Anda di halaman 1dari 11

Tonggak Sejarah

TIADA PANDAI MENARI


DIKATAKAN LANTAI BERJUNGKIT
( Bagian I )
Pengantar
Ungkapan atau peri bahasa di atas biasa dikenakan pada seseorang yang kurang
berhasil dalam upaya atau usaha dalam mencapai sukses dengan cara mencari kambing hitam
untuk dijadikan tumbal sebagai penyebab terjadinya kegagalan. Tindakan tersebut sering
disebut sebagai ungkapan pembenaran atau excuse terhadap kegagalan yang dilakukan.
Dicarinya segala argumentasi untuk menyalahkan pihak lain yang menjadi penyebab
kekurang berhasilan dimaksud. Mereka tidak dapat dan mau melihat kelemahan diri yang
menjadi penyebab kegagalan. Introspeksi diri tidak ada dalam kamus mereka.
Katakanlah kegagalan yang dialami oleh para kaum reformis di negara ini, misal
dalam menerapan demokrasi di bidang politik, dalam menyejahterakan rakyat, dalam
mewujudkan keadilan, dalam menciptakan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan,
selalu dicari kesalahannya pada orde sebelumnya. Untuk menutupi kegagalan program yang
dilancarkan oleh orde reformasi, salah seorang tokoh reformis menyatakan bahwa kegagalan
gerakan reformasi yang terjadi hingga kini disebabkan oleh kerusakan yang diakibatkan oleh
Orde Baru, yang disebutnya sebagai kerusakan terparah di dalam sejarah dunia modern.
Mungkin saja pendapat itu benar, namun sebagai seorang awam, kami bertanya-tanya,
bagaimana cara menilainya sehingga Orde Baru mendapat predikat semacam itu, kriteria apa
yang digunakan sehingga sampai pada kesimpulan semacam itu. Sangat mungkin, salah satu
acuan yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan Orde Baru tersebut adalah
dengan cara membandingkan peristiwa sejarah yang disebutnya sebagai tonggak-tonggak
sejarah bangsa Indonesia. Marilah kita mencoba untuk mengkaji tonggak sejarah bangsa,
untuk selanjutnya dipergunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
suatu orde pemerintahan. Namun ada baiknya bila kita memiliki pengertian yang sama
mengenai yang dimaksud tonggak sejarah.
Pengertian Tonggak Sejarah

Tonggak sejarah sangat mungkin merupakan terjemahan istilah Inggris milestone. Bila
ini yang dimaksud, maka tonggak sejarah ataumilestone bermakna a significant point in any
progress of development. Dengan demikian, tonggak sejarah merupakan peristiwa yang
bermakna bagi bergerak majunya ummat manusia atau masyarakat atau suatu bangsa dalam
perkembangan atau pembangunan yang diupayakannya. Peristiwa yang justru
menggambarkan kemunduran atau setback bukan suatu milestone atau tonggak sejarah. Suatu
peristiwa diakui sebagai tonggak sejarah apabila peristiwa tersebut secara kosisten taat asas
serta bermakna dalam mencapai tujuan yang hendak diwujudkan oleh ummat manusia,
masyarakat atau bangsa.
Suatu contoh peristiwa-peristiwa panggung dunia yang terjadi di Jerman pada
pemerintahan Hitler tidak disebut sebagai milestone sejarah bangsa Jerman, tetapi disebutnya
sebagai lembaran hitam sejarah bangsa Jerman. Demikian juga peristiwa perang Asia Timur
Raya yang dilancarkan oleh Jepang di tahun 1941 1945 tidak disebut sebagai tonggak
sejarah bangsa Jepang. Perlu ditegaskan di sini bahwa progress bermakna to develop to a
higher, better, or more advanced stage, atau to make continual improvement. Dengan
demikian kejadian yang tidak menunjukkan kemajuan tidak dapat disebut sebagai tonggak
sejarah.
Tonggak sejarah adalah suatu peristiwa atau momentum penting yang memiliki
makna bagi perkembangan adab dan budaya ummat manusia atau suatu bangsa, karena
peristiwa tersebut mampu merobah pola pikir, pola sikap dan tindak manusia atau bangsa
yang bersangkutan menuju kemajuan ummat manusia atau bangsa. Salah satu contoh
misalnya
penemuan
mesin
uap
oleh
James
Watt
pada
tahun
1788
merupakan milestone peradaban ummat manusia. Sejak saat itu terjadilah perubahan yang
sangat signifikan dalam kehidupan manusia. Tenaga kerja yang semula dipercayakan pada
kekuatan yang terdapat pada manuisia dan binatang berubah menjadi kekuatan mesin yang
berkembang sampai dewasa ini dengan sangat pesat yang tidak terbayangkan oleh James Watt
sendiri. Sebagai akibat pola pikir, pola sikap manusia mengalami perubahan yang luar biasa.
Demikian pula penemuan chip dalam bidang microelektronika membuat loncatan-loncatan
besar dalam teknologi informasi dan komunikasi yang merubah pola pikir, pola sikap dan
peri laku manusia.
Dalam kehidupan sosial dapat disebut seperti penyampaian konsep mengenai
perubahan pandangan manusia terhadap sumber kekuasaan yang diajukan oleh Thomas
Jefferson dan La Fayette merubah tata aturan kehidupan berbangsa dan bernegara, yang
memicu berkembangnya pemerintahan demokratis. Demikian pula kelahiran Nabi Isa a.s. dan
Nabi Muhammad s.a.w. merupakan milestone bagi kehidupan ummat manusia di dunia.

Tonggak Sejarah Bangsa Indonesia


Di atas telah dikemukakan bahwa tonggak sejarah atau milestoneadalah suatu
peristiwa yang bermakna bagi perkembangan serta kemajuan adab bagi suatu masyarakat,
bangsa atau ummat manusia di dunia. Marilah kita mencoba untuk menemukan tonggak
sejarah bagi bangsa Indonesia, dalam hal ini kami hanya membatasi pada periode abad yang
terakhir.
Tonggak Sejarah Pertama
Tonggak sejarah pertama yang diangkat oleh bangsa Indonesia dalam rangka
mewujudkan suatu Negara-bangsa modern yang adil dan makmur adalah tahun 1908,
tepatnya tanggal 20 Mei 1908, yakni kelahiran suatu organisasi kemasyarakatan yang diberi
nama Boedi Oetomo. Tahun itu disebut oleh bangsa Indonesia sebagai tahun kebangkitan
nasional bangsa Indonesia. Berdirinya organisasi Boedi Oetomo mendorong atau memicu
lahirnya berbagai organisasi pemuda seperti Tri Koro Dharmo yang kemudian berkembang
menjadi Jong Java, yang diikuti oleh lahirnya organisasi pemuda-pemuda dari luar Jawa
seperti Jong Soematranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes dan sebagainya.
Organisasi-organisasi pemuda tersebut tidak berorientasi politik praktis secara nyata,
meskipun tujuannya tiada lain adalah berdirinya suatu Negara Indonesia Merdeka. Di
samping organisasi pemuda yang besifat nasional, terdapat juga organisasi pemuda yang
berorientasi keagamaan, yakni Jong Islamieten Bond yang lebih berorientasi pada politik
praktis. Organisasi-organisasi pemuda tersebut yang pada tahun 1928 bersatu padu
mendeklarasikan Sumpah Pemuda.
Tonggak Sejarah Kedua
Tonggak sejarah kedua adalah Deklarasi Sumpah Pemuda yang berlangsung pada
Kongres Pemuda Indonesia ke II pada tanggal 28 Oktober 1928. Isi deklarasi tersebut adalah
pernyataan para pemuda: bertanah air yang satu, tanah Indonesia; berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia; menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sumpah pemuda
ini merupakan peristiwa yang sangat mendasar dan monumental bagi bedirinya negarabangsa Indonesia; merupakan peristiwa heroik yang dilancarkan oleh para pemuda yang
memerlukan keberanian dengan mengandung penuh resiko, karena pada waktu itu bangsa
Indonesia masih dijajah oleh Belanda.
Sumpah pemuda ini menjadi pendorong bagi para pemuda untuk berjuang lebih keras
lagi dalam mewujudkan negara Indonesia yang merdeka. Berdirilah berbagai partai politik
yang berhaluan non kooperatif dengan pihak penjajah Belanda, sehingga banyak pemuda
yang ditangkap dan diasingkan ke berbagai tempat yang sangat terpencil agar tidak dapat

berhubungan dengan masyarakat pendukungnya. Namun semangat untuk merdeka tidak


pupus, tumbuh terus di hati para pemuda dengan keyakinan bahwa waktu untuk merdeka
sudah di ambang pintu.
Tonggak Sejarah Ketiga
Menurut hemat kami tonggak sejarah berikut bagi bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan adalah :Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945, di depan Sidang BPUPKI.
Bung Karno pada waktu itu mengusulkan dasar negara bagi negara yang akan didirikan, yang
beliau sebut Pancasila. Dan setelah melalui perdebatan dan musyawarah yang cukup intens,
akhirnya dengan beberapa perubahan, rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara dan
dicantumkan dalam Pembukaan UUD, meski tidak dengan menyebut kata Pacasila. Bangsa
Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan telah mengalami beberapa kali perubaan
UUD, namun demikian rumusan Pancasila selalu terdapat dalam Pembukaan atau
Mukaddimah UUD yang bersangkutan.
Sementara itu pada masa pemerintahan Presden Sokarno dan pemerintahan Presiden
Soeharto diupayakan untuk mengimplementasikan Pancasila secara nyata dalam kehidupan
bermasyarakat, bebangsa dan bernegara. Pancasila disamping sebagai dasar negara,
didudukkan pula sebagai ideologi nasional dan pandangan hidup rakyat Indonesia. Dengan
demikian kedudukan Pancasila sangat sentral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara bagi bangsa Indonesia.
Tonggak Sejarah Keempat
Tonggak sejarah keempat adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, suatu peristiwa yang maha penting bagi kehidupan suatu negara-bangsa.
Sejak saat itu bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, suatu kemerdekaan yang
dicapai dengan perjuangan putra-putri bangsa, bukan suatu pemberian dari bangsa atau
negara lain. Bung Karno menyebutnya kemerdekaan ini sebagai jembatan emas, di seberang
jembatan ini bangsa Indonesia membangun bangsanya menjadi bangsa yang serba
kecukupun, orang Inggris menyebutnya sebagaiafluent society. Ternyata proklamasi saja
tidaklah cukup, karena berdirinya suatu negara harus mendapat pengakuan dari dunia
internasional.
Tonggak Sejarah Kelima
Proklamasi kemerdekaan Indonesia ini tidak dapat diterima oleh Belanda yang ingin
menguasai kembali negara jajahannya setelah usainya perang Asia Timur Raya. Dengan
mengerahkan kekuatan militernya pemerintah Belanda berusaha menguasai kembali wilayah

demi wilayah Negara Republik Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948 Yogyakarta, yang
menjadi pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia diserbu, Presiden Soekarno dan
Wakil Presiden Moh. Hatta ditahan oleh Belanda. Tentara Nasional Indonesia menyisih ke
luar kota untuk menyusun kekuatan kembali dalam rangka merebut kembali wilayah yang
dikuasai Belanda.
Pada tanggal 1 Maret 1949 terjadilah Serangan Umum di kota Yogyakarta, yang
berdampak terbukanya mata dunia, bahwa Indonesia masih ada, dan memiliki tentara yang
terkoordinir, sehingga dapat menguasai kota Yogyakarta, meski hanya untuk beberapa jam
saja. Peristiwa ini mendukung berlangsungnya diplomasi antara pemerintah Belanda dan
wakil pemerintah Indonesia untuk mengakui berdirinya Negara Republik Indonesia. Pada
tanggal 27 Desember 1949 berlangsung pengakuan kedaulatan Negara Republik Indonesia
dalam bentuk Negara Indonesia Serikat. Obessi para pejuang untuk mendirikan negara
kesatuan tidak kunjung padam, ternyata Negara Indonesia Serikat tidak berumur lebih dari
satu tahun. Pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden Soekarno membacakan Piagam
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tonggak Sejarah Keenam
Meskipun sejak tanggal 15 Agustus 1950, telah terwujud Negara Kesatuan Republik
Indonsia, namun sistem pemerintahan yang diterapkan masih berpola pada sistem
pemerintahan parlementer. UUD yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar Sementara yang
lebih bersifat liberalistis. Sebagai akibat tidak terjadinya kemantapan dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Dengan berdalih bahwa situasi penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan
pada waktu itu dinilai membahayakan persatuan dan keselamatan Negara, Nusa dan Bangsa,
serta merintangi pembangunan semesta untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur,
maka Presiden Republik Indonesia/ Panglima Tertingi Angkatan Perang menetapkan
berlakunya kembali UUD 1945. Peristiwa tersebut yang biasa disebut sebagai :Dekrit
Kembali ke UUD 1945, yang berlangsung pada tanggal 5 Juli 1959. Sejak saat itu Negara
Republik Indonesia menerapkan UUD 1945, baik pemerintahan Presiden Soekarno, maupun
Presiden Soeharto berusaha untuk menerapkan UUD 1945 sesuai interpretasi masing-masing.
Ada pihak-pihak yang menyatakan terjadi penyimpangan dalam aktualisasi UUD 1945,
namun realitas menunjukkan bahwa pada masa Orde Lama maupun Orde Baru ada upaya
untuk mengaktualisasikan UUD 1945 dalam kenyataan.
Perlu dicatat bahwa pada tahun 1948 terjadi pemberontakan PKI di Madiun. Pada
tanggal 18 September 1948 Partai Komunis Indonesia/Front Demokrasi Rakyat merebut kota
Madiun, dan pada tanggal 19 September 1948 memproklamasikan negara Soviet Republik
Indonesia, dengan Muso sebagai pemimpinnya. Peristiwa ini tidak dapat didudukkan

sebagai tonggak sejarah bangsa Indonesia, karena tidak memiliki pengaruh lebih jauh bagi
perkembangan dan pembangunan bangsa Indonesia. Orang biasa mendudukkan sebagai
lembaran hitam sejarah bangsa Indonesia. Memang sangat mungkin bagi anggota Partai
Komunis Indonesia, yang telah dibubarkan pada tahun 1966, memandang peristiwa Madiun
sebagai tonggak sejarah perjuangan mereka.
Jakarta, 30 September 2008
Soeprapto/LPPKB
TIADA PANDAI MENARI
DIKATAKAN LANTAI BERJUNGKIT
( Bagian II )
Pengantar
Minggu yang lalu telah dikupas makna tonggak sejarah ataumilestone yakni
peristiwa penting yang berpengaruh terhadap kehidupan ummat manusia, masyarakat atau
bangsa. Telah dikemukakan enam tonggak sejarah bangsa Indonesia, yakni:
1. Tahun 1908, kelahiran organisasi Boedi Oetomo yang dinilai memiliki pengaruh
yang sangat signifikan terhadap kehidupan bangsa Indonesia dalam mewujudkan
negara-bangsa Indonesia.
2. Tahun 1928, yakni deklarasi Pemuda Indonesia yang berikrar satu nusa, satu
bangsa dan satu bahasa.
3. Tanggal 1 Juni 1945, dipidatokannya usulan dasar negara oleh Ir Soekarno yang
diberi nama Pancasila, yang sampai kini tetap diakui sebagai dasar negara, meski
telah beberapa kali terjadi perbuhaan UUD.
4. Tahun 1945, proklamasi kemerdekaan Indonesia, suatu momentum perubahan yang
sangat mendasar, yakni dari sistem penjajahan menjadi sistem negara merdeka.
5. Tanggal 1 Maret 1949, Serangan Umum kota Yogyakarta, yang merubah jalan
sejarah negara bangsa Indonesia. Memperkuat posisi Indonesia dalam
berdiplomasi, yang berakhir dengan pengakuan resmi Negara Republik Indonesia
secara internasonal.

6. Tanggal 5 Juli 1959, Dekrit Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertingi


Angkatan Perang RI, kembali ke UUD 1945, yang merubah sistem pemerintahan
parlementer menjadi sitem pemerintahan presidensiil, yang dapat bertahan sampai
40 tahun.
Marilah kita lanjutkan dengan tonggak sejarah selanjutnya.
Tonggak Sejarah Ketujuh
Tonggak sejarah ke tujuh menurut hemat penulis adalah Konferensi Asia-Afrika yang
berlangsung di Bandung dari tanggal 18 25 April 1955. Konferensi ini diprakarsai oleh
Indonesia, India, Pakistan, Birma dan Sri Langka dan diikuti oleh 29 Negara Asia dan Afrika,
yakni Afganistan, Birma, Ethiopia, Gold Coast (Ghana), India, Indonesia, Irak, Iran, Jepang,
Kamboja, Laos, Libanon, Liberia, Libia, Mesir, Muang Thai, Nepal, Pakistan, Philipina,
Republik Rakyat Cina, Saudi Arabia, Sri Langka, Sudan, Suriah, Turki, Vietnam Selatan,
Vietnam Utara, Yaman dan Yordania.
Konferensi ini didorong oleh situasi perang dingin yang semakin intens antara Blok
Barat yang dimotori oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dengan pimpinan Uni Sovyet.
Terjadilah pertandingan yang semakin tajam dalam menciptakan senjata pemusnah massal
yang semakin canggih. Timbullah kerisauan di antara negara-negara Asia-Afrika yang baru
saja merdeka Mereka berusaha untuk tidak terlibat dalam perang dingin dimaksud, maka
dibentuklah suatu kelompok yang kemudian diberi nama Negara Non Blok.
Prinsip kerjasama yang dihasilkan dalam konferensi di antaranya : (a) koeksis-tensi
antar negara, (b) perlucutan senjata, (c) pembatasan terhadap senjata pemusnah massal.
Konfernsi ini memiliki pengaruh yang luar biasa sehingga mendorong terwujudnya blok
tengah atau non blok yang anggotanya lebih dari 100 negara. Organisasi negara Non Blok ini
mejadi tidak efektif setelah berakhirnya perang dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur
pada awal dekade terakhir abad ke-20.
Tonggak Sejarah Kedelapan
Salah satu peristiwa lain yang dapat dianggap sebagai tonggak sejarah bangsa
Indonesia adalah kemenangan Tim Thomas Cup Indonesia yang pertama, yang terjadi pada
tanggal 15 Juni 1958 di Singapura. Tim Thomas Cup pertama kali tersebut terdiri dari Ferry
Sonneville, Tan Yoe Hok, Eddy Yusuf, Tan King Gwan dan Nyoo Kim Bie. Peristiwa tersebut
membuka mata masyarakat Indonesia, bahwa dalam olah raga bulu tangkis Indonesia dapat
berbicara dikancah internasional.

Sejak itulah perbulu-tangkisan Indonesia maju dengan pesat, dan selalu dapat
menjuarai dalam perebutan berbagai piala bertaraf internasional, seperti All England, Uber
Cup dan sebagainya. Bahkan pada waktu pertama kali bulu tangkis dipertandingkan dalam
olimpiade pada dekade terakhir abad keduapuluh, Indonesia dapat meraih salah satu, bahkan
pernah meraih dua medali emas dalam cabang bulu tangkis. Sampai dewasa ini Indonesia
masih diperhitungkan dalam percaturan olah raga bulu tangkis secara internasional.
Tonggak Sejarah Kesembilan
Surat Perintah 11 Maret 1966, atau yang biasa disebut Super Semar merupakan
tonggak sejarah berikut. Meskipun beberapa pihak masih mempersoalkan Surat Perintah
tersebut, namun realitas menunjukkan, dengan terbitnya Surat Perintah tersebut terjadi
perubahan yang sangat signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa
Indonesa. Surat Perintah ini tidak dapat terlepas dari gerakan yang dilakukan oleh Angkatan
1966.
Surat Perintah 11 Maret 1966 dikeluarkan oleh Presiden/Pangti ABRI/Pemimpin
Besar Revolusi yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto, Menteri Panglima Angkatan
Darat untuk atas nama Presiden/Pangti ABRI/Pemimpin Besar Revolusi mengambil segala
tindakan yang dianggap perlu guna terjaminnya keamanan, ketenangan dan kestabilan
jalannya pemerintahan. Surat Perintah 11 Maret 1966 dianggap sebagai tonggak sejarah
sebagai titik awal pemerintahan Orde Baru, yang memiliki visi Melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen
Dengan berbekal Surat Perintah 11 Maret 1966 ini berlangsung peralihan kekuasaan
dari presiden Soekarno kepada presiden Soeharto, yang mampu mengendalikan dan
mempertahankan pemerintahan hingga tiga dasa warsa lebih.
Tonggak Sjarah Kesepuluh
Tonggak sejarah kesepuluh adalah peristiwa lengsernya presiden Soeharto pada bulan
Mei 1998, dan dimulainya pemerintahan era reformasi. Dampak dari peristiwa ini masih
berlangsung, sehingga perlu diadakan evaluasi secara cermat, dapatkah peristiwa lengsernya
presiden Soeharto dikategorikan sebagai tonggak sejarah bangsa Indonesia. Di depan telah
kita kemukakan bahwa tonggak sejarah adalah peristiwa penting yang memberikan dampak
kemajuan bagi ummat manusia atau bangsa, sehingga masih perlu dievaluasi apakah
peristiwa tersebut berdampak kemajuan atau kemerosotan.
Evaluasi Keberhasilan Pemerintahan

Manusia adalah makhluk penilai, karena manusia dikaruniai oleh Tuhan dengan
kemampuan berfikir. Dengan daya fikirnya manusia mampu mengadakan penilaian terhadap
segala hal ihwal atau perkara yang dialaminya. Demikian pula halnya dengan masyarakat
Indonesia yang selalu menilai terhadap prestasi para pendahulunya. Orde Baru mencoba
untuk memberikan penilaian terhadap hasil pemerintahan Orde Lama, dan Orde Reformasi
mengadakan evaluasi tgerhadap hasil karya pemerintahan Orde Baru. Hal ini adalah sah-sah
saja, asal penilaian tersebut dilakukan dengan sepatutnya dengan maksud untuk memperbaiki
kelemahan yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya untuk dapat menyelenggarakan
pemerintahan yang lebih baik.
Dalam mengadakan evaluasi perlu diperhatikan beberapa hal yakni kriteria atau
ketentuan sebagai acuan dalam mengadakan evaluasi, serta teknik yang dipergunakan dalam
membandingkan sejauh mana kondisi yang dievaluasi sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di negara Republik Indonesia kriteria
sebagai acuan evaluasi ini terdapat dalam pembukaan UUD 1945, yakni missi dan tujuan
yang hendak diwujudkan dengan berdirinya negara Republik Indonesia.
Dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa missi yang diemban oleh
Pemerintah Negara Indonesia adalah : (a) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, (b) memajukan kesejahteraan umum, (c) mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan (d) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan dengan tersusunnya kemerdekaan
kebangsaan Indonesia adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Marilah kita mencoba seberapa jauh keberhasilan pemerintah baik Orde Lama
maupun Orde Baru dalam mengemban missi dan mewujudkan tujuan yang hendak dicapai
oleh Negara-bangsa Indonesia. Adapun cara yang dipergunakan dalam penilaian ini adalah
seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan oleh pemerintahan yang bersangkutan.
Dalam batas-batas tertentu pemerintah Orde Lama menunjukkan keberhasilan, misal
dalam mengupayakan missi yang pertama dan missi yang keempat. Politik divide et impera
yang dipaktekkan oleh Belanda dalam memecah belah wilayah Negara Kesatuan Indonesia,
serta penanaman harga diri yang minder pada rakyat, dapat dikikis habis oleh pemerintahan
Orde Lama. Pada tahun 1963 seluruh wilayah Republik Indonesia dapat dipersatukan dan
disatukan. Sementara itu pemberontakan di daerah satu persatu dapat diatasi.
Kegiatan seperti Konferensi Asia-Afrika dan pembentukan organisasi Negara Non
Blok adalah bukti nyata usaha pemerintah Orde Lama dalam merealisasikan missi yang
keempat. Sedang dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa diselenggarakan dengan
berbagai usaha seperti pemberantasan buta huruf, pendidikan masyarakat, dan sebagainya.

Memang diakui bahwa kegiatan dalam bidang ekonomi, dalam rangka merealisasikan missi
yang kedua kurang nampak hasilnya, hal ini didorong oleh semboyan yang sangat mengikat
bahwa :politik adalah panglima.
Pemerintahan Orde Baru menunmjukkan banyak kemajuan baik dalam
mengupayakan missi pertama sampai keempat, maupun dalam mewujudkan tujuan negarabangsa. Marilah kita tinjau satu persatu.
Dengan meningkatnya sarana perhubungan baik darat, laut maupun udara, wilayah
Indonesia dapat dipersatukan secara fisik, apalagi dengan kemajuan di bidang telekomunikasi
jarak menjadi kurang bermakna, sehingga seluruh wilayah negara dapat diikat dengan lebih
mudah menjadi satu kesatuan. Missi pertama menjadi landasan bagi pelaksanaan
pembangunan. Suatu contoh bila pada tahun 1970-an Jakarta Jayapura harus ditempuh
sekitar dua hari, sekarang cukup hanya sekitar 6 7 jam saja. Bila pada tahun 1960-an jarak
Yogyakarta ke Ujungpandnag harus ditempuh selama dua hari, dewasa ini cukup dua jam
saja. Inilah sekedar gambaran hasil karya pemerintahan Orde Baru dalam melindungi seluruh
tumpah darah Indonesia.
Berikut digambarkan kemajuan yang dicapai oleh pemerintahan Orde Baru sampai
dengan sekitar tahun 1990. (1) Pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% setiap tahunnya; (2) Laju
inflasi selalu di bawah 10%; (3) Sumbangan sektor industri terhadap produk domestik bruto
meningkat dari 9,2% menjadi 23,9%; (4) Ekspor non migas meningkat dari $0,56 M menjadi
$27 M, dan masih banyak lagi data yang menggambarkan kemajuan di sektor ekonomi. Hal
ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Sementara itu listrik diusahakan untuk
dapat menjangkau seluruh pelosok tanah air. Pelayanan kesehatan sampai ke desa dan
seterusnya.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa diselenggarakan dengan kesungguhan hati.
Kalau pada tahun 1960-an universitas negeri hanya terdapat di Jawa dan di beberapa kota
besar luar Jawa, maka pada akhir Pembangunan Jangka Panjang Pertama, di setiap propinsi
telah memiliki universitas negeri. Bahkan di beberapa propinsi terdapat lebih dari satu
universitas negeri. Dalam rangka memberikan kesempatan belajar pada anak usia sekolah,
pada tahun 1973-1975 didirikan Sekolah Dasar Inpres sebanyak 15.000 unit, suatu angka
yang sangat mengesankan. Dan masih banyak lagi prestasi yang dapat disebut.
Missi keempat ditempuh misalnya dengan membentuk organisasi ASEAN. Banyak
peran ASEAN dalam percaturan dunia internasional. Dari gambaran tersebut sebenarnya
cukup banyak prestasi yang diusahakan oleh pemerintah Orde Baru, meski diakui terdapat
pula kelemahan yang terjadi, misal para elit politik merasa dikekang kebebasannya, atau

pemerintahan orde baru terlalu otorier dan sebagainya. Namun dilihat dari realisasi missi
yang diemban dan tujuan yang hendak dicapai oleh negara, sesuai yang diamanatkan oleh
Pembukaan UUD 1945, nampaknya pemerintahan Orde Baru menunjukkan banyak
keberhasilan. Silahkan untuk merenungkan lebih jauh. Mengakhiri uraian ini ingin kami
sampaikan tips :
1. Bersikaplah jujur terhadap diri sendiri. Akuilah kelemahan yang ada pada diri
sendiri, tidak usah mencari kesalahan atau kambing hitam pada pihak lain.
2. Tataplah ke masa depan, carilah pemecahan suatu masalah dengan tidak usah
menciptakan masalah baru.
Jakarta, 6 Oktober 2008
Soeprapto/LPPKB

Anda mungkin juga menyukai