Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PKN

NEGARA DAN KONSTITUSI


Dosen pengampu : Adie Dwiyanto, M.PA

Disusun Oleh:
Heni Nurfitriani

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan tema “NEGARA DAN
KONSTITUSI”.

Dengan materi kuliah ini kami harapkan mahasiswa mampu untuk meemahami makna
dari Negara dan konstitusi di Indonesia. Dengan demikian, kami sadar materi ini masih terdapat
banyak keukurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi .

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, agar bisa memahami pengertian Negara dan Konstitusi, karen
kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

Penulis

Heni Nurfitriani
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri
Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang
Dasar. (Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, 1999) Konsekuensinya tentu saja konstitusi memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam suatu sistem ketatanegaraan suatu negara.

Menurut A. Hamid S. Attamimi suatu konstitusi merupakan sebuah pemberi pegangan


dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan. (Dahlan
Thaib, Jazim Hamidi dan Ni’matul Huda, Teori dan Hukum Konstitusi, Rajawali pers, Jakarta,
1999, h. 53. 2 A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi, UI, Jakarta, 1990, h. 215) Sehingga dapat
dikatakan bahwa konstitusi memiliki kedudukan yang tertinggi dalam sebuah negara, sebuah
konstitusi merupakan dasar pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara suatu bangsa.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki konstitusi tertulis, yaitu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD NRI Tahun 1945).
Sejak negara Republik Indonesia menetapkan UUD NRI Tahun 1945 sebagai Konstitusinya,
maka terbentuk pula sistem norma hukum negara Republik Indonesia.

Pancasila merupakan dasar negara sedangkan UUD NRI Tahun 1945 merupakan
konstitusi tertulis, dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan Indonesia, UUD NRI Tahun
1945 berada dalam kedudukan tertinggi sehingga peraturan perundang-undangan yang berada
dibawah UUD NRI Tahun 1945 tidak boleh bertentangan dan harus menyesuaikan.
1.2 rumusan masalah
1.2.1 Apakah pengertian Negara?
1.2.2 Apakah pengertian Konstitusi?
1.2.3 Bagaimanakah UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia?

1.3 tujuan penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari negara
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian konstitusi
1.3.3 Untuk mengetahui UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara


Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggota dari suatu negara
dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara dengan
pemerintah yang ada di dalamnya, masyarakat ingin mewujudkan tujuan-tujuan tertentu
seperti terwujudnya ketentraman, ketertiban dan kesejahteraan masyarakat. Negara tidak
bisa diseebut sebagai sebuah negara apabila di dalamnya tidak ada de facto de jure. De
facto yaitu sesuai kenyataannya (fakta) seperti rakyat, wilayah dan pemerintah, de jure
yaitu diakui negara lain (deklaratif). Jika keduanya tidak ada dalam sebuah negara, maka
negara tersebut tidak bisa disebut sebagai sebuah negara.
Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus, yang merupakan
tokoh Katolik. Ia membagi negara dalam dua pengertian yaitu Civitas Dei yang artinya
negara Tuhan, dan Civites Terrena atau civites Diaboli yang artinya negara duniawi.
Civites Tarrena ini ditolak Oleh Agustinus, sedangkan yang dianggap baik adalah negara
Tuhan atau Civies Dei. Negara Tuhan bukanlah negara dari dunia ini. Melainkan jiwanya
yang memiliki oleh sebagian atau beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya.
Adapun yang melaksanakan negara adalah Gereja yang mewakili negara Tuhan bukanlah
negara dari dunia ini. Melainkan jiwanya yang dimiliki oleh sebagian atau beberapa
orang di dunia ini untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan negara adalah Gereja
yang mewakili negara Tuhan. Meskipun demikian bukan berarti apa yang diluar gereja
itu terasing sama seklai dari Civites Dei (Kusnardi, 1995).
Karakteristik Negara Indonesia memiliki suatu identitas untuk melambangkan
keagungan suatu negara. Seperti negara Indonesia yang memiliki identitas yang dapat
menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia. Identitas Indonesia
menjadikan bangsa Indonesia sebagai pemersatu dan simbol kehormatan negara.
2.1.1 Teori Terjadinya Negara
a.) Teori Teokrasi

Menurut teori ini, negara berdasarkan kehendak Tuhan. Paham ini muncul bahwa
keyakinan keagamaan bahwa Tuanlah maha pencipta di langit dan bumi, pemegang
kekuasaan tertinggi, tiada kekuasaan di dunia ini yang tidak berasal dari tuhan, termasuk
negara.

b.) Teori Organik

Teori ini pertama kali diperkenalakan oleh tinggal di wilayah geografis negara
harus ada ikatan yang muncul yaitu keadilan. Negara muncul karena ada kebutuhan yang
sangat banyak dan beragam.

c.) Teori Perjanjian

Teori perjanjian masyarakat memandang terjadinya suatu Negara karena adanya


perjanjian masyarakat.

d.) Teori Kekuasaan

Menurut teori kekuasan, siapa yang berkemampuan untuk memiliki kekuasaan


atau berhasil mencapai kekuasaan, selayaknya memegangg pucuk pemerintahan.

e.) Teori Kedaulatan

Teori kedaulatan rakyat memandang keberadaan Negara karena adanya kekuasaan


tertinggi yang mampu mengatur kehidupan bersama masyarakat (negara).

2.1.2 Bentuk Negara

1. Negara Kesatuan (unitaris)

Negara kesatuan adalah Negara yang tersusun tunggal, Negara yang hanya berdiri
satu Negara saja, tidak terdapat Negara dalam suatu Negara.
Dalam pelaksanaan pemerintah derah di nrgara kesatuan dapat di
laksanakan dengan dua alternative system, yaitu: Sistem desantralisasi, dimana
daerah-daerah diberikan keleluasaan dan kekuasaan untuk mengurus rumah
tangganya sendiri (otonomi)

Sistem sentralisasi: dimana segala sesuatu urusan dalam Negara tersebut langsung
diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, termasuk segala hal yang menyangkut
pemerintahan dan kekuasaan di daerah.

2. Negara Serikat (federasi)

Negara serikat adalah Negara yang merupakan gabungan dari beberapa, kemudian
menjadi negara-negara bagian dari pada suatu Negara serikat.

2.1.3 Unsur-Unsur Negara

Menurut Oppenheim-Lauterpacht, unsur-unsur negara adalah:

1. Unsur pembentuk negara (konstitutif): wilayah/daerah, rakyat, pemerintah


yang berdaulat

2. Unsur deklaratif: pengakuan oleh negara lain


2.2 Pengertian Konstitusi

Konstitusi berarti hukum dasar baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Hukum
dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedangkan hukum
dasar yang tidak tertulis disebut konvensi yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.

Karena perkembangan zaman, jarang sekalu semua diatur dalam Undang-Undang


Dasar. Mengubah Undang-Undang Dasar adalah agak sulit dan prosedural, karena itu
dalam menyelenggarakan pemerintahan dibutuhkan konvensi-konvensi. Hal ini
menimbulkan gagasan mengenai living Constitution dalam arti bahwa setiap konstirusi
yang benar-benar hidup dalam masyarakat tidak hanya terdiri dari naskah yang tertulis
saja, akan tetapi juga meliputi konvensi-konvensi. UUD 1945 menganut paham ini.

Di samping itu kita juga melihat bahwa konstitusi itu mengatur juga pembagian
kekuasaan dalam negara . Macam-macam konstitusi tersebut adalah

1. Konstitusi Unitaris (konstitusi negara kesatuan)


Disebut Konstitusi Unitaris apabila pembagian kekuasaan antara pemerintah
pusat dan tidak sama derajatnya dengan daerahnya tidak sama atau tidak
sederajat.
2. Konstitusi Federalistis
Jika kekuasaan dibagi antara pusat dan bagian pada suatu negara sedemikian
rupa, maka masing-masing negara bebas dari campur tangan orang lain.
3. Konstitusi Konfederalistis
Negara konfederasi adalah bentuk serikat dari negara-negara berdaulat, tetapi
kedaulatannya tetap dipegang oleh negara-negara bersangkutan.

Adapun fungsi konstitusi dibagi menjadi dua yakni :


1.) Membagi kekuasaan dalam negara
2.) Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara
2.3 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara

Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945.
Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati
tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan
dasar / pokok Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar.

Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar


Sementara (UUDS) 1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai pengganti
dari UUD RIS 1949 setelah Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan yang
dituangkan dalam Undang-Undang Federal No.7 Tahun 1950 tentang perubahan
konstitusi RepublikIndonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia. Konstitusi inilah yang menyusun Undang-Undang Dasar yang
bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas:

1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat


2. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal.
3. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic
4. Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950;
5. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap sebagai
pengganti dari UUDS 1950.
BAB III
KESIMPULAN

Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Negara tidak bisa dikatakan sebagai sebuah negara apabila di dalamnya tidak ada de facto de
jure. De facto yaitu sesuai kenyataannya (fakta) seperti rakyat, wilayah dan pemerintah, de jure
yaitu diakui negara lain (deklaratif). Jika keduanya tidak ada dalam sebuah negara, maka negara
tersebut tidak bisa disebut sebagai sebuah negara.

Konstitusi berarti hukum dasar baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Hukum dasar
yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedangkan hukum dasar yang
tidak tertulis disebut konvensi yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.

Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri
Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang
Dasar. Konsekuensinya tentu saja konstitusi memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
suatu sistem ketatanegaraan suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan Thaib, Jazim Hamidi dan Ni’matul Huda, Teori dan Hukum Konstitusi, Rajawali
pers, Jakarta, 1999, h. 53.

Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa, Bandung: PT
Refika Aditama, 2015.

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi , Yogyakarta: Paradigma,


2016.

Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam


Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi, UI, Jakarta, 1990, h. 215.

Kusnardi. Moh, S.H dan Prof. Dr. Bintan R. Saragih, ilmu negara halaman 151, Jakarta.

Miriam budiarjdo, dasar-dasar ilmu politik, halaman 103, Gramedia, Jakarta 1977

Moh. Koesnardi, SH dan Harmanly Ibrahim, SH Pengantar Hukum dan Negara, halaman
91, pusat studi hukum tata negara, FHUI, 1983.

Anda mungkin juga menyukai