Anda di halaman 1dari 14

MATERI MASA ORDE LAMA

DISUSUN OLEH :
ANDI RIZKY
AULIA AZMI
ALISYA FEBRIANTY
MUALLIMIN
LINDA AMALIA
RIZKY RUSLI
RUSLAND
HUSNUL FEBRIYANTI

SMK YPMNU BINA BAKTI WANITA TIMIKA


Jln. Nawaripi Dalam Gang Bahagia Distrik Wania
Kode Pos 99910 Telp/Hp 085244955202 Web: www.smkypmnutimika.sch.id
TIMIKA 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat_Nya kepada penulis, Sholawat beserta salam tetap tercurah limpahkan kepada Revolusi

Islam yakni Rasulullah SAW beserta para sahabatnya serta para tabi’in dan tabi’atnya. Akhirnya

penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "MATERI MASA ORDE LAMA".

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik

yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Timika, 3 Februari 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….

DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah ...............................................................................................


1.2 Ruumusan Masalah .....................................................................................................
1.3 Tujuan ........................................................................................................................
1.4 Manfaat ......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum Masa Orde Lama ........................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................

DAFTAR PUSAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Ir.
Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Ia
memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa asing.
Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi
pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja pemerintah dan banyaknya ancaman disintegrasi,
seperti PKI mengakibatkan orde lama perlahan – lahan tumbang. Melalui surat perintah sebelas
Maret 1966 Presiden Soekarno memberikan mandatnya kepada Soeharto untuk mengamankan dan
menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Setelah presiden Soekarno lengser, orde
lama tenggelam dan digantingkan oleh masa pemerintahan orde baru presiden Soeharto.
Berakhirnya masa kepemimpinan Soekarno berawal dari penandatanganan Surat Perintah 11
Maret 1966 Supersemar yang controversial oleh Soekarno, yang isinya – berdasarkan versi yang
dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi
dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.
Setelah pertanggung jawabannya Ir Soekarno ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1966. Sidang umum Keempat MPRS
berlangsung di Istora Senayan Jakarta pada tanggal 21 Juni sampai dengan 5 Juli 1966. Pada
Sidang Umum Keempat ini, MPRS menghasilkan 24 ketetapan, salah satunya yaitu: Ketetapan
MPRS Nomor IX/MPRS/1966 tentang Surat Perintah Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia/Pemimpin Besar Revolusi /Mandataris Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara Republik Indonesia. Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai
presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai
pejabat Presiden Republik Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


- Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana gambaran umum masa pemerintahan orde lama?
1.3 Manfaat
-Mengetahui gambaran umum mengenai masa pemerintahan orde lama
1.4 Tujuan
-Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila 2
juga untuk memberikan pengetahuan mengenai gambaran umum pada masa pemerintahan orde
lama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum pada masa Pemerintahan Orde Lama
Sejarah Indonesia selama 1945—1949 dimulai dengan masuknya Sekutu diboncengi
oleh Belanda (NICA) ke berbagai wilayah Indonesia setelah kekalahan Jepang, dan diakhiri
dengan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Terdapat
banyak sekali peristiwa sejarah pada masa itu, pergantian berbagai posisi kabinet, Aksi
Polisionil oleh Belanda, berbagai perundingan, dan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya.
Kembalinya Belanda bersama Sekutu
Mendaratnya Belanda diwakili NICA
Berdasarkan Civil Affairs Agreement, pada 23 Agustus 1945 Inggris bersama tentara
Belanda mendarat di Sabang, Aceh. 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba
di Jakarta, dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran
tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration - pemerintahan sipil
Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook, ia dipersiapkan untuk membuka
perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu Wilhelmina tahun 1942 (statkundige concepti atau
konsepsi kenegaraan), tetapi ia mengumumkan bahwa ia tidak akan berbicara
dengan Soekarno yang dianggapnya telah bekerja sama dengan Jepang. Pidato Ratu Wilhemina
itu menegaskan bahwa di kemudian hari akan dibentuk sebuah persemakmuran yang di antara
anggotanya adalah Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda.
Terdapat berbagai pertempuran yang terjadi pada saat masuknya Sekutu dan NICA ke Indonesia,
yang saat itu baru menyatakan kemerdekaannya. Pertempuran yang terjadi di antaranya adalah:
1. Peristiwa 10 November, di daerah Surabaya dan sekitarnya.
2. Palagan Ambarawa, di daerah Ambarawa, Semarang dan sekitarnya.
3. Perjuangan Gerilya Jenderal Soedirman, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur
4. Bandung Lautan Api, di daerah Bandung dan sekitarnya.
5. Pertempuran Medan Area, di daerah Medan dan sekitarnya.
6. Pertempuran Margarana, di Bali
7. Serangan Umum 1 Maret 1949, di Yogyakarta
8. Pertempuran Lima Hari Lima Malam, di Palembang
9. Pertempuran Lima Hari, di Semarang
Ibukota pindah ke Yogyakarta
Karena situasi keamanan ibukota Jakarta (Batavia saat itu) yang makin memburuk, maka pada
tanggal 4 Januari 1946, Soekarno dan Hatta dengan menggunakan kereta api, pindah
ke Yogyakarta sekaligus pula memindahkan ibukota. Meninggalkan Sutan Syahrir dan kelompok
yang pro-negosiasi dengan Belanda di Jakarta.
Pemindahan ke Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan kereta api, yang disebut dengan
singkatan KLB (Kereta Luar Biasa). Orang lantas berasumsi bahwa rangkaian kereta api yang
digunakan adalah rangkaian yang terdiri dari gerbong-gerbong luar biasa. Padahal yang luar biasa
adalah jadwal perjalanannya, yang diselenggarakan di luar jadwal yang ada, karena kereta dengan
perjalanan luar biasa ini, mengangkut Presiden beserta Wakil Presiden, dengan keluarga dan staf,
gerbong-gerbongnya dipilihkan yang istimewa, yang disediakan oleh Djawatan Kereta Api (DKA)
untuk VVIP.
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Ir. Soekarno
adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Ia memainkan
peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa asing. Ia adalah
Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang
isinya – berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.
Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis
Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung
jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke
empat tahun 1966. Sidang umum Keempat MPRS berlangsung di Istora Senayan Jakarta pada
tanggal 21 Juni sampai dengan 5 Juli 1966. Pada Sidang Umum Keempat ini, MPRS
menghasilkan 24 ketetapan, salah satunya yaitu: Ketetapan MPRS Nomor
IX/MPRS/1966 tentang Surat Perintah Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia/Pemimpin Besar Revolusi /Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Republik Indonesia. Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden
pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang
Sidang Istimewa MPRS (1967)
Pada saat Presiden RI/Mandataris MPRS Soekarno menyampaikan pidato pertangungjawaban di
depan Sidang Umum keempat MPRS Tahun 1966, rakyat yang merasa telah dikhianati oleh
peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI mengharapkan kejelasan pertangungjawaban Presiden
Soekarno mengenai pemberontakan G-30-S/PKI berikut epilognya serta
kemunduran ekonomi dan akhlak. Namun pidato pertanggungjawaban Presiden Soekarno yang
diberi judul "Nawaksara" ternyata tidak memuaskan MPRS sebagai pemberi mandat.
Ketidakpuasan MPRS diwujudkan dalam Keputusan MPRS Nomor 5 Tahun 1966 yang meminta
Presiden Soekarno melengkapi pidato pertanggungjawabannya.
Walaupun kemudian Presiden Soekarno memenuhi permintaan MPRS dalam suratnya tertangal 10
Januari 1967 yang diberi nama "Pelengkap Nawaksara", tetapi ternyata tidak juga memenuhi
harapan rakyat. Setalah membahas surat Presiden tersebut, Pimpinan MPRS berkesimpulan bahwa
Presiden Soekarno telah lalai dalam memenuhi kewajiban Konstitusional.
Sementara itu DPR-GR dalam resolusi dan memorandumnya tertanggal 9 Februari 1967 dalam
menilai "Nawaksara" beserta pelengkapnya berpendapat bahwa "Kepemimpinan Presiden
Soekarno secara konstitusional, politis/ideologis membahayakan keselamatan bangsa, negara,
dan Pancasila".
Dalam kaitan itu, DPR-GR meminta kepada MPRS mengadakan Sidang Istimewa untuk
memberhentikan Presiden Soekarno dari jabatan Presiden/Mandataris MPRS dan
memilih/mengangkat Letnan Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden/Mandataris sesuai Pasal
3 Ketetapan MPRS Nomor IX/MPRS/1966, serta memerintahkan Badan Kehakiman yang
berwenang untuk mengadakan pengamatan, pemeriksaan, dan penuntutan secara hukum.
Berdasarkan permintaan dari DPR-GR, MPRS menyelenggarakan Sidang Istimewa MPRS
di Istora Senayan Jakarta pada tanggal 7 hingga 12 Maret 1967. Pada Sidang Istimewa ini MPRS
menghasilkan empat ketetapan, yaitu :
1. Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan
Negara dari Presiden Soekarno;
2. Ketetapan MPRS Nomor XXXIV/MPRS/1967 tentang peninjauan kembali Ketetapan MPRS
Nomor I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-garis Besar
Haluan Negara;
3. Ketetapan MPRS Nomor XXXV/MPRS/1967 tentang Pancabutan Ketetapan MPRS Nomor
XVII/1966;
4. Ketetapan MPRS Nomor XXVI/MPRS/1967 tentang Pencabutan Ketetapan MPRS Nomor
XXVI/MPRS/1966.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia
menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat
menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer.
presiden Soekarno di berhentikan dari jabatannya waktu itu Indonesia menggunakan sistem
ekonomi komando. Pada Demokrasi terpimpin diikuti pula dengan adanya istilah ekonomi
terpimpin. Ekonomi terpimpin ini sebagai konsepsi bidang ekonomi dalam rangka pelaksanaan
demokrasi terpimpin, yaitu lebih menekankan keterlibatan pemerintah bahkan menjuru kearah
etatisme. (Rusadi Kantaprawira, sistem politik Insonesia 1985:193)
Pemerintahan Soekarno pada era 1960-an, masa ekonomi surut di Indonesia. Saat itu harga-harga
melambung tinggi, sehingga pada tahun 1966 mahasiswa turun ke jalan untuk mencegah rakyat
yang turun. Mereka menuntut Tritura. Jika saat itu rakyat yang turun, mungkin akan terjadi people
power seperti yang terjadi di Philipina.
Tri Tuntutan Rakyat (atau biasa disingkat Tritura)
Tri Tuntutan Rakyat (atau biasa disingkat Tritura) adalah tiga tuntutan kepada pemerintah yang
diserukan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Selanjutnya diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya seperti Kesatuan Aksi Pelajar
Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh
Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita
Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), serta didukung penuh
oleh Tentara Nasional Indonesia.
Latar belakang adanya Tritura yaitu ketika gelombang demonstrasi menuntut
pembubaran PKI semakin keras, pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Keadaan
negara Indonesia sudah sangat parah, baik dari segi ekonomi maupun politik. Harga barang naik
sangat tinggi terutama Bahan bakar minyak (BBM). Oleh karenanya, pada tanggal 12
Januari 1966, KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila
mendatangi DPR-GR menuntut Tritura. Isi Tritura adalah:
1. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
2. Perombakan kabinet Dwikora
3. Turunkan harga sembako
Tuntutan pertama dan kedua sebelumnya sudah pernah diserukan oleh KAP-Gestapu (Kesatuan
Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September). Sedangkan tuntutan ketiga baru diserukan saat itu.
Tuntutan ketiga sangat menyentuh kepentingan orang banyak.
Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle kabinet. Dalam
kabinet itu duduk para simpatisan PKI. Kenyataan ini menyulut kembali mahasiswa meningkatkan
aksi demonstrasinya. Tanggal 24 Februari 1966 mahasiswa memboikot pelantikan menteri-
menteri baru. Dalam insiden yang terjadi dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal
Presiden Soekarno, seorang mahasiswa Arif Rahman Hakim meninggal. Pada tanggal 25
Februari 1966 KAMI dibubarkan, namun hal itu tidak mengurangi gerakan-gerakan mahasiswa
untuk melanjutkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).
Rentetan demonstrasi yang terjadi menyuarakan Tritura akhirnya diikuti keluarnya Surat Perintah
11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Presiden Soekarno yang memerintahkan kepada Mayor Jenderal
Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk
memulihkan keamanan dan ketertiban.
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11
Maret yang disingkat menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani
oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini berisi perintah
yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban
(Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi
keamanan yang buruk pada saat itu.
Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi yang dikeluarkan dari Markas Besar Angkatan Darat
(AD) yang juga tercatat dalam buku-buku sejarah. Sebagian kalangan
sejarawan Indonesia mengatakan bahwa terdapat berbagai versi Supersemar sehingga masih
ditelusuri naskah supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor.
Menurut versi resmi, awalnya keluarnya supersemar terjadi ketika pada tanggal 11 Maret 1966,
Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang
dikenal dengan nama "kabinet 100 menteri". Pada saat sidang dimulai, Brigadir
Jendral Sabur sebagai panglima pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa melaporkan bahwa
banyak "pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal" yang belakangan diketahui adalah
Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris yang bertugas menahan orang-
orang yang berada di Kabinet yang diduga terlibat G-30-S di antaranya adalah Wakil Perdana
Menteri I Soebandrio.
Berdasarkan laporan tersebut, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil
Perdana Menteri III Chaerul Saleh berangkat ke Bogor dengan helikopter yang sudah disiapkan.
Sementara Sidang akhirnya ditutup oleh Wakil Perdana Menteri II Dr.J. Leimena yang kemudian
menyusul ke Bogor.
Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral Soeharto (yang kemudian menjadi Presiden
menggantikan Soekarno) yang pada saat itu selaku Panglima Angkatan Darat menggantikan
Letnan Jendral Ahmad Yani yang gugur akibat peristiwa G-30-S/PKI itu. Mayor Jendral
(Mayjend) Soeharto saat itu tidak menghadiri sidang kabinet karena sakit. (Sebagian kalangan
menilai ketidakhadiran Soeharto dalam sidang kabinet dianggap sebagai sekenario Soeharto untuk
menunggu situasi. Sebab dianggap sebagai sebuah kejanggalan).
Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk menemui
Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir
Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Setibanya di Istana Bogor, pada
malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno
mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto
mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat
kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan. Menurut Jendral
(purn) M Jusuf, pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.
Presiden Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagai Surat
Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai Supersemar yang ditujukan kepada Mayjend
Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk
memulihkan keamanan dan ketertiban.
Surat Supersemar tersebut tiba di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1966 pukul 01.00 waktu setempat
yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar AD Brigjen Budiono. Hal tersebut berdasarkan
penuturan Sudharmono, di mana saat itu ia menerima telpon dari Mayjend Sutjipto, Ketua G-5
KOTI, 11 Maret 1966 sekitar pukul 10 malam. Sutjipto meminta agar konsep tentang pembubaran
PKI disiapkan dan harus selesai malam itu juga. Permintaan itu atas perintah Pangkopkamtib yang
dijabat oleh Mayjend Soeharto. Bahkan Sudharmono sempat berdebat dengan Moerdiono
mengenai dasar hukum teks tersebut sampai Supersemar itu tiba.
KEADAAN PEREKONOMIAN INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI
AKHIR MASA PEMERINTAHAN ORDE LAMA (1950-1966)

1. Pemerintahan Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)


Mementingkan golongan masing-masing, memperebutkan kekuasaan, dan pembangunan
tidak berjalan.
Kekuasaan pemerintah ada di tangan kabinet yang dipimpin seorang perdana menteri.
Presiden RI sebagai lambang (tidak berperan dalam pemerintahan melainkan dipegang oleh
menteri, namun tidak efisien)
Berlaku demokrasi liberal.
Sistem ekonomi liberal LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) rata-rata 2,7% per tahun.
Berlaku UUDS 1950 yang berbau liberal.
Selama 1950-1959 terjadi delapan kali pergantian kabinet.
Situasi politik tidak stabil karena masing-masing partai yang berkuasa hanya mementingkan
golongnnya, ekonomi tidak berkembang, pembangunan lainnya terbengkalai karena masa kerja
kabinet pendek.
2. Pemerintahan Masa Berlakunya Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Ekonomi sosialis, aktifitas ekonomi ditangani pemerintah bukan individu, dan timbul inflasi
karena pembangunan besar-besaran.
Diawali dengan dekrit presiden 5 juli 1959.
UUDS 1950 diganti dengan UUD 1945
Demokrasi liberal diganti dengan demokrasi terpimpin.
Ekonomi liberal diganti dengan ekonomi terpimpin.
Pengaturan ekonomi sepenuhnya ada pada pemerintah.
Kekuasaan pemerintah mutlak ditangan presiden dan bersifat otoriter (kekuasaan penuh).
Muncul pembangunan proyek-proyek mercusuar dengan biaya tinggi.
Realisasi pengeluaran APBN tidak terkendali, hutang luar negeri ke negara-negara sosial
membengkak, kemiskinan meningkat.
Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, bank indonesia melakukan pencetakan uang.
inflasi semakin tinggi, terjadi hyper inflasi tahun 1969 mencapai 650%
Tahun 1965 PKI berusaha merebut kekuasaan pemerintahan RI melalui G 30 SPKI.
G 30 SPKI dapat ditumpas oleh eksponen orde baru, lahirlah pemerintahan orde baru 1 Maret
1966 dengen presidennya yaitu Soeharto.

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA MASA ORDE LAMA


Pada saat pemerintahan Soekarno terjadi pergantian sistem pemerintahan. Yaitu sistem
pemerintahan Liberal dan terpimpin, dsb mewarnai politik Orde Lama. Rakyat muak akan
keadaan tersebut. Pemberontakan PKI pun sebagian dikarenakan oleh kebijakan Orde Lama. PKI
berhaluan sosialisme/komunisme (Bisa disebut Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan asas
sama rata, jadi faktor pemberontakan tersebut adalah ketidakadilan dari pemerintah Orde Lama.
Sistem pemerintahan Pada tahun 1945-1950, terjadi perubahan sistem pemerintahan dari
presidensial menjadi parlementer. Dimana dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden
memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai badan eksekutif dan merangkap sekaligus sebagai badan
legislatif.
Masa pemerintahan pada tahun 1950-1959 disebut masa liberal, karena dalam politik maupun
sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Pada saat negara kita menganut sistem
demokrasi liberal, terdapat ciri-ciri sistem pemerintahan sebagai berikut:
Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
Presiden berhak membubarkan DPR.
Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
Pada 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959 Presiden Soekarno memerintah menggunakan
konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Dewan Konstituante
diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat UUDS 1950. Namun
sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi baru. Akhirnya, Soekarno
mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang membubarkan Konstituante. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959
adalah:
Pembentukan MPRS dan DPAS
Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
Pembubaran Konstituante
Tahun 1959 – 1968 (Demokrasi Terpimpin) Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi
dimana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara, yaitu Presiden
Soekarno. Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden
Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Pada masa demokrasi terpimpin ini terjadi berbagai penyimpangan yang menimbulkan beberapa
peristiwa besar di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa Demokrasi
terpimpin yaitu:
Pancasila diidentikkan dengan NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis)
Produk hukum yang setingkat dengan undang-undang (UU) ditetapkan dalam bentuk
penetapan presiden (penpres) daripada persetujuan
MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup
Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955
Presiden menyatakan perang dengan Malasya
Presiden menyatakan Indonesia keluar dari PBB
Hak Budget tidak jalan
Pada masa ini terjadi persaingan antara Angkatan Darat, Presiden, dan PKI. Persaingan ini
mencapai klimaks dengan terjadinya perisiwa Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan oleh
PKI. Adapun dampak dari peristiwa G 30 S adalah :
Demostrasi menentang PKI
Mayjen Soeharto menjadi Panglima AD
Keadaan ekonomi yang buruk
Kabinet seratus menteri
Munculnya TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat)
Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dari proklamasi kemerdekaan 17 agustus
1945 sampai masa terjadinya G30 S PKI. Dizaman orde lama partai yang ikut pemilu sebanyak
lebih dari 25 partai peserta pemilu. Masa orde lama ideologi partai berbeda antara yang satu dengan
lainnya, ada Nasionalis PNI-PARTINDO-IPKI-dll, Komunis PKI; Islam NU-MASYUMI- PSII-
PI PERI, Sosialis PSI-MURBA, Kristen PARKINDO dll. Pelaksanaan Pemilu pada Orde Lama
hampir sama seperti sekarang. Banyaknya partai oleh Bung Karno disebut sebagai salah satu
penyebab tidak adanya pencapaian hasil dalam pengambilan keputusan, karena dianggap terlalu
banyak debat bersitegang urat leher. Untuk merealisasikan demokrasi terpimpin ini, kemudia
dibentuk yang dikenal dengan nama Font Nasional.

Penerapan demokrasi orde lama


Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi
dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan
dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional
dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa
pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode
implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode
1959-1966.
Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan nasional dan
mempersatukan bangsa Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula yang memberikan peluang
bagi kemungkinan kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945).
Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita adalah;
Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950,
Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Orde lama adalah masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Orde Lama berlangsung
dari tahun 1945 sampai 1968. Pada masa ini Iindonesia mampu menjadi pelopor gerakan Non
blok dan Pemimpin Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika diadakan pada tahun 1955 di Bandung.
Konferensi Asia Afrika tersebut membuahkan Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi
dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan
dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional
dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa
pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode
implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode
1959-1966.
keberhasilan Indonesia di dunia internasional tidak dibarengi dengan keberhasilan pemerintahan
dalam negeri. Kehidupan konstitusional, politik, ekonomi dan ideologi mengalami carut marut
yang berkepanjangan hingga tidak mampu bertahan dan digantikan oleh masa orde baru.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :
Dr.Sulardi, SH., M.Si, 2012 Menuju sistem pemerintahan presidensil, Malang : Setara Press
Mahfud,moh . Demokrasi Dan Konstitusi Di Indonesia .2010. rinekacipta : Jakarta
Suhardiman. Pembangunan politik satu abad . 1996. Yayasanlestaribudaya: Jakarta
B. Internet :
http://dokumenqu.blogspot.co.id/2012/07/pancasila-dalam-era-orde-lama.html.
https://id.wikipedia.org/wiki/Orde_lama
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Surat_Perintah_Sebelas_Maret__President_version.jpg
http://www.pendidikanmu.com/2015/03/sejarah-masa-orde-lama-terlengkap.html
http://www.gurupendidikan.com/sejarah-orde-baru-terlengkap/
http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/orde-baru-suharto/item180
http://urbandepan.blogspot.com/2012/05/orde-lama-orde-baru-dan-reformasi.html

Anda mungkin juga menyukai