Anda di halaman 1dari 28

TUGAS AKHIR MATA PELAJARAN IPS

SEJARAH PERKEMBANGAN UANG


DI INDONESIA PADA MASA KEMERDEKAAN
TAHUN 1945 - 1950

SMP NEGERI I SAMPANG


Jalan Wijaya Kusuma No. 2
Kabupaten Sampang
2024
TUGAS AKHIR MATA PELAJARAN IPS

TEMA : SEJARAH PERKEMBANGAN UANG DI INDONESIA

PENYUSUN :
1. ACHMED AGHNA ZAIN 02 IX-E
2. DIMAS ALFARIZI AMIN 10 IX-E
3. SYAFRIL HIDAYAT 16 IX-E
4. MOH. FATHAN ILHAMI 17 IX-E
5. SIDDIQY SAKTI SATRIA PRATAMA 28 IX-E

PEMBIMBING:
Ibu Suliha S.Pd

SMP NEGERI 1 SAMPANG


Jalan Wijaya Kusuma No. 02
KABUPATEN SAMPANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,karena berkat rahmat dan

hidayahnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akkhir mata

pelajaran IPS dengan tema SEJARAH KELUARNYA UANG DI INDONESIA PERIODE

1945-1949.

Dalam penyusunan tugas akhir ini kami banyak menerima bantuan dan

bimbingan dari Ibu suliha S,Pd selaku guru pengajar IPS di kelas IX-E. Oleh karena

itu, kami mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingannya kepada kami

sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Insyaallah tugas akhir ini dapat memberikan tambahan ilmu kepada kami

dalam belajar mata pelajaran IPS. Semoga Allah senantiasa meridhoi kegiatan ini.

Aamiin.

Kami menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan karya

ini.

Sampang. 10 Februari 2024

Penyusun Kelas IX-E


SEJARAH KELUARNYA UANG DI INDONESIA PADA PERIODE 1945-1949

A. SEJARAH OEANG REPUBLIK INDONESIA (ORI) 1945-1949


Bersamaan dengan dikeluarkannya maklumat tersebut, pemerintah
berencana menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI). Menteri
Keuangan A.A Maramis membentuk “Panitia Penyelenggara pencetakan
Uang Kertas Republik Indonesia” pada 7 November 1945 yang diketuai
T.R.B. Sabaroedin dari Kantor Besar Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan
anggota-anggotanya terdiri dari Kementerian Keuangan yaitu H.A.
Pandelaki & R. Aboebakar Winagoen dan E. Kusnadi, Kementerian
Penerangan yaitu M. Tabrani, BRI yaitu S. Sugiono, dan wakil-wakil dari
Serikat Buruh Percetakan yaitu Oesman dan Aoes Soerjatna.
Pencetakan ORI dikerjakan setiap hari dari jam 7 pagi sampai jam
10 malam dari Januari 1946. Namun, pada Mei 1946, situasi keamanan
mengharuskan pencetakan ORI di Jakarta dihentikan dan terpaksa
dipindahkan ke daerah-daerah seperti Yogyakarta, Surakarta, Malang,
dan Ponorogo. Hal ini yang menyebabkan, ketika ORI pertama kali
beredar pada 30 Oktober 1946 yang bertandatangan di atas ORI adalah
A.A Maramis meskipun sejak November 1945 ia tidak lagi menjabat
sebagai Menteri Keuangan. Pada waktu ORI beredar yang menjadi
Menteri Keuangan adalah Sjafruddin Prawiranegara di bawah Kabinet
Sjahrir III
30 OKTOBER 1946 ADALAH HARI OEANG REPUBLIK INDONESIA
ORIDA (Oeang Republik Indonesia Daerah) mulai dikeluarkan dan
diedarkan sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing.
Dalam kondisi perang, jumlah uang beredar di wilayah Republik
Indonesia sulit dihitung dengan tepat. Kesulitan melakukan pemisahan
data juga terjadi dalam memperkirakan indikator-indikator
perekonomian lainnya, seperti neraca perdagangan, posisi cadangan
devisa dan keuangan negara.
31 Mei 1950 Dari salah satu hasil perjanjian Konferensi Meja
Bundar (KMB) yang dilakukan pada tanggal 23 Agustus sampai 2
November 1949, Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda pada 27
Desember 1949. Kemudian, dibentuk negara federal Republik Indonesia
Serikat (RIS). Menteri Keuangan diberi kuasa untuk mengeluarkan uang
kertas yang memberikan hak piutang kepada pembawa uang terhadap
RIS sejumlah dana yang tertulis pada uang tersebut dalam rupiah RIS. Hal
ini mulai diberlakukan 31 Mei 1950 mengatur berbagai hal berbagai
tentang pengeluaran uang kertas atas tanggungan Pemerintah RIS.
17 Agustus 1950 Sejalan dengan masa Pemerintah RIS yang
berlangsung singkat, masa edar uang kertas RIS juga tidak lama, yaitu
hingga 17 Agustus 1950 ketika Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) terbentuk kembali.

B. SEJARAH OEANG REPUBLIK INDONESIA 1950-1953


Pada periode 1951-1952, Pemerintah mengambil kebijakan Gunting
Sjafruddin yang bertujuan untuk menyedot uang beredar yang terlalu
banyak serta menghasilkan pinjaman sekitar Rp1,5 milyar dari penerbitan
Obligasi Republik Indonesia 1950 karena Indonesia belum mampu
mencari sumber pembiayaan dari pasar.
Dalam jangka waktu yang telah ditentukan, bagian kiri uang dapat
ditukar dengan uang baru yang diterbitkan De Javasche Bank dengan
pecahan f2,50, f1 dan f0,50. Pengguntingan uang tersebut
dilakukan karena cara yang lazim dilakukan, yaitu dengan penyetoran ke
dalam rekening yang dibekukan tidak mungkin dijalankan di Indonesia.
Pada saat itulah De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia
(BI).
Tanggal 1 Juli 1953 diperingati sebagai hari lahir Bank Indonesia
dimana Bank Indonesia menggantikan De Javasche Bank dan bertindak
sebagai bank sentral.
Setelah Bank Indonesia berdiri pada tahun 1953, terdapat dua
macam uang rupiah yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di
wilayah Republik Indonesia, yaitu uang yang diterbitkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia (Kementerian Keuangan) dan yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. Pemerintah RI menerbitkan uang kertas dan logam
pecahan di bawah Rp5, sedangkan Bank Indonesia menerbitkan uang
kertas dalam pecahan Rp5 ke atas.
Hak tunggal Bank Indonesia untuk mengeluarkan uang kertas dan
uang logam sesuai Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 13 Tahun 1968
didasarkan pertimbangan antara uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia dan Pemerintah secara ekonomi dipandang tidak ada
perbedaan fungsional. Sehingga untuk keseragaman dan efisiensi
pengeluaran uang cukup dilakukan oleh satu instansi saja yaitu Bank
Indonesia.
Pencetakan ORI dikerjakan setiap hari dari jam 7 pagi sampai
jam 10 malam dari Januari 1946. Namun, pada Mei 1946, situasi
keamanan mengharuskan pencetakan ORI di Jakarta dihentikan dan
terpaksa dipindahkan ke daerah-daerah seperti Yogyakarta, Surakarta,
Malang, dan Ponorogo. Hal ini yang menyebabkan, ketika ORI pertama
kali beredar pada 30 Oktober 1946 yang bertandatangan di atas ORI
adalah A.A Maramis meskipun sejak November 1945 ia tidak lagi
menjabat sebagai Menteri Keuangan. Pada waktu ORI beredar yang
menjadi Menteri Keuangan adalah Sjafruddin Prawiranegara di bawah
Kabinet Sjahrir III.

C. NAMA/SEBUTAN OEANG TAHUN 1945-1949


1. De Japansche Regeering

2. Dai Nippon Teikoku Seibu

3. De Javasche Bank
4. Dai Nippon Emisi

D. Sejarah Indonesia (1945–1949)


1. Menjelang akhir perang tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia
telah dikuasai oleh tentara Sekutu. Satuan tentara Australia
mendaratkan pasukannya di Makasar dan Banjarmasin,sedangkan
Balikpapan diduduki
oleh Australia sebelum Jepang menyatakan menyerah kalah.
Sementara Pulau Morotai dan Irian Barat bersama-sama dikuasai
oleh satuan tentara Australia dan Amerika Serikat di bawah
pimpinan Jenderal Douglas MacArthur, Panglima Komando Kawasan
Asia Barat Daya (South West Pacific Area Command/SWPAC).
Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap
Kalimantan dan Indonesia bagian Timur, Amerika Serikat menguasai
Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando SEAC (South East
Asia Command) bertanggung jawab atas India, Burma, Srilanka,
Malaya, Sumatra, Jawa dan Indochina. SEAC dengan panglima Lord
Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara
bertugas melucuti bala tentara Jepang dan mengurus pengembalian
tawanan perang dan
tawanan warga sipil sekutu (Recovered Allied Prisoners of War
and Internees/RAPWI).
2. Ibu kota pindah ke Yogyakarta, Menjelang berakhirnya tahun 1945
situasi keamanan ibu kota Jakarta (saat itu masih disebut Batavia)
makin memburuk dengan terjadinya saling serang antara kelompok
pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Ketua Komisi Nasional
Jakarta, Mr. Mohammad Roem mendapat serangan fisik. Demikian
pula, Perdana Menteri Syahrir dan Menteri Penerangan Mr. Amir
Sjarifuddin juga nyaris dibunuh simpatisan Belanda (NICA).[1] Karena
itu pada tanggal 1 Januari 1946 Presiden Soekarno memberikan
perintah rahasia kepada Balai Yasa Manggarai untuk segera
menyiapkan rangkaian kereta api demi menyelamatkan para petinggi
negara. Pada tanggal 3 Januari 1946 diputuskan bahwa Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Hatta beserta beberapa menteri/staf
dan keluarganya meninggalkan Jakarta dan pindah ke Yogyakarta
sekaligus pula memindahkan ibu kota; meninggalkan Perdana
Menteri Sutan Syahrir dan kelompok yang bernegosiasi dengan
Belanda di Jakarta.[2] Perpindahan dilakukan menggunakan kereta
api berjadwal khusus, sehingga disebut sebagai KLB (Kereta Luar
Biasa).
3. Agresi Militer I, Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan
Nota Ultimatum, yang harus dijawab dalam 14 hari, yang berisi:

a. Membentuk pemerintahan ad interim bersama;


b. Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa
bersama;
c. Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di
daerahdaerah yang diduduki Belanda;

d. Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama


termasuk daerah daerah Republik yang memerlukan bantuan
Belanda (gendarmerie bersama); dan
e. Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor
E. Kegiatan
F.Tahun penerbitan uang, pecahan dan gambarnya (1945-1950) ORI I

(1945 – 1947)

ORI I (1945 – 1947)

1 sen

5 sen
10 sen

Rp 1/2

Rp 1
Rp 5

Rp 10

Rp 100
ORI II 1947 – 1948 PENERBITAN ORI DILUNCURKAN DI JOGYAKARTA

Rp 5.00

Rp 25.00
Rp 10.00

Rp 100.00
ORI III (1947-1950)

Rp ½

Rp 2 ½

Rp 25
Rp 50

Rp 100
Rp 100

Rp 250.00
ORI IV (1948 )

Rp 40,00

Rp 75.00

Rp 100
Rp 400

Rp 600
SERI ORI BARU (1949)

Rp 10 sen

Rp 1/2
Rp 100

Rp 1
Rp 10
SERI REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1950)

Rp 5

Rp 10
G.Penjelasan setiap perkembangan penerbitan
uang di indonesia berdasar kan waktunya
Seri ORI I (1945-1947):

Pada tanggal 17 Oktober 1945, tepat dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia, diluncurkanlah "Oeang Republik Indonesia" (ORI) untuk pertama kalinya. Namun,
belum sepenuhnya diedarkan. Baru pada tanggal 10 Oktober 1946, ORI mulai diedarkan untuk
pertama kalinya di Pulau Jawa.

Seri ORI II (1947-1948):

ORI seri kedua diluncurkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Januari 1947, ketika ibu
kota dan pusat pemerintahan Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.

Seri ORI III (1947-1950):

Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI kedua, dan merupakan seri yang
cukup jarang ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas.

Seri ORI IV (1948):

Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI ketiga, dan merupakan seri yang
sangat sulit ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas. Pada seri ini pula,
hampir semua nominalnya bersifat ganjil atau jarang ditemukan dalam nominal
biasa yang diketahui masyarakat. Uang ini ditandatangani di Yogyakarta oleh
Mohammad Hatta pada 23 Agustus 1948

Seri ORI Baru (1949):

Seri ORI Baru merupakan seri yang juga dikeluarkan di Yogyakarta tetapi
ditandatangani oleh Lukman Hakim. Seri ini sulit ditemukan, dan jumlah edarnya
sangat terbatas
H.PENUTUP

Kesimpulan:

Uang secara umum adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai
alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran uatang,
atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang atau jasa. Dan dalam
sejarahnya uang terbagi dalam tiga kategori yaitu uang barang, uang kertas, uang
kredit atau giro. Sedangkan pada mulanya manusia tidak mengenal uang, tetapi
melakukan pertukaran antar barang dan jasa secara barter. Walaupun pada awalnya
sistem barter ini sangat mudah dan sederhana, namun perkembangan masyarakat
membuat sistem ini menjadi sulit diterapkan dari sinilah muncul uang sebagai
solusinya untuk mempermudah transaksi
IDENTITAS PENYUSUN:

ACHMED AGHNA ZAIN

DIMAS
ALFARIZI
AMIN

SYAFRIL HIDAYAT
MOH. FATHAN ILHAMI

SIDDIQY SAKTI SATRIA PRATAMA

Anda mungkin juga menyukai