Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANASUK HAJI DAN UMRAH

“Lontar jumroh”

DOSEN PENGAMPU
Dr.RAHMAN,S.Ag,M.Ag

DI SUSUN OLEH

Muhamad Raihan
Pitra Hariadi
Putri Faira Nerysa Ardewisti

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIN RIAU
2023

1
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia serta kasih
sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sa’i” tepat waktu. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-
satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Rahman, S.Ag., M.Ag selaku dosen mata
kuliahManasik Haji & Umrah. Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan dalam penulisan makalah ini, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan. Untuk itu, penulis memohon kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat pula
menambah wawasan ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan
Assalamualaikum, wr.wb.

Pekanbaru,07-06-2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Melontar Jumrah 2
2.2 Syarat Melontar Jumrah 5
2.3 Waktu Melontar Jumrah 5
2.4 Waktu Larangan Melontar Jumroh 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 7
DAFTAR PUSTAKA 8

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jumrah berarti tempat pelemparan yang didirikan untuk memperingati nabi Ibrahim as yang
digoda oleh syetan agar tidak melaksanakan perintah ALLAH untuk menyembelih putranya
Ismail as. Tiga kali beliau digoda dan tiga tempat pula beliau melemparkan batu kepada
syetan sebagaimana yang diperintahkan dan dibibimbing langsung ole malaikat. Ditempat
beliau melempar inilah yang kemudian tugu-tugu dengan nama jumrah Ula, Wustha, dan
Aqabah. Untuk memudahkan jamaah, pemerintah Arab Saudi membangun jalan lebar dua
lantai, sehingga ketiga jumrah tersebut mudah dicapai.
Perkataan wajib dan rukun, mempunyai pengertian yang sama. Namun dalam ibadah haji ada
perbadaan pengertian. Rukun ialah suatu yang harus dikerjakan dan haji tidak sah , tanpa
rukun tersebut. Rukun tidak dapat diganti dengan dam (denda), yaitu menyembelih binatang.
Wajib ialah suatu yang harus dikerjakan, dan haji tetap sah bila wajib haji itu tidak
dilaksanakan dan boleh diganti dengan dam (denda). Melontar jumrah adalah salah satu wajib
haji, yaitu: melempar jumrah aqabah dan melempar tiga jumbrah. Jumrah berarti tempat
pelemparan, yang didirikan untuk memperingati nabi Ibrahim As. Yang di goda setan agar
tidak melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putranya Ismail As.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diberikan ada beberapa rumusan sebagai
pertanyaan dalam makalah ini,yaitu :
1. Apa Pengertian Melontar Jumrah ?
2. Bagaimana Syarat Melontar Jumrah ?
3. Kapan Waktu Melontar Jumrah ?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari Permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah disampaikan. Hal tersebut
untuk memudahkan hal yang harus dilakukan berdasarkan masalah yang dibahas. Berikut
tujuan dari makalah ini.
1. Mengetahui Pengertian Melontar Jumrah ?
2. Mengetahui Syarat Melontar Jumrah ?
3. Mengetahui Waktu Melontar Jumrah?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Melontar Jumrah
Salah satu rangkaian ibadah haji di Tanah Suci adalah melempar jumrah. Kegiatan ini dilakukan
dengan melempar batu-batu kecil ke sebuah pilar elips pipih yang ada di Mina. Sejarah
melempar jumrah sendiri sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim AS.
Mengutip buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur'an oleh Adil Musthafa Abdul
Hakim, pelemparan jumrah dilakukan karena iblis berusaha menghalang-halangi Nabi
Ibrahim AS ketika melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya,
Ismail AS. Imam al-Qurtubi menyebut sebuah riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas RA
bahwa iblis menghalang-halangi Nabi Ibrahim AS di alJamaraat sebanyak tiga kali. Nabi
Ibrahim AS kemudian melemparinya dengan kerikil setiap kali iblis mencoba
menghalanginya. Hal ini terus dilakukan hingga ia tiba di Jumrah yang terakhir.
Ibnu Abbas RA juga meriwayatkan, penyembelihan tersebut terjadi di tempat pelemparan kerikil.
Sementara itu, pendapat lain mengatakan, tempat terjadinya penyembelihan adalah di
gurun pasir yang terletak di Gunung Tsubeir (Tsabir) yang ada di Mina. Dalam buku
Sejarah Ibadah yang ditulis oleh Syahruddin El-Fikri, gangguan iblis pertama kali yang
dimaksud pada cerita ini adalah meminta Nabi Ibrahim AS agar mengurungkan niatnya.
Namun, Nabi Ibrahim AS mengetahui bahwa upaya yang dilakukan iblis itu adalah agar
dirinya tergoda dan tidak menaati perintah-Nya. Mengetahui hal tersebut, Nabi Ibrahim
AS kemudian mengambil tujuh buah batu dan melemparkannya kepada Iblis. Inilah yang
saat ini dinamakan jumrah ula (pertama). Setelah upaya pertamanya gagal, iblis dalam
wujud aslinya kemudian membujuk Siti Hajar--istri Nabi Ibrahim AS--agar melarang
suaminya untuk menyembelih putra kesayangannya. Namun, Siti Hajar juga menolak dan
melemparinya dengan batu. Peristiwa ini terjadi di tempat yang 4 sekarang menjadi tempat
melempar jumrah wustha
(pertengahan). Upaya iblis tidak berhenti sampai di situ. Ia pun beralih menggoda Nabi
Ismail AS yang dianggapnya masih rapuh imannya. Namun, justru Nabi Ismail AS kala itu
sejak awal memiliki pendirian yang teguh dan meyakini bahwa perintah untuk
menyembelihnya datang dari Allah SWT langsung. Nabi Ismail AS kemudian mengambil
batu dan melemparkannya ke iblis. Peristiwa ini disebut dengan jumrah aqabah. Tempat
melempar jumrah, sebagaimana dilakukan Nabi Ibrahim AS, saat ini dilakukan di sebuah

5
pilar atau tiang elips pipih yang ada di Mina. Tiang tersebut merupakan symbol iblis dan
hawa nafsunya.
Jamaah haji melaksanakan kegiatan tersebut pada tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah. Lempar jumrah
adalah melemparkan batu kerikil pada waktu, tempat, dan jumlah yang sudah ditentukan.
Sebagaimana diketahui ada tiga tempat jumrah di mina.
1. Jumrah ula
Jumrah ula ini terletak dekat dengan masjid Khoif. Jarak antara jumrah wustho
dan jumrah ula kurang lebih 156,5 meter
2. Jumrah Wustho
Jumrah ini terletak di tengah antara jumrah ula dan jumrah aqabah. jaraknya
antara jumrah ula dan jumrah aqabah kurang lebih 117meter
3. Jumrah Aqabah
Jumrah ini terletak paling dekat dengan Makkah

Jumlah batu untuk melempar jumrah aqabah pada hari Nahar, kalau untuk jamaah haji perempuan
disunahkan untuk mencari batu kerikil di Muzdalifah, sehingga dirinya bisa lebih siap tiba di
Mina.
untuk lempar jumrah pada hari-hari tasyriq di Mina, boleh mencari batu kerikil di mana saja.
Jumlah batu kerikil yang harus dikumpulkan oleh jamaah haji perempuan itu tergantung pada
berapa hari yang akan dihabiskannnya untuk mabit di Mina. Jika ia memilih nafar Tsani dia
harus mengumpulkan sebanyak 70 batu kerikil.
Akan tetapi, jika dia memilih naffar awal dia harus mengumpulkan sebanyak 49 batu kerikil 7
Manasik lempar jumrah dan diawali dengan lempar jumrah aqabah pada hari nahar dengan 7
batu kerikil.
Jadi, sisa batu kerikil masih ada 63 buah untuk lempar jumrah selama 3 hari di mina atau 42 buah
untuk lempar jumrah selama 2 hari di mina. setiap harinya 21 batu kerikil dibuat melempar
dan setiap lemparan 7 buah batu kerikil. Kegiatan lontar jumrah lebih baik dilakukan pada
waktu setelah lewat tengah hari atau bada zawal.
Terkadang, pelaksanaan lontar jumrah ini membuat nyawa seseorang terancam bahkan sampai
meninggal akibat desakdesakan, karena banyaknya gelombang manusia yang ingin melontar
jumrah.
Para jamaah melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang yang berada dalam satu tempat bernama
kompleks Jembatan Jumrah, di kota Mina yang terletak di dekat Mekkah. Para jamaah

6
mengumpulkan batu-batuan tersebut dari tanah di hamparan Muzdalifah dan
melemparkannya. Para jamaah mengambil batu di Mina, tidak disyaratkan mencuci batu
tersebut. Batu yang digunakan tidak besar cukup kerikil seukuran ujung jari dan tidak
berbentuk runcing.
Adapun cara melontar adalah sebanyak tujuh batu pada hari Id, yaitu Jumrah Aqabah saja.
Sedangkan pada hari-hari tasyriq maka sebanyak 21 batu setiap hari, masing-masing tujuh
lontaran untuk Jumrah Ula, tujuh lontaran untuk Jumrah Wustha, dan tujuh lontaran untuk
Jumrah ‘Aqabah. Bagi para jamaah yang ingin melontar jumrah diperbolehkan pula
mengambil jumlah batu yang terdapat di sekitaran tempat melontar jumrah.
Adapun batu-batu yang terdapat dalam bak tempat melontar, tidak boleh digunakan untuk
melontar.
Selanjutnya adalah waktu, cara, dan jumlah lontaran yang harus diketahui. Melontar pertama kali
adalah lontar Jumrah ‘Aqabah pada hari Ied. Tetapi jika seseorang melakukannya pada tengah
malam bagian kedua dari malam Ied, maka demikian itu cukup baginya. Sedangkan yang
utama adalah melontar Jumrah ‘Aqabah antara waktu dhuha sampai terbenam matahari pada
hari Ied.Tapi jika terlewatkan dari waktu itu, maka dapat melontar setelah terbenamnya
matahari pada hari Ied.
Caranya adalah dengan tujuh kali melontar dengan membaca takbir setiap kali melontar. Adapun
melontar pada hari-hari tasyriq adalah dilakukan setelah matahari condong ke barat (setelah
dzuhur). Yaitu memulai dengan melontar Jumrah Ula yang dekat dengan masjid Al-Khaif
sebanyak tujuh kali lontaran disertai takbir setiap melontar. Lalu Jumrah Wustha dengan
tujuh kali melontar disertai takbir setiap kali melontar.
Kemudian melontar di Jumrah ‘Aqabah sebanyak tujuh kali lontaran disertai takbir setiap kali
melontar. Dan demikian itu dilakukan pada tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah bagi orang yang
tidak mempercepat pulang dari Mina. Tapi bagi orang yang ingin mempercepat pulang dari
Mina, maka hanya sampai tanggal 12 Dzulhijjah. Dan disunnahkan setelah melontar Jumrah
Ula dan Jumrah Wustha berhenti di samping tempat melontar. Di mana setelah melontar
Jumrah Ula disunahkan berdiri di arah kanan tempat melontar dengan menghadap kiblat
seraya berdo’a panjang kepada Allah.
Sedang sehabis melontar Jumrah Wustha disunnahkan berdiri disamping kiri tempat melontar
dengan menghadap kiblat seraya berdo’a panjang kepada Allah. Tapi sehabis melontar
Jumrah ‘Aqabah tidak disunnahkan berdiri di sampingnya karena Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam setelah melontar Jumrah Aqabah tidak berdiri disampingnya.

7
2.2 Syarat Melontar Jumroh
Ini lah syarat- syarat yang harus diperhatikan dalam melempar jumrah.
1. Menggunakan batu dan batu yang digunakan kira- kira sebesar ibu jari
tangan.
2. Batu benar-benar dilempar, bukan sekedar diletakkan di jumrah.
3. Batu itu mengenai jumrah, dan jika tidak mengenai jumrah harus diulang.
4. Melakukan lemparan satu-persatu sampai tujuh kali lemparan.
5. Dilakukan sendiri atau diwakilkan kepada orang lain bila tidak mampu,
dengan syarat wakil tersebut telah melempar untuk dirinya sendiri.
6. Melempar jumrah dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Bila
dilakukan diluar waktunya, maka wajib membayar Dam.
7. Melempar jumrah tersebut harus dimulai dari jumrah Ula, yaitu jumrah yang
terletak didekat masjid Mina. Kemudian dilanjutkan jumrah Wustha, dan diakhiri
dengan jumrah Aqabah.

2.3 Waktu Melontar Jumroh


Dalam ibadah haji, melontar ketiga jumrah tersebut hukumnya wajib. Mengusir iblis
dengan cara melemparkan batu-batu kecil atau krikil ke arah jumrah, tempat iblis dulu
menggoda Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Hikmah yang terkandung dalam kewajiban
melempar jumrah, mengingat orang-orang yang sedang menunaikan ibadah haji agar
waspada terhadap godaan iblis yang selalu menghalangi orang yang beriman untuk
menunaikan kewajibannya kepada Allah.
Salah satu rangkaian haji yang juga sudah banyak diketahui adalah lempar jumrah. Ini
adalah proses melempar batu kerikil dengan jumlah tertentu sambil membacakan lafadz
doa. Dikutip dari buku Fikih Sunnah Jilid 3 oleh Sayyid Sabiq, kisah awal mula melempar
jumrah yaitu Baihaki meriwayatkan dari Salim bin Abu Ja'ad, dari Ibnu Abbas RA,
Rasulullah SAW bersabda: "Ketika Ibrahim AS mendatangi tempat-tempat ibadah haji,
setan menghadangnya di Jumrah Aqabah, Ibrahim lantas melemparinya dengan tujuh kerikil
hingga membuatnya jatuh terkapar di atas bumi. Di Jumrah kedua (Jumrah Wushta), setan
menghadang Ibrahim lagi, Ibrahim pun melemparinya dengan tujuh kerikil hingga
membuatnya jatuh terkapar di atas bumi. Dan di Jumrah ketiga (Jumrah Sugra), setan
menghadang Ibrahim lagi, maka Ibrahim melemparinya dengan tujuh kerikil hingga
membuatnya jatuh terkapar di atas bumi. "

8
Waktu untuk melempar jumrah ada tiga hari yaitu satu hari Nahar (10 Dzulhijjah),
ditambah dua atau tiga hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah). Mengenai lempar jumrah, Allah
SWT menyampaikan firmannya dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 203.
Waktu waktu yang dibolehkan untuk melempar jumrah ialah, melontar jumrah Aqabah
pada hari Nahr tanggal 10 Dzulhijjah sebagai berikut:
1. Waktu yang Afdhal (utama) setelah terbit matahari hari Nahr.
2. Waktu ikhtiar, siang hari sampai terbenam matahari (ghurub).
3. Waktu jawaz, setelah lewat malam 10 dzulhijjah hingga terbit fajar tanggal 14
dzulhijjah.

Melontar jumrah pada hari tasyrik (tanggal 11,12,13 Dzukhijjah) waktunya adalah sebagai
berikut:
1. waktu afdhol ba’da zawal,
2. waktu ikhtiar (sore hari sampai malam),
3. waktu jawaz (diperbolehkan) yaitu selain waktu afdhol dan ikhtiar dimulai dari terbit
fajar hari bersangkutan

2.4 WAKTU LARANGAN MELONTAR JUMROH

Kementrian Haji Arab Saudi secara resmi mengeluarkan jam larangan melontar jumroh bagi para
jama’ah Haji. Dan larangan ini bukan tanpa sebab, melainkan demi keselamatan para jama’ah
Haji sendiri.

Berikut adalah jam larangan melontar jumrah

1. Tanggal 10 dzulhijjah pukul 04.00-10.00 dilarang 2.


Tanggal 11 dzulhijjah bebas sepanjang hari
3. Tangga 12 dzulhijjah pukul 10.00-14.00 dilarang
4. Tanggal 13 dzulhijjah bebas

Sebelumnya Kementrian Agama juga mengeluarkan larangan melontar jumroh yang


disampaikan kepada jama’ah dan secara umum larangannya hampir sama, namun untuk 11
dzulhijjah larangan melontar jumroh dari pukul 14.00 sampai 18.00. Larangan tersebut
bukannya tanpa makna melainkan dikarenakan di jam-jam tersebut adalah saat-saat padat
karena merupakan waktu utama atau afdhol dalam 12 pelaksanaan lontar jumroh, yakni pada
waktu dhuha.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jumrah berarti tempat pelemparan yang didirikan untuk memperingati nabi Ibrahim as yang
digoda oleh syetan agar tidak melaksanakan perintah ALLAH untuk menyembelih putranya
Ismail as. Tiga kali beliau digoda dan tiga tempat pula beliau melemparkan batu kepada
syetan sebagaimana yang diperintahkan dan dibibimbing langsung ole malaikat. Ditempat
beliau melempar inilah yang kemudian tugu-tugu dengan nama jumrah Ula, Wustha, dan
Aqabah. Untuk memudahkan jamaah, pemerintah Arab Saudi membangun jalan lebar dua
lantai, sehingga ketiga jumrah tersebut mudah dicapai

10
DAFTAR PUSTAKA

Agil, Said Husin Al-Munawar, MA dan Abdul Halim. 2003. Fikih Haji Menuntun Jamaah
Haji Mencapai Haji Mabrur, Jakarta: Ciputat Press.
Hasan, M. Ali. 2000. Perbandingan Mazhab Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah, (Ciputat:Lentera Hati, cet 2, 2012) hal 341- 343.
M. Syukron Maksum, Bimbingan Lengkap Haji dan Umrah, (Jakarta: al Barokah,2013), h.
88.
Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, (Jakarta: zaman, 2012), h. 514.
Zakiah Daradjat, Haji: Ibadah yang unik, (Jakarta: Ruhama, cet 8, 2000) hal 80.
https://esqtours.com/seperti-inilah-urutan-dan-tata-cara-lempar-jumrah-yang Anda-
harus-pahami/ 18 april 2023. Pada pukul 15.30 Kementrian Agama Republik
Indonesia, Melontar Jumrah.
https://kemenag.go.id/read/melontar-jumrah-dxlrn. Diakses pada 18 April 2023. Pada pukul
15:40
http://sitikhoeriyah-waktunyaberbagi.blogspot.com/2014/12/melempar-jumrah dan- mabit-
dimina.html?m=1 / 18 april 2023. Pada pukul 15.45.
https://kumparan.com/berita-hari-ini/hukum-dan-tata-cara-melempar-jumrah yang-
wajibdipahami-jemaah-haji-1xKvd73 txGm./ 18 april 2023. Pada pukul 15.50.

11

Anda mungkin juga menyukai