Anda di halaman 1dari 5

B.

Lahirnya Nasionalisme di Indonesia

Bangsa Indonesia telah dijajah oleh bangsa Barat sejak abad 17. Akibat dari penjajahan tersebut
rakyat Indonesia mengalami banyak penderitaan dan perubahan pola pikir. Berbagai kebijakan
pemerintah kolonial yang menyudutkan rakyat membuat adanya kesadaran untuk bangkit melawan
penjajahan. Kesadaran ini mulai diperkuat oleh kaum cendekiawan yang mengembangkan rasa
nasionalisme melalui cara-cara yang lebih moderat seperti pendidikan. Pendidikan telah melahirkan
kelompok intelektual yang menjadi motor penggerak nasionalisme Indonesia yang kemudian dikenal
dengan periode Pergerakan Nasional.

Lahimya nasionalisme di Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari intern dan
ekstern bangsa Indonesia. Faktor-faktor intern tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Perlakuan semena-mena dari bangsa penjajah sehingga menimbulkan kesengsaraan dan


penderitaan terhadap rakyat Indonesia.

2. Adanya kenangan kejayaan masa lalu, khususnya pada kejayaan Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya
serta kebesaran kerajaan-kerajaan Islam

3. Adanya kaum terpelajar atau golongan intelektual akibat adanya Politik Etis Van de Venter.

Sedangkan faktor ekstern anatara lain sebagai berikut.

1. Peristiwa Perang Dunia I menyadarkan para kaum terpelajar mengenai penentuan nasib sendiri.

2. Munculnya dorongan untuk melawan imperialisme Barat karena adanya konflik ideologi antara
kapitalisme/imperialisme dengan sosialisme/komunisme.

3. Lahirnya nasionalisme di Asia dan Afrika memberi inspirasi kaum epelajar di Indonesia bahwa
imperialisme harus dilawan melalui organisasi modern

4. Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1904-1965, telah menyadarkan bangsa Asia khususnya
Indonesia akan kekuatan dan kemampuannya sebagai bangsa Asia yang telah mampu mengalahkan
bangsa Eropa
Salah satu faktor penting pada masa awal Pergerakan Nasional yaitu munculnya Politik Etis. Politik
Etis yang diusulkan oleh C. Th. Van de Venter berisi tentang perbaikan dalam bidang irigasi
(pengairan), transmigrasi (perpindahan), dan edukasi (pendidikan)

1. Organisasi Pergerakan Nasional

Politik Etis membawa pengaruh positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Banyak sekolah
rakyat didirikan untuk golongan pribumi. Banyaknya penduduk pribumi yang bersekolah
menghasilkan kaum cendekia Kaum cendekia inilah yang memelopori kesadaran kebangsaan Masa
awal kebangkitan nasional yaitu tahun 1908 sampai tahun 1920, ditandai dengan munculnya
berbagai organisasi massa yang berperan sebagai pendobrak lahirnya pergerakan, yaitu organisasi
Budi Utomo Sarekat Islam, dan Indische Partij.

A. Budi Utomo

Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 atas dasar pemikiran dr Wahidin Sudirohusodo
Pemikiran ini disambut baik oleh Soetomo dan rekan-rekannya di School Tot Opleiding van Indische
Arsten (STOVIA) atau Sekolah Dokter Pribumi. Menurut beberapa sarjana, perkataan Budi Utomo
berasal dan kata Sansekerta, yaitu "bodhi" atau "bud, berarti keterbukaan jiwa, pikiran, atau akal.
Tetapi dapat juga: berarti daya untuk membentuk dan menjunjung konsepsi dan ide-ide umum.
Sementara, utomo berasal dari uttama yang dalam bahasa Sansekerta berarti sangat baik (Gonda
dalam Akira Nagazumi, 1989:58).

Tujuan pembentukan Budi Utomo adalah untuk mengembangkan pendidikan dan kebudayaan serta
meningkatkan perekonomian bagi masyarakat pribumi. Berdasarkan tujuan pendiriannya, Budi
Utomo bukan organisasi politik, melainkan organisasi pelajar yang berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat Budi Utomo mengadakan kongres pertamanya besar anggota Budi Utomo
adalah pelajar dan pegawai pemerintah, sehingga Budi Utomo tetap menjaga hubungan dengan
pemerintah dan berhati-hati dalam menentukan kebijakan.

Sumber pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Sebagian Gambar 2.9 Anggota Budi Utomo

Runtuhnya organisasi Budi Utomo pada tahun 1935 disebabkan karena adanya tekanan pemerintah
kolonial. Di sisi lain, Budi Utomo hanya memperhatikan kepentingan anggotanya, bukan mendasar
pada rakyat kecil sehingga pengaruh Budi Utomo berkurang. Pada tahun 1935, Budi Utomo
bergabung dengan organisasi

lain menjadi Parindra. Budi Utomo tetap mempunyai jasa yang besar dalam sejara Pergerakan
Nasional, yakni telah memelopori gerakan kebangsaan di Indonesia. Itulah sebabnya, tanggal 20 Mei
ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional (Suhartono 2001:31).
b. Sarekat Islam (SI)

Pada awalnya, Sarekat Islam merupakan sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat
Dagang Islam (SDI). Para pedagang di Surakarta sangat tertekan dengan diskriminasi dan monopoli
perdagangan yang dilakukan oleh beberapa oknum, khususnya dominasi perdagangan yang
dilakukan oleh pedagang Tiongkok. Oleh karena itu, muncul usaha untuk melawan taktik monopoli
ini. Usaha ini dipelopori oleh KH. Samanhudi yang mendirikan Sarekat Dagang Islam pada tahun 1911
di Kota Surakarta. SDI didirikan sebagai koperasi pedagang batik Jawa

Pembentukan SDI bertujuan untuk memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam.
Keanggotaan SDI terbatas pada ruang lingkup pedagang Oleh karena itu, agar memiliki anggota yang
banyak, pada tanggal 18 September 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi SI (Sarekat Islam)
(Fauziah Sujanto, dan Zuhri, 2010. 56).

Sumber, comments 22

Gambar 2.10 Sarekat Islam Banjarmasin

Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam serta mempunyai 56 cabang pada
tahun 1914 yang berbadan hukum. Setelah mempunyai badan hukum, akhirnya Sarekat Islam
mengadakan kongres pertamanya di Kota Bandung pada tahun 1916 dan mempunyai anggota kurang
lebih 360.000 orang. Akan tetapi, pemerintah kolonial Belanda hanya mengakui cabang-cabang SI
yang berada di daerah. Ini merupakan suatu taktik pemerintah kolonial untuk memecah belah
persatuan SI. Pada akhirnya. SI pecah menjadi dua karena adanya intrik intern dan pengaruh dari
luar, yaitu SI Putih dan SI Merah.

Pembentukan Indische Partij didasari atas rasa nasionalisme. Douwes Dekker menyatakan bahwa
Hindia Belanda sebagai "National Home" semua orang keturunan bumiputra, Belanda. Eropa,
Tiongkok, maupun Arab yang mengakui Hindia Belanda sebagai tanah air dan kebangsaannya. Paham
ini dikenal dengan Indische Nationalisme.

Sumber, imp.compta 22432/rgenes pergerakan maana kanalih-parti Maret 2122-14 WIB

Gambar 2.11 Harian de Expres

Bentuk pergerakan Indische Partij menyoroti kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial yang dikemas
melalui tulisan-tulisan yang dimuat dalam berbagai majalah. Harian de Express dan majalah Het
Thrift merupakan salah satu sarana untuk membeberkan cita-cita politik dan kecamans para anggota
Indische Parti terhadap pemerintah kolonial. Suwardi Suryaningrat menulis dalam harian de Expres
dengan judul Als keen Nederlander was (Andai Kata Saya Seorang Belanda). Tulisan ini ditujukan
untuk menyindir pemerintah Hindia Belanda yang mengadakan peringatan 100 tahun pembebasan
negeri Belanda dari penjajahan Prancis. Dalam peringatan tersebut, diperlukan biaya yang dipungut
dari penduduk Hindia Belanda. Oleh karena itu, Suwandi Suryaningrat mengadakan protes secara
halus melalui tulisannya.

2. Sumpah Pemuda

Munculnya organisasi-organisasi modern di Indonesia pada masa Pergerakan Nasional tidak lepas
dari dua organisasi besar, yaitu Budi Utomo dan Sarekat Islam. Berdirinya organisasi modern menjadi
salah satu faktor munculnya ogansiasi-organisasi kepemudaan. Usaha untuk mempersatukan
organisasi-organisasi pemuda di tanah air mengakibatkan munculnya berbagai pandangan. Ada yang
menghendaki organisasi pemuda dalam wadah sentral dan ada yang menghendaki bentuk federasi.
Perbedaan pendapat ini membuat beberapa organisasi pemuda kemudian menyelenggarakan
kongres, yang kemudian disebut sebagai kongres pemuda. Kongres pemuda sendiri diadakan
sebanyak 2 kali, yaitu Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II.

Semangat Sumpah Pemuda perlu kita lestarikan agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga.
Sumpah Pemuda telah membuktikkan bahwa bangsa Indonesia memiliki pemuda berkarakter, kuat,
dan tangguh. Berikut nilai-nilai teladan yang dapat kita ambil dari peristiwa Sumpah Pemuda.

a. Cinta tanah air

Pada peristiwa Sumpah Pemuda ada ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan saba bahasa yaitu bahasa
Indonesia. Inilah wujud dari rasa cinta tanah air para pemuda zaman dahulu. Rasa cinta tanah air
pada masa kini dapat diwujudkan dengan berbaga macam cara. Di antaranya adalah sebagai berikut.

Gambar 2.13 Isi Sumpah Pemula

1) Wujud cinta tanah air bagi pelajar dapat tercermin dalam sikap tanggung jawab sebagai pelajar.

2)Mencintai dan menggunakan produk-produk dalam negeri.

3) Bangga sebagai bangsa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia serta mencintai dan
mempertahankan budaya Indonesia

B. Persatuan dan kesatuan

Pada peristiwa Sumpah Pemuda semua unsur kedaerahan baik suku dan bahasa melebur menjadi
satu dalam kesatuan cita-cita persatuan bangsa. Beberapa sikap yang dapat kita terapkan untuk
mengembangkan semangat persatuan dan kesatuan di antaranya sebagai berikut.
Gambar 2.14 Para tokoh Kongres Pemuda I dan II 2 bertemu di Gedung Sumpah Pemuda

1) Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

2) Menghormati bendera merah-putih

3) Menghormati suku dan kebudayaan di Indonesia.

C. Rela Berkorban bagi bangsa dan negara

Pada peristiwa Sumpah Pemuda, para pemuda rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara. Meskipun negara kita sudah merdeka, semangat rela berkorban yang telah dicontohkan para
pemuda dalam peristiwa Sumpah Pemuda perlu kita tingkatkan dalam mengisi pembangunan
bangsa. Sikap rela berkorban dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai
berikut.

1) Menjaga nama baik keluarga.

2) Memberikan bantuan bagi korban bencana alam.

3) Membantu teman yang sedang kesulitan.

4) Menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan.

5) Membantu tetangga yang mengalami kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai