Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding
Sejarah pergerakan kebangsan perlu secara lengkap disampaikan kepada peserta Latsar CPNS
meskipun pada pendidikan formal sebelumnya sudah mereka peroleh, namun pemahaman yang
dibutuhkan adalah untuk menjadi dasar pemahaman tentang wawasan kebangsaan secara lebih
Nasional berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun
1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Penetapan
Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul 09.00. Para mahasiswa sekolah
dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah rapat kecil yang diinisiasi oleh Soetomo.
Di depan rekan-rekannya para calon dokter lainnya, Soetomo menyampaikan gagasan Wahidin
kebudayaan di Hindia Belanda. Beberapa mahasiswa yang hadir saat itu, antara lain : Goenawan
Mangoenkoesoemo, Soeradji, Soewarno, dan lain-lain. Tanpa mereka sadari, rapat kecil
tersebut sesungguhnya menjadi titik awal dimulainya pergerakan nasional menuju Indonesia
berdirinya Boedi Oetomo. Dalam maklumat yang ditandatangani oleh Soewarno selaku
Sekretaris diumumkan bahwa : “Boedi Oetomo berdiri untuk memperbaiki keadaan rakyat kita,
terutama rakyat kecil”. Sebagaimana Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 28 OKtober untuk
Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari
Nasional yang Bukan Hari Libur. Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda
Indonesische Clubgenbouw Jl. Kramat 106 Jakarta. Kongres Pemuda II sendiri merupakan hasil
dari Kongres Pemuda I yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1926 di Vrijmetselaarsloge
(sekarang Gedung Kimia Farma) Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat. Kongres tersebut diikuti oleh
beberapa perwakilan organisasi pemuda di Hindia Belanda, antara lain : Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Roekoen, Jong Bataks Bond, Jong
Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia 23 tahun yang saat itu menjadi Ketua Jong
Sumatranen Bond, menyampaikan sebuah resolusi setelah mendengarkan pidato dari beberapa
peserta kongres berupa 3 (tiga) klausul yang menjadi dasar dari Sumpah Pemuda, yaitu :
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia, Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Melayu.
Penggunaan Bahasa Melayu yang diusulkan oleh Muhammad Yamin menjadi kontroversi saat
Kongres Pemuda I, barulah setelah diganti menjadi Bahasa Indonesia pada Kongres Pemuda II,
kontroversi tersebut dapat berakhir dan menjadi sebuah kesepakatan. Muhammad Yamin
bukanlah orang pertama yang mengusulkan Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, namun
memang Muhammad Yamin yang lebih sering menyampaikan gagasan tersebut. Wawasan
Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
1. Pancasila
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam
tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian,
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar
merupakan Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari
tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global. Dengan
menggunakana logika sederhana, “pada tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk dunia akan
mencapai 10 milyar dan akan terus bertambah, sementara sumber daya alam dan tempat tinggal
tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus
melanjutkan hidup”.
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang berasal dari
kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga dalam segala
kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan sama
dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang artinya
siap siaga.
Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik
fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building.
Ketiga Modul Bela Negara, pada dasarnya menjadi satu kesatuan yang utuh, karena Modul1,
Modul 2 dan Modul 3 saling terkait satu dengan yang lainnya. Di dalam Modul 1 yang
membahas tentang Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara, modul ini akan
membuka pandangan para peserta Pelatihan Dasar CPNS terkait dengan Bela Negara
AGENDA 2
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan
Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
Hingga saat ini, potret birokrasi kita masih belum baik. Birokrasi lebih banyak berkonotasi
dengan citra negatif seperti rendahnya kualitas pelayanan publik, berperilaku korup, kolutif dan
nepotis, masih rendahnya profesionalisme dan etos kerja, mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan masyarakat dalam pengurusan pelayanan publik, proses pelayanan yang berbelit-
Selama ini permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia sangat berkaitan erat
dengan proses pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara, baik dari sisi prosedur,
persyaratan, waktu, biaya dan fasilitas pelayanan, yang dirasakan masih belum memadai dan
2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara,
disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah
telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak ‘oknum’
untuk memberikan layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih
cepat dari biasanya. Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi
penerima layanan yang sebenarnya tidak tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi
kebiasaan, dan dipahami oleh hampir semua pihak selama puluhan tahun.
a. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam
proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan
dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan mental, harus diakui,
b. Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”,
menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik. Namun, Mental dan Pola
Pikir berada di domain pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan
memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang negatif bisa memberikan
dampak sistemik seperti sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus
Kompeten. Dengan penguraian keseluruhan aspek tersebut diharapkan peserta latsar CPNS
organisasi.
d. Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi bagian
kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan kompetitif, sejalan
e. Agar pembelajaran ini efektif dalam menguatkan perilaku kompeten, setiap peserta latsar
CPNS agar membuat Rencana Tindak Lanjut Mewujudkan Perilaku Kompeten di Tempat
bidang tugas dan kopetensi manajerial serta sosio kultral dalam rangka
serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap
dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal
dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau
berikut:
c) Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau sesuatu
tersebut.
d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan dengan
keterikatan emosional.
Definisi Kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan
collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming to
mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though which parties with different expertise,
who see different aspects of a problem, can constructively explore differences and find novel
solutions to problems that would have been more difficult to solve without the other’s perspective
(Gray, 1989). Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah:
Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge sharing that
AGENDA 3
Literasi Digital
pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Berdasarkan petunjuk khusus
dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi
digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara
luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring yang akan dihadapi oleh semua
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan (affordances)
yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi, diskusi, dan evaluasi
Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar, sehingga kemampuan
menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan kemampuan lainnya yakni literasi
digital. Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS
yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital. Dunia
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi
Agenda 1
Membahas tentang ASN sebagai pekerja negara yang patuh akan hukum dan aturan
negara. Mencintai negara Indonesia sebagai bentuk karakter awal dalam bekerja. Siap
siaga dan berperilaku yang baik dalam membela negara. Dengan begitu, ASN yang
Agenda 2
Membahas tentang sikap-sikap yang harus dimiliki oleh ASN dalam bertugas. Sikap-
sikap inilah yang akan menjadi tolak ukur dan memudahkan ASN dalam bertugas.
Agenda ke 3
Membahas tentang ASN tidak boleh gagap teknologi. Artinya adalah zaman semakin
berkembang, sekarang ini kita sudah dimanjakan banyak sekali teknologi canggih.
Oleh karena itu ASN juga harus turut serta melek teknologi. Dalam bekerja kita sudah
berdampingan erat dengan teknologi. Mau tidak mau harus belajar sesuai dengan tren
yang ada. Anak-anak zaman sekarang berhak menerima pembelajaran yang up to date
sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Sebagai ASN kita juga diikat
dengan aturan-aturan dalam bekerja atau disebut juga dengan kode etik. Inilah yang
membatasi perilaku kita dalam bekerja. Kedudukan kita jelas adanya begitu juga
Jadi keterkaitan antar ketiga agenda di atas adalah ASN sebagai tokoh pilihan negara
sebagai agen muda untuk dijadikan perpanjangan tangan untuk melaksanakan tugas
guna mengatur dan mendidik anak bangsa taklepas dari aturan negara yang sudah
ditentukan agar ASN tidak berbuat semena-mena karena telah diikat oleh kode etik.
Dalam menjalankan tugas, ASN harus belerja sesuai deng peran dan fungsinya
memiliki menejemen kerja yang jelas guna mencpai tujuan yang telah dirancang oleh
negara.