Anda di halaman 1dari 5

Nama : Iqma Faisa Murdhani

NIM : 202351200

Kelas :F

RESUME PANCASILA BAB III DAN IV

❖ BAB III HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

1. Apa Yang Dimaksudkan Dengan Warga Negara


Warga negara adalah anggota dari suatu negara dan memiliki hubungan khusus dengan
negaranya. Hubungan ini mencakup hak dan kewajiban yang saling berkaitan. Istilah "warga
negara" mengacu pada individu yang menjadi bagian dari suatu negara berdasarkan
keturunan, tempat kelahiran, dan faktor-faktor serupa, serta memiliki hak dan kewajiban
penuh terhadap negara tersebut. Warga negara juga dikenal sebagai "citizen" dalam bahasa
Inggris, yang berasal dari kata Latin "civis" atau "civitas" yang artinya adalah anggota kota-
negara atau "city-state."

Sebagai anggota negara, warga negara memiliki peran penting dalam negara dan kewajiban
serta hak yang harus dijaga. Suatu negara harus memiliki wilayah, penduduk, pemerintahan
yang berkuasa, dan tujuan tertentu agar dianggap sebagai negara. Dalam konteks Indonesia,
warga negara adalah orang yang diakui sebagai warga negara sesuai dengan undang-undang
yang berlaku sejak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Istilah "warga negara" mengacu pada individu yang merupakan bagian dari penduduk suatu
negara dan memiliki hubungan aktif dengan negara tersebut. Mereka memiliki hak-hak yang
dijamin oleh hukum, serta tanggung jawab terhadap negara mereka. Kewarganegaraan
memiliki tiga dimensi utama: keterlibatan aktif dalam komunitas, pemenuhan hak-hak dasar,
dan partisipasi dalam dialog dan ruang publik.

Meskipun istilah "warga negara" dan "rakyat" sering digunakan secara bersamaan, keduanya
memiliki perbedaan subtil. Warga negara adalah anggota aktif dalam negara, sementara
rakyat mencakup masyarakat yang diatur oleh negara dan memiliki ikatan kesadaran sebagai
kesatuan dalam organisasi negara.

Penting untuk memahami perbedaan antara warga negara dan penduduk, karena memiliki
implikasi hukum yang berbeda. Warga negara memiliki hak dan kewajiban yang lebih luas
dibandingkan dengan penduduk yang bukan warga negara. Status warga negara didasarkan
pada asas ius sanguinis, yaitu keturunan orang tua, dan ini berlaku di Indonesia, yang
mengakui individu sebagai warga negara Indonesia (WNI) berdasarkan darah keluarga
mereka.
2. Hak-Hak Warga Negara
Manusia hidup secara sosial dan saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Karena kebutuhan manusia sangat beragam, individu tidak dapat memenuhi semua
kebutuhannya sendiri. Ini mengakibatkan konflik kehendak antara individu. Untuk
melindungi kepentingan dan hak individu, aturan diperlukan agar tidak ada pelanggaran
terhadap hak orang lain. (Hasbi Ash-Shiddieqy, 1999: 119).
Hak warga negara adalah hak-hak yang dimiliki oleh individu yang merupakan warga negara
dari negaranya. Hak-hak ini diberikan oleh negara, termasuk hak untuk hidup dalam
keamanan dan kesejahteraan, layanan publik, dan hak-hak lain yang diatur dalam undang-
undang (Srijanti dkk, 2011: 68). Hak-hak warga negara Indonesia diatur oleh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan hukum lainnya yang berasal dari
prinsip-prinsip hak asasi manusia yang dijelaskan dalam UUD. Salah satu hak yang dijamin
dalam UUD adalah hak asasi manusia.

Hak dan kewajiban warga negara adalah aspek penting dalam sistem pemerintahan. Berikut
ini beberapa materi tentang hak dan kewajiban warga negara:

*Hak Warga Negara:*

1. Hak Asasi: Warga negara memiliki hak dasar seperti hak atas hidup, kebebasan
berpendapat, kebebasan berekspresi, dan hak untuk tidak disiksa.

2. Hak Pemilu: Warga negara memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum.
Hal ini mendukung prinsip demokrasi.

3. Hak Atas Pendidikan: Warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak dan berkualitas.

4. Hak Atas Pelayanan Kesehatan: Warga negara memiliki hak untuk akses terhadap
pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.

5. Hak Atas Perlindungan Hukum: Warga negara memiliki hak untuk dilindungi oleh hukum
dan memiliki akses ke sistem peradilan yang adil.
3. Kewajiban-Kewajiban Warga Negara
Kewajiban, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Gischa, 2020), merujuk pada sesuatu
yang diwajibkan atau harus dilaksanakan. Istilah ini berhubungan dengan tindakan yang
harus dilakukan atau suatu keharusan. "Wajib," yang menjadi dasar dari "kewajiban,"
mengindikasikan beban untuk memberikan atau melakukan sesuatu yang tidak bisa
diabaikan dan dapat dipaksakan oleh pihak yang berkepentingan. Sebagai warga negara, kita
memiliki kewajiban yang harus dipatuhi dalam kehidupan bersama. Kewajiban ini adalah
sesuatu yang tidak bisa diabaikan dan mencakup sikap atau tindakan yang sesuai dengan
norma dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat..*Kewajiban Warga Negara:*

1. Kewajiban Pajak: Warga negara diharuskan membayar pajak sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

2. Kewajiban Pemilu: Warga negara wajib memenuhi hak pemilu dengan memilih calon yang
dianggap paling sesuai.

3. Kewajiban Patuh pada Hukum: Warga negara diharuskan tunduk pada hukum yang berlaku
dan menghindari tindakan kriminal.
4. Kewajiban Militer: Beberapa negara mewajibkan warga negara untuk melayani dalam
angkatan bersenjata jika diperlukan.

5. Kewajiban Partisipasi Sosial: Warga negara diharapkan berpartisipasi dalam pembangunan


masyarakat dan lingkungan sosial mereka.

Hak dan kewajiban warga negara bervariasi dari satu negara ke negara lain, tergantung pada
konstitusi dan hukum yang berlaku. Namun, prinsip dasar hak dan kewajiban tersebut adalah
landasan penting bagi kewarganegaraan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

4. Urgensi Harmonisasi Hak Dan Kewajiban Warga Negara

Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang merupakan dua aspek yang tidak
dapat dipisahkan. Teori korelasi, yang dianut oleh pengikut utilitarianisme, menegaskan
adanya hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Menurut teori ini, setiap kewajiban
seseorang berkaitan dengan hak individu lain, dan sebaliknya. Dalam pandangan ini, hak
yang tidak memiliki kewajiban yang sesuai tidak dapat dianggap sebagai hak yang sah.
Konsep ini juga sejalan dengan filsafat kebebasan oleh Mill, yang menekankan bahwa hak
asasi manusia mendasari hak persamaan dan kebebasan. Kebebasan seseorang tidak boleh
disalahgunakan untuk merugikan orang lain.

Hubungan antara negara dan warga negara adalah saling berkaitan dan melibatkan hak serta
kewajiban. Warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negara, dan sebaliknya,
negara juga memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara. Di Indonesia, aturan tentang
hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD NRI 1945. Tradisi budaya Indonesia
sejarahnya lebih berfokus pada konsep kewajiban, terutama dalam perjuangan melawan
imperialisme.

Dalam konteks kenegaraan, terkadang hak warga negara harus sejalan dengan kewajiban
mereka, dan terkadang kewajiban lebih mendominasi. Pengaturan hak asasi manusia (HAM)
dalam UUD NRI 1945 sangat terbatas karena pada saat penyusunan konstitusi, ada upaya
untuk menjauhkan pengaruh barat, termasuk isu HAM. Meskipun ada kontroversi tentang
inklusi HAM dalam UUD pada awalnya, akhirnya konsensus tercapai untuk memasukkan
HAM dalam konstitusi.

❖ BAB IV PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

1. Arti Kata Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani "philein" (cinta) dan "shophos" atau "sophia"
(kebijaksanaan), sehingga dapat diartikan sebagai cinta terhadap kebijaksanaan. Filsafat
mengacu pada hasrat yang mendalam dan sungguh-sungguh untuk mengejar kebenaran
sejati atau kebijaksanaan. Dengan kata lain, orang yang berfilsafat memiliki hasrat besar
untuk memahami kebijaksanaan dan mencari kebenaran sejati (Tim Nasional Dosen
Pendidikan Kewarganegaraan, 2010: 13).

2. Pancasila Sebagai Suatu Filsafat


Pancasila dianggap sebagai sebuah filsafat karena ia berfungsi sebagai pedoman intelektual
bagi cara berpikir bangsa Indonesia, dan dalam konteks ilmiah, ia dapat diartikan sebagai
sebuah sistem filsafat yang kredibel. Abdulgani (seperti yang diutip dalam Ruyadi, 2003, dan
Semadi, 2019, halaman 83-84) menyatakan bahwa Pancasila adalah filsafat negara yang
muncul sebagai ideologi kolektif atau cita-cita bersama seluruh bangsa Indonesia. Pancasila
adalah hasil refleksi yang mendalam, yang kemudian diatur dalam suatu "sistem" yang
terstruktur. Sementara itu, menurut Notonagoro (seperti yang diutip dalam Ruyadi, 2003,
dan Semadi, 2019, halaman 84), Filsafat Pancasila memberikan pemahaman ilmiah tentang
hakikat Pancasila.

Dengan kata lain, Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai ideologi negara, tetapi juga sebagai
dasar pemikiran yang mendalam dan dapat diuraikan dalam sistem filsafat yang memiliki
kedalaman ilmiah.
3. Karekteristik Dan Fungsi Filsafat Pancasila

Secara umum, filsafat memiliki ciri-ciri atau karakteristik dalam berpikir, antara lain:

1) Berpikir sistematis, yang berarti filsafat mengikuti struktur berpikir yang terorganisir
dengan baik.
2) Mendalam, mengimplikasikan analisis yang menyeluruh dan pemahaman yang mendalam
terhadap konsep-konsep dan pertanyaan-pertanyaan filosofis.
3) Mendasar, artinya filsafat seringkali mengejar pertanyaan-pertanyaan yang mendasar dan
fundamental tentang eksistensi, nilai, dan realitas.
4) Analitis, yaitu kemampuan untuk mengurai dan memahami argumen, konsep, dan
pemikiran dengan cara yang sistematis.
5) Komprehensif, mengacu pada upaya filsafat untuk merangkul berbagai aspek kehidupan
dan pengetahuan, dan mencoba untuk mengintegrasikannya.
6) Spekulatif, yang menunjukkan sifat teoritis dan spekulatif dari filsafat yang sering
melibatkan pemikiran yang lebih abstrak.
7) Representatif, dalam arti filsafat mencerminkan keragaman pandangan dan pemikiran
yang muncul dalam masyarakat.
8) Evaluatif, yang berarti filsafat sering kali mencoba mengevaluasi nilai-nilai, etika, dan
keyakinan.

Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik yang khusus dan sistem filsafatnya sendiri
yang membedakannya dari sistem filsafat lainnya, mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang mendasar yang menjadi dasar pemikirannya.

4. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Pancasila yang terdiri dari lima sila pada hakekatnya merupakan suatu sistem filsafat. Sistem
adalah kesatuan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, dan saling bekerjasama untuk
satu tujuan tertentu dan secara Elekeseluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh. Sistem
menurut Shrode dan Voich (1974) lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Suatu kesatuan bagian-bagian,


2) Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri,
3) Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
4) Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu In tujuan tertentu (tujuan sistem),
dan
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Sulaiman, 2015: 28).

Pancasila adalah konsep filsafat yang menjadi dasar ideologi negara Indonesia. Berikut
adalah ringkasan materi tentang Pancasila sebagai filsafat:

• Pengertian Pancasila:*
Pancasila adalah kata yang berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari "panca" yang
berarti lima, dan "sila" yang berarti prinsip atau dasar. Pancasila adalah kumpulan dari lima
prinsip dasar yang menjadi panduan dan landasan ideologi negara Indonesia.

• Sila-sila Pancasila:*
Pancasila terdiri dari lima sila, yaitu:
i. *Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa*: Sila ini mengakui keberadaan Tuhan dan
menghormati berbagai agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
ii. *Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab*: Sila ini menekankan perlunya
menghormati martabat manusia dan menciptakan masyarakat yang adil dan
beradab.
iii. *Sila Ketiga: Persatuan Indonesia*: Sila ini menekankan pentingnya persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, meskipun memiliki beragam suku, agama, dan budaya.
iv. *Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan*: Sila ini menekankan demokrasi dan peran warga
negara dalam pengambilan keputusan negara.
v. *Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia*: Sila ini menuntut
distribusi yang adil dari sumber daya dan manfaat ekonomi bagi seluruh warga
negara.

• Sejarah Pembentukan Pancasila:*


Pancasila dirumuskan oleh Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno, pada tahun 1945. Pancasila
kemudian diadopsi sebagai ideologi negara dalam Pembukaan UUD 1945.

• Kepentingan Pancasila:*
Pancasila menjadi dasar ideologi negara Indonesia yang mendorong persatuan, keadilan, dan
kesejahteraan rakyat. Pancasila juga menghormati keberagaman agama dan budaya yang ada
di Indonesia.

• Implementasi Pancasila:*
Pancasila diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam peraturan
hukum, pendidikan, dan tata nilai sosial. Pancasila juga menjadi panduan dalam hubungan
luar negeri Indonesia.

Pancasila sebagai filsafat mencerminkan nilai-nilai dasar yang membentuk karakter dan
identitas Indonesia sebagai negara. Ini merupakan landasan yang penting bagi
pemerintahan, budaya, dan kehidupan sosial di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai