Anda di halaman 1dari 9

KLIPING

PERSATUAN DAN KESATUAN

BAGI INDONESIA DARI MASA KE MASA

KELOMPOK 2

 BLESSING JELITA B.P.


 ELSA AYU S.
 INTAN ORA P.P.
 KEREN PIOLA
 QAILA FIBI D.S.
 TRIYANA WIJAYA K.

KELAS: XII-IPS 5

SMA NEGERI 6 BALIKPAPAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas kliping yang berjudul " Persatuan Dan Kesatuan Bagi Indonesia Dari Masa
Ke Masa " dengan tepat waktu.

Kliping disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran PCSL. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang persatuan dan kesatuan bagi Indonesia dari masa ke masa.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Akhyadi selaku guru Mata Pelajaran PCSL. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
kliping ini.

Kami menyadari kliping ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………………………………..... 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………………………………. 3

MATERI :

A. Masa Revolusi Kemerdekaan .……………………………………………………………………………………………………………. 4

B. Masa Republik Indonesia Serikat …..………………………………………………………………………………………………….. 5

C. Masa Demokrasi Liberal …………..……………………………………………………………………………………………………….. 6

D. Masa Orde Lama ………………………………………………………………………………………………………………………………. 7

E. Masa Orde Baru ……………………………...................................................................................................... 8

F. Masa Reformasi ………………………............................................................................................................ 9


MATERI

A. Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia

(18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

Bangsa Indonesia pada masa ini menghadapi Kolonial Belanda yang ingin kembali menguasai,
Ditariknya tawanan Jepang yang kalah perang, sekaligus menghadapi berbagai pemberontakan.
Selama masa revolusi ini, terjadi peperangan antara negara Indonesia yang merdeka yakni
antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda.

Belanda yang mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak sah, kenyataannya Indonesia
telah memproklamasikan kemerdekaannya secara terang-terangan kepada seluruh dunia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Setelah kemerdekaan Indonesia, Belanda datang kembali untuk
mencoba membantah kemerdekaan dengan kedatangan serbuan dari luar negeri melalui Agresi
Militer, sehingga terjadilah peperangan kembali antara kedua negara tersebut.

Melihat dari sudut Indonesia, terjadinya peperangan tersebut bertujuan untuk


mempertahankan kemerdekaannya, itulah sebabnya disebut sebagai perang kemerdekaan.
Masa perang kemerdekaan tersebut terjadi mulai dari tahun 1945 sampai 1949. Pada akhir
tahun 1949, Belanda resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan berdasarkan istilah
pada hasil Konferensi Meja Bundar disebut dengan penyerahan kedaulatan.

Dalam perang kemerdekaan tersebut akhirnya Belandalah yang kalah berdasarkan perjanjian
Konferensi Meja Bundar tersebut yang berhasil digelar. Pada masa ini, periode tahun 1945-
1949 dinamakan sebagai periode ”Perang Kemerdekaan”. Pada masa revolusi kemerdekaan ini,
terjadi pula pemberontakan untuk memisahkan diri dari Indonesia, yakni pemberontakan Partai
Komunis Indonesia (PKI) Madiun di tahun 1948 dan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia
(DI/TII).
B. Masa Republik Indonesia Serikat

(27 Desember 1949-17 Agustus 1950)

Konstitusi Republik Indonesia Serikat tahun 1949 kemudian menjadi dasar terbentuknya
federasi dari 15 negara bagian. Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) pada masa ini adalah
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Perdana Menteri. Masa ini, para menteri bertanggung
jawab kepada Perdana Menteri.

Presiden pada masa ini adalah kepala negara yang tidak didampingi oleh seorang wakil
presiden berdasarkan konstitusi RIS. Jika presiden berhalangan hadir, maka akan digantikan
posisinya oleh perdana menteri yang tanggung jawab pemerintahan sepenuhnya berada di
tangan perdana menteri dan para menteri kabinet. Pada masa ini Indonesia masih
menggunakan sistem pemerintahan parlementer, dimana kabinet akan bertanggung jawab
kepada parlemen dan jika pertanggungjawaban kabinet tidak diterima oleh parlemen maka
kabinet harus dibubarkan atau mengundurkan diri.

Konstitusi RIS ini mengenal enam lembaga Negara, yakni presiden, dewan menteri, senat,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mahkamah Agung (MA), dan Dewan Pengawas Keuangan
(DPK). Sistem pemerintahan parlementer ini tidak berlaku lama, hanya kurang lebih delapan
bulan. Kemudian RIS dibubarkan dan Indonesia kembali menggunakan sistem sebagai negara
kesatuan. Pemberontakan yang terjadi pada masa ini adalah pemberontakan Angkatan Perang
Ratu Adil (APRA), Pemberontakan Andi Azis dan Pemberontakan Republik Maluku Selatan
(RMS).

Berdasarkan hasil perundingan pada Konferensi Meja Bundar dengan Belanda, Indonesia
harus berubah dari negara kesatuan menjadi negara serikat. Pada masa Republik Indonesia
Serikat ini terjadi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa yang diwarnai dengan berbagai
pemberontakan, seperti Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung,
pemberontakan Andi Azis di Makassar dan pemberontakan Gerakan Republik Maluku Selatan
(RMS).
C. Masa Demokrasi Liberal

(17 Agustus 1950-5 Juli 1959)

Indonesia pada masa ini menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
Tahun 1950 (UUDS 1950) yang berlaku sejak tanggal 17 Agustus 1950. UUDS 1950 ini adalah
bentuk perubahan dari Konstitusi RIS yang diselenggarakan sesuai dengan Piagam Persetujuan
antara pemerintah RIS dan Pemerintah RI pada tanggal 19 Mei 1950 dengan bentuk negara
kesatuan Indonesia.

Karena Indonesia menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara, maka dibentuk sebuah


badan untuk merumuskan Undang-Undang Dasar. Namun, terjadi dinamika politik yang tinggi,
dan saling memaksakan kepentingan kelompok dan golongan sehingga pembahasan Undang-
Undang Dasar menjadi rumit dan berjalan sangat lama.

Itulah sebabnya Presiden Soekarno memutuskan untuk mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal
5 Juli tahun 1959 dengan isi sebagai berikut:

 Pembubaran konstituante
 Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
 Pembentukan MPR dan DPA sementara

Pada masa ini terjadi berbagai pemberontakan, seperti Gerakan Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia (DI/TII) di Sulawesi, Aceh, Kalimantan Selatan dan Pemberontakan PRRI/Permesta.
D. Masa Orde Lama Atau Masa Demokrasi Terpimpin

(5 Juli 1959-11 Maret 1966)

Presiden kembali berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan sejak
berlakunya kembali UUD 1945 dan jabatan Perdana Menteri sudah tidak berlaku lagi.
Berlakunya demokrasi terpimpin ini berawal mula dari demokrasi yang dipimpin oleh hikmat
dengan kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

Namun, semakin lama justru bergeser menjadi dipimpin oleh Presiden atau Pemimpin Besar
Revolusi. Itulah sebabnya akhirnya segala sesuatu yang didasarkan kepada kepemimpinan
pemerintahan yang dianggap sebagai penguasa. Pada masa orde lama ini, Irian Barat bersatu
dalam Negara Indonesia melalui perjanjian Trikora. Sebelumnya, dalam perjanjian KMB,
Belanda tidak mau menyerahkan wilayah Irian kepada negara Indonesia.

Dinamika yang terjadi di masa ini adalah para pemimpin MPR, DPR, BPK dan MA diberi
kedudukan sebagai menteri, sehingga ditempatkan sebagai bawahan presiden. Presiden
kemudian membubarkan DPR Tahun 1960 dan muncul UU No. 19 tahun 1964 sehingga
presiden bisa berhak untuk mencampuri proses peradilan. Pada masa orde lama terjadi
pemberontakan besar, yakni G3OS/PKI.
E. Masa Orde Baru Indonesia

(11 Maret 1966-21 Mei 1998)

Masa Orde Baru adalah sebutan untuk pemerintahan presidensial Indonesia dengan Soeharto
sebagai presidennya. Presiden Soekarno sudah tidak lagi menjadi presiden Indonesia sejak
tahun 1966 yang menandakan berakhirnya masa Orde Lama dan digantikan oleh kekuatan
baru, yang dikenal dengan sebutan Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto.

Para menteri pada masa orde baru berbentuk tujuh kabinet dengan nama Kabinet
Pembangunan I sampai Pembangunan 7. Namun dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan-
penyimpangan fatal bagi bangsa Indonesia, seperti pembatasan hak-hak politik rakyat,
pemusatan kekuasaan ditangan presiden dan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam
badan pemerintahan. Karena penyimpangan yang sangat berat tersebut akhirnya kekuasan
orde baru berakhir setelah adanya perlawanan rakyat terhadap kekuasaan Soeharto melalui
gerakan reformasi.

Tepat tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri sebagai
presiden republic Indonesia selama 30 tahun masa jabatannya. B.J Habibie yang ketika itu
menjabat sebagai wakil presiden, dilantik sebagai Presiden RI yang ketiga menggantikan
Soeharto. Masa jabatan Presiden B.J Habibie sangat singkat dan berakhir setelah
pertanggungjawabannya ditolak oleh sidang Umum MPR pada tanggal 20 Oktober 1999. Pada
masa orde baru terjadi integrasi bekas jajahan Portugis di pulau Timor, yakni menjadi provinsi
ke-27 Indonesia bernama Timor-Timur
F. Masa Reformasi

(12 Mei 1998-Sekarang)

Masa reformasi terjadi banyak perubahan atau amandemen atas Undang-Undang Dasar 1945
menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional. Amandemen ini diharapkan dapat membentuk
sistem pemerintahan yang lebih baik dan stabil daripada masa-masa sebelumnya. Amandemen
ini diharapkan dapat membentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dan stabil daripada
masa-masa sebelumnya. Amandemen UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat
kali, yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.

Pemerintah konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi negara berisi adanya pembatasan
kekuasaan pemerintahan maupun eksekutif dan adanya jaminan atas hak asasi manusia dan
hak-hak warga Negara lainnya. Setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden indonesia
dan mulai memasuki masa reformasi, muncul kebijakan yang berhubungan dengan kebebasan
berpolitik. Seperti adanya kemerdekaan pers, kemerdekaan membentuk partai politik,
terselenggaranya pemilu yang demokratis dan Otonomi Daerah pada tahun 1999.

Dilakukannya amandemen atau perubahan pada UUD NRI Tahun 1945 pada masa reformasi
ini termasuk mengenai penyelenggaraan negara. Salah satu tujuan utamanya adalah agar
kekuasaan presiden tidak disalahgunakan sehingga tercapai kondisi kenegaraan yang lebih
stabil. Masa reformasi Indonesia mengalami lima kali pergantian presiden, yakni B.J. Habibie
(masa memimpin 1998-1999), Abdurrahman Wahid (masa memimpin 1999-2001), Megawati
Soekarno Putri (masa memimpin 2001-2004), Susilo Bambang Yudhoyono (masa memimpin
2004-2014) dan Joko Widodo (masa memimpin 2004-sekarang).

Dilihat dari dinamika persatuan dan kesatuan bangsa di atas adakalanya persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia begitu kukuh, tetapi ada pula masa ketika dinamika persatuan dan
kesatuan bangsa mendapat ujian ketika dihadapkan oleh berbagai macam gerakan
pemberontakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Segala bentuk teror yang bisa
berdampak munculnya perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia sudah banyak terjadi
dalam sejarah Indonesia hingga saat ini. Namun sebagai generasi bangsa, kita patut bersyukur
ancaman atau gangguan tersebut tidak membuat NKRI menjadi lemah, tetapi semakin kukuh
pberkembang hingga sekarang.

Anda mungkin juga menyukai