Anda di halaman 1dari 11

RISUME AGENDA 1

Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding

fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan.

Sejarah pergerakan kebangsan perlu secara lengkap disampaikan kepada peserta Latsar CPNS

meskipun pada pendidikan formal sebelumnya sudah mereka peroleh, namun pemahaman yang

dibutuhkan adalah untuk menjadi dasar pemahaman tentang wawasan kebangsaan secara lebih

komprehensif. Tanggal 20 Mei untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan

Nasional berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun

1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Penetapan

tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi terbentuknya organisasi

Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul 09.00. Para mahasiswa sekolah

dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah rapat kecil yang diinisiasi oleh Soetomo.

Di depan rekan-rekannya para calon dokter lainnya, Soetomo menyampaikan gagasan Wahidin

Soedirohoesodo tentang pentingnya membentuk organisasi yang memajukan pendidikan dan

kebudayaan di Hindia Belanda. Beberapa mahasiswa yang hadir saat itu, antara lain : Goenawan

Mangoenkoesoemo, Soeradji, Soewarno, dan lain-lain. Tanpa mereka sadari, rapat kecil

tersebut sesungguhnya menjadi titik awal dimulainya pergerakan nasional menuju Indonesia

Merdeka. Juni 1908, koran Bataviasch Niewsblad mengumumkan untuk pertamakalinya

berdirinya Boedi Oetomo. Dalam maklumat yang ditandatangani oleh Soewarno selaku

Sekretaris diumumkan bahwa : “Boedi Oetomo berdiri untuk memperbaiki keadaan rakyat kita,

terutama rakyat kecil”. Sebagaimana Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 28 OKtober untuk

pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari Sumpah Pemuda berdasarkan Pembaharuan Keputusan

Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari

Nasional yang Bukan Hari Libur. Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda

dilatarbelakangi Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di

Indonesische Clubgenbouw Jl. Kramat 106 Jakarta. Kongres Pemuda II sendiri merupakan hasil
dari Kongres Pemuda I yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1926 di Vrijmetselaarsloge

(sekarang Gedung Kimia Farma) Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat. Kongres tersebut diikuti oleh

beberapa perwakilan organisasi pemuda di Hindia Belanda, antara lain : Jong Java, Jong

Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Roekoen, Jong Bataks Bond, Jong

Stundeerenden, Boedi Oetomo, Indonesische Studieclub, dan Muhammadiyah.

Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia 23 tahun yang saat itu menjadi Ketua Jong

Sumatranen Bond, menyampaikan sebuah resolusi setelah mendengarkan pidato dari beberapa

peserta kongres berupa 3 (tiga) klausul yang menjadi dasar dari Sumpah Pemuda, yaitu :

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia, Kami

putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Melayu.

Penggunaan Bahasa Melayu yang diusulkan oleh Muhammad Yamin menjadi kontroversi saat

Kongres Pemuda I, barulah setelah diganti menjadi Bahasa Indonesia pada Kongres Pemuda II,

kontroversi tersebut dapat berakhir dan menjadi sebuah kesepakatan. Muhammad Yamin

bukanlah orang pertama yang mengusulkan Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, namun

memang Muhammad Yamin yang lebih sering menyampaikan gagasan tersebut. Wawasan

Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan

berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran

terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun

1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi

bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Ada 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara

1. Pancasila

2. Undang-Undang Dasar 1945

3. Bhinneka Tunggal Ika


4. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan

Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam

tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi

negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian,

bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar

merupakan Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang

berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari

sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian

tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global. Dengan

menggunakana logika sederhana, “pada tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk dunia akan

mencapai 10 milyar dan akan terus bertambah, sementara sumber daya alam dan tempat tinggal

tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus

melanjutkan hidup”.

a. Konsep Kesiapsiagan Bela Negara

Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang berasal dari

kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga dalam segala

kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan sama

dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang artinya

siap siaga.

b.Kesiapsiagan Bela Negara Dalam Latsar CPNS

Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri

Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik

fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan

menjutkan cita cita kemerdekaan.


c. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara

Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil

manfaatnya antara lain:

1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.

2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.

3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.

4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.

5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi

Team Building.

Keterkaitan Modul 1, Modul 2 Dan Modul 3

Ketiga Modul Bela Negara, pada dasarnya menjadi satu kesatuan yang utuh, karena Modul1,

Modul 2 dan Modul 3 saling terkait satu dengan yang lainnya. Di dalam Modul 1 yang

membahas tentang Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara, modul ini akan

membuka pandangan para peserta Pelatihan Dasar CPNS terkait dengan Bela Negara

AGENDA 2

1. Pengertian Pelayanan Publik

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)

mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah

untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan

Publik, yaitu:

a. kepentingan umum;

b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;

d. keseimbangan hak dan kewajiban;

e. keprofesionalan;

f. partisipatif;

g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

h. keterbukaan;

i. akuntabilitas;

j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

k. ketepatan waktu; dan

l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

2. Membangun Budaya Pelayanan Prima

Hingga saat ini, potret birokrasi kita masih belum baik. Birokrasi lebih banyak berkonotasi

dengan citra negatif seperti rendahnya kualitas pelayanan publik, berperilaku korup, kolutif dan

nepotis, masih rendahnya profesionalisme dan etos kerja, mahalnya biaya yang harus

dikeluarkan masyarakat dalam pengurusan pelayanan publik, proses pelayanan yang berbelit-

belit, hingga muncul jargon “KALAU BISA DIPERSULIT KENAPA DIPERMUDAH”.

Selama ini permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia sangat berkaitan erat

dengan proses pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara, baik dari sisi prosedur,

persyaratan, waktu, biaya dan fasilitas pelayanan, yang dirasakan masih belum memadai dan

jauh dari harapan masyarakat.

3. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN


a. Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus

2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara,

disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi

pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah

telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding

(Bangga Melayani Bangsa). Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak ‘oknum’

untuk memberikan layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih

cepat dari biasanya. Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi

penerima layanan yang sebenarnya tidak tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi

kebiasaan, dan dipahami oleh hampir semua pihak selama puluhan tahun.

a. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam

proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan

dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan mental, harus diakui,

masih butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat.

b. Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”,

menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik. Namun, Mental dan Pola

Pikir berada di domain pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan

memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang negatif bisa memberikan

dampak sistemik seperti sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus

bisa memberikan dampak serupa.

c. Pembahasan keseluruhan dalam modul ini menjelaskan pokok-pokok dan penerapan

perilaku pengembangan kompetensi yaitu: Tantangan Lingkungan Strategis, Kebijakan

Pembangunan Aparatur, Kebijakan dan Program Pengembangan Kompetensi, dan Perilaku

Kompeten. Dengan penguraian keseluruhan aspek tersebut diharapkan peserta latsar CPNS

mendapatkan pemahaman yang sama tentang perlunya komprehensivitas dalam melakukan


pengembangan kompetensi sesuai dengan dinamika lingkungan internal dan eksternal

organisasi.

d. Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi bagian

ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi pembelajar

(organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang unggul dan

kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan kompetitif, sejalan

perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.

e. Agar pembelajaran ini efektif dalam menguatkan perilaku kompeten, setiap peserta latsar

CPNS agar membuat Rencana Tindak Lanjut Mewujudkan Perilaku Kompeten di Tempat

Kerja, dengan menuangkannya dalam Formulir Agenda Rencana Tindak Lanjut

Mewujudkan Perilaku Kompeten, dalam lampiran modul ini.


Deskripsi Singkat Mata Diklat

Perkembangan dan kemajuan zaman memberikan tantangan bagi pelayan

masyarakat dalam pemerintahan untuk memiliki kemampuan yang

mumpuni. Setiap abdi negara perlu memiliki kempetensi teknis sesuai

bidang tugas dan kopetensi manajerial serta sosio kultral dalam rangka

bersinergi dan berkolaborasi untuk terciptanya layanan prima bagi

masyarakat. Sebagai perwujudan hal tersebut telah di tetapkan nilai dasar

yang menjadi standar kompetensi bagis setiap ASN, dengan akronim

BerAKHLAK, yaitu Beroientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,

Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Mata Pelatihan Harmonis

dalam Latsar BerAKHLAK ini mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman kepada setiap CPNS dalam Latsar ASN mengenai

keberagaman berbangsa, rasa saling menghormati, dan bagaimana menjad

pelayan dan abdi masyarakat yang baik. Setelah memperoleh pengetahuan

dan pemahaman tersebut maka ASN akan mampu menunjukkan

kemampuan menciptakan suasana harmonis dilingkungan bekerja,

memberikan layanan yang berkeadilan kepada masyarakat, serta dapat

menunjukkan perilaku yang beretika dan menjadi perekat bangsa dalam

segala aspek kehidupan sebagai warga negara. Berdasarkan pandangan dan

pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan budaya, sejarah

pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa,

serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap

dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja

dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-

lain. Sejak awal berdirinya Indonesia, agenda membangun bangsa (nation

building) meruapkan sesuatu yang harus terus menerus dibina, dilakukan

dan ditumbuh kembangkan.

1.Makna Loyal dan Loyalitas

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”

yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu

kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal

didefinisikan sebagai “giving or showing firm and constant support or

allegiance to a person or institution (tindakan memberi atau menunjukkan

dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau

institusi)”. Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan makna “loyalitas” sebagai

berikut:

a) Kepatuhan atau kesetiaan.

b) Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan kepada

organisasi tempatnya bekerja.

c) Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau sesuatu

(misalnya organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan tindakan orang

tersebut.

d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan dengan

memberikan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada

seseorang atau sesuatu.

e) Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia, sehingga

untuk mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus dapat mempengaruhi

sisi emosional orang tersebut.

f) Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki,

mendukung, merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan

keterikatan emosional.

Definisi Kolaborasi

Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan

collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa

kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming to

become more competitive by developing shared routines”. Sedangkan Gray (1989)

mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though which parties with different expertise,

who see different aspects of a problem, can constructively explore differences and find novel

solutions to problems that would have been more difficult to solve without the other’s perspective

(Gray, 1989). Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah:
Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge sharing that

becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).

AGENDA 3

Literasi Digital

Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi digital,

pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Berdasarkan petunjuk khusus

dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi

digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara

struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya

luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring yang akan dihadapi oleh semua

lapisan masyarakat termasuk ASN.

Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan (affordances)

yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi, diskusi, dan evaluasi

opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013).

Pilar Literasi Digital

Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar, sehingga kemampuan

menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan kemampuan lainnya yakni literasi

digital. Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS

yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital. Dunia

digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita.

- Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)

Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi

yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan.

- Sistem Informasi ASN

Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam

Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN.


Keterkaitan antara agenda 1, 2 dan 3

Agenda 1

Membahas tentang ASN sebagai pekerja negara yang patuh akan hukum dan aturan

negara. Mencintai negara Indonesia sebagai bentuk karakter awal dalam bekerja. Siap

siaga dan berperilaku yang baik dalam membela negara. Dengan begitu, ASN yang

baik akan mencapai segala bentuk tujuan negara.

Agenda 2

Membahas tentang sikap-sikap yang harus dimiliki oleh ASN dalam bertugas. Sikap-

sikap inilah yang akan menjadi tolak ukur dan memudahkan ASN dalam bertugas.

Sehingga dapat mencapai tujuan kerja yang terlah terstruktur.

Agenda ke 3

Membahas tentang ASN tidak boleh gagap teknologi. Artinya adalah zaman semakin

berkembang, sekarang ini kita sudah dimanjakan banyak sekali teknologi canggih.

Oleh karena itu ASN juga harus turut serta melek teknologi. Dalam bekerja kita sudah

berdampingan erat dengan teknologi. Mau tidak mau harus belajar sesuai dengan tren

yang ada. Anak-anak zaman sekarang berhak menerima pembelajaran yang up to date

sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Sebagai ASN kita juga diikat

dengan aturan-aturan dalam bekerja atau disebut juga dengan kode etik. Inilah yang

membatasi perilaku kita dalam bekerja. Kedudukan kita jelas adanya begitu juga

dengan peran dan fungsinya.

Jadi keterkaitan antar ketiga agenda di atas adalah ASN sebagai tokoh pilihan negara

sebagai agen muda untuk dijadikan perpanjangan tangan untuk melaksanakan tugas

guna mengatur dan mendidik anak bangsa taklepas dari aturan negara yang sudah

ditentukan agar ASN tidak berbuat semena-mena karena telah diikat oleh kode etik.

Dalam menjalankan tugas, ASN harus belerja sesuai deng peran dan fungsinya

memiliki menejemen kerja yang jelas guna mencpai tujuan yang telah dirancang oleh

negara.

Anda mungkin juga menyukai