Anda di halaman 1dari 3

Pergerakan Nasional

Tahap awal perjuangan nasional ditandai dengan lahirnya Budi Utomo (1908), Serikat
Dagang Islam (1912) dan Sumpah Pemuda pada tahun 1928 yang merupakan manifestasi
tekad dan keinginan bangsa Indonesia dalam menemukan dan menentukan identitas, rasa
harga diri sebagai bangsa, dan solidaritas menuju persatuan dan kesatuan bangsa lalu
menjurus pada kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.

Budi Utomo
Boedi Oetomo atau Budi Utomo merupakan organisasi pemuda pertama di Indonesia yang
bersifat nasional berbentuk modern, yaitu organisasi dengan pengurus yang tetap, ada
anggota, tujuan, dan program kerja. Budi Utomo adalah organisasi yang bergerak di bidang
sosial, ekonomi, dan kebudayaan tanpa melibatkan unsur politik.
Organisasi tersebut didirikan oleh Soetomo bersama Soeradji Tirtonegoro, Goenawan
Mangoenkoesoemo, Gondo Soewarno, Soelaiman, dan masih banyak lainnya.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menuliskan, perjuangan yang selama ini
bersifat kedaerahan berubah menjadi bersifat nasional dengan tujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia.
Budi Utomo memelopori perjuangan dengan memanfaatkan kekuatan pemikiran dan
mendorong munculnya organisasi-organisasi pergerakan lainnya.
Perhimpunan Indonesia, Sarekat Islam, Indische Partij, dan Muhammadiyah merupakan
organisasi-organisasi yang lahir setelah menjalin interaksi dan komunikasi secara rutin
dengan Budi Utomo.
Meski memiliki ideologi yang berbeda, organisasi pada masa pergerakan memiliki tujuan
yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Beragamnya organisasi pada masa pergerakan mempercepat tercapainya kemerdekaan karena
pada dasarnya organisasi-organisasi tersebut saling melengkapi.
Budi Utomo sebenarnya merupakan perkumpulan cendekiawan Jawa dan memiliki ikatan
kuat dengan kebudayaan Jawa. Budi Utomo didirikan di bawah filosofi dan kebudayaan Jawa
dengan mengikuti garis-garis modern dari Barat atau Eropa.
Dominasi orang Jawa dalam daftar siswa STOVIA (sekolah dokter Jawa yang didirikan
pemerintah kolonial) yang berpartisipasi dalam kegiatan pembentukan organisasi ini.
Nama Boedi Oetomo diusulkan Soeradji, kawan sekelas Soetomo yang juga menghadiri
pertemuan dengan Wahidin. Budi Utomo dipandang sebagai satu di antara dampak
keberhasilan politik etis di tanah Jawa.
Tidak seperti organisasi pribumi lainnya yang memilih jalur radikal, Budi Utomo yang
moderat-progresif tidak mendapat suatu kesulitan apa pun sejak didirikan.
Belum genap satu tahun berdiri, perkumpulan ini sudah mendapat pengakuan dari Gubernur
Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz dan berhak berdiri di hadapan pengadilan Hindia
Belanda dalam kedudukan yang sama dengan seorang sipil Eropa.

Sumpah Pemuda
Selain lahirnya Budi Utomo, peristiwa yang menandai kebangkitan bangsa Indonesia adalah
Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda merupakan ikrar pemuda-pemudi Indonesia yang digagas
oleh Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan dihadiri juga oleh para pemuda lainnya.
Tercetusnya Sumpah Pemuda didorong oleh kesadaran rakyat Indonesia untuk bersatu
melawan penjajah pada tahun 1908.
Banyaknya penjajah di Indonesia saat itu mendorong para pemuda Indonesia di berbagai
wilayah membentuk suatu perkumpulan untuk melakukan perlawanan. Di samping itu, mulai
banyak bermunculan juga organisasi yang diinisiasi oleh kalangan muda, salah satunya Tri
Koro Dharmo yang didirikan oleh Satiman pada 7 Maret 1915. Tri Koro Dharmo mengajak
para pemuda untuk mengubah cara pandang mereka dan kondisi di Indonesia saat itu.
Seiring berjalannya waktu, organisasi ini kemudian berubah nama menjadi Jong Java, diisi
oleh dominan pemuda Jawa, Madura, Bali, dan Lombok.
Setelah Jong Java, mulai lahir organisasi serupa berbasis kesukuan, seperti Jong Batak, Jong
Minahasa, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum Betawi. Karena ada banyak organisasi
kedaerahan yang muncul, maka dilakukan Kongres Pemuda I pada 1926.
Hasilnya, lahir gagasan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang diusulkan
oleh Mohammad Yamin. Namun, Kongres Pemuda I dinilai masih belum memberikan hasil
yang signifikan, karena masih ada ego kedaerahan yang kuat. Oleh sebab itu, dilaksanakan
Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928, yang hasilnya, melakukan perjuangan
melawan penjajah.
Di tengah-tengah kongres berlangsung, Moh Yamin menulis gagasan “Sumpah Pemuda” di
secarik kertas. Kemudian, gagasan yang sudah ditulisnya disodorkan kepada Ketua Kongres
Soegondo Djojopoespito.
Setelah gagasan itu diterima oleh para peserta yang hadir, Sumpah Pemuda diucapkan
sebagai sumpah setia para pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928.

Berikut ini merupakan isi Sumpah Pemuda, antara lain :


1. Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah yang Satu, Tanah Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.
Penetapan Hari Kebangkitan Nasional
Presiden Soekarno menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei
1948, di Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Penetapan tersebut kemudian diperkuat dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 1
Tahun 1985 tentang Penyelenggaraan Peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
Penetapan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memperkuat
kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional, serta
mempertahankan semangat persatuan dan kesatuan nasional.

Faktor Pendorong Kebangkitan Nasional


Faktor pendorong dari tercetusnya Hari Kebangkitan Nasional, faktor tersebut dibagi menjadi
dua, faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal yakni berasal dari penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan,
kenangan kejayaan masa lalu seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, serta
munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan.
Kemudian faktor eksternal berasal dari timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika,
munculnya Gerakan kebangkitan nasional di Asia, dan kemenangan Jepang atas Rusia pada
perang Jepang-Rusia yang menyadarkan negara Asia untuk melawan negara barat.

Anda mungkin juga menyukai