1. Berikan masing-masing dari setiap Pancasila, satu contoh dari butir-butir Pancasila yang sudah
dijalankan dan satu contoh yang masih belum terlaksana.
Berikan contoh konkritnya atau yang dilihat atau terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam masyarakat, bangsa dan negara.
Jawab :
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam kehidupan sehari-hari, butir-butir yang ada pada sila pertama memiliki banyak sekali
penerapannya. Berikut ini adalah penerapan butir-butir sila pertama pancasila,
Setiap warga Indonesia memiliki keyakinan akan Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa dan percaya
serta bertaqwa kepada Tuhan tersebut.
Menjalankan tuntutan dan larangan kepercayaan yang dianut, serta tidak mengganggu
kepercayaan orang lain.
Tidak boleh diskriminatif dan tidak hormat kepada orang-orang yang memiliki agama atau
kepercayaan yang berbeda dengan kita, terlepas dari agama minoritas ataupun mayoritas.
Menjalin hubungan baik dan menjaga kerukunan antar agama
Ketika ada pemeluk agama lain sedang beribadah, kita harus menghormatinya dan mengindari
aktivitas yang dapat mengganggu mereka.
Tidak boleh mengintervensi dan memaksakan agama atau kepercayaan kepada warga negara
lainnya yang berbeda kepercayaan atau agamanya.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak agama. Oleh karena
itu, ketika butir-butir sila pertama ini tidak dimaknai dan tidak dilaksanakan dengan baik, maka dapat
berujung kepada perpecahan bangsa.
4. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan.
Butir-butir yang ada pada sila keempat memiliki banyak sekali penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa penerapan butir-butir sila keempat pancasila :
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pemulung dan pejabat sama sama memiliki hak
untuk sejahtera dan kewajiban untuk membela negara
Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita kepada orang lain, apalagi dengan menggunakan
ancaman ataupun kekerasan.
Semua keputusan idealnya diambil berdasarkan musyawarah mufakat untuk mendapatkan hasil
yang terbaik dan menguntungkan bagi semua pihak.
Kita tidak boleh memaksa, mengancam, ataupun melakukan tindakan-tindakan berlebihan
dalam bermusyawarah untuk memenangkan pendapat kita atau malah membungkan pendapat
orang lain.
Ikhlas menerima keputusan akhir yang diambil dan melaksanakan hasil tersebut dengan sebaik-
baiknya.
Kita harus mengesampingkan ego kita ketika melakukan musyawarah untuk mufakat.
Dalam melakukan musyawarah, kita harus senantiasa menjaga emosi kita, agar tidak
mempersulit diri kita maupun rekan diskusi kita dalam menentukan solusi terbaik
Dalam setiap musyawarah yang dilakukan, kita harus tetap mengingat nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam kelima silanya.
Kita harus mempercayai wakil-wakil yang sudah kita pilih sendiri dalam pemilihan umum,
untuk mewakilkan kepentingan-kepentingan kita dalam forum musyawarah. Meskipun begitu,
tetap kita harus kritis dalam menilai performa mereka
Secara umum, poin penting yang dapat kita tarik dari penerapan butir-butir Pancasila sila keempat
adalah mengenai proses berdemokrasi dan bermusyawarah.
Dalam bermusywarah, kita harus senantiasa berupaya untuk bernegosiasi dengan itikad baik.
Jangan sampai kita berupaya untuk menang sendiri tanpa memperhatikan lawan diskusi kita.
Selain itu, jangan sampai kita egois dan memikirkan kebutuhan sendiri saja. Terkadang ada
kebutuhan-kebutuhan komunal yang harus diperhatikan seperti eksploitasi sumber daya alam oleh
perusahaan. Aktivitas ini dapat memberikan manfaat komunal yang sangat besar jika mampu dihandle
dengan baik.
Contoh lainnya adalah pada pembentukan kebijakan ekspor-impor. Bisa saja kebijakan yang kurang
menguntungkan bagi beberapa pihak ternyata menguntungkan bagi perusahaan lain dan negara.
Oleh karena itu, disini harus terbentuk negosiasi yang berupaya memaksimalkan keuntungan
bersama dan menemukan titik tengah.
Selain itu, karena Indonesia menerapkan demokrasi perwakilan dengan pejabat eksekutif dan
legislatif yang dipilih, maka harus ada sistem kontrol yang baik.
Masyarakat selaku pemilih dan pemberi mandat kepemimpinan negara seharusnya menjadi ujung
tombak sistem kontrol ini dengan cara menyalurkan aspirasi dan mendukung kegiatan-kegiatan positif.