Anda di halaman 1dari 8

4.

SUMPAH PEMUDA 1928

Sumpah pemuda merupakan bentuk pengakuan dari para pemuda di Indonesia yang
mana mengucapkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Sumpah pemuda dibacakan
ada tanggal 28 Oktober 1928 sebagai hasil akhir dari rapat kongres pemuda Indonesia II yang
hingga saat ini biasa diperingati setiap tahunnya dengan lahirnya Sumpah Pemuda yang
termasuk salah satu tonggak penting dalam sejarah perjungan bangsa Indonesia. Dimana
mempunyai makna utama yakni satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia.

Sumpah pemuda bisa dikatakan sebagai bukti konkrit yakni pada abad ke 20 dimana
pada masa itu dikalangan bangsa Hindia Belanda (Indonesia) berkembang kesadaran bahwa
bangsa yang berada di bawah kolonialisme Belanda ini adalah satu bangsa telah terwujud
melalui ikrar yang menyatakan adanya persatuan bangsa, tanah air dan persatuan bahasa.
Ikrar ini menunjukkan semangat nasionalisme yang kemudian berkembang lebih tegas lagi
menuju Negara Indonesia merdeka Pemuda bisa dikatakan begitu berarti dalam perjuangan
Indonesia karena mereka tidak hanya sebagai kategori yang masuk dalam demografi, tetapi
juga suatu fenomena historis yang muncul berperan untuk salah satu fenomena yang
universal. Pemuda merupakan suatu inti dalam perubahan yang kemudian menjadi keyakinan
pemuda Indonesia ikut dalam gelombang revolusi dengan lebih kritis dan progresif dalam
aksi aksi politik (Utomo, 2021).

Menurut Anderson (2020), Sumpah Pemuda timbul karena mereka yang tidak bisa
berbuat apa-apa, yang kemudian bersumpah. Militansi pemuda pada masa itu terbentuk
karena adanya penderitaan rakyat yang luar biasa dan kemudian menimbulkan suatu keadaan
penuh dengan kegelisahan. Hingga pada akhirya menemukan titik terang kesatuan dalam
menumbuhkan kebersamaan melawan penderitaan yang selama ini menimpa bangsa
Indonesia (Suwirta, 2015).

Seiring berkembangnya zaman sumpah pemuda kerap kali maknanya diperbaharui


pada setiap masa, guna menunjang agar sesuai pada masa dan jamannya supaya mudah dalam
implementasinya. Karena dari perjuangan para tokoh penting seperti halnya M. Yamin, Amir
Sjarifuddin, Sugondo Djojopuspito, WR Soepratman, Johanes Leimana, dan pemuda lainnya
berhasil memberikan pondasi yang kuat bagi generasi-generasi muda Indonesia. Mereka
menanamkan semangat kesatuan, kebanggaan, serta keutuhan dalam Sumpah Pemuda.
Sebagai generasi penerus, kita tidak bisa menghilangkan nilai-nilai positif dari semangat
Sumpah Pemuda tersebut. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita memahami makna Sumpah
Pemuda agar dapat memelihara serta meneruskan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
salah satunya yaitu semangat nasionalisme yang dilakukan oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Diketahui ada banyak pendapat mengenai nasionalisme, salah satunya yaitu
Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa, tanah air dan budaya sendiri
(Suparno: 1993,106). Contoh yang harus ditumbuhkan sikap nasionalismenya adalah generasi
muda, karena pemuda dan pemudi kelaklah yang akan membawa bangsa ke depan. Melihat
sejarah tentang bagaimana nasionalisme itu terbentuk di Indonesia maka generasi muda akan
mendapatkan sebuah gambaran dan akan mengetahui maksud dari terbentuknya nasionalisme
Indonesia (Karyanti, 2010).

Nasionalisme sendiri merupakan semangat kebangsaan atau persatuan dalam


perkembangannya dijadikan sebagai sebuah paham yang menempatkan persatuan dari
berbagai elemen sebagai sesuatu yang vital ada dalam jiwa setiap individu yang bernaung
dalam suatu komunitas. Keadaan semacam itulah yang telah diterima menjadi sebutan ideal
dalam bentuk komunitas yang lebih besar. Melihat kajian tersebut, dalam kajian ini perlu
diberikan penjelasan khusus mengenai pengertian nasionalisme dari berbagai macam ahli,
yang diawali dengan pemahaman terhadap istilah “bangsa”.

Peristiwa Sumpah Pemuda dicetuskan dalam Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober


1928. Namun sebelum itu, para pemuda sudah terlebih dahulu mengupayakan persatuan
melalui Kerapatan Besar Pemuda (Kongres Pemuda I) yang dilaksanakan pada 30 April-2
Mei 1926 di Batavia. Yang mana dilakukan beberapa pertemuan diantaranya: 1) Pertemuan
pertama, dilaksanakan pada tanggal 30 April 1926 di gedung Vrijmetselaarsloge (sekarang
gedung Bappenas), pukul 20.00. Kongres hari pertama dibuka dengan pidato ketua kongres,
yaitu Mohammad Tabrani. Ia membicarakan bahwa ada cara untuk menyingkirkan
penjajahan. Karena itu, Tabrani meminta seluruh peserta kongres yang hadir saat itu menjadi
pilar kekuatan bagi kemerdekaan Indonesia. 2) Pertemuan kedua, Senin, 1 Mei 1926, kongres
dilaksanakan kembali pada pukul 20.00. dengan topik utama yang diangkat adalah posisi
perempuan yang dibawakan oleh tiga pembicara yaitu Bahder Djohan, Stientje Ticoalu-
Adam, dan Djaksodipoera. Pada kongres hari kedua, Tabrani mengangkat diskusi tentang
perempuan karena, menurutnya perjuangan kemerdekaan tidak hanya dipimpin oleh laki-laki.
Bahder Djohan mengatakan topik perempuan sama pentingnya untuk dibahas, seperti cita-
cita politik dan ekonomi. Dimana dalam sebuah keluarga, seorang perempuan yang berperan
sebagai seorang ibu dapat mulai mengajar anak-anaknya untuk mencintai tanah air. Oleh
karena itu, gagasan persatuan bangsa dapat digagas oleh perempuan di lingkungan keluarga.
3) Pertemuan ketiga, diadakan pada tanggal 2 Mei 1926 dan dilaksanakan pada pukul 09.00.
Agenda kongres hari ketiga adalah mendengarkan ceramah dari dua 187 pembicara,
Moh.Yamin dan Pinontoan. Moh. Yamin memberikan sambutan tentang bahasa-bahasa yang
ada di Indonesia salah satunya bahasa Melayu yang menurutnya mudah dipelajari dan dapat
diadaptasi untuk digunakan secara luas. Oleh karena itu, Moh. Yamin menyarankan agar
bahasa Melayu dapat digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Adapun tujuan
diselenggarakannya Kongres Pemuda I adalah untuk menyamakan persepsi antar berbagai
organisasi kepemudaan di Indonesia sehingga terwujud dasar pokok lahirnya persatuan
Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia (Abdul Rahman, et al., 2008).
Dengan hasil Kongres Pemuda I adalah: 1) Cita-cita Indonesia menjadi cita-cita seluruh
pemuda Indonesia. 2) Seluruh perkumpulan berupaya menggalang persatuan organisasi
pemuda dalam sebuah wadah. 3) Mengakui dan mau menerima cita-cita persatuan Indonesia.

5. Perjuangan Bangsa Indonesia Zaman Penjajahan Jepang

Bangsa Indonesia mempunyai sejarah yang beraneka ragam baik itu sejarah politik,
sejarah ekonomi, sejarah kebudayaan, atau jenis lainnya yang terjadi sebelum proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Salah satu tema
sejarah Negara ini yang terjadi sebelum kemerdekaan adalah masa penjajahan Jepang dari
tahun 1942 sampai dengan tahun 1945. rentang waktu penjajahan yang sangat pendek ini,
ternyata mempunyai pengaruh yang sangat siknifikan dalam proses kemerdekaan Indonesia
dan mengisi kemerdekaan Indonesia hingga saat sekarang. Berdasarkan pemikiran diatas,
selanjutnya akan diuraikan beberapa hal yang ada kaitannya dengan masa pendudukan
Jepang di Indonesia. Yakni:

a. Munculnya Jepang sebagai Negara Penjajah; b. Langkah-langkah Jepang untuk


menguasai Asia Tengggara termasuk Indonesia; c. Peralihan kekuasaan dari Belanda ke
Jepang di Indonesia tahun 1942; d. Sistem penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun .
Munculnya Jepang sebagai Negara Penjajah Munculnya Jepang sebagai Negara penjajah
setelah kurang lebih dua abad lamanya menerapkan politik isolasii dari tahun 1639 sampai
dengan tahun 1854, ini dilakukan dalam upaya menghindarkan diri dari pangaruh kebudayaan
dan tradisi Barat terhadap kebudayaan dan tradisi Jepang , penduduk dilarang melakukan
perjalanan ke luar negeri, kapal-kapal dirusak supaya tidak dapat dipergunakan dan menutup
diri terhadap kedatangan orang barat ke Jepang. Namun kebijakan itu kemudian ditinggalkan
sejak Jepang diperintah oleh Tenno Meiji tahu 1867,dengan kebijakan merefomasi Jepang
yang terkenal dengan nama Restorasi Meiji pada tanggal 14 Desember 1868.yakni: Dalam
bidang pemerintahan langkah yang ditempuh adalah memindahkan ibu kota Negara dari
Kyoto ke Tokyo, dalam bidang pendidikan dijalankan pendidikan dengan sistem Barat,
dengan cara sekolah merupakan tempat pendidikan klasik, kewajiban belajar dijalankan
untuk anak yang berumur enam tahun dengan mengadakan Sekolah Dasar yang cukup, setiap
daerah didirikan Sekolah menengah dan Uiniversitas/ Perguruan Tinggi, dikirim mahasiswa
keluar negeri. Dalam bidang ekonomi terjadi perkembangan yang sangat pesat dbidangi
Pertanian yang merupakan dasar utama perekonomian dikembangkan secara intensif,
sehingga dalam tempo tiga puluh tahun produksi dapat meningkat dua kali lipat….., industri
tekstil berkembang sangat pesat, memerlukan impor kapas sebagai bahan mentahnya. Industri
besi baja meningkat pesat dalam tahun 1896 produksinya baru satu metrik ton pada tahun
1913 meningkat menjadi 255 metrik ton….., perusahan perkapalan memperoleh bantuan dari
pemerintah sehingga tahun 1913 ada enam perusahan perkapalan sudah mampu membuat
kapan yang berukuran besarseribu ton atau lebih….., Dalam bidang kemiliteran juga terjadi
kemajuan yang sangat pesat.

 Sistem penjajahan Jepang


Berbicara tentang sistem penjajahan di Indonesia ternyata bahwa Jepang bukan
merupakan Negara pertama yang menjajah bangsa Indonesia. Sebelum kedatangan bangsa
Jepang ke Indonesia bangsa ini sudah pernah dijajah oleh bangsa Spanyol dan bangsa
Portugis sekitar satu abat lamanya, kemudian oleh bangsa Belanda Selama tiga setangah abad
lamanya dengan sitem penjajahannya masing-masing sesuai dengan kondisi negaranya dan
situasi politik dunia saat itu. Jepang secara resmi mengusai Indonesia, seperti yang telah
diuraikan sebelumnya yakni tepat tanggal 9 Maret 1942 saat penandatangananan piagam
penyerahan dari Belnda ke Jepang di sekitar daerah Kalijati.
Peristiwa ini menandakan akhir dari perjalan panjang Belanda menjajah Indonesia.
Dan Indonesia memasuki babak baru dalam sejarah penajajahan dimana sebelumnya di
kuasai oleh bangsa Eropa beralih ketangan bangsa Asia yakni Jepang.Terdapat hal yang
sangat menarik dalam proses penandatangan penyerahan tersebut, yakni yang mewakili
pemerintah Hindia Belanda adalah Panglima Perang Hindia Belanda yakni Jenderal Teer
Porter, bukan Gubernur Hindia belanda saat itu yani Gubernur Jenderal Tjarda Van
Starkenborgh. Karena Belanda menyadari Jepang tidak akan menjajah Indonesia dalam
jangka waktu lama, sebab Amerika Serikat yang dikalahkan oleh Jepang dalam perang tahun
1941 telah bangkit dan berhasil merebut beberpa daerah yang telah dikuasai oleh Jepang
sebelumnya. Dan dengan demikian dalam waktu yang tidak lama lagi akan merebut kembali
Indonesia dari tangan Jepang dan selanjutnya mengembalikannya ke Belanda sebagai sekutuh
dekatnya. Ternyata akhirnya perkiraan Belanda tersebut tepat. Jepang hanya menjajah
Indonesia selama tiga setengah tahun yakni 1942-1945 dan dikalahkan oleh Amerika Serikat
dan menyetakan menyerah secara resmi tanggal 15 Agustus 1945 setelah dua kota penting di
Jepang di bom oleh pasukan Amerikat Serikat Yakni Herosima dan Nagasaki.
Sistem penjajahan jepang selama menjajah Indonesia berbeda dengan sistem yang
diterapkan oleh penajajah sebelumnya. Ini tergantung dari kondisi dan kebutuhan Jepang di
Indonesia Sistem penjajahan Jepang di Indonesia didasarkan atas kebutuhan Jepang akan
Indonesia.Dalam masa penjajahan Belanda wilayah Indonesia (Hindia Belanda) dijadikan
sebagai satu kesatuan koloni, akan tetapi pada masa pendudukan Jepang, Indonesia dibagi
atas beberapa wilayah penguasaan berdasarkan potensi dan kepentingan Jepang.; “Jepang
membagi Indonesia dalam tiga daerah penguasaan berdasarkan letak strategisnya baik itu
politik dan pertahanan keamanan serta perkembangan sosial politik Indonesia berdasarkan
penilaian Jepang. Jepang menilai Jawa lebih maju dari Sumatera atau pulau-pulau lainnya,
tetapi kaya akan tenaga manusia sedangkan yang lain kaya akan sumber daya alam dengan
penduduk yang jarang. Karena itu Jawa-Madura dengan pusatnya Jakarta dibawah tentara
XVI, Sumatera dengan pusatnya Bukit Tinggi dibawah pimpinan tentara XXV dan Pulau-
pulau lain dengan pusatnya Makasar dibawah Angkatan Laut dengan penghubungnya di
Jakarta’ (Moedjanto, 1992:72- 73)”.
Munculnya Jepang sebagai Negara penjajah merupkan jawaban atas berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh Jepang, baik itu permasalahan dalam bidang politik, bidang
ekonomi dan bidang sosial budaya.Jepang mendarat di Indonesia tahun 1942. Pendaratan ini
bertujuan untuk menguasai sumberdaya alam Indonesia terutama minyak bumi. Oleh karena
itu mula-mula dikuasai adalah daerah-daerah penghasil minyak, seperti Kalimantan,
Sumatera dan lainnya. Selama menduduki Indonesia mula-mula Jepang bersikap sangat
bijaksana dan toleran terhadap bangsa Indonesia, sebab ingin menarik simpati terhadap
bangsa Indonesia namun ini kemudian berubah dan selama masa pendududkannya yang
hanya berlangsung tiga setengah tahun tersebut ternyata sangat menindas bangsa Indonesia,
bila dikomparasikan dengan sistem penjajahan yang dipraktekan oleh bangsa-bangsa
sebelumnya.
6. Pancasila Prakemerdekaan
Pancasila adalah dasar negara Indonesia, Pancasila pada sejarah perjalanan bangsa
Indonesia bukan sesuatu yang baru, melainkan telah usang dikenal menjadi bagian pada nilai
nilai budaya kehidupan bangsa Indonesia. Kemudian nilai-nilai tadi dirumuskan menjadi
dasar Negara Indonesia. Artinya, Pancasila digali & dari berdasarkan nilai-nilai pandangan
hidup warga Indonesia. Sejak zaman dahulu, daerah-daerah pada nusantara ini mempunyai
beberapa nilai yang dipegang teguh sang masyarakatnya. Nilai-nilai Pancasila berdasarkan
teori kausalitas yang diperkenalkan Notonagoro (kausa materialis, kausa formalis, kausa
efisien, kausa finalis), adalah penyebab lahirnya negara. Munculnya pertarungan yang
mendera Indonesia, menerangkan sudah tergerusnya nilai-nilai Pancasila pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Putri 2020).
Diterimanya secara aklamasi pidato Soekarno, BPUPKI telah berhasil menyimpan
rancangan dasar negara Republik Indonesia. Untuk membahas lebih lanjut, sebelum kabinet
BPUPKI berakhir, disepakati untuk membentuk Panitia Kecil beranggotakan 8 orang di
bawah petunjuk Soekarno. Tugas Panitia Kecil adalah mengerahkan usul dan pandangan
BPUPKI yang akan dimasukkan dalam jadwal sidang ke dua, tanggal 10 – 17 Juli 1945. Atas
prakarsa Soekarno sebagai pengarah Panitia Kecil, Soekarno membentuk Panitia 9 yang
beranggotakan: 1. Ir. Soekarno (ketua) 2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua) 3. Mr. Raden
Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota) 4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota) 6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota) 7. Raden
Abikusno Tjokrosoejoso (anggota) 8. Haji Agus Salim (anggota) 9. Mr. Alexander Andries
Maramis (anggota) Selain mempelajari masalah dasar negara, Panitia 9 juga ditugasi untuk
menyusun tulisan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada kongres tanggal 22 Juni 1945
Panitia 9 menyepakati isi rancangan naskah proklamasi seperti berikut : “Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara
Indonesia Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia, yang berkedaulalan rakyat, dengan berdasarkan kepada:
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemelukpemeluknya, menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dari alinea ke dua
rancangan naskah proklamasi yang dikenal luas dengan nama Piagam Jakarta itu, dapat
dilihat bahwa dasar negara Pancasila dirumuskan sebagai berikut: 1. Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemelukpemeluknya, 2. Kemanusiaan yang adil
dan beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk
melanjutkan sidang BPUPKI, pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan keanggotaan sejumlah 27 orang. Peranan PPKI
dalam sejarah Indonesia sangat penting, terutama setelah proklamasi kemerdekaan yang
diadakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Badan inilah yang menyempurnakan dan
melegitimasi berbagai perlengkapan berdirinya sebuah negara baru, yaitu Republik
Indonesia.
Salah satu finalisasi yang dilakukan oleh PPKI adalah penghapusan kata “dengan
kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh utama pada
penghilangan 7 kata dan menggantinya dengan “Yang Maha Esa” adalah Muhammad Hatta
yang masa itu berperan sebagai pimpinan PPKI bersama Soekarno dan Radjiman
Wedyodiningrat. Pagi-pagi tanggal 18 Agustus 1945, sebelum sidang PPKI dimulai, Hatta
melakukan pertemuan dengan penggerak-penggerak Islam agar bersedia menerima usulannya
demi mengempu persatuan bangsa. Teuku Mohammad Hasan, Kasman Singodimedjo, dan Ki
Bagus Hadikusumo akhirnya mau menerima usulan Hatta untuk mengganti kata “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Adapun penggerak Islam lainnya, yaitu Wachid Hasjim tidak
hadir saat memenuhi usul Hatta. Penerimaan penggerak Islam itu mengambil rumusan
Pancasila mencapai bentuk yang sempurna dan disahkan pada sidang PPKI (Purwanta 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, M. S., & Dewi, D. A. (2021). PENERAPAN NILAI PANCASILA DARI ARUS
SEJARAH PERJUANGAN DAN DAMPAK GLOBALISASI. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan Undiksha, 9(2), 305-317.
Ishak, M. (2012). Sistem Penjajahan Jepang di Indonesia. Jurnal Inovasi, 9(01).

Anda mungkin juga menyukai