Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Rivaldo Akbar Vernando.

NIM : 2010031802100.
PRODI : Teknik Informatika.
DOSEN PENGAMPU : Yuspidus, M.Pd
KUIS AGAMA ISLAM
1. Apa yang anda ketahui tntang Iman dan Islam? Tambahkan penjelasan anda dengan
menyebutkan hubungan Iman dengan Islam!

Jawab :
a. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa berasal dari kata ٌ‫ م ُْؤ ِمن‬-‫ أَ َم َن – ي ُْؤمِنُ – إِ َمانً – َفه َُو‬, berarti keyakinan
atau kepercayaan. Menurut istilah yaitu keyakinan atau kepercayaan kepada Allah swt ,
para Malaikat, Kitab-kitab-Nya, para Utusan-utusan-Nya, hari kiamat, dan Qadar
(ketentuan) baik serta buruknya datang dari Allah. Iman yaitu pengakuan dengan lisan,
pembenaran dengan hati, dan pembuktian melalui dengan amal perbuatan.

Umar bin Khatab r.a. “pedoman iman itu ada empat, yaitu shalat, zakat, haji, dan
menjaga amanat.

Abdul Qasim al-Bagdadi berkata “iman ialah sesuatu yang menggabungkan dirimu
dengan Allah swt. Dan memutuskan dirimu kepada-Nya yang Maha Benar dan Maha
Esa dan orang mukmin adalah yang mengesakannya.

Seorang pemimpin sufi berkata “unsur-unsur dari iman itu ada empat, yaitu
mengesakan Allah tanp batas, mengingatnya tanpa terputus, keadaan (mengikuti sifat-
Nya) tanpa melukiskan, dan mencinyainya tanpa mengenal waktu.

Iman berarti menerima sifat-sifat Allah. Iman itu sendiri adalah pengakuan yang bulat
dan mutlak bahwa Tuhan itu ialah Allah, hanya kepada Allah saja manusia mengabdi
(menyembah), hanya kepada-Nya dia bersandar.

b. Pengertian Islam
Islam menurut bahasa berasal dari kata ‫ اَسْ لَ َم – يُسْ لِ ُم – اِسْ اَل ًم – َفه َُو – مُسْ لِ ٌم‬artinya penyerahan,
pemasrahan atau berasal dari kata ‫ َسلِ َم – َيسْ لَ ُم – َس اَل ًم‬yang berarti membuat damai atau
membuat selamat.

Menurut istilah yaitu suatu penyerahan ungkapan penyerahan diri dan kepasrahan
secara total kepada Allah dengan cara tunduk dan mengikuti perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya.

Mengenai definisi islam Umar bin Khattab r.a. berkata “islam adalah agama yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. Agama ini meliputi akidah,
syariat, dan akhlak.

Abu Said al-Hasan al-Bashari berkata “islam adalah kepasrahan hati anda kepada Allah
swt.

Jadi, islam adalah suatu ungkapan penyerahan diri seseorang kepada Allah untuk
mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

c. Hubungan Iman dengan Islam


Pada hakikatnya Iman dan Islam merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Abul
A’la Maududi menulis dalam bukunya, Towards Understanding Islam. “The relation for
Islam to Iman is the same as of a tree to its seed. As a tree cannot sprout forth without
its seed, in the same way’s is not possible for a man, who has no belief to start with, to
become a Muslim.” (Hubungan antara Islam dengan Iman adalah laksana hubungan
antara pohon dengan akarnya. Sebagaimana pohon tidak dapat tumbuh tanpa akarnya.
Demikian pula, mustahil seseorang bisa menjadi Muslim tanpa memiliki kepercayaan).

Prof. Mahmud Syaltut, mantan rektor Al-Ahzar, Mesir memberikan perumpamaan,


bahwa Islam seperti bangunan seuatu gedung, sedangkan Iman adalah pondasinya. Ia
katakan: “Islam ialah pokok yang tumbuh di atas peraturan-peraturan syari’ah (Islam).
Syari’ah itu ditumbuhkan oleh kepercayaan. Dengan demikian tidaklah terdapat syariah
dalam Islam melainkan dengan adanya kepercayaan, seperti syari’ah itu tidak mungkin
berkembang melainkan dibawah naungan kepercayaan. Kesimpulannya, syari’ah tanpa
NAMA : Rivaldo Akbar Vernando.
NIM : 2010031802100.
PRODI : Teknik Informatika.
DOSEN PENGAMPU : Yuspidus, M.Pd
KUIS AGAMA ISLAM
kepercayaan adalah laksana bangunan yang tinggi tanpa pondasi/dasar.” (Al Islam,
Aqiedah wa Syariah, halaman 13).

Dari kedua pendapat diatas, jelaslah bahwa iman merupakan masalah yang mendasar
dalam Islam. Hal ini bisa kita simak dalam sejarah kemunculan Islam, bahwa
Rasulullah saw. selalu memulai kegiatan dakwahnya dengan menanamkan soal
keimanan/kepercayaan. Ayat-ayat Al Quran yang diturunkan di Mekah, sebelum Nabi
saw. hijrah ke Madinah, hampir seluruhnya berkaitan dengan soal kepercayaan.

2. Apa yang anda pahami tentang Ijma’ para Ulama? Lengkapi penjelasan anda dengan
memberikan satu contoh kasus yang diselesaikan dengan Ijma’ para ulama!

Jawab :
a. Pengertian Ijma’
Secara Etimologi, Ijma’ mengandung dua arti.
 Pertama, berarti ketetapan hati untuk melakukan sesuatu atau memutuskan
berbuat sesuatu (al-‘azm ‘ala al-syay’). Sebagaimana firman Allah SWT pada
surat Yunus (10) : 71 “karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah)
sekutusekutumu (untuk membinasakanku)”.
 Kedua, Ijma’ dengan arti sepakat. Sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf
(12) : 15 “Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke
dasar sumur (lalu mereka masukkan dia)”.

Secara Terminologi :
 Imam Al-Ghazali : “Kesepakatan umat Muhammad secara khusus atas suatu urusan
agama.”
 Imam al-Amidi : “Ijma‘ adalah kesepakatan sejumlah ahlul hall wa al ‘aqd (para ahli
yang berkompeten mengurusi umat) dari umat Muhammad pada suatu masa atas hukum
suatu kasus.”
 Abd al Wahhab Khallaf : “Konsensus semua mujtahid muslim pada suatu masa setelah
Rasul wafat atas suatu hukum syara‘ mengenai suatu kasus.”

Ijma adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum dalam agama
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits, terhadap hal yang belum ada hukumnya.

Jumlah Pelaku Ijma’


 Madzhab Maliki : Kesepakatan dapat dikatakan ijma’, walaupun sebatas
kesepakatan penduduk Madinah (ijma’ ahl al-Madinah).
 Madzhab Syiah : Ijma’ adalah kesepakatan yang dilakukan para Imam mereka.
 Muhammad Abu Zahrah : Dapat dikatakan ijma’ apabila disepakati oleh
mayoritas ulama mujtahid.
 Abdul Karim Zaidan : Ijma’ harus disepakati oleh seluruh ulama mujtahid yang
ada diseluruh dunia.

Kehujahan Ijma’
Jumhur ulama berpendapat bahwa kedudukan ijma‘ menempati salah satu sumber atau
dalil hukum sesudah Al-Quran dan Hadits.
 Al-Qur’an
Surat al-Nisa’ ayat 59 dan 116 : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu..” (QS. al-Nisa’ [4]:
59). “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali. (QS. alNisa’ [4]: 115).
 Hadits Nabi SAW “Umatku tidak sepakat untuk membuat kesalahan”. (HR.
Ibnu Majah)
 Jumhur Ulama Ushul Fiqh “apabila rukun ijma’ telah terpenuhi, maka ijma’
tersebut menjadi hujjah yang qath’iy, wajib diamalkan dan tidak boleh
mengingkarinya, bahkan orang yang mengingkarinya dianggap kafir.” Masalah
hukum yang telah disepakati dengan ijma’, tidak boleh lagi menjadi
NAMA : Rivaldo Akbar Vernando.
NIM : 2010031802100.
PRODI : Teknik Informatika.
DOSEN PENGAMPU : Yuspidus, M.Pd
KUIS AGAMA ISLAM
pembahasan ulama generasi berikutnya, dan karena itu pendapat yang berbeda
dengan ijma’ tersebut tidak bisa membatalkan ijma’ yang telah terjadi. Alasan
ketidakbolehan tersebut, dikarenakan hukum yang telah ditetapkan secara ijma’
bersifat qath’iy dan menempati urutan ketiga setelah Al-Quran.

Pandangan Tentang Ijma’


 Ibrahim Ibnu Siyar Al-Nazzam (tokoh Muktazilah), Khawarij dan Syi’ah
berpendapat, “Ijma’ tidak bisa dijadikan hujjah. Menurut mereka Ijma’ seperti
yang digambarkan Jumhur tidak mungkin terjadi, karena sulit mempertemukan
seluruh ulama yang tersebar di berbagai belahan dunia. Selain itu masing-
masing daerah mempunyai struktur sosial dan budaya yang berbeda.
 Menurut Syi’ah, ijma’ tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, karena pembuat
hukum adalah Imam yang mereka anggap ma’shum (terhindar dari dosa).
 Ulama Khawarij dapat merima ijma’ sahabat sebelum terjadinya perpecahan
politik di kalangan sahabat.

Rukun Tentang Ijma’


 Yang terlibat dalam pembahasan hukumnya, semua mujtahid, Jika ada yang
tidak setuju, maka hasilnya bukan ijma’;
 Semua Mujtahid hidup di masa tersebut dari seluruh dunia;
 Kesepakatan itu terwujud setelah masing-masing mengemukakan pendapatnya;
 Hukum yang disepakati adalah hukum syara’ yang tidak ada hukumnya dalam
Al-Quran;
 Sandaran hukum ijma’ tersebut adalah Al-Quran dan atau hadits Rasulullah.

Klasifikasi Ijma’
 Ijma’ Sharih, kesepakatn para mujtahid, baik melalui pendapat maupun
perbuatan terhadap suatu masalah hukum yang dikemukaan dalam sidang ijma’
setelah masing-masing mujtahid mengemukakan pendapatnya terhadap masalah
yang dibahas. Ijma’ jenis ini bisa dijadikan hujjah dan statusnya bersifat qath’iy
(pasti).
 Ijma’ Sukuti, Pendapat sebagian mujtahid pada satu masa tentang hukum suatu
masalah dan tersebar luas, sedangkan sebagian mujtahid lainnya diam saja
setelah meneliti pendapat

b. Contoh kasus yang diselesaikan dengan Ijma’ para ulama


 Status hukum dari vaksinasi dan imunisasi. Pada masa Nabi Muhammad SAW,
perkembangan ilmu kedokteran tidak semaju sekarang, sehingga belum ada
vaksinasi dan imunisasi. Hukum atas vaksinasi dan imunisasi pub belum ada.
Lalu, para ulama berkumpul untuk membahas status hukum vaksinasi dan
imunisasi. Para ulama melihat bahwa vaksinasi dan imunisasi memiliki banyak
manfaat secara medis, dan dapat dianggap sebagai “ikhtiar” untuk kesehatan.
Dengan Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2016 tentang Imunisasi, Majelis Ulama
Indonesia menyatakan bahwa vaksinasi dan imunisasi diperbolehkan.
 Diadakannya adzan dua kali dan iqomah untuk sholat jum’at, yang diprakarsai
oleh sahabat Utsman bin Affan r.a. pada masa kekhalifahan beliau. Para sahabat
lainnya tidak ada yang memprotes atau menolak ijma’ Beliau tersebut dan
diamnya para sahabat lainnya adalah tanda menerimanya mereka atas prakarsa
tersebut. Contoh tersebut merupakan ijma’ sukuti.

3. Pokok dari segala pokok Akidah adalah beriman kepada Allah SWT, yang berpusat kepada
pengakuan terhadap eksistensi dan kemaha Esaannya. Apakah yang dimaksud dengan akidah
tersebut? Silahkan anda tuliskan salah satu surat yang menjadi dalil tentang keesaan Allah
SWT tersebut!

Jawab :
a. Pengertian Akidah
Secara etimologi aqidah Islam berasal dari Kata Aqidah berasal dari bahasa arab , yaitu
‘aqada, ya‟qidu, aqdan, aqidatan, sementara aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan
kokoh. Sedangkan menurut sebagian ulama fiqh mendefinisikan aqidah itu adalah
sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk dirobah. Secara harfiah
NAMA : Rivaldo Akbar Vernando.
NIM : 2010031802100.
PRODI : Teknik Informatika.
DOSEN PENGAMPU : Yuspidus, M.Pd
KUIS AGAMA ISLAM
aqidah merupakan sesuatu keyakinan yang kuat di dalam hati nurani ( jiwa) manusia ,
yang berupa pandangan, pemahaman atau ide tentang realitas yang diyakini hati
kebenarannya yakni kesesuaian dengan realitas itu sendiri.
Pengertian aqidah Islam menurut beberapa para ahli, menurut Hasan al- Banna, aqidah
beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati (mu), mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan
keraguan-keraguan.
Menurut Abu Bakar Jabir al- Jazairy, aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu
dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihannya dan kebenarannya
secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenarannya itu.
Menurut Ibnu Taimiyah, aqidah adalah sesuatu perkara yang harus dibenarkan oleh
hati, yang dengannya jiwa dapat tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap
tidak dipengaruhi oleh keraguan dan tidakdi pengaruhi oleh syakwasangka.
Aqidah merupakan monitor dan pemandu akurat yang dapat mengatur dan
mengarahkan setiap gerak dan langkah manusia. Semua yang timbul dari dalam jiwa
manusia baik berupa perkataan, perbuatan, gerak, langkah hingga getaran-getaran yang
berdetak dalam dinding hati seseorang sangat bergantung pada kemantapan dan
ketegaran Aqidahnya, bahkan lintasan-lintasan khayal yang bergerak dalam pikiran
seseorang sangat dipengaruhi oleh alat monitor yang sangat esensi. Aqidah merupakan
otak dan motor setiap gerak dan langkah manusia. Bila terjadi sedikit kesenjangan dan
ketidak beresan padanya maka akan menimbulkan kerusakan pada gerakan dan langkah
yang diciptakannya yang menyimpang sangat jauh dari jalan yang lurus.
Dari beberapa pengertian tentang Aqidah yang telah dikemukakan di atas dapat
dipahami bahwa Aqidah merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut
dalam diri manusia. Aqidah bagaikan ikatan perjanjian yang teguh dan kuat hal ini
disebabkan karena ia ternanam di dalam hati yang paling dalam.
Adapun yang dimaksud dengan Aqidah Islam, ialah perkaraperkara yang dipercayai dan
diyakini kebenarannya dalam Islam berdasarkan dalil al-qur’an dan sunnah rasul.
Dalam penjabarannya, aqidah meliputi rukun iman yang enam dan mempercayai segala
masalah gaib yang diutarakan dalam al-qur’an dan hadis shahih. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa aqidah Islam ialah keyakinan dan kepercayaan terhadap
segala ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

b. Salah satu surat yang menjadi dalil tentang keesaan Allah SWT
Dalil - dalil tentang keesaan Allah yang terdapat dalam Al-qur'an.
 Al-An’am ayat 1
"Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan
mengadakan gelap dan terang, namun orang - orang yang kafir
mempersekutukan (sesuatu) dengan tuhan mereka."

 Al-An’am ayat 2
"Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal
(kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang
ada pada sisinya (yang dia sendirilah mengetahuinya) kemudian kamu masih
ragu-ragu (tentang berbangkit itu)."

Seperti yang kita tahu, bahwa alam semesta yang luas ini tidak akan mungkin tercipta
begitu saja, tidak juga tercipta secara kebetulan. kalaupun bumi ini tercipta karena
sebab terjadinya sebuah ledakan besar, lalu siapa yang menciptakan ledakan besar
tersebut? Kita mungkin sering mendengar hukum sebab akibat. Kalau kita berbicara
masalah sebab akibat, sedang kita tidak mempercayai keesaan Allah, maka adakah hal
yang logis untuk menjawab terciptanya alam semesta ini. sedangkan kita tahu bahwa
setiap yang ada pasti ada penciptanya, setiap akibat pasti ada sebabnya. hanya Allah
yang tidak mempunyai permulaan (dengan kata lain, tidak ada awal bagi wujud Allah
dan semua sifat - sifat Allah). Allah lah satu - satunya sang pencipta, yang menciptakan
alam semesta ini beserta isi-nya.mansia diciptakan dari tanah, mungkin kita bertanya
bagaimana maksud manusia diciptakan dari tanah, sedangkan kita sendiri terlahir dari
Ibu kita, bukan dari tanah. ada pendapat yang mengatakan bahwa diciptakan dari tanah
ini diartikan karena kita biasa makan makanan yang tumbuh dari tanah, misal kita
memakan nasi, nasi dihasilkan dari padi, dan padi itu sendiri tumbuh dari tanah.
NAMA : Rivaldo Akbar Vernando.
NIM : 2010031802100.
PRODI : Teknik Informatika.
DOSEN PENGAMPU : Yuspidus, M.Pd
KUIS AGAMA ISLAM

 Al An’am ayat 38
"Dan tiadalah binatang - binatang yang ada dibumi dan burung - burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat - umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah kami alpa kan sesuatu pun didalam alkitab, kemudian kepada tuhanlah
mereka dihimpunkan"
*Keterangan : Alkitab, dalam ayat ini sebagian mufassirin menafsirkan alkitab
itu dengan lauh mahfuzh dengan arti bahwa naib semua makhluk itu sudah
dituliskan (ditetapkan) dalam lauh mahfuzh. Dan ada pu;a yang menafsirkannya
dengan al quran dengan arti: dalam al quran itu telah ada pokok - pokok agama,
norma-norma, hukum hukum, hikmah-hikmah, dan pimpinan untuk kebahagiaan
manusia di dunia dan diakhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.

4. Paham dan aliran dalam Akidah Islam terbagi ke dalam beberapa jenis golongan, jelaskan
pemahaman anda tentang perbedaan aliran jabariyah dan qodariyah!

Jawab :
a. Jabariyah
Secara harafiah Jabariyah berasal dari kata ja-ba-ra, yang memiliki arti keterpaksaan.
Sebuah paham teologi dalam Islam yang meyakini bahwa alur hidup manusia
merupakan ketentuan Tuhan yang memiliki kekuasaan mutlak dalam menentukan garis
hidup manusia. Dalam hal ini, manusia tidak berdaya, segala tindakan manusia
merupakan ketentuan Tuhan. Meskipun paham ini mengajarkan kepasrahan tetapi
sesungguhnya paham ini banyak dimanfaatkan oleh para penguasa. Pada aliran ini,
kekuasaan Muawiyah pertama mencari legitimasi dari kalangan pemberontak, terutama
orang-orang Syi’ah. Ucapan Muawiyah yang cukup terkenal, “Apa yang terjadi pada
diriku sudah ditentukan oleh Tuhan.” Paham demikian merupakan paham yang
menyebabkan timbulnya banyak korupsi yang dilakukan oleh banyak para pemegang
jabatan.
 
b. Qadariyah     
Qadariyah berasal dari kata-kata qa-da-ra, yang memiliki arti kehendak. Sebuah paham
teologi yang mengatakan bahwa apa yang terjadi pada diri manusia merupakan
kehendak pribadi. Aliran ini dipegang oleh kalangan Mu’tazilah yang menempatkan
akal pada posisi tertinggi, lebih tinggi dari wahyu. Menurut paham ini perbuatan
manusia sepenuhnya merupakan tanggung jawab. Pada paham ini, dalam politik
menganjurkan sebuah kontrol terhadap jalannya sebuah kepemimpinan, melalui kontrak
sosial. Bahkan, paham ini meyakini bahwa Tuhan tidak bertanggung jawab sama sekali
terhadap perbuatan manusia karena Tuhan sepenuhnya telah memberikan akal kepada
manusia. Paham ini dipegang oleh aliran rasional, Mu’tazilah.

5. Bagaimana cara mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam hal mengimani para
Malaikat Allah? Selain malaikat ada makhluk ghaib lain dan yang mesti kita ketahui, yaitu :
Jin, Iblis, dan Syaithan. Apa pendapat anda tentang perbedaan ketiganya!

Jawab :
a. Jin
Kata jin secara bahasa adalah nama jenis kelompok, kata tunggalnya ‫ نِّيٌِّج‬diambil dari
ْ ِ‫ انِن‬,artinya menutup diri dan bersembunyi. Mereka dinamakan demikian
kata ‫ اإل‬Y‫ت ِج‬
karena menutup diri dan tersembunyi dari pandangan mata manusia sehingga tidak
terlihat. Bentuk jamaknya adalah ‫ انَنِج‬,sedangkan mereka adalah ‫ )نَّ ِةالج‬kelompok jin).
Segala sesuatu yang dijadikan media untuk melindungi dan menutup diri disebut ‫نَّةُج‬
.Disebut juga dengan ‫ نَّةَ ج‬,dinamakan demikian, karena rimbunan pepohonan sehingga
satu dan lainnya saling menutupi. Adapun kata ‫ ْنیِنَالج‬artinya, anak yang masih berada
dalam kandungan ibunya. Dinamakan demikian karena tidak terlihat. Dinamakan juga
dengan ‫ ْن َونُج‬artinya tertutup akalnya yaitu hilang akal seseorang atau gila.
Secara istilah, jin adalah jenis ruh yang berakal dan memiliki keinginan, yang diberikan
beban (taklif) sama seperti manusia. Mereka tidak bersifat materi, tertutup dari panca
indera, tidak terlihat dalam tabi’at dan rupa asli mereka. Mereka makan, minum,
NAMA : Rivaldo Akbar Vernando.
NIM : 2010031802100.
PRODI : Teknik Informatika.
DOSEN PENGAMPU : Yuspidus, M.Pd
KUIS AGAMA ISLAM
menikah, dan memiliki keturunan. Amal-amal mereka kelak di akhirat juga akan
dihisab.
Dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Jin merupakan penghuni bumi dan malaikat penghuni
langit. Merekalah yang memakmurkannya. Di setiap langit ada para malaikat yang
mendirikan shalat, bertasbih dan berdoa. Para malaikat di setiap tingktan langit yang
lebih tinggi memiliki ibadah, tasbih, dan doa yang lebih banyak dari pada tingkatan di
bawahnya. Jadi, para malaikat merupakan penghuni langit dan jin penghuni bumi.”

b. Iblis
Lafazh iblis adalah sesuai dengan wazan if’il, diambil dari kata al- ablas, yakni putus
asa dari rahmat Allah. Lafazh ini tidak dapat menerima tanwin, sebab ia adalah isim
ma;rifat dan tidak ada padanan nama untuknya, sehingga ia pun diidentikkan dengan
kata non Arab. Demikianlah yang dikemukakan oleh Abu Ubaidah.
Menurut satu pendapat, iblis bukanlah berasal dari bahasa Arab, ia tidak mempunyai
tempat pengambilan kata, sehingga ia tidak menerima tanwin, karena alasan bukan
bahasa Arab dan ia adalah isim ma’rifat. Demikianlah yang dikatakan oleh az-Zujaz
dan yang lainnya.
Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari
golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil
Dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka
adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-
orang yang zalim.” (QS. Al- Kahfi: 50).

c. Syaithan
Para Ulama berbeda tentang asal kata syaithan, terbagi menjadi dua pendapat:
 Kata syaithan berasal dari kata ُ‫ َن َط ش‬- ‫ ُن ْط َش َی‬yang artinya jauh, karena syaithan
jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah.
 Kata syaithan berasal dari kata ُ‫ی – اطَ ش‬َ ‫ش‬َ ‫ی‬ ِ ‫ط‬ ْ yang artinya binasa dan terbakar.
Azhari berkata, “Pendapat yang pertama merupakan pendapat yang banyak
dipegang.”
Menurut Quraish Shihab sebagaimana yang ditulis oleh Ahmad bin Muhammad Ali Al-
Fayyumi dalam bukunya “Al-Misbah Al-Munir” dijelaskan, bahwa kata syaithan boleh
jadi terambil dari kata َ‫ نَ طَ ش‬yang berarti jauh, karena setan menjauh dari kebenaran
atau menjauh dari rahmat Allah. Boleh juga terambil dari kata َ‫ اطَ ش‬dalam arti
melakukan kebatilan atau terbakar.
Syaithan adalah sifat untuk menyebut setiap makhluk yang jahat, membangkang, tidak
taat, suka membelot, suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya. Dalam
tafsir Ibnu Katsir, syaithan itu sendiri berarti segala sesuatu yang menyimpang dari
tabiatnya berupa kejahatan, baik dari jenis manusia maupun jin.
Syaithan juga disebut dengan taghut. Al-Aqqad berkata bahwa disebut taghut karena dia
telah melampui batas dan durhaka kepada Tuhannya, menganggap dirinya sebagai
Tuhan yang disembah, yang pada kebalikannya makhluk ini telah putus asa dari rahmat
Allah. Allah SWT berfirman, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-
indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan” (QS.
Al-An’am: 112).

Anda mungkin juga menyukai