Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU NEGARA

BENTUK NEGARA

OLEH
LUSIANUS DICAPRIAN NGANJANG
NIM; 20310023

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Bentuk Negara ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Bentuk Negara. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat
dikesempatan-kesempatan berikutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dihati.

Kupang, 10 November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Membicarakan mengenai bentuk negara, yang perlu diketahui sebagai dasar berkenaan
kaitan tugas yang wajib dilakukan oleh alat-alat perlengkapan negara dalam kewenangan
pelaksanaannya. Hal ini bukan untuk mengaburkan pengertian bentuk negara yang sudah
sering dikemukakan oleh banyak Sarjana Hukum atau cendikiawan lainnya, tetapi dibalik
pengertian tentang bentuk negra itu sebenarnya terdapat suatu tugas individu atau
sekelompok individu sebagai petugas yang diberi wewenag untuk melaksanakan tugasnya itu.
Sampai saat ini jarang sekali pendekatan yang dilakukan untuk melihat kenyataan bahwa
suatu tugas selalu berkaitan dengan wewenang dan yang dapat diperlihatkan kepada suatu
bentuk negara. Dan dalam memperlihatkan mengenai bentuk-bentuk negara seperti yang
dimaksudkan disini, maka bentuk negara dapat dilihat dari pengangkatan kepala negaranya
dan dapat juga dilihat dari wewenang pemerintahan pusat. (R. Abdoel Djamali, 1993:90)
Bentuk negara harus dipisahkakn dari bentuk pemerintahannya, bagitulah pendapat umum
para sarjana, kecuali Duguit dan Mac Iver yang sedikit banyak menganggapnya sama. Negara
itu mengandung segala-galanya, jadi negara adalah suatu Totalitat, suatu Ganzheit. Pada hal
pemerintahan itu terang adalah bagian dari keseluruhan itu: mesti diakui bagian yang maha
penting karena merupakan pimpinan organisasi itu, tetapi tokoh bagian yang susunannya dan
personalianya dapat diubah tiap kali diperlukan menurut UUD, UU, peraturan-peraturan,
kebiasaa (conventions) tertentu. Pemerintahan RI sudah beberapa kali berubah, namun
negaranya sebagai suatu Totalitat, sebagai Ganzheit tetap tegak.
Untuk pembagian bentuk negara itu perlu ada ukuran, agar tidak timbul ke-simpang-
siunan. Mac Iver menegaskan hal itu untuk mengakhiri kesemrawutan. Dalam buku ini
dipakai ukuran kedaulatan, pimpinan dan sistem ekonomi. (M. Mutauruk, S.H, 1983:83)

Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang terpenting ialah negara
kesatuan (Unitarisme) dan negara serikat (federasi).

a. Negara Kesatuan ialah suatu negara yang merdeka dan berdaulat, diseluruh negara yang
berkuasa hanya ada satu pemerintahan (pusat) yang mengatur seluruh daerah.
Negara kesatuan dapat juga berbentuk:
1. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi yang segala sesuatu dalam negara itu
langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat dan daerah-daerah tinggal
melaksanakannya.
2. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, dimana kepala daerah diberikan
kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi
daerah) yang dinamakan daerah swatantra.

Dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (1), dinyatakan bahwa Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, yang berbentuk Republik.

b. Negara Serikat (federasi) ialah suatu negara yang merupakan gabungan dari beberapa
negara, yang menjadi negara-negara bagian dari negara serikat itu. Negara-negara bagian
itu asal mulanya adalah suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta berdiri sendiri.
Dengan menggabungkan diri dalam suatu negara serikat, maka negara yang tadinya
berdiri sendiri itu sekarang menjadi negara bagian, melepaskan sebagian kekuasaan dan
menyerahkannya kepada negara serikat itu. Kekuasaan yang diserahkan itu disebutkan
satu demi satu (limitatif), hanya kekuasaan yang disebutkan itu yang diserahkan kepada
negara serikat (delegated powers).
Kekuasaan asli ada pada negara bagian. Negra bagian berhubungan langsung dengan
rakyatnya. Kekuasaan negara serikat adalah kekuasaan yang diterimanya dari negara
bagian. Biasanya yang diserahkan negara-negara bagian kepada negara serikat ialah hal-
hal yang berhubungan dengan hubungan luar negeri, pertahanan negara, keuangan dan
urusan pos.
Adakalanya dalam pembagian kekuasaan antara pemerintah federasi dan pemerintah
negara-negara bagian yang disebut adalah urusan-urudan yang diselenggarakan oleh
pemerintah negara-negara bagian, yang berarti bahwa bidang kegiatan pemerintah federal
adalah urusan-urusan kenegaraan selebihnya (residuary powers).
(Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Christine S.T. dan Kansil, S.H., M.H. 2002:3-4)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah terbentuknya negara?


2. Apa saja unsur-unsur negara?
3. Bagaimana hakekat suatu negara?
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Negara dan Pemerintahan

Manusia itu dengan berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dilahirkan, lalu dibesarkan
dalam suatu organisasi (terkecil) yang bernama rumah tangga. Terdiri mula-mula atas dua
orang yang bersumpah setia satu sama lain, diatas dasar cinta kasih, dikukuhkan menurut
upacara dan hukum (hukum agama, hukum adat, hukum hukum sipil), satu pria dan satu
wanita, ayah dan ibu kalau anak sudah lahir. Perkawinan itu merupakan salah satu puncak
dalam jalan hidup manusia. Sebab itu diusahakan oleh semua pihak yang bersangkutan agar
wanita itu mengesahkan dan menjadi kenang-kenangan.

Dalam hubungan pria dan wanita itu mudah menyelinap kelahiran. Maka mutlak perlu
keterlibatannya diikhtiarkan. Agama, adat-istiadat, kesusilaan dan hukum (lihat uu
perkawinan, UU no. 1 tahun 1974) memegang peran penting dalam hal itu. Pemeriksaan
kesehatan calon-calon mempelai pun makin dianggap perlu dewasa ini. Hidup rumah tangga
yang rukun dan tahan lama bersifat sangat menentukan.

Sudah menjadi kodrat alam, bahwa manusia sejak dahulu kala selalu hidup bersama-sama
dalam suatu kelompok. Dalam kelompok itulah manusia berjuang bersama-sama
mempertahankan hidupnya. Mula-mula kelompok-kelompok itu hidup dari perubahan dan
karena itu mereka selalu berpindah-pindah tempat karena perkembangan peradaban.

Untuk mempertahankan hak hidup mereka pada tempat tinggal tertentu yang mereka
anggap baik untuk sumber penghidupan bagi kelompoknya, diperlukan seseorang atau
sekelompok kecil orang yang ditugaskan untuk mengatur dan memimpin kelompoknya.
Kepada pemimpin kelompok diberikan kekuasaan-kekuasaan tertentu dan anggota-
anggota kelompok diharuskan pula menaati peraturan dan perintah pemimpinnya. Adanya
seseorang atau beberapa orang yang dijadikan pemimpin untuk mengatur keprikehidupan
anggota kelompok dan adanya ketaatan dari anggota kelompok terhadap pemimpinnya. Maka
timbullah dalam kelompok itu suatu kekuasaan “pemerintahan” yang amat sederhana.

Lambat laun, peraturan itu mereka tuliskan dan merupakan peraturan-peraturan tertulis
yang mereka jalani dan taati. Kemudian, meluasnya kepentingan kelompok-kelompok itu dan
untuk mengatasi segala kesulitan yang datangnya dari dalam maupun luar, dirasakan perlu
adanya sutu organisasi yang lebih teratur dan lebih berkekuasaan. Organisasi itu amat
diperlukan untuk melaksanakan dan mempertahankan peraturan-peraturan hidup agar dapat
barjalan dengan tertib. Organisasi yang mempunyai yang mempunyai kekuasaan itulah yang
dinamakan “negara”.

Tentang terjadinya atau timbulnya suatu “negara” dapat dikemukakan beberapa teori yang
antara lain:

a) Teori Kenyataan: Timbulnya suatu negara adalah soal kenyataan. Apabila pada suatu
ketika telah terpenuhi unsur-unsur negara (daerah, rakyat, dan pemerintahan yang
berdaulat) maka pada saat itu juga negara itu sudah menjadi kenyataan.
b) Teori Ketuhanan: Timbulnya negara adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak
akan terjadi apabila Tuhan tidak memperkenankannya.
c) Teori Perjanjian: Negara timbulnya karena perjanjian yang diadakan antara orang-orang
yang tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan kenegaraan.
Perjanjian ini diadakan supaya kepentingan bersama dapat terpelihara dan terjamin.
“orang yang satu tidak merupakan binatang buas bagi orang lain” (homo homini lupus
menurut Hobbes). Perjanjian ini disebut perjanjian masyarakat (Contract Social menurut
ajaran Rousseau). Dapat pula terjadi perjanjian antara pemerintah dari negara penjajah
dengan rakyat daerah jajahan, seperti kemerdekaan Filipina pada tahun 1946 dan India
pada tahun 1947.
d) Teori Penaklukan: Negara timbul karena serombongan manusia menaklukkan daerah dari
rombongan manusia lain. Selain itu sebuah negara dapat pula terjadi disebabkan karena
hal-hal berikut:
1) Pemberontakan terhadap negara lain yang menjajahnya, misalnya, Amerika Serikat
terhadap Inggris pada tahun 1776-1783.
2) Peleburan (fusi) antara beberapa negara menjadi satu negara baru. Misalnya, Jerman
Bersatu pada tahun 1871.
3) Suatu daerah yang belum ada rakyatnya/pemerintahannya diduduki/dikuasai oleh
bangsa/negara lain. Misalnya Liberia.
4) Suatu daerah tertentu melepaskan diri dari yang tadinya menguasainya dan menyatakn
dirinya sebagai suatu negara baru. (Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun
1945). Hal ini terjadi secara damai (yakni dengan persetujuan dari negra yang tadinya
menguasainya) dan dapat juga terjadi secara kekerasan: cara yang pertama timbul
dengan perjanjian dan penyerahan kedaulatan, sedangkan cara yang kedua timbul
dengan cara kekerasan (revolusi).
2.1 Bentuk Negara

Bentuk negara merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan
secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis yaitu apabila negara dilihat
secara keseluruhan tanpa melihat isinya dan sebagainya. Disebut peninjauan yuridis yaitu
apabila negara hanya dilihat dari isi atau strukturnya.

Bentuk negara pengertiannya sering digaduhkan dengan bentuk pemerintahan. Didalam


permasalahan ini sarjana ilmu politik Krun Nunburg dan Grabow Sky, lebih
mengutamakan bentuk-bentuk negara dari pada bentuk-bentuk pemerintahan. Sedangkan
beberapa sarjana lainnya tidak melihat adanya perbedaan dalam bentuk negara dan bentuk
bentuk pemerintahan suatu negara. Misalnya, Garner, Gilehrist, dan Mac Iver.

Menurut Prof. Kranenburg, bahwa perbedaan mengenai bentuk-bentuk negara atau


bentuk-bentuk pemerintahan adalah disebabkan karena perbedaan dalam peristilahan saja.

Menurut Garner, bahwa “ilmu politik dalam peraktek kenegaraan tidak berhasil
menjelaskan secara ilmiah masalah bentuk-bentuk negara karena dalam pembahasan
mengenai bentuk-bentuk negara senantiasa terdapat kasalah pahaman itu.

Mac Iver, juga mengatakan bahwa sudah merupakan kebiasaan sejak dahulu kala untuk
mengadakan klasifikasi negara yang didasarkan atas perbedaan dalam bentuk pemerintahan
negara.

Jika bentuk-bentuk pemerintahan dibedakan dari pada bentuk-bentuk negara, maka hal itu
dilakukan sebagai berikut:
“Bentuk negara melukiskan dasar-dasar negara dan tertib suatu negara berhubungan
dengan organ tertinggi dalam negara itu dan kedudukan masing-masing organ itu dalam
kekuasaan negara”, sedangkan bentuk-bentuk pemerintahan, melukiskan bekerjanya organ-
organ tertinggi itu sejauh organ-organ itu mengikuti ketentuan-ketentuan yang tetap”.
Misalnya, bentuk negara Inggris ialah kerajaan parlementer dan bentuk pemerintahannya
sistim kabinet.

1. Bentuk negara pada zaman yunani kuno

Plato mengemukakan ada lima macam bentuk negara yang sesuai dengan sifat tertentu
dari jiwa manusia, yaitu:

1. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh Aristokrat (cendikiawan) sesuai dengan pikiran


keadilan.
2. Timokrasi, yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai kemahsyuran
dan kehormatan.
3. Oligarchi, yaitu pemerintahan oleh para hartawan. Keadaan ini melahirkan milik
partikulir, maka orang-orang miskin pun bersatu melawan kaum hartawan.
4. Demokrasi, yaitu pemerintahan oleh rakyat miskin. Karena salah mempergunakannya
maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau anarki.
5. Tirani, yaitu pemerintahan seorang penguasa yang bertindak secara sewenag-wenang.
Bentuk ini adalah yang paling jauh dari cita-cita tenang keadilan.

Aristoteles mengemukakan tiga macam bentuk negara yang dibaginya menurut bentuk
yang ideal dan bentuk pemrosotan, sehingga dijumpai tujuh bentuk negara, yaitu sebagi
berikut:

1. Monarchi adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan seluruh rakyat.
2. Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingan dirinya sendiri.
3. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu para cendikiawan guna
kepentingan seluruh rakyat.
4. Oligarchi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna kepentingan kelompok
(golongan) nya sendiri.
5. Plutokrarsi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang kaya guna kepentingan
orang-orang kaya.
6. Politiea adalah suatu pemerintahan oleh seluruh orang guna kepentingan seluruh
rakyat.
7. Demokrasi adalah pemerintahan dari orang-orang yang tidak tahu sama sekali tentang
soal-soal pemerintahan.

ketujuh bentuk negara tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi mempunyai hubungan
satu dengan yang lainnya sehingga merupakan datu cyclus.

2. Bentuk negara pada masa sekarang

1. Negara kesatuan

Negara kesatuan ialah suatu negara yang merdeka dan berdaulat, diseluruh negara yang
berkuasa hanya ada satu pemerintah (pusat) yang mengatur seluruh daerah.

Salah satu bentuk negara ini adalah Indonesia. Myanmar, Sri Lanka dan Singapura juga
digolongkan kedalam bentuk negara kesatuan. Perancis dan Inggris Raya adalah juga negara
kesatuan, meskipun untuk Inggris Raya wilayahnya terdiri dari Inggris (England), Skotland
(Scodland) dan Irlandia Utara (Northbern Ireland).

Negara kesatuan dapat pula berbentuk:

1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi yang segala sesuatu dalam negara itu
langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat dan daerah-daerah tinggal
melaksanakannya.
2) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, dimana kepala daerah diberikan
kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi
daerah) yang dinamakan daerah Swatantra.

Negara kesatuan sebagai negara dengan sentralisasi kekuasaan, menurut Thorsten V,


Kalijarvi ialah:

“Negara-negara dimana seluruh kekuasaan dipusatkan pada satu atau beberapa organ
pusat, tanpa pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah bagian-bagian
negara itu hanyalah bagian pemerintahan pusat yang bertindak sebagai wakil-wakil
pemerintah pusat untuk menyelenggarakan administrasi setempat.”

Dalam negara kesatuan bagian-bagian negara itu lazim disebut dengan daerah, sedangkan
istilah daerah ini merupakan istilah teknis begi penyebutan suatu bagian territorial yang
berpemerintahan sendiri dalam rangka negara kesatuan yang dimaksud. Untuk dapat lebih
memahami istilah atau pengertian tersebut dapat ditambahkan, bahwa dengan kata daerah
(gabiedsdeel) dimaksudkan lingkunagan yang dijelmakan dengan mambagi suatu kesatuan
lingkungan yang disebut “wilayah” (gabiaed). Dengan kata lain, istilah “daerah” bermakna
“bagian” atau unsur dari suatu lingkungan yang lebih besar sabagai suatu kesatuan.

2. Negara Serikat (federasi)

Negara serikat (federasi) ialah suatu negara yang merupakan gabungan dari beberapa
negara, yang menjadi negara-negara bagian dari negara serikat itu. Negara-negara bagian itu
asal mulanya adalah suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta berdiri sendiri. Dengan
menggabungkan diri dalam suatu negara serikat, maka negara yang tadinya berdiri sendiri itu
sekarang menjadi negara bagian, melepaskan sebagian kekuasaan dan menyerahkannya
kepada negara serikat itu. Kekuasaan yang diserahkan itu disebutkan satu demi satu
(limitatif), hanya kekuasaan yang disebutkan itu yang diserahkan kepada negara serikat
(delegated powers).

Kekuasaan asli ada pada negara bagian. Negra bagian berhubungan langsung dengan
rakyatnya. Kekuasaan negara serikat adalah kekuasaan yang diterimanya dari negara bagian.
Biasanya yang diserahkan negara-negara bagian kepada negara serikat ialah hal-hal yang
berhubungan dengan hubungan luar negeri, pertahanan negara, keuangan dan urusan pos.

Adakalanya dalam pembagian kekuasaan antara pemerintah federasi dan pemerintah


negara-negara bagian yang disebut adalah urusan-urudan yang diselenggarakan oleh
pemerintah negara-negara bagian, yang berarti bahwa bidang kegiatan pemerintah federal
adalah urusan-urusan kenegaraan selebihnya (residuary powers).

(Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Christine S.T. dan Kansil, S.H., M.H. 2002:3-4)

3. Negara federal
Negara federal dilihat dari asal usulnya, kata “federal” berasal dari bahasa latin, feodus,
yang artinya liga. Liga negara-negara kota yang otonom pada zaman yunani kuno dapat di
pandang sebagai negara federal yang mula-mula. Model negara federal berangkat dari suatu
asumsi dasar bahwa negara federal dibentuk oleh sejumlah wilayah yang independen, yang
sejak awal memiliki kedaulatan atau semacam kedaulatan yang ada pada dirinya masing-
masing negara atau wilayah-wilayah itu kemudian bersepakat membentuk sebuah federal.
Wilayah pendiri federal itu kemudian berganti status menjadi negara bagian atau wilayah
administrasi dengan nama tertentu dalam lingkungan federal.

Salah satu ciri negara federal ialah bahwa ia mencoba menyesuaikan dua konsep yang
sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan negara federal dalam keseluruhannya dan
kedaulatan negara bagian.

Untuk membentuk suatu negara federal menurut C.F. Strong diperlukan dau syarat, yaitu:
(pertama, adanya perasaan sebangsa di antara kesatuan-kesatuan politik yang hendak
membentuk federasi itu, dan yang ke dua yaitu, adanya keinginan pada kesatuan-kesatuan
politik yang hendak mengadakan federasi untuk mengadakan ikatan terbatas, oleh karena
apabila kesatuan-kesatuan politik itu menghendaki persatuan sepenuhnya, maka bukan
federasilah yang akan dibentuk, melainkan negara kesatuan.)

David Salmon memberikan ciri-ciri negara federal sebagai berikut:

1. Pemerintah pusat mempunyai kekuasaan penuh atas nama negara bagian dalam
berhubungan dengan negara-negara lain.
2. Pemerintahan dibagi di antara pemerintahan pusat dan sejumlah pemerintahan di
negara bagian. Kecuali ditentukan lain oleh konstitusi, masing-masing mempunyai
kedaulatan sendiri.
3. Kekuasaan antara pemerintahan pusat dengan pemerintahan negara bagian diatur
sedemikian rupa sehingga masing-masing pemerintahan berpengaruh langsung
terhadap warga negara. Pemerintahan negara bagian tidak hanya sebagai pelaksanaan
pemerintahan pusat.
4. Biasanya, terdapat badan peradilan yang berfungsi sebagai penengah. Peralihan ini
menjamin bahwa baik pemerintah pusat maupun pemerintah negara bagian tidak
melangkah di luar kekuasaannya sebagimana ditentukan konstitusi.
Menurut catatan Bank Dunia (world bank), dari 116 negara yang termasuk ke dalam
negara berkembang yang menjalankan desentralisasi, 106 negara diantaranya memiliki
bentuk negara kesatuan. Cohen dan Person mengemukakan bahwa:

“Unitary systems need not be legally decentralized, but most are throught hierarchy of
lower level units have specified geographical jurisdictions. In unitary system, the centre
maintains ultimate souvereignty over public sector tasks decentralized to lower-level units.”

Dengan demikian dapat dipahami bahwa di dalam negara kesatuan, pemerintahan pusat
menjalankan kedaulatan tertinggi negara. Agar tidak sewenang-wenang, aktivitas
pemerintahan pusat diawasi dan dibatasi oleh undang-undang.

Menurut Fred Isjwara, negara kesatuan adalah bentuk negara kenegaraan yang paling
kokoh, jika dibandingkan dengan federal atau konfederasi.

4. Monarchi dan Republik

Dari keputusan ilmu negara dikenal klasifikasi bentuk-bentuk negara dan pemerintahan
atas Monarchi dan Republik. Kliasifikasi seperti ini sudah berlaku sejak zaman yunani kuno.

Didalam bukunya “IL PRINCIP” Machiavelli mengatakan, bahwa semua negara kalau
tidak Republik adalah Monarchi.

Menurut pendapat Jellinek: “Monarchi adalah suatu negara yang dikepalai seseorang
yang bertitel Raja. Kekuasaan tertinggi berada ditangan seseorang itu saja, tidak bersandar
pada orang lain”. Jadi negara itu terbentuk berdasarkan psychologis.

Republik adalah suatu negara yang dikepalai oleh seorang presiden. Kekuasaan tertinggi
berada ditangan beberapa orang. Jadi negara itu terbentuk bukan berdasarkan perseorangan
seperti monarchi. Pembentukan ini adalah bersifat juridische.

Monarchi dapat dibedakan atas:

a) Monarchi Absolut yaitu, kerajaan dibawah pimpinan seorang raja dengan kekuasaan
penuh tidak terbatas. Kehendak raja pada negara seperti ini adalah kehendak mutlak.
b) Monarchi Konstitusional yaitu, kerajaan dimana kekuasaan raja dibatasi oleh Undang-
Undang Dasar atau konstitusi yang menjadi pedoman raja dalam menjalankan
kekuasaanya.
c) Monarchi Parlementer yaitu, didalam negara yang berbentuk ini, dewan perwakilan
rakya (parlemen) sudah memegang peran penting, Karena disini anggota-anggota
DPR tidak lagi ditunjuk atau diangkat oleh raja tetapi dipilih oleh rakyat. Keputusan
terakhir adalah berada pada parlemen, jadi dalam hal ini kedudukan raja hanya
sebagai lambang.

Didalam negara Monarchi, kehendak negara terwujud dalam kehendak raja selaku
pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara. Keputusan Rajalah yang menentukan segala-
galanya. Dan sebaliknya, didalam negara republik, kehendek negara adalah hasil dari sutu
peristiwa hukum. Karena dialam bentuk negara ini terdapat suatu badan yang mewakili
sejumlah orang sebagai pemegang kekuasaan, dimana badan ini mempunyai kriteria sendiri
menurut hukum. Segala keputusan yang dikeluarkan oleh badan ini dilahirkan menrut
prosedur hukum sesuai dengan ketentuan undang-undang.

5. Negara Netral

Menurut Starke yang dimaksud dengan negara netral ialah suatu negara yang
kemerdekaan, politik dan wilayahnya dengan kokoh dijamin oleh suatu perjanjian bersama
negara-negara besar (the great power). Negara-negara ini tidak akan pernah berperang
melawan negara lain, kecuali untuk pertahanan diri, dan tidak akan pernah mengadakan
perjanjian alianis yang dapat menimbulkan peperangan.

Tujuan netralisasi ini adalah untuk memelihara perdamaian dengan cara:

a) Melindungi negara-negara kecil dari negara-negara kuat yang berdekatan dengannya.


b) Melindungi dan menjga kemedekaan negara netral ini di antara negara-negara kuat.

Menurut D.P. O’Connell, kewajiban negara netral ini adalah:

a) Negara netral harus terlepas dari tindakan-tindakan ofensif dan dari alianis-alianis
ofensif atau defensive, kecuali dalam hal adanya tindakan agresi dari pihak lain.
b) Negara nertal harus bertindak tidak memihak terhadap negara-negara besar (power)
dalam tindakan politiknya.

Salah satu contoh negara netral ini adalah Switzerland (Swis). Swis menerima jaminan
sebagai negara netral pada kongres Wina tahun 1815 dan dikuatkan kembali dalam pasal 435
perjanjian Versailles tahun 1919 dan dengan Pertukaran Nota (Excbange of Notes) antara
Inggris dan Italy tahun 1938.

Contoh negara netral lainnya adalah Australia. Meskipun Aunstralia adalah anggota PBB,
namun negara ini dinyatakan netral oleh The State Treaty yang dikeluarkan oleh negara-
negara komunis dan negara-negara Barat. Pasal 4 treaty ini melarang Australia untuk
membuat kerja sama dibidang politik dan ekonomi dengan Jerman. Pasal 12 menetapkan sifat
angkatan bersenjata Australia, pasal 13 melarang pemilikan senjata atom dan pasal 16
melarang Australia untuk membuat produksi pesawat udara untuk kepentingan Jerman dan
Jepang.

Disamping kewajiban negara netral diatas, adapun kewajiban negara yang memberikan
netralisasi adalah sebagai berikut:

a) Tidak menyerang atau mengancam wilayah negara netral.


b) Melakukan intervensi dengan kekuatan militer apabila negara netral ini diserang oleh
negara lainnya dan negara-negara panjamin ini diminta pertolongannya.
BAB III

KESIMPULAN

Negara merupakan subjek hukum yang terpenting (par exel lence) disbanding dengan
subjek-subjek hukum internasional lainnya. Sebagai subjek hukum internasional, negara
memiliki hak-hak dan kewajiban menurut hukum internasional.

Negara juga merupakan suatu wadah/organisasi terbesar tempat manusia mencapai


tujuan-tujuannya dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya.

. Bentuk negara merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan
secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis yaitu apabila negara dilihat
secara keseluruhan tanpa melihat isinya dan sebagainya. Disebut peninjauan yuridis yaitu
apabila negara hanya dilihat dari isi atau strukturnya.

Bentuk negara melukiskan dasar-dasar negara dan tertib suatu negara berhubungan
dengan organ tertinggi dalam negara itu dan kedudukan masing-masing oragan itu dalam
kekuasaan negara.

Bentuk-bentuk negara antara lain:

1. Negara Kesatuan
2. Negara Federal
3. Negara Monarchi dan Republik
o Monarchi abstrak
o Monarchi konstitusional
o Monarchi parlementer
4. Negara Serikat
5. Negara Netral

Perbedaan negara monarchi dengan negara republik yaitu, Didalam negara Monarchi,
kehendak negara terwujud dalam kehendak raja selaku pemegang kekuasaan tertinggi dalam
negara. Keputusan Rajalah yang menentukan segala-galanya. Dan sebaliknya, didalam negara
republik, kehendek negara adalah hasil dari sutu peristiwa hukum. Karena dialam bentuk
negara ini terdapat suatu badan yang mewakili sejumlah orang sebagai pemegang kekuasaan,
dimana badan ini mempunyai kriteria sendiri menurut hukum. Segala keputusan yang
dikeluarkan oleh badan ini dilahirkan menrut prosedur hukum sesuai dengan ketentuan
undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai