
organisme) melalui UU No. 5/1994.
 International Union for Conservation of
Nature (IUCN) juga mengikuti pedoman-
pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi ini
yang menetapkan standar daftar spesies satwa
liar dan upaya penilaian konservasinya
(IUCN Red List).
MAMALIA LAUT
MAMALIA LAUT
1. Hewan menyusui yang menggantungkan hidupnya dalam
perairan laut baik untuk tinggal maupun mencari makan.
2. Mamalia laut rata-rata memiliki bobot tubuh yang sangat
besar.
3. Seluruh mamalia laut memiliki persamaan yaitu harus
berenang ke permukaan laut untuk memperoleh oksigen
dari udara.
4. Mamalia laut menyelam dengan kedalaman beberapa ratus
meter untuk mencari mangsa berupa ikan atau cumi-cumi dan
kemudian berenang kembali ke permukan.
5. Mamalia laut mampu menahan nafas dengan cukup lama
sehingga mampu menyelam dengan baik.
6. Kejadian mamalia laut terdampar makin sering terjadi yang
belum diketahui penyebabnya dan sebagian besar menyebabkan
kematian.
7. Fenomena laut, aktivitas manusia dan perubahan cuaca
ekstrem menjadi faktor terjadinya peristiwa mamalia laut
terdampar.
KEMUNGKINAN PENYEBAB

 Mamalia laut mencari makan


menggunakan sonar (gempa, bom dll),
kebisingan, cuaca ekstrim & terganggu-
kejadian terdampar–disorientasi.
 Terluka kena karang, stres, panik,
kelelahan dan mati.
 Indikasi keberadaan palastik.
Dokter hewan berperan untuk proses
 Pencemaran kimia (klorin dll) bisa juga penyelamatan, pengamatan, nekropsi
buat infeksi dan keracunan. serta analisis penyebab terdampar dan
kematian pada peristiwa mamalia laut
 Tertabrak kapal, aktivitas perikanan, dan terdampar.
bayi terpisah dari induknya.
 Blooming alga
SURVEILLANCE
 Deteksi dini–pelaporan dini – respon  Hidup: Dugong, Paus, Pesut dan Lumba-lumba
dini – call center atau SehatSatli  Handuk/selimut basah
(Laporan Umum dan khusus) atau  Tandu (kalau mungkin)
manual via UPT KSDAE – BKSDA/TN  Matras/alat lunak
– UPT KSDAE ada 74 (26 BKSDA dan  Ember/sprayer untuk membasahi
48 TN)  Animal welfare
 Mati: APD
 Risk assessment dan Mitigasi:  Nekropsi untuk mengetahui pasti
musim, cuaca, fasilitas publik- penyebab kematian hewan
bersama  Disposal
(dikubur/dibakar/ditenggelamkan)
KOMPOSISI MEDIK KONSERVASI DI INDONESIA
Dokter Hewan (n = 29 Orang)

6 Orang

3 Orang
2 Orang
2 Orang
1 Orang
2 Orang

1 Orang
1 Orang

1 Orang
2 Orang 1 Orang
1 Orang
4 Orang

1 Orang
1 Orang

1 Orang

WEBSITE : http://sehatsatli.menlhk.go.id SMS GATEWAY (1280 ATAU 0811-9925-200)


KOORDINASI PENTING
JEJARING PEMANGKU
KEPENTINGAN
 Dilaksanakan upaya penyelamatan terpadu melibatkan
Pemerintah, Akademisi, TNI, POLRI, BIJMN, Swasta, LSM dan
masyarakat.
 Tim terdiri dari:
1. Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut – KKP
2. Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati – KLHK
3. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL)
4. Satwas PSDKP, BBKSDA/BKSDA, Kantor Cabang Dinas Kelautan
dan Perikanan Wilayah, DKP Provinsi, Dinas Perikanan Kabupaten,
Dandim, Danlanal, Polres, Danposal, Polair Polres, dan Danramil
5. WSI, Flying Vet, PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkit (PJB
UP) Paiton, PT. YTL Jawa Power, PT. Paiton Operation &
Maintenance Indonesia (POMI), Universitas dan Kelompok
Masyarakat.
 Bukan Mammalia Laut - Ikan Hiu Paus (Rhincodon typus)
adalah ikan yang dilindungi berdasarkan UU No 5/1990 tentang
Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem dan UU No
31/2004 jo CIU 45 tahun 2009 tentang Perikanan.
Contoh:
 Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan
Perikanan bahwa pembentukan tim dalam rangka evakuasi Hiu Paus ini
harus segera dilakukan.
 BPSPL Denpasar melakukan koordinasi penanganan dengan membentuk
tim terpadu dan menyusun rencana aksi agar evakuasi Hiu Paus dapat
dilakukan segera.
 Evakuasi Hiu Paus menjadi penting, lanjut Brahmantya karena PLTU
Paiton merupakan objek vital nasional dan Hiu Paus merupakan ikan
yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia dengan Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 18/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan
Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus (Rhincodon typus).
 Direktur Jenderal KSDAE, KLHK menegaskan bahwa upaya
penyelamatan ini bukti nyata konservasi satwa dilindungi tidak dapat
dilakukan satu pihak saja, tetapi perlu dukungan banyak pihak.
 Direktur Utama PT PLN dengan memberikan dukungan dan
mengkoordinasikan upaya-upaya evakuasi terhadap ikan Hiu Paus.
 Direktorat KKHL-KKP, Direktorat KKHSG-KLHK, BPSPL Denpasar, serta
sejumlah pihak lainnya, dipimpin langsung Letkol Inf. Imam Wibowo,
Komandan Kodim 0820 Probolinggo.
NEKROPSI – SAMPEL/SPESIMEN – LABORATORIUM

BKSDA akan mengeluarkan SATS-DN (Surat Angkut Penerbitan SATS-DN dapat dilakukan setelah dapat
Tumbuhan dan Satwa Dalam Negeri). dibuktikan adanya :
Peredaran tumbuhan dan satwa baik yang bersifat 1. Izin Pengedar Dalam Negeri Tumbuhan dan
komersial (perdagangan, tukar menukar, penyediaan Satwa Liar.
jasa atau bentuk lain dalam pemanfaatan atau 2. Izin terkait dengan legalitas asal-usul
keuntungan ekonomis) maupun non komersial
(pengkajian, penelitian dan pengembangan, koleksi spesimen berupa izin mengambil atau
herbarium atau museum, pemeliharaan untuk menangkap atau SATS-DN dari wilayah lain.
kesenangan, bawaan pribadi, cinderamata dan tukar 3. Laporan mutasi stok tumbuhan dan satwa liar.
menukar, pengembangbiakan) wajib disertai SATS-DN.
AKSES SUMBER DAYA GENETIK (SDG)
PERMENLHK P.2 TAHUN 2018 TUJUAN AKSES
NON KOMERSIAL
1. Penelitian taksonomi, identifikasi
dan distribusi spesies
2. Penelitian untuk konservasi
spesies liar
3. Penelitian forensik untuk
pembuktian kejahatan terkait
hidupan liar.

KOMERSIAL
1. Bioprospeksi
2. Pengembangan teknologi
3. Kegiatan lain untuk memperoleh
keuntungan secara finansial.
KELENGKAPAN
PERMOHONAN AKSES SDG
 Proposal
 SIP dari Kemenristek Dikti (pemohon asing/
terkait kepentingan asing)
 PADIA/PIC (Prior Informed Consent)
(pemohon asing / terkait kepentingan asing)
 Kesepakatan Bersama (Mutually Agreed
Term) (pemohon asing / terkait kepentingan
asing)
 Rekomendasi dari LIPI untuk :
• Pemohon dalam negeri, jenis dilindungi
• Pemohon asing
c
Taman Nasional Teluk Cendrawasih
16 September 2019 dibentuknya tim evakuasi Rescue Whale Shark Paiton
Tim yang telah terbentuk dipimpin oleh Letkol Inf. Imam Wibowo, Komandan Kodim
0820/Probolinggo melakukan langkah-langkah segera dalam evakuasi Hiu Paus yang terdiri
dari survey lapangan, perencanaan evakuasi, pelaksanaan evakuasi dan evaluasi.
Foto: AFP
Foto: BeritaSatu Photo/Antara/Irwansyah Putra-AFP/Chaideer Mahyuddin

Alat berat mengangkat paus yang mati untuk Tim BKSDA Aceh melakukan otopsi terhadap
proses nekropsi dan penguburan di pantai paus sperma yang mati setelah terdampar di
Ujong Kareung, Aceh Besar, Aceh, 14 pantai Ujong Kareung, Aceh Besar, Aceh, 14
November 2017. November 2017.
12 Maret 2019 Gianyar - Paus langka yang 31 Januari 2019 - BBKSDA Sumatera Utara telah
dikenal nama Lodan terdampar di Pantai mengevakuasi lumba-lumba betina sepanjang 2,5
Rangkan, Ketewel, Sukawati, Gianyar (sebelum meter di Sungai Kualuh, Kabupaten Labuhanbatu
terhempas ke bibir pantai telah dilakukan rescue dengan (Bangkai mamalia tersebut kemudian dibawa ke kantor BBKSDA
pendorongan ke tengah laut) di Kota Medan untuk dilakukan nekropsi)
BKSDA Jatim Teliti Penyebab Paus Terdampar di Perairan Bangkalan Madura, 18 Februari 2021
Jumlah paus pilot yang terdampar sebanyak 52 ekor (49 ekor ditemukan mati dan 3 ekor hidup)
Tiga ekor paus yang ditemukan hidup telah digiring dan dilepaskan ke laut lepas.
TANTANGAN DAN ARAHAN KE DEPAN
 KLHK kewenangannya pada satwa liar, maka akan  Capacity building dan Kompetensi dokter hewan
melakukan konsolidasi dengan Kementerian Pertanian dan petugas KLHK lainnya perlu ditingkatkan
selaku focal point untuk OIE pada semua jenis hewan baik dari aspek medis konservasi maupun
dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. pemahaman terhadap biologi konservasi untuk
 Isu kesehatan dan penyakit satwa liar perlu mendapat pengendalian zoonosis dan penanganan
perhatian dari masyarakat luas sehingga dapat lebih mamalia laut terdampar.
terdeteksi lebih awal dan wabah terhadap EID  Mitigasi
bersumber satwa liar dapat diantisipasi dan dicegah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai