Anda di halaman 1dari 19

STUDI AQIDAH ISLAM

Bab I
A. PENGERTIAN AQIDAH

Aqidah secara etimologis berarti keyakinan sedangkan secara terminologis menurut Imam
Hasan Al-Banna :sa
.‫ بها قلبك و تطمئن إليها نفسك و تكون يقينا عندك ال يمازجه ريب وال يخالطه الشك‬A‫ااألمور التي يجب أن يصدق‬

Beberapa perkara yang wajib diyakini kebenaranya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
.keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan

Keyakinan tidak boleh tercampur sedikitpun dengan keraguan, seseorang sebelum sampai tingkat #
yakin, dia akan mengalami lebih dahulu pertama Syak; sama kuat antara membenarkanan sesuatu atau
menolaknya kedua Zhan:salah satu ada yang lebih kuat dari yang lain karena ada dalil yang
menguatkanya ketiga gholabatudhon; cenderung lebih menguatkan salah satu karena sudah menyakini
.kebenaran dalilnya.sampai tingkat inilah yang disebut dengan Aqidah

Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa artinya lahirnya seseorang bisa saja pura2 meyakini #
sesuatu akn tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketentraman jiwa karena dia harus melaksanakan
sesuatu yang bertentangan dengan keyakinanya.kemudian konskuensinya apabila sesorang sudah
meyakini suatu kebenaran maka dia harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
.keyakinanya

Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahamanya terhadap dalil. #
Misalnya

seseorang akan meyakini adanya negara Sudan apabila dia mendapat informasi tentang negara .1
.tersebut dari orang yang tidak pernah berbohong
keyakinan akan bertambah apabila dia mendapat informasi yang sama dari beberapa orang lain .2
bila dia melihat foto sudan kemungkinan untuk ragu semakin kecil .3
apabila ia pergi menyaksikan sendiri negri tersebut keyakinanya semakin bertambah dan segala .4
.keraguan akan hilang

Nama lain dari Aqidah


.Iman, Tauhid, Usuluddin,Ilmu kalam, Fiqh Akbar

B. RUANG LINGKUP AQIDAH

:Menurut Imam Hasan Al-Banna maka ruang lingkup pembahasan Aqidah adalah
Ilahiyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah seperti wujud Allah, .1
Sifat-sifat Allah dan af'al Allah
Nubuwat yaitupembahasan sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk .2
.pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu'jizat dan lain sebagainya
Ruhaniyat yaitu pembahasan sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, .3
.iblis, Syaitan, roh dan lain sebagainya
Sam'iyat yaitu pembahasan sesuatu yang hanya bisa di ketahui lewat sam'I (dalil naqli berupa Al- .4
qur'an dan sunnah seperti alam barzah, akherat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga dan neraka dan
.lain sebagainya

Disamping sistematika diatas pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul iman
:yaitu
Iman kepada Allah SWT .1
Iman kepada malaikat .2
Iman kepada Kitab-kitab Allah .3
Iman kepada Nabi dan rasul .4
Iman kepada Hari Akhir .5
Iman kepada Taqdir Allah .6
C.SUMBER AQIDAH ISLAM

Sumber Aqidah Islam adalah Al-qur'an dan Al-Hadist sedangkan akal pikiran tidaklah
menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami Nash-nash yang terdapat dalam kedua
sumber tersebut dan mencoba kalau diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang di
sampaikan oleh Al-qur'an dan sunnah itupun harus dilandasi oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan
akal sangat terbatas, akal tidak akan mampu menjangkau masa'il ghoibiyah bahkan akal juga tidak
mampu menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu misalnya akal tidak akan
?mampu menjawab pertanya'an kekal itu sampai kapan

D. FUNGSI AQIDAH

Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan
harus semakin kokoh fondasi yang harus di buat, kalau pondasi lemah bangunan itu akan mudah
ambruk, itulah sebabnya kenapa Rasulullah Saw selama 13 tahun periode makkah memusatkan
dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan islam dengan mudah
bisa berdiri di periode madinah

Bab II
IMAN KEPADA ALLAH SWT

Wujud Allah Swt

Dalil Fitrah .1

Allah swt menciptakan manusia dengan fitrah bertuhan atau dengan kata lain setiap anak
manusia dilahirkan dalam keada'an muslim. Rasulullah Saw bersabda :setiap anak dilahirkan dalam
keada'an fitrah. Maka ibu dan bapaknyalah (yang berperan) mengubah anak itu menjadi seorang yahudi,
Nasrani atau majusi.(HR.Bukhori) ma'na fitrah disini adalah muslim. Fitrah ini merupakan potensi dasar
yang harus dipelihara dan di kembangkan. Apabila fitrah tersebut tertutup maka manusia akan
menentang fitrahnya sendiri. Tetapi bila menghadapi suatu kejadian yang luar biasa misalnya
dihadapkan kepada sesuatu yang tidak di senangi dan dia sudah kehilangan daya untuk menghadapinya
bahkan sudah putus asa barulah spontan fitrahnya tersebut kembali muncul.Allah menggambarkan
dalam Al-qur'an

12. Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk
atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya
yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang
Telah menimpanya. begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu
mereka kerjakan.

22. Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga
apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada
di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin
badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka
Telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-
Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini,
Pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".

Dengan dalil fitrah ini kita bisa mengamnbil kesimpulan bahwa secara esensi tidak ada seseorang
manusiapun yang tidak bertuhan.yang ada hanyalah mereka mempertuhankan sesuatu yang bukan tuhan
yang sebenarnya. Misal seorang atheis mempertuhankan atheismenya, seorang materealis
.mempertuhankan materialisme dan lain-lain sebagainya

Dalil Akal .2

A. Qonun(teori) Al-Ilah (sebab)


segala sesuatu itu ada sebabnya, setiap perubahan pasti ada yang menjadi sebab perubahan itu, sesuatu
yang ada pasti ada yang mengadakan, sesuatu cipta'an pasti ada yang menciptakan. Kursi, meja, kipas
angin manusia ada yang mencipta'an. Jika keberada'anya secara tiba-tiba dan kebetulan maka sangat
mustahil dan tidak masuk akal
B. Qonun Annizom
Alm semesta dengan seluruh isinya seperti matahari, bulan bintang dan planet-planet lainya seperti
bumi dengan segala isinya adalah segala sesuatu yang sanggup teratur, sesuatu yang teratur pasti ada
.yang mengaturnya, mustahil menurut akal semuanya itu teratur dengan sendirinya secara kebetulan
C. Qonun Al-Hudust
Menurut penelitian alam semesta seluruhnya adalah sesuatu yang baru bukan sesuatu yang qodim.kalau
hadist berarti ada yang mengadakanya, dan yang mengadakan itu tentulah bukan yang juga bersifat
.hadist
Dalil Naqli .3
Sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya tuhan. Dan dengan akal pikiran bisa
membuktikanya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli(Al-Qur'an& Assunnah)untuk
membimbing manusia mengenal tuhan yang sebenarnya, sebab fitrah dan akal tidak bisa menjelaskan
.siapa tuhan yang sebenarnya

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa

3. Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan dia Maha mengetahui
segala sesuatu.
[1452] yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang Telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang Akhir ialah yang tetap
ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya Karena banyak bukti- buktinya dan yang Bathin
ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.È
26. Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
27. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Tauhidullah swt

Secara sederhan tauhidullah di bagi tiga


1. Tauhid Rububiyah
Yaitu menyakini Allah Swt sebagai pencipta, pemberi rizki, pemelihara, mengelola dan pemilik alam
raya.
Segala puji[2] bagi Allah, pencipta, pemberi rizki, pemelihara, pengelola dan pemilik alam raya.

2. Tauhid mulkiyah
Yaitu menyakini Allah sebagai raja/pemimpin, hakim 
Allah pemimpin orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang
mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.

Secara operasional kepemimpinan Allah itu dilaksanakan oleh Rasulullahdan sepeninggalan beliau
kepemimpinan itu dilaksanakan oleh orang-orang yang beriman hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an
Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).

.Kemudian menyakini Allah sebagai hakim yaitu menyakiniNya sebagai pembuat hukum segala aturan

menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah

jadi orang yang tidak mau berhukum dengan hukum Allah karena benci atau tidak meyakini hukum itu
maka maka ia menjadi kafir
barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir.
Sedang orang yang meyakini tapi masih melanggar karena hawa nafsu maka makaorang itu disebut
fasiq

barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah
orang-orang yang fasik[420].
Sedangkan apabila melanggar karena hawa nafsu dan merugikan orang lain maka di sebut dholim
barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah
orang-orang yang zalim.

3.Tauhid ilahiyah
Yaitu meyakini Allah Swt sebagai satu-satunya al-ma'bud (yang di sembah)
Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan
Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

C. Makna laa ilaha illallah

Iqrar laa ilaha illallah bersifat komprehensif, mencakup pengertian :


Laa khaliqa illallah (tidak ada yang maha mencipta kecuali Allah)
Laa Raziqa illallah (tidak ada yang memberi rizki kecuali Allah)
Laa Hafidza illallah (tidak ada yang memelihara kecuali Allah)
Laa mudabbira illallah ( tidak ada ada yang mengelola kecuali Allah)
laa maalika illallah (tidak ada yang maha memiliki kecuali Allah)
laa walliya illallah ( tidak ada yang memimpin kecuali Allah)
laa hakima illallah ( tidak ada yang menentukan aturan kecuali Allah)
laa ghayata illallah ( tidak ada yang memberikan tujuan kecuali Allah)
laa ma'buda allallah ( tidak ada yang maha disembah kecuali Allah)

Hal-hal yang membatalkan syahadah

Menurut Sa'id hawa dalam bukunya Al-Islam banyak sikap atau atau perbuatan seorang
muslim yang bisa membatalkan dua kalimah syahadahnya.
1. bertawakal bukan kepada Allah
2. tidak mengakui bahwa semua nikmat lahir maupun batin adalah karunia dari Allah
3. beramal dengan tujuan selain Allah
4. memberikan hak menghalalkan atau mengharamkan atau hak menentukan syari'at atau hukum pada
umumnya kepada selain Allah.
5. ta'at secara mutlak kepada selain Allah dan rasulnya
6. tiak menegakkan hukum Allah
7. membenci islam seluruh atau sebagian
8. mencintai kehidupan dunia melebihi akherat dan menjadikan dunia segala-galanya.
9. tidak beriman dengan seluruh nash-nash Al-qur'an dan sunnah
10.mengangkat orang-orrang kafir sebagai pemimpin dan tidak mencintai orang-orang yang beraqidah
islam
11. Tidak menyenangi tauhid malah menyenangi kemusyrikan

BAB III
IMAN KEPADA MALAIKAT

A. Pengertian malaikah
kata malaikah adalah jama' dari kata almalak yang berarti Arrisalah (misi/pesan)
sedangkan pengertian dari malaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan Allah Swt dari cahaya dengan
.wujud dan sifat2 tertentu
Wujud malaikat tidak dapat di jangkau oleh panca nindra kecuali malaikat menampakkan diri sebagai
.manusia
16. Dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari
keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,
17. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus roh
Kami[Jibril] kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.
Adapun sifat dari malaikat bahwasanya mereka adalah hamba-hamba Allah yang mulia
26. Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah Telah mengambil (mempunyai) anak", Maha
Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan[957],

27. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-
perintahNya.

B.Manusia lebih mulia daripada malaikat

Manusia jika beriman dan ta'at kepada Allah lebih mulia daripada malaikat, ada beberapa
:alasan yang mendukung alas an tersebut

Allah swt memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud hormat kepada Adam as ( Al-baqarah 34) .1
malaikat tidak bisa menjawab pertaanyaan Allah tentang al-asma' (nama-nama ilmu pengetahuan) .2
sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah (Al-baqarah 31-33)
,kepatuhan malaikat kepada Allah karena sudah tabi'atnya, sebab malaikat tidak mempunyai nafsu .3
.sedangkan kepatuhan manusia kepada Allah melalui perjuangan yang berat menahan hawa nafsu
manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dipermukaan bumi (Al-baqarah 30) .4

C.Nama dan tugas malaikat

Jumlah malaikat sangat banyak tidak bisa diperkirakan, sesama mereka juga ada perbedaan
.dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun tugas,pangkat dan kedudukan
:Diantara nama-nama dan tugas malaikat sebagai berikut
malaikat jibril .1
.menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul
malaikat mika'il .2
Mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam, seperti melepaskan angin, menurunkan hujan,
menumbuhkantumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain
malaikat israfil .3
Meniup trompet dihari kiamat dan hari kebangkitan nanti
Malaikat maut .4
Mencabut nyawa
malaikat Raqib dan Atid .5
Mencatat amal dan pebuatan manusia
malaikat munkar dan nakir .6
Menanyai mayat di alam kubur tentang siapa Tuhanya,apa Agamnya, siapa Rasulnya
malaikat Ridwan .7
Menjaga syurga dan memimpin para malaikat pelayan syurga
malaikat Malik .8
Menjaga neraka dan memimpin para malaikat menyiksa penghuni neraka

D. Jin, Iblis dan Syaitan

Secara etimologis kata Al-jin berasal dari kata janna artinya bersembunyi, dinamai jin karena
tesembunyi dari pandangan manusia kata lain dari kata janna adalah jannah yang atinya surga, dinamai
.demikian karena taman yang tesembunya oleh pohon-pohon rindang, janin atinya jabang bayi
.Iblis berasal dari kata ablasa yang berarti putus asa, dinamai iblis karena dia putus asa dari rahmat Allah
Sedang kata syaitan berasal dari kata syatana yang berarti menjauh, dinamai syetan karena ia menjauh
.dari kebenaran
Secara terminologis jin adalah makhluk gaib yang diciptan oleh Allah dari api, mukallaf seperti manusia
.diantara mereka ada yang patuh dan ada yang durhaka
Sedangkan iblis adalah nenekmoyang seluruh syetan yang seluruhnya durhaka kepada Allah dan
.bertekad untuk menggoda manusia untuk menentang perintah Allah swt
BAB: IV
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

A. PENGERTIAN KITAB-KITAB ALLAH


Secara etimologis kata kitab adalah bentuk mashdar dari kata ka-ta-ba yang berarti
menulis.setelah jadi masdhar berarti tulisan atau yang ditulis. Bentuk jama’ dari kitab adalah kutub.
Dalam bahasa indonesia kitab, berarti buku.
Secara terminologis yang di maksud Kitab ( Al Kitab, Kitab Allah Al-Kutub, Kitab-Kitab Allah ) adalah
Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
Kata Al Kitab di dalam Al-Qur’an dipakai untuk beberapa pengetian :

1. Menunjukan semua Kitab Suci yang pernah diturunkan kepada Nabi dan Rasul.
2. Menunjukan semua Kitab Suci yang pernah diturunkan sebelum Al-Qur’an.
3. Menunjukan Kitab Suci tertentu sebelum Al-Qur’an; misalnya Taurat.
4. Menunjukan Kitab Suci Al-Qur’an secara khusus.

Disamping Al-Kitab, untuk menunjukan menunjukan Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT
kepada para Nabi dan Rasul-Nya Al-Qur’an memakaikan juga istilah lain yaitu ;

1. Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang berarti lembaran. Dipakai untuk menunjukan Kitab-
Kitab Suci sebelum Al-Qur’an, khususnya yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi
Musa ‘Alaihima As-Salam, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat( Al-A’la ayat 18-19 )

B. KITAB-KITAB ALLAH SEBAGAI WAHYU.

Wahyu dalam pengertian Kalam Allah itu diturunkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan
Rasul-Nya melalui tiga cara :

1. melalui mimpi yang benar ( Ar-ru’ya As-Shadiqah fil manam). Misalnya wahyu yang
diterima oleh Nabi Ibrahim ‘Alahi As-Salam dalam mimpi untuk mengurbankan putranya
Isma’il AS, sebagaimana yang diterangkan oleh Allah SW dalam surat As-Shaffat ayat 100-
102.

2. Kalam Ilahi dari balik tabir ( in wara’ Al-hijab), seperti perintah shalat fardhu yang diterima
oleh Nabi Muhammad SAW waktu peristiwa Isra’ Mi’raj, atau wahyu yang diterima oleh
Nabi Musa AS di bukit Tursina , sebaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surat
Thaha ayat 9-13 ;

3. Melalui Malaikat Jibril ‘ Alihi As- Salam. SAW,


Penurunan wahyu melalui Malaikat Jibril ini berlangsung dalam dua cara, pertama Jibril datang
membawa wahyu seperti bunyi gemerincing lonceng ( Shalsalah Al-Jaras ) yang amat keras, atau
kedua ; Jibril datang membawa wahyu dengan memperlihatkan dirinya sebagai seorang lelaki
( lihat pembahasan tentang Malaikat ).

C. KITAB-KITAB ALLAH SEBELUM AL QUR’AN.

Sebelum Kitab Suci Al-Qur’an Allah telah menurunkan beberapa Kitab Suci kepada para Nabi
dan Rasl-Nya. Yang disebut di dalam Al-Qur’an ada 5 (lima); tiga dalam bentuk Kitab yaitu Taurat,
Zabur dan Injil, dan dua dalam bentuk shuhuf yaitu Shuhuf Ibrahim dan Musa. Kelima Kitab Suci
tersebut antara lain disebutkan dalam ayat-ayat berikut ini :
Itulah lima Kitab Suci yang disebutkan oleh Allah SW nama dan kepada siapa diturunkan.
Sedangkan Kitab-Kitab Suci lainya yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul lainya tidak disebutkan
oleh Allah secara terperinci, tapi secara global dijelalskan bahwa Allah SWT mengutus para Nabi dan
Rasul dan menurunkan bersama mereka Kitab Suci.
Untuk Kitab-Kitab Suci yang tidak disebutkan namanya tersebut kita cukup mengimaninya
secara global (ijmal) bahwa Allah SWT telah menurunkan Kitab-Kitab Suci kepad para Nabi dan Rasul-
Nya. Atu dengan kat alain kita mengimani semua Kitab Suci yang telah diturunkan oleh Allha kepada
para Nabi dan Rasul-Nya, baik yang disebutkan namanya atau tidak disebutkan.

D. AL QUR’AN SEBAGAI KITAB ALLAH YANG TERAKHIR

Kitab Suci terakhir yang diturunkan oleh Allah adalah Al-Qur’an Al-Karim yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW darlam rentang waktu lebih kurang 23 tahun meliputi periode Mekkah
dan Madinah.
Secara etimologis Qur’an artinya bacaan atau yang dibaca. Berasal dari kata qa-ra-a yang berarti
membaca. Secara terminologis Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Disamping
Al-Qur’an, Kitab Suci terakhir ini juga dinamai dengan nama-nama lain seperti Al-Kitab ( Al Baqarah 2
: 2 ), Al- Furqan ( Al Furqan 25 : 1 ), Az-z ikru ( Al-Hijr 15 : 9 ), Al-Mau’izhah ( Yunus 10 : 57 ), Al-
Huda ( Al-Jin 72 : 13), As-Syifa’ ( Yunus 10 : 57 ) dan lain-lain

Keutuhan dan keslian Al-Qur”an

Bebeda Kitab-Kitab Suci sebelumnya, Al-Qur’an terjamin keutuhan dan keaslianya. Hal ini bisa
terjadi pertama dan utama sekali karena adanya jaminan dari Allah SWT.
Kemudian yang kedua karena adanya usaha-usaha yang manusiawi yang dilakukan sejak zaman
Rasulullah SAW oleh para sahabat di bawah bimbingan Rasulullah SAW dan oleh generasi berikutnya
dan oleh setiap generasi kemudian. Usaha-usaha itu dapat kita lihat antara lain nuktah-nuktah berikut ini

1. Rasulullah adalah seorang ummi(buta huruf), berusaha menghafal ayat-ayat Al-Qura’an yang
diturunkan Allah SWT lewat Malaikat Jiblil AS. Bahkan belum lagi wahyu selesai disampaikan
Jiblil beliau segara menggerakan kedua bibirnya untuk mengahafal. Hal ini ditegur oleh Allah
SWT seraya memberikan jaminan tanpa usaha, Allah akan membuat Nabi Muhammad SAW
bisa membaca, hafal dan mengerti maksudnya.

2. Setiap Rasulullah SAW selesai menerima ayat-ayat yang diwahyukan, beliau membacakannya
kepada para sahabat dan memerintahkan kepada mereka untuk menghafal dan kepada sahabat-
sahabat tertentu diperintahkan oleh Rasul SAW untuk menulisnya di sarana-sarana yang
memungkinkan waktu itu seperti dipelepah-pelepah korma, di tulang-tulang binatang.

3. Pada masa Abu Bakar As-Siddiq, atas anjuran Umar bin Khatab, Al-Qur’an dikumpulkan dalam
satu ushaf oleh panitia tunggal yaitu Zaid bin Tsabit dengan berpedopan kepada hafalan dan
tulisan para sahabat. Ayat demi ayat disusun sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW
sebelumnya, tapi surat demi surat belum lagi diurutkan sesuai petunjuk Rasulullah SAW.

4. Pada masa Usman bin Affan pembukaan Al-Qur’an disempurnakan dengan menyusun surat
demi surat sesuai perintah Rasulullah SAW dan menuliskannya dalam satu sistem yang bisa
menampung semua qira’at yang benar . sistem penulisan ini dikenal dengan Ar-Rasmu Al-
Usmani.

5. Pada masa-masa berikutnya para ulama selalu berusaha untuk menyempurnakan penulisan dan
pemeliharaan Al-Qur’an sehingga lahirlah beberapa ilmu pengetahuan yang mendukung
pemeliharaan keaslian dan keutuhan Al-Qur’an, seperti Ilmu tajwid untuk qaidah-qaidah qira’ah,
ilmu Nahwu Sharaf dari segi tata bahasa, ilmu Khath dari segi penulifsan, Ulumul Qur’an dan
ilmu Tafsir dari segi metodologi pemahaman, dan ilmu-ilmu lainya.

Keistimewaan Al-Qur’an

Sebagai Kitab Allah yang terakhir Al-Qur’an mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain
sebagaio berikut :
1. Berlaku umum untuk seluruh umat manusia dimana dan kapanpun mereka berada sampai akhir
zaman nanti. Hal itu sesuai dengan risalah Nabi Muhammad SAW yang di tujukan untuk seluruh
umat manusia sampai akhir zaman nanti.
2. Ajaran Al-Qur’an mencakup seluruh aspek kehidupan ( As-Syumul), seperti aspek ekonomi,
politik, hukum, budya seni, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Serta mencankup seluruh ruang
lingkup kehhidupan, seperti kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, bernegara dan dunia
internasional.
3. Pendapat jaminan pemeliharaan dari Allah SWT dari segala bentuk penambahan, pengurangan
dan pemalsuan, sebagaimana firman-Nya ;
4. Allah SWT menjadikan Al-Qur’an mudah untuk dipahami dihafal, dan di amalkan.
5. Al-Qur’an berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin dan Mushadiq terhadap Kitab-Kitab Suci
sebelumnya.
6. Al-Qur’an berfunsi sebagai mukzizat bagi Nabi Muhammad SAW. Mukzizat berati
melemahkan. Maksudnya membuktikan kebenaran Nubuwah dan Risalah Nabi Muhammad.

E. PERBEDAAN IMAN KEPADA AL-QUR’AN DENGAN IMAN KEPADA KITAB-


KITAB SUCI LAINYA

Seorang muslim wajib mengimani semua Kitab-Kitab Suci yang telah diturunkan oleh Allah
SWT kepada para Nabi dan Rasl-Nya, baik yang disebutkan nama dan kepada siapa diturunkan maupun
yang tidak disebutkan.
Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan antara iman kepada Al-Qur’an dan iman
kepada Kitab Suci sebelumnya. Kalu terhadap Kitab Suci sebelumnya seorang muslim hanyalah
mempunyai kewajiban mengimani keberadaan dan kebenaranya tanpa kewajiban mempelajarinya,
mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya karena Kitab-Kitab Suci tersebut berlaku untuk umat
dan masa tertentu yang telah berakhir dengan kedatangan Kitab Suci yang terakhir yaitu Al-Qur’an. Jika
ada hal-hal yang sama yang masih berlaku dan diamalkan , itu hanyalah semata-mata karena
diperintahkan oleh Al-Qur’an bukan ada pada Kitab Suci sebelumnya. Sedangkan iman kepada Al-
Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas seperti menpelajarinya, mengamalkan dan
mendakwakannya serta membela dari serangan musuh-musuh Islam.

BAB: V
IMAN KEPADA NABI DAN RASUL

A. PENGERTIAN NABI DAN RASUL

Secara etimologis Nabi berasal dari kata na-ba artinya ditinggikan, atau dari kata na-ba-a artinya
berita. Dalam hal ini seorang nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan
memberinya berita (wahyu). Sedangkan Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah
dibentuk menjadi Rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang yang diutus
oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah).
Secara termilogis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT
untuk menerima wahyu.

B. NAMA-NAMA NABI DAN RASUL

Allah SWT tidak menyebutkan berapa jumlah keseluruhan Nabi dan Rasul. Oleh sebab itu kita
tidak dapat mengetahui berapa jumlah keseluruhannya. Tapi yang pasti adalah untuk setiap ummat
Allah mengutus seorang Rasul.
Jumlah Nabi sekaligus Rasul yang diceritakan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an ada 25 orang;
18 orang disebutkan dalam surat Al-An’am ayat 83-86, dan 7 orang lagi dalam beberapa ayat secara
terpisah.
Kalau diurut secara kronologis nama-nama nabi dan rasul yang 25 itu adalah :
1. Adam 10. Yusuf 19. Ilyas
2. Idris 11. Luth 20. Ilyasa’
3. Nuh 12. Ayyub 21. Yunus
4. Hud 13. Syu’aib 22. Zakariya
5. Shaleh 14. Musa 23. Yahya
6. Ibrahim 15. Harun 24. Isa
7. Isma’il 16. Zulkifli 25. Muhammad
8. Ishaq 17. Daud ‘alaihim as-shalatu
9. Ya’qub 18. Sulaiman was salam.
Al-Qur’an banyak menyebut nama-nam Nabi dan Rasul yang 25 orang tersebut dalam berbagai
surat dan ayat dengan berbagai tema dan kisah yang menjadi petunjuk, pelajaran dan contoh teladan
bagi ummat manusia.

C. SIFAT-SIFAT NABI DAN RASUL

Persyaratan kepribadian, keturunan dan kebutuhan masyarakat diatas oleh Abu Bakar Al-Jazairy
diistilahkan dengan “Muahalat An Nubuwwah”, yang artinya ada tiga hal sebagai berikut :

1. Al-Mitsaliyyah (keteladanan). Artinya seseorang yang akan diangkat menjadi Nabi haruslah
memiliki kemanusiaan yang sempurna; baik fisik, akal pikiran maupun rohani. Atau dengan kata
lain dia haruslah pribadi yang mulia dan terpuji. Selalu menjadi panutan dan contoh teladan.
Bebas dari segal sifat dan tingkah laku yang tidak baik. Oleh sebab itu kehidupan seorang calon
Nabi akan selalu dipelihara dijaga oleh Allah SWT selalu dipelihara dijaga oleh Allah SWT
sejak dari kecil.

2. Syaraf An-Nasab (keturunan yang mulia). Artinya seseorang yang akan diangkat oleh Nabi
haruslah dari keturunan yang mulia. Mulia dalam pengertian umum yaitu terjauh dari segala sifat
bentuk kerendahan budi dan hal-hal yang lain yang akan menjatuhkan martabat dan nilai-nilai
kemanusiaannya. Dia haruslah orang terpandang dan dihormati kaumnya.

3. ‘Amil Az-Zaman (dibutuhkan zaman). Artinya kehadirannya memang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mengisi kekosongan rohani, memperbaiki segala kerusakan masyarakat, dan
mengembalikan umat manusia kepada kehidupan sesuai dengan fitrah penciptanya. (Al-Jazairy,
1978, hal. 259-260)

Secara umum setiap Nabi dan Rasul memiliki sifat-sifat yang mulia dan terpuji sesuai dengan
statusnya sebagai manusia pilihan Allah SWT, baik dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan
Allah SWT secara vertikal maupun dengan sesama manusia dan makhluq Allah lainnya. Namun
demikian secara khusus setiap Rasul mempunyai 4 sifat yang erat kaitannya dengan tugasnya sebagai
utusan Allah yang membawa misi membimbing umat menempuh jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Keempat sifat tersebut adalah sebagai berikut :
1. As-Sidqu (Benar). Artinya selalu berkata benar, tidak pernah berdusta daalm keadaan bagaimanapun.
Apapun yang dikatakan oleh Rasul – baik berupa janji, ramalan masa depan dan lain lain – selalu
mengandung kebenaran. Mustahil seorang Rasul mempunyai sifat kazib atau pendusta, karena hal
tersebut tidak adanya orang yang akan membenarkan risalahnya.
2. Al-Amanah (dipercaya). Artinya seorang rasul selalu menjaga dan menunaikan amanah yang
dipikulkan dipundaknya. Perbuatannya akan selalu sama dengan perkataannya. Dia akan selalu
menjaga amanah kapan pun dan dimana pun, baik dilihat dan diketahui oleh orang lain maupun
tidak. Oleh sebab itu mustahil seorang Rasul berkhianat, melanggar amanat atau tidak seia-kata dan
perbuatannya. Seseorang yang memiliki sifat khianat tidak pantas menjadi Nabi, apalagi Rasul.
3. At-Tabligh (menyampaikan). Artinya seorang rasul akan menyampaikan apa saja yang diperintahkan
oleh Allah SWT untuk disampaikan. Tidak ada satupun bujukan atau ancaman yang menyebabkan
dia menyembunyikan sebagian dari wahyu Ilahi. Jika itu terjadi tentu batal nubuwwah atau
risalahnya.
4. Al-Fathanah (cerdas). Artinya seorang Rasul memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, pikiran yang
jernih, penuh kearifan dan kebijaksanaan. Dia akan mampu mengatasi persoalan yang paling
dilematis sekalipun tanpa harus meninggalkan kejujuran dan kebenaran.

D. RASUL-RASUL YANG ULUL ‘AZMI


Rasul-rasul yang digelari Ulul ‘Azmi ada lima orang yaitu : Muhammad, Nuh, Ibrahim, Musa
dan Isa ‘alaihimus shalatu was-salam.
Ulul ‘Azmi maksudnya teguh hati, tabah, sabar, segala cita-cita dikejar dengan segenap tenaga
yang dimiliki, hingga akhirnya tercapai juga. Sedangkan Rasul-rasul yang ulul ‘azmi maksudnya adalah
para Rasul yang paling banyak mendapat tantangan, paling banyak penderitaan, tapi mereka tetap teguh,
tabah, sabar dan terus berjuang hingga mereka berhasil mengemban tugas yang dipikulkan oleh Allah
SWT.
Riwayat Hidup Ringkas Rasulallah SAW

Beliau dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Robi’ul Awwal Tahun Gajah, bertepatan dengan
tahun 571 M. Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Zuhrah bin ‘Abdi Manaf. Bapaknya bernama
Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin ‘Abdi Manaf. Garis keturunan ibu bapa Rasulallah SAW
bertemu pada ‘Abdi Manaf bin Qusay, yang kalau diteruskan keatas lebih kurang 17 keturunan lagi
bertemu dengan Nabi Isma’il AS.
Beliau lahir sebagai seorang yatim. Waktu balita disusui oleh Halimah As-Sa’diyah
diperkampungan bani Sa’ad Thaif. Pada umur 6 tahun ibunya meninggal dunia sehabis ziarah ke
Yatsrib. Sejak itu sampai umur 8 tahun beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib.
Seterusnya diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Waktu dibawah asuhan Abu Thalib beliau sudah
berusaha sendiri mencarai nafkah membantu pamannya dengan menggembalakan ternak dan ikut
berdagang ke Syam.
Pada waktu umur 25 tahun beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwalid, seorang janda kaya
bangsawan Quraisy yang dikenal berbudi baik. Dengan Khadijah beliau mendapatkan 2 orang anak laki-
laki (Qasim dan Abdullah) dan empat orang anak perempuan (Fatimah, Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kaltsum). Sepeninggal Khadijah RA. Beliau menikah beberapa kali lagi antara lain dengan ‘Aisyah
putri Abu Bakar, Hafshah putri Umar, Maria Al-Qibtiyyah dan lain-lain. Dengan Maria beliau
mendapatkan seorang putra yang diberi nama Ibrahim. Semua anak laki-laki beliau meninggal waktu
kecil.
Umur 40 tahun beliau diangkat menjadi Nabi, ditandai dengan wahyu pertama digua Hira’ waktu
beliau sedang mengasingkan diri untuk merenung (tahanust). Sejak itu secara bertahap beliau menerima
wahyu sampai akhirnya lengkap sebagai kitab suci. Turunnya wahyu tersebut mencakup dua periode
yaitu periode Mekkah dan Periode Madinah.
Beliau memulai menyampaikan dakwahnya kepada keluarganya sendiri, kemudian keluarga
terdekat, sahabat-sahabat dan seterusnya kepada orang banyak. Mula-mula beliau berdakwah secara
rahasia (+ 2 tahun) mengingat suasana Mekkah yang tidak mengizinkan berdakwah secara terang-
terangan. Setelah berdakwah terang-terangan beliau banyak mendapat hambatan, tantangan dan cobaan-
cobaan terutama dari kaum musyrikin Quraisy. Beliau pernah mencoba hijrah ke Thaif tetapi tidak
mendapatkan sambutan baik, bahkan beliau dilempari dengan batu. Akhirnya sewaktu beliau berumur
52 tahun Allah SWT memerintahkan beliau dan kaum muslimin hijrah ke Yatsrib yang kemudian
menjadi Madinah. Selama periode Madinah terjadi beberapa peperangan dengan berbagai pihak yang
menentang, diantaranya adalah perang Badar, Uhud, Khandaq, Hunain dan lain-lain. Akhirnya beliau
dapat kembali ke Mekkah sebagai pemenang (Fathu Makkah) tetapi tidak menetap disana. Pada bulan
Rabi’ul Awwal tahun 633 pada umur 63 tahun beliau meninggal dunia.

Beberapa Bukti Kebenaran Nubuwwah dan Risalah Nabi Muhammad SAW.


Ada bukti yang menunjukkan kebenaran Nubuwwah dan Risalah Nabi Besar Muhammad SAW, antara
lain yaitu :
1. Basyarat (Berita tentang kedatangan nabi Muhammad SAW) yang terdapat dalam kitab-kitab
suci sebelumnya. Al-Qura’an menyebutkan tentang adanya basyarat itu dalam beberapa ayat.
Bahkan dalam Taurat dan Injil dijelaskan juga ciri-ciri dan tanda-tanda serta sifat-sifat Nabi yang
terakhir itu, sehingga Ulama ahlul kitab sangat mengerti dan menunggu kedatangannya. Al-
Qur’an mengatakan mereka (Ulama ahlul kitab) telah mengenal Nabi Muhammad (sebelum
kedatanganya) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri.
Sebagai contoh Ahlul Kitab yang sangat mengenal Nabi Muhammad sebelum kedatangan beliau
adalah Salman Al-Farisi, Kaisar Heraklius, Raja Najasyi, Abdullah bin Salam dan lain-lain. Kita
kutip komentar Heraklius pada Abu Sofyan : “Sebelumnya saya sudah tahu akan datang seorang
Nabi, tetapi saya tidak menduga kalau nabi itu datangnya dari bangsa kalian.” (Ar-Rasul oleh
Sa’id Hawwa, jilid II, 1979, hal. 228). Tetapi Ahlul Kitab telah menghapus dan menghasilkan
basyarat itu sehingga sulit didapatkan teksnya dalam Taurat dan Injil sekarang ini. Namun
demikian masih tetap ada beberapa bagian dari Al-Kitab sekarang ini yang memuat basyarat itu.
Sa’id Hawwa mencatat 17 Basyarat yang dia temukan (Ar-Rasul, hal. 227-228), Al-Jazairy
mencatat 3 basyarat (‘Aqidah Al-Mukmin, hal. 294-295), Sayid Sabiq menyebutkan 4
basyarat (‘Aqidah-Islam, hal. 334-336)
2. Mukjizat yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada beliau antara lain :
a. Al-Qur’an Al-Karim sebagai mukjizat abadi
b. Keluar air dari sela-sela jari beliau yang cukup untuk memberi minum 1400 orang laki-
laki perempuan (H.R. Bukhari).
c. Melipatgandakan makanan sehingga makanan yang sedikit cukup untuk lebih kurang
1000 orang prajurit waktu perang Khandaq (Hadist Muttafaqun Alaih)
d. Mengembalikan mata Qatadah yang tercukil waktu perang Uhud, sehingga kembali
seperti semula (Sirah Ibnu Hisyam)
e. Makanan mengucapkan tasbih dihadapan beliau yang bisa didengar oleh para sahabat
(HR. Bukhari)
f. Bulan terbelah dua menjawab permintaan orang-orang Quraisy (Al-Qamar 54:1)
g. Batu dan pohon memberikan salam kepada beliau yang bisa didengar dan disaksikan oleh
orang banyak (HR. Bukhari, dan Tirmidzi)
h. Peristiwa Isra’ Mi’raj
2. Nubuat (ramalan tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang) yang selalu tepat.
Misalnya antara lain :
a. Nubuat tentang akan mati syahidnya Umar dan Utsman. Diriwayatkan oleh Anas bin
Malik RA bahwa bahwa tatkala Rasulallah SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman mendaki
bukit Uhud beliau bersabda : “kokohlah wahai Uhud, diatasmu ada Nabi, Shidiq, dan dua
orang Syahid (As-Syahiidani)” (HR. Bukhari).
b. Nubuat tentang tidak akan terjadinya fitnah sesama Muslimin selama Umar masih hidup.
Rasulallah SAW bersabda: “Fitnah tidak akan menimpamu selama bersamamu masih ada
Umar.” (HR. Thabrani). Sejarah mencatat bahwa fitnah itu terjadi pertama kali dizaman
Utsman bin Affan.
c. Nubuat tentang Hasan bin Ali, cucu Rasulallah SAW yang akan menjadi pendamai antara
dua golongan besar kaum Muslimin. Rasulallah SAW bersabda : “Sesungguhnya cucuku
ini pemimpin, semoga Allah menjadikan ia pendamai antara dua golongan besar kaum
muslimin.” (HR. Bukhari). Sejarah mencatat tanazul (mundur)nya Hasan dari jabatan
Khalifah dan memberikannya kepada Mu’awwiyah bin Abi Sofyan telah mendamaikan
kelompok Ali dan Mu’awiyyah.
3. Kesaksian milyaran umat Islam sejak dulu sampai sekarang yang telah mengucapkan dua
kalimah syahada. Suatu kesaksian yang sangat mutawatir sekali.
4. Kenyataan bahwa Rasulallah SAW – yang membawa ajaran begitu lengkap dan sempurna –
adalah seorang ummi yang tidak bisa membaca dan menulis dan tidak pernah berguru kepada
siapapun. Dan Rasulallah SAW tidak menyampaikan ajaran apapun sebelum berumur 40 tahun –
sebelum wahyu pertama turun.
BAB VI
IMAN KEPADA HARI AKHIR

A. PENGERTIAN HARI AKHIR


Yang dimaksud dengan Hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia fana
ini berakhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari kehancuran
alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah), kebangkitan seluruh
umat manusia di padang Mahsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal baik dan buruk (Wazn), sampai
pembalasan dengan surga dan neraka (Jaza).
Akan tetapi pembahasan tentang Hari Akhir di mulai dari pembahasan tentang alam kubur karena
peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil (Al-Qiyamah As-Sughra), dan juga
karena orang-orang yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses Hari Akhir yaitu
proses transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di Akhirat. Alam transisi tersebut dinamai
dengan Alam Barzakh.

B. PROSES DAN PERISTIWA HARI AKHIR.


Yang dimaksud dengan proses dan peristiwa Hari Akhir adalah kronologis peristiwa yang akan
dilalui oleh umat manusia pada Hari Akhir nanti, mulai dari Kiamat dan Pembalasan dengan surga atau
neraka. Tapi, seperti yang di jelaskan pada pasal sebelumnya pembahasan akan kita mulai dari kubur,
yaitu alam transisi dari alam dunia menuju alam akhirat.
1. Alam Kubur
Yang dimaksud dengan alam kubur bukanlah semata kuburan, tetapi alam yang dimasuki oleh
setiap orang yang meninggal dunia, apakah dia dikuburkan ataupun tidak Misalnya jasad Fir’aun
(Ramses II), meskipun sampai sekarang masih utuh sebagai mummi dan disimpan di Musium Tahrir
Cairo Mesir, namun tetap tidak bisa terbebas dari alam kubur.
Alam kubur di kenal juga dengan sebutan Alam Barzakh. Barzakh artinya yang membatasi antara
dua hal. Dalam hal ini Alam barzakh adalah alam pembatas antara alam dunia dan alam akhirat.
2. Kiamat.
Kiamat pasti terjadi. Tapi tidak ada seorangpun yang tahu termasuk para Nabi dan Rasul – kapan
akan terjadi. Dalam hal ini Allah SWT berfirman :
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, kapankah terjadinya. Katakanlah :
“Sesunguuuhnya pengaturan tentang kiamat hanya disisi Tuhanku, tidak seorangpun yang dapat
menjelaskan waktu datangnya selain Dia. Kiamat itu amat berat (bagi makluk yang ada) di langit dan
di bumi. Kiamat itu tidak datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba... ” (Al-A’raf 187).

Tanda-tanda kecil
Diantara beberapa hadist yang menyebutkan tanda-tanda kecil adalah sebagai berikut :
1) Rasulullah SAW bersabda :
“Jarak diantara diutusnya aku dengan hari kiamat itu hanyalah seperti jari ini (sambil
menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah).” (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmizi).
2) Tatkala ditanya oleh Malaikat Jibril tentang tanda-tanda kiamat akan datang, Rasulullah SAW
menjawab :
“Apabila budak wanita melahirkan tuanya, dan apabila engkau lihat orang-orang bertelanjang
kaki, berpakaian compang-camping, miskin dan pengembala kambing berlomba-lomba dalam
kemegahan bangunan.” (Hadist Mutafaqun ‘alaih).
3) Rasulullah bersabda :
“Diantara tanda-tanda kiamat adalah lenyapnya ilmu pengetahuan, meluasnya kebodohan, banyak
diminum khomar dan perzinaan terjadi secara terang-terangan.
4) Rasulullah bersabda :
“Tidak akan datang hari kiamat hingga dua kelompok besar berperang. Antara keduanya terjadi
peperangan besar, padahal dakwah keduanya sama...” (Hadist Mutafaqun ‘alaih).

5) Rasulullah bersabda :
“Akan datang suatu masa bagi umat manusia, seseorang berkeliling menawarakan sedekah emas,
tidak ada yang mau mengambilnya. Dan terlihat orang laki-laki diikuti oleh empat puluh orang
wanita yang ingin bersenang-senang denganya, karena sedikitnya laki-laki dan banyaknya wanita.”
(Hadist Mutafaqun ‘alaih).
6) Rasulullah bersabda :
“Tidak akan datang kiamat hingga waktu terasa amat pendek, satu tahun rasa sebulan, satu bulan
rasa seminggu, satu minggu rasa sehari, satu hari rasa satu jam, satu jam hanya terasa membakar
satu pelepah kurma.” (HR Ahmad).
Selain tanda-tanda kiamat yang disebutkan didalam beberapa hadist diatas masih banyak lagi
tanda-tanda lain yang disebutkan oleh Rasulullah SAW, antara lain : banyak tejadi gempa bumi,
banyak timbul fitnah, banyak terjadi pembunuhan, orang-orang sama bermegah-megahan dalam
gedung-gedung yang menjulang tinggi (HR Bukhari), amanah banyak disia-siakan (HR Bukhari),
banyak yang ingin mati (HR Bukhari, Muslim dan Malik), Umat Islam patuh sepenuhnya kepada
umat lain (HR Bukhari) dan lain-lain.

Tanda-tanda Besar
Pada suatu kesempatan Rasulullah SAW menjelaskan kepada Hazaifah bin Asid
Al-Ghiffani dan sahabat-sahabat yang lain sedang membicarakan tentang kiamat bahwa : Kiamat
tidak akan terjadi sebelum muncul sepuluh tanda-tanda yaitu keluarnya asap (dhukhan),
keluarnya sejenis binatang yang aneh bentuknya (dabban), munculnya dajjal, terbitnya
matahari dari barat, turunnya Isa putra Maryam, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terjadi
gerhana di timur, gerhana dibarat dan gerhana di jazirah Arabia, dan yang terakhir
keluarnya api dari Yaman......”(HR Muslim).

3. Kebangkitan
Setelah tiupan terompet malaikat Israfil yang kedua dibangkitkanlah seluruh manusia dari
kematiannya. Nyawa dikembalikan ke jasad masing-masing. Di samping itu dihidupkan pula jin,
iblis dan malaikat. Menurut sebagian ulama juga dihidupakan beberapa binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Inilah yang disebut dengan al-ba’ats atau kebangkitan.
Pada waktu kebangkitan itu tejadi orang-orang kafir dan munafiq berkata :
“Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur” ( Yasin 36 : 52)
Wajar kalau mereka kaget dan heran, karena memang waktu di dunia mereka sama sekali tidak
percaya dengan adanya hari berbangkit. Mereka berkata :
“Kehidupan ini tidak lain adalah kehidupan didunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada
yang membinasakan kita selain masa. “ ( Al-Jatsiyah 45: 24)
4. Berkumpul di Mahsyar
Setelah kebangkitan, semua umat manusia akan berkumpul di padang Mahsyar
menunggu perhitungan (hisab) amal perbuatan mereka di dunia. Pada waktu itu keadaan
manusia akan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan amalnya di dunia. Rasulullah SAW
menggambarkan perbedaan itu dalam sabdanya :
“Manusia itu akan di kumpulkan pada hari kiamat menjadi tiga golongan, segolongan
berjalan, segolongan lagi berkendaraan dan segolongan lagi berjalan dengan mukanya. “Para
sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, bagaimanakah orang-orang itu dapat berjalan dengan
mukanya?” Beliau bersabda : “Bahwasanya zat yang Maha Kuasa menjalankan mereka dengan
mukanya. Alangkah sukarnya mereka, sebab harus berjalan dengan mukanya dari tanah-tanah
yang rejul dan banyak tanaman berduri.” (HR Tirmizi).
5. Perhitungan dan Penimbangan
Perhitungan akan dilaksanakan sesuai dengan isi “kitab” yang mencatat seluruh amalan
seseorang diatas dunia. Cara menyerahkan kitab kepada masing-masing orang berbeda, ada yang
menerima dari kanan dan depan, ada yang dari kiri dan belakang. Perbedaan tersebut
mengisyaratkan perbedaan “nasib” nya di akhirat : Allah menjelasksn perbedaan tersebut :
“Adapun orang yang di berikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa
dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama
beriman) dengan gembira. Adapaun orang yang diberikan kitabnya dari belakang maka dia akan
berteriak “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.” (Al-Insyiqaq
84: 7-12).
6. Pembalasan
Setelah penimbangan dan melalui as-shirath maka setiap orang akan merasakan
pembalasan dari Allah SWT sesuai dengan hasil penimbanganya. Sebagaimana yang sudah di
sebutkan sebelumnya bahwa siapa yang amal kebaikannya lebih berat dari amal kejahatanya
maka ia akan langsung masuk surga tanpa harus merasakan dulu siksaan Allah SWT di neraka.
Sebaliknya siapa yang amal kejahatanya lebih banyak dari amal kebaikanya dia kan masuk
neraka. Kalau dia orang yang beriman, dan tidak mensekutukan Allah SWT maka setelah masa
hukumanya habis di neraka dia akan di keluarkan dan dimasukan kedalam surga. Sebaliknya
bagi orang-orang kafir, atau orang-orang musrikin, mereka akan kekal di neraka selama-
lamanya. Sedangkan orang-orang yang beriman yang berada di surga, mereka akan kekal di
sorga buat selama-lamanya.
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan (sorga). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan
kebaikannya, maka kebalikanya adalah neraka haweyah”. (Al-Qar’ah 101 : 6-9).

BAB: VII
QADHA DAN QADAR

 Ada ulama yang berpendapat kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama dan ada
pula yang membedakanya.
Qadha’ : penciptaan segala sesuatu oleh Allah SW sesuai dengan ilmu
dan iradahnya
Qadar : Ilmu Allah SW tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh
makluknya pada masa yang akan datang
yang perpendapat sama keduanya adalah : kekuasaan Allah untuk menentukan ukuran, susunan,
aturan terhadap segala sesuatu baik yang hidup dan yang mati
 Iman kepada takdir mencakup empat tingkatan :
1. Al-Ilmu
Allah maha mengetahui segala sesuatu Dia mengetahui apa yang telah terjadi yang
sedang dan yang akan terjadi.
2. Al-Kitabah
Allah SWT yang maha menegetahui telah menuliskan segala sesuatu di lauhul mahtudz
dan tulisan itu tetap ada sampai hari kiamat, apa yang terjadi pada masa lalu, sekarang
dan yang akan datang.
3. Al-masyi’ah
Allah SWT mempunyai kehendak terhadap sesuatu yang ada dilangit dan dibumi, tidak
ada sesuatu yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya.
4. Al-Khalq
Allah SWT menciptakan segala sesuatu. Segala sesuatu selain Allah adalah makhluk
Iman kepada takdir memcakup keempat tingkatan diatas, artinya segala perbuatan, perhatian. Segala hal
yang tidak dilakukan oleh manusia diketahui, dituliskan, dikehendaki dan diciptakan oleh Allah SWT.

 Manusia dan akdir


Apabila masalah takdir dikaitkan dengan perbuatan manusia seringkali menimbulkan
beberapa pertanyaan, misalnya :
a) Jika segala sesuatu tergantung kepada kehendak Allah lalu apakah manusia tidak
mempunyai pilihan dalam melakukan sesuatu didalam kehidupannya?
b) Jika segala sesuatu tergantung kehendak Allah dan ditulis dijauh Mahtudz lalu untuk
apa manusia berusaha?
c) Jika Allah SWT menciptakaan kita dan semua perbuatan kita, lalu menagapa ia
mengadili perbuatan jahat yang kita lakukan sedang ia menciptakan?.
d) Kalau Allah menyesatkan siapa saja yang di kehendaki dan sebaliknya. Kenapa orang-
orang yang tidak dapat petunjuk di siksa dineraka?
Pertanyan-pertanyaan diatas timbul karena pemahaman yang persial terhadap Islam, atau dengan
kata lain memahami takdir sebagi sesuatu ajaran terlepas dari konteks keseluruhan ajaran Islam
yang harus kita fahami ;
 Dalam memahami tentang kemutlakan masi'ah (kehendak) Allah. Allah juga
memberikan masyi'ah kepada manusia.
 Dalam memahami bahwa Allah menuliskan segala sesuatu di Lauhul Mahfudz
juga harus memahami bahwa manusia tidak tahu apa yang dituliskan disana.
 Dalam memahami Allah SWT menciptakan amal perbuatan manusia termasuk
yang jahat juga harus memahami bahwa Allah tidak pernah memerintahkan bahkan
melarang kita berbuat jelek/ jahat padahal kejahatan dilakukan atas kehendaknya
sendiri.
 Dalam memahami Allah SWT menyesatkan dan memberi hidayah terhadap
yang dikehendaki juga harus memahami makna hidayah dan perintah Allah untuk
mencari hidayah dan membimbing orang lain untuk mencari hidayah.
Seharusnya meyakini bahwa Allah Maha mengetahui, menghendaki, dan maha menentukan itu
harus diikuti dengan keyakinan bahwa Allah juga maha bijaksana, maha adil maha pengasih, dan
lain-lain.
Sebagian ulama' membagi takdir menjadi dua:
Takdir mubram ; ketentuan Allah yang sudah pasti dan tidak dapat
diubah seperti kematian, hari kiamat, jodoh, jenis
kelamin.
Takdir mu’alaq : Ketentuan Allah yang dapat diubah dengan usaha dan
ikhtiar seperti kesehatan, kepandaian dan
lain-lain.
 Manusia : Musayyar dan Mukhayar
Dari satu sisi manusia adalah makhluk musayyar sama seperti benda, tanaman-tanaman dan
hewan-hewan artinya tidak mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak. Semuanya
telah dibentuk dan ditentukan dari sisi lain manusia adalah makhluk mukayyar artinya memiliki
kebebasan untuk menerima atu menolak.
Hal-hal yang manusia tidak miliki Ikhtiar adalah misalnya kelahirannya didunia sebagai laki-laki
atau perempuan, anak sifulah bukan sifulan, tinggi tubuhnya, warna kulit, kematian. Untuk hal-hal
seperti itu Allah tidak pernah meminta pertanggung jawaban.
Muhammad Shaleh Al-Utsaimin mengemukakan beberapa dalil yang menbuktikan bahwa
manusia memiki hak ikhtiar :
1) Dalam Al-Qur’an / Hadits Allh SWT memuji orang-orang yang berbuat baik, mencela
orang-orang yang berbuat jahat dan memberiakan balasan yang sesuai bagi keduanya.
Kalau perbuatan manusia bukan berdasarkan kehandaknya tentu pujian itu tidak ada
artinya dan hukuman bagi orang yang berbuat jahat adalah suatu kedhaliman dan mustahil
bagi Allah SWT.
2) Dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
berdasarkan kemauan sendiri, tanpa merasakan ada sesuatu yang memaksanya, misalnya
dia berdiri, duduk, berjalan, makan, minum, tidur dan lain-lain dengan kemauanya sendiri.
Bahkan jelas pula Islam menegaskan tidak akan meminta pertanggungjawaban dari
seseorang yang melakukan sesuatu dengan terpaksa.
Dari uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa untuk hal-hal yang ikhtiyari sifatnya seseorang tidak bisa
menjadikan takdir sebagai alasan untuk menghindari tanggung jawab.
Secara jujur sebetulnnya seseorang bisa menanyakan kepada dirinya / hati nuraninya, apakah dia
melakukan kemaksiatan betul-betul didorong oleh keyakinan bahwa dia harus melakukannya karena
sudah taqdir Allah atau dorongan hawa nafsu.

HIDAYAH ALLAH SWT

Kata Al-Hidayah di dalam Al-Qur’an mempunyai dua pengertian :


1. Addilalah wal irsyad ( menengahi dan membimbing ).
2. Idkhalul Iman Ilal Qab ( memasukan iman kedalam hati seseorang / menjadikan
beriman )
Hidayah dalam pengertian pertama bisa dilakukan oleh para Nabi, Rasul, Ulama, Mubalig, Guru dan
siapa saja yang mampu dan mau melakukannya. Tetapi hidayah dalam pengertian yang kedua hanyalah
mutlak milik Allah namun demikian, disamping meyakini bahwa kehendak Allah. Allah mutlak dalam
memberi hidayah atau menyesatkan seseorang, kita juga tidak boleh melupakan bahwa Allah SWT itu
bersifat adil maka tidak mungkin Allah SWT menyesatkan orang yang berhak mendapatkan hidayah dan
memberi hidayah orang yang berhak mendapatkan kesesatan orang yang di kehendaki oleh Allah adalah
mereka yang membuka hatinya kepada hidayah yang membuka akalnya kepada kebenaran dan mau
mencari dan mau menerima kebenaran itu .
Adapun orang-orang yang akan dikehendaki Allah SWT untuk mendapatkan kesesatan adalah mereka
yang lari dari kebenaran, berpaling dari petunjuk tidak mau menerima kebenaran
Ada beberapa alasan kenapa Allah memberiakan Adzab kelak di akhirat kepada orang-orang yang
menolak kepada hidayah Allah :
1) Mereka dibekali Fitrah Suci yang berpotensi untuk meneriama hidayah.
2) Mereka diberi alat indra untuk mencari kebenaran
3) Mereka diberi akal untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk antara yang hak
dan yang batil antara hidayah dan dholalah.
4) Mereka diberi hak Ikhtiyar (memilih/berusaha)
5) Kepada mereka sudah di utus Rasul, diturunkan kitab suci di sampaikan dakwah Islam
untuk membimbing untuk mencari hidayah.
6) Mereka hanya di bebani hal-hal yang sanggup mereka memikulnya.

Anda mungkin juga menyukai