Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

PRINSIP-PRINSIP DAKWAH YANG MENYEJUKKAN

Makna “keras” mencakup berbagai aspek dan bentuknya, berupa intonasi suara yang kasar dalam
dakwah bi al- lisan, pilihan kata kata yang nyelekit dalam tulisan atau dakwah bi al-risalah
ataupun dalam menifestasi tindakan yang terkesan “anarkis” dalam dakwah bi al-hal. Demikian
pula makna yang “menyejukkan” mencakup intonasi ucapan yang lembut, pilihan kata yang
berkesan Indah dan menyentuh hati.

Apakah metode dakwah islam dalam perspektif al-qur’an dan as-sunnah itu keras atau
menyejukkan? Tetapi apabila yang dimaksud keras itu tegas( dalam dakwah bil lisan, bil hal, bil
risalah) maka akan kita temukan dalam al qur’an dan sunnah.

A. Mencari titik temu atau sisi kesamaan

Kita menyaksikan pola dakwah Rasulullah sebelum tiba masanya hijriah, tidak pernah menyeru
umatnya sendiri atau ahli kita dengan sebutan orang-orang kafir, musyrik atau munafik,
melainkan dengan seruan yang sama dengan dirinya yaa ayyuban naas, “wahai manusia” atau
ya qoumii, “wahai kaumku”. Bahkan untuk orang-orang munafik, sebelum jatuhnya kota
Makkah Nabi Muhammad Saw. mempergunakan panggilan yaa ayyubal munaafiqun, “Hai orang
munafiq”. Akan tetapi, setelah sekian lama berdakwah dengan kelembutan dan ayat-ayat Illahi
sia-sia menjelaskan kebenaran kepada mereka dan mereka tidak saja menolak kebenaran, tetapi
juga bersekongkol dan bersepakat membunuh Rasulullah Saw. Baru Rasulullah menyeru dengan
kata-kata yang tegas dan jelas , “hai orang-orang kafir” dan menyatakan berlepas tangan dari
mereka dan agama mereka, “katakanlah orang-orang kafir... bagimu agamamu dan bagiku
agamaku”.

B. Menggembirakan sebelum menakut-nakuti

Sudah menjadi fitrah manusia suka kepada yang menyenangkan dan benci kepada yang
menakutkan, maka selayaknya bagi para da’i untuk memulai dakwahnya dengan memberi
harapan yang menarik, mempesona dan mengembirakan sebelum memberikan ancaman. muslim
meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Musa ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda
“Serulah manusia ! Berilah kabar gembira dan janganlah membuat orang lari”.

Sebagai seorang da’i seharusnya terlebih dahulu memberikan targhib (kabar gembira) sebelum
tarhib (ancaman), mendorong, beramal dan menyebutkan faedahnya sebelum menakut-nakuti
dengan bahaya riya. Memberi tahu keutamaan menyebarkan ilmu sebelum memberi peringatan
kepada mereka tentang besarnya dosa menyembunyikan ilmu dan motivasi untuk melaksanakan
shalat pada waktunya sebelum memberikan peringatan tentang besarnya dosa meninggalkan
shalat.

Kita memang tidak dapat menafikan manfaat tarhib, karena beragamnya tabiat manusia.
Akan tetapi, memberi kabar gembira terlebih dahulu sebelum peringatan itu bisa membuat hati
menerima dengan baik dan lega. Pemberian motivasi ini bisa menumbuhkan harapan dan
optimism seseorang.

Tahrib (ancaman) diberikan manakala ada perlawanan dan pembangkangan guna


menyadarkan dan mengembalikannya ke jalan yang benar. Kita perhatikan firman Allah :
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih”.

Imam Ali r.a berkata : Maukah aku beritahukan kepadamu orang yang benar-benar faqih? Dialah
orang yang tidak membuat orang putus asa dari rahmat Allah dan tidak memberi keringanan
kepada sesorang dalam bermaksiat kepada Allah :

Dari Abu Said al-Hudri : Rasulullah Saw bersabda :

“Dahulu pada umat sebelum kamu ada sesorang yang membunuh Sembilan puluh Sembilan
orang. Kemudian ia ingin bertobat maka mencari orang yang alim.... maka ia bertanya : bahwa ia
membunuh 99 orang apakah ada jalan untuk bertaubat? jawab orang untuk bertaubat? Jawab
orang alim itu tidak, maka ia segera membunuh orang alim itu sehingga genap 100 orang apakah
ada jalan untuk bertaubat jawab si alim itu, ya ada dan siapakah yang dapat menghalanginya
untuk bertaubat? pergilah kedusun itu karena disana banyak orang taat kepada Allah maka
berbuatlah sebagaimana perbuatan mereka dan jangan kembali ke negerimu karena tempat
penjahat...1 dalam lanjutan Hadits ini diterangkan bahwa pembunuh itu meninggal ditengah
perjalanan dengan jarak yang lebih dekat kepada dusun yang baik disbanding dengan jarak ke
dusun yang jahat dan rohnya dipegang oleh malaikat rahmat”.

Betapa Rasulullah memberi peluang untuk mengharapkan rahmat dan untuk tidak
berputus asa darinya walaupun begitu kelam masa lalu seseorang ! Bagaimana tidak dan beliau
sendiri bersabda “Kasih sayang Allah kepada hamba-Nya melebihi kasih sayang seorang ibu
kepada anaknya”.2

C. Memudahkan tidak Mempersulit

Diantara metode yang menyejukkan yang ditempuh oleh Rasulullah dalam berdakwah
yaitu mempermudahkan tidak mempersulit serta meringankan tidak memberatkan begitu
melimpah nash Al-Quran maupun teks as-sunnah yang memberikan isyarat bahwa memudahkan
itu lebih disukai Allah dari pada mempersulit.

Allah SWT berfirman

1. “Allah menghendaki kemudahan bagi mu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”.3

2. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah”.4

3. “Allah tidak bermaksud menyulitkan kamu tetapi Dia hendak membersihkan kamu”.5

Rasulullah yang mulia juga bersabda : “sebaik-baiknya agamamu adalah yang paling
memberikan kemudahan. Agama-agama yang paling disukai Allah adalah agama yang hanifiyah
sambah.

D. memperhatikan penahapan beban dan hokum

Untuk menjadikan aktivitas dakwah tidak memberatkan dan menawan hati mad’u,
para dai harus memperhatikan prinsip hokum penahapan baik dalam amar ma’ruf
maupun mungkar. Hal ini sejalan dengan sanatullah dalam penciptaan makhluk dan

1
Salim Bahreis, Riadhus Sholihin (Bandung : Al Ma’arif, 1986) hlm.30.
2
Al-Ghazali, Metode menjemput Maut (Bandung : Mizan, 2001) hlm.238.
3
QS.Al-Baqarah : 185
4
QS.An-nisa : 28
5
QS. Al-Maidah : 6
mengikuti metode perundang undangan hokum islam. Dengan mengetahui manusia tidak
senang untuk menghadapi perpindahan sekaligus dari suatu keadaan kepada keadaan lain
yang asing sama sekali. Maka alqur’an tidak diturunkan sekaligus, melaikan surat demi
surat, ayat demi ayat, dan kadang kadang menurut peristiwa yang mengkehendaki
diurunkannya, agar demikian lebih disenangi oleh jiwa dan lebih mendorong kearah
mentaatinya serta bersiap siap untuk meninggalkan ketentuan ketentuan lama untuk
menerima hokum islam, demikian pula aktivis dakwah dijalankan.

Dalam hal ini, contoh yang paling tepat diantaranya penerapan terhadap pelarangan
khamr, larangan minuman khamr dan judi pada mulanya belum diharamkan dengan tegas
tetapi disebutkan bahwa pada khamr dan judi terdapat banyak dosa yang besar dan ada
kegunaan bagi orang banyak (Q.S al-baqarah : 219). Kemudian setelah jiwa mereka bisa
menerima pertimbangan untung ruginya minuman dan judi maka turun lagi firman allah
swt.

“sebenarnya minuman keras, judi, patung patung dan mengundi nasib adalah suatu
kekejian dari perbuatan syaitan, hendaklah kamu jauhi kekejian tersebut agar kamu
mendapat kebahagiaan. Syaitan sebenarnya hendak mengadakan rasa permusuhan dan
kebencian diantara kamu karena minuman keras dan judi, serta menghalang halangi ka
u dari mengingat tuhan dan dari shalat. Adakah kamu mau menghentikan(hentikanlah).6

Penahapan dalam beban yang diperhatikan oleh islam menjadikan ajarannya lebih
bijaksana, ini juga terlihat di dalam menangani system perbudakan yang saat islam lahir
merupakan siistem internasional. Kalaulaah pengikisan system ini dilakukan secar drastic
pasti akan menimbulkan keguncangan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, islam
menggunakan metode penahapan.

Berdasarkan huku penahapan ini, maka sebaiknya hal yang sama diberlakukan pada
system politik islam dalam kehidupan dewasa ini. Jika hendak mendirikan masyarakat
islam yang sebenarnya maka janganlah dibayangkan bahwa hal ini akan dapat
diwujudkan hanya melalui goresan pena, kebijakan kebijakan yang dikeluarkan oleh para
penguasa atau keputusan parleman, tetapi denagn metolde penahapan.

6
QS.Al-maidah : 90-91.
Perlu dipahami bahwa penahapan, disini bukan bertujuan untuk mengulur ulur
pelaksanaan serta mematikan tuntutan rakyar yang mendesak untuk menegakkan hokum
allahdan merealisasikan syariatnya, tetapi hal itu dimaksudkan untuk menetapkan
sasaran, merencanakan strategi serta membatasi tahapan tahapan dengan penuh kesadaran
dan kesungguhan, sehingga keseluruhannya direncanakan secara sistematis dan konkret
serta sampai pada tujuan yang paling akhir, yakni tegaknya islam dalam artian total.7

E. memperhatikan psikologis mad’u

Mengingat bermacam macam tipe manusia yang dihadapi da’I dan berbagai jenis
antara dia dengan mereka serta berbagai kondisi psikologis mereka, setiap dai yang
mengharapkan sejuk dalam aktivitas dakwahnya harus memperhatikan kondisi psikologis
mad’u.

Muhammad nafsir dalam “fiqh dakwah”nya mengemukakan pendapat yang berkaitan


dengan kondisi psikologis mad’u ini bahwa: pokok persoalan bagi seorang pembawa
dakwah ialah bagaimana menentukan cara yang tepat dan efektif dalam menghadapi
suatu golongan tertentu dalam suatu keadaan dan suasana tertentu.8

Oleh karena itu agar mencapai keberhasilan dalam pengembangan agama islam, maka
perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut:

1. Diperlukan dakwah dan strategi yang jitu, sehingga perubahan yang ada akibat jalannya
dakwah terjadi secara frontal, tetapi bertahap sesuai fitrah manusia.
2. Dakwah islam seharusnya dilakukan dengan menyejukkan, mencari titik persamaan
bukan perbedaan, meringankan bukan memberatkan, memudahkan bukan mempersulit,
menggembirakan bukan menakut nakuti, bertahap dan berangsur angsur bukan secara
frontal, sebagaimana pola dakwah yg dijalankan oleh rasulullah saw. Ketika mengubah
kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islamiyah.
3. Dalam dakwah tidak mengenal kata keras kalau yang dimaksud keras adalah kasar atau
frontal. Tetapi, apabila yang dimaksud keras adalah tegas maka itu merupakan tahapan
terakhir ketika jalan kedamaian buntu untuk dilalui.

7
Yusuf qordowi, fiqh prioritas (Jakarta : gema insani press, 1997) hlm.107
8
Mohammad natsir, fiqhud dakwah( Jakarta : media dakwah, 2000)hlm. 163.
Dalam hal ini dakwah memiliki tugas kerja tersendiri, demikian pula Negara islam.
Tetapi apabila dakwah islam harus mengangkat senjata maka itu bukan bagian dakwah .
melainkan pr bersama bagi dakwah dan Negara.

Ujar hazmi” berikan mereka(umat) dakwah yang menyejukkan. Hindarilah bahasa yang
memancing emosi kelompok lain. Umat itu butuh kesejukkan dalam bermasyarakat kata
kata dan motivasi yang positif dari pemuka agama. Pemerintah dan rakyatnya tidak akan
bisa membangun bangsa dengan tenang jika tidak ada kedaimaian yang tercipta.

Masyarakat bisa bangun dirinya kalau tenang, pemerintah bisa bekerja dengan baik,
masyarakat merasa kesejukan dinegara., kata hazmi. Indonesia terdiri dari beragam suku
dan agama. Suku atau agama pun, kata hazmi, tidak bisa menyudutkan kelompok lainnya
karena hidup saling bersisian. Jika dakwah yang diberikan sejuk, maka suasana
dimasyarakat juga akan sejuk.

Dakwah yang menyejukkan tak hanya menyatukan perpecahan yang ada. Hal itu akan
menepis ideology radikal yang mencoba masuk memanfaatkan kerenggangan yang ada.
Agama mana pun pasti mengajarkan kasih saying dengan umat agama lain, bukan
kekerasan. Cara kasar, keras, radikal, tidak selesaikan masalah.

Anda mungkin juga menyukai