Anda di halaman 1dari 19

LEMPAR JUMRAH

&
TAHALUL

Disusun oleh : -Muhammad Daffa Labiib


- Rahmat Eka Saputra
- Thaufan Syamsyifa F.
- Sevia Muji Basuki
- Amanda Azahri
Apa itu Lempar Jumrah ?
Lempar jumrah atau lontar jumrah adalah sebuah kegiatan
yang merupakan bagian dari ibadah haji tahunan ke kota suci 
Mekkah, Arab Saudi. Para jemaah haji melemparkan batu-
batu kecil ke tiga tiang (jumrah; bahasa Arab: jamarah,
jamak: jamaraat) yang berada dalam satu tempat bernama
kompleks Jembatan Jumrah, di kota Mina yang terletak dekat
Mekkah.
• Jamrah (jamaknya adalah Jamarat dan Jimar) adalah sebuah kata
Terminologi
bahasa Arab yang diartikan sebagai potongan api panas, batu kerikil,
dan sejenisnya. [1] Dalam istilah religi, Jamarat atau Jamaratun Tsalats
adalah nama tiga tempat khusus di tanah Mina, dengan tiang-tiang
batu yang telah diidentifikasi dan oleh karena itu, dikatakan padanya
'jamrah' yaitu tempat terkumpulnya batu-batu kerikil yang
dilemparkan padanya oleh para jamaah haji, atau dikarenakan
banyaknya batu kerikil (Jimar) yang dilemparkan ke arahnya, atau
karena orang-orang berkumpul di sekitarnya
• Berdasarkan sudut pandang fikih, jika yang dimaksud
'jamrah' adalah tiang-tiang yang dipasang pada jamarat,
terkenanya batu padanya merupakan syarat sahnya
pelemparan atau lontaran jumrah, dan jika yang dimaksud
'jamrah' adalah tempat dari tiang-tiang yang mana batu-
batu kerikil tertumpuk atau terkumpul di sana, terkenanya
batu ke tiang-tiang tersebut tidak diharuskan.
Latar Belakang Sejarah Pelemparan Jumrah

Di sebagian riwayat dikatakan bahwa orang pertama


yang melempar iblis di kawasan tanah ini adalah 
Nabi Adam as dalam beberapa riwayat dari Imam Ali as
Imam Sajjad as dan Imam Kazhim as, penyebab
disunahkannya pelemparan jumrah diyakini karena
munculnya iblis beberapa kali di hadapan 
Nabi Ibrahim as dan beliau melempar iblis dengan batu
di tiga tempat yang sekarang menjadi tempat
pelemparan jumrah atau jamarat dan ini menjadi
lambang atau simbol perjuangan dan pengusiran
terhadap iblis atau setan.
Macam Pelemparan
Jumrah
Jumrah Ula adalah jumrah terdekat ke masjid Khaif dan
paling jauhnya jumrah ke arah Mekah.
Jumrah Wustha, berada di antara jumrah Ula dan Aqabah,
yang sebelumnya hanya merupakan satu pilar, tetapi
dengan adanya sebuah perubahan pada tahun 1425 H maka
ia berubah bentuk menjadi satu dinding sepanjang 25 meter
dan lebar satu meter.
Jumrah Aqabah adalah jumrah terdekat ke arah Mekah.
Jumrah Aqabah berada di pertengahan gunung dan
pelemparan jumrah tersebut dilakukan pada sisi yang
tampak. Pada tahun 1376, gunung dihancurkan dan di
daerah sekitar pelemparan Jumrah dipugar menjadi ruangan
terbuka dan pada perubahan terakhir pada tahun 1425 H,
tempat pelemparan jumrah berubah bentuk menjadi sebuah
dinding yang memiliki panjang 25 meter dan lebar satu
meter. Jumrah Aqabah juga sering disebut dengan nama
semacam "Jumrah Qushwa", "Jumrah Kubra", "Jumrah
Uzma", " Jumrah Akhirah", "Jumrah 'Ulya" dan "Jumrah
Tsalitsah". 
Jarak perkiraan Jumrah Wustha dengan Jumrah Ula adalah
156 meter dan jaraknya dengan Jumrah Aqabah adalah 116
meter.
Waktu Pelemparan Jumrah
Pelemparan Jumrah dilakukan pada hari Idul Adha dan
dua hari setelahnya. Waktu pelemparan Jumrah
menurut masyhur dimulai dari terbit matahari hingga
senja, dikecualikan bagi mereka yang memiliki
halangan atau uzur dari melempar jumrah seperti
mereka yang sakit dan berumur.

Pelemparan Jumrah pada Idul Adha

Pada hari Idul Adha, setelah selesai melaksanakan


wukuf di Masy'aril Haram atau Muzdalifah dan para
jamaah haji sudah memasuki Mina, pertama kali yang
mereka lempar adalah Jumrah Aqabah dan kemudian
berkorban dan dilanjutkan dengan mencukur habis
atau memendekkan rambut. Pada setiap pelemparan
harus dengan 7 batu kerikil (dilempar satu persatu)
dengan tangan dan jika dimungkinkan hendaknya dia
Pelemparan Jumrah pada Hari-Hari Tasyriq
Para jamaah haji melempar jumrah di hari kesebelas
dan juga kedua belas secara berurutan dari Jumrah Ula,
Jumrah Wustha dan Jumrah Aqabah. Mereka memiliki
kesempatan untuk melaksanakan amalan ini sejak
matahari terbit sampai terbenam. Jika pada malam
ketiga belas juga berada di Mina, maka pada hari ketiga
belas harus melempar ketiga jumrah tersebut.

Pelemparan Jumrah Untuk Perempuan


Para wanita dan perempuan dapat melakukan wukuf
di Masy'aril Haram pada malam hari Idul Adha (kurban)
dan setelah memasuki tanah Mina, dapat langsung
melaksanakan pelemparan Jumrah Aqabah hari Idul
Kurban pada malam harinya. Tetapi untuk pelemparan
jumrah setelahnya harus dilakukan pada siang hari
kecuali dikarenakan keramaian atau uzur lainnya yang
tidak dapat melakukan pelemparan pada siang hari
dimana dalam keadaan seperti ini maka dilazimkan
baginya untuk melakukan pelemparan jumrah pada
malam hari.
Persyaratan Batu Kerikil
• Batu-batu kerikilnya itu hendaknya seukuran satu ruas jari atau lebih kecil, tetapi tidak begitu kecil sehingga menyerupai pasir dan
lebih kecil dari kerikil.
• Termasuk dari bebatuan Tanah Haram, kecuali Masjid al-Haram dan masjid Khaif. Sebagian ulama mengecualikan seluruh 
masjid-masjid perbatasan haram.
• Masih murni; yaitu belum pernah dipakai oleh dirinya atau orang lain untuk melempar jumrah secara benar meskipun di tahun-
tahun yang lalu.
• Mubah (halal) bukan barang gosop.
• Mustahab hukumnya mengumpulkan batu kerikil dari Masy’aril Haram (Muzdalifah).
Syarat Pelemparan
•Berniat dengan qurbatan ilallah (mendekatkan diri kepada 
Allah).

•Sampai atau mengenanya batu ke Jumrah (dinding/tiang).

•Melemparnya dengan tangan.

•Batu kerikil dilemparkan satu demi satu, tidak dilempar


sekaligus atau beberapa batu dalam sekali lemparan. [18]

•Mereka yang tidak mampu melempar jumrah, seperti


orang-orang yang dirawat karena sakit, di saat uzur mereka
terus berkesinambungan sampai akhir waktu pelemparan
jumrah maka mereka harus mengambil wakil
Tatacara Melempar Jumrah:

•Adapun cara melontar adalah sebanyak tujuh batu pada hari Id,
yaitu Jumrah Aqabah saja.
•Sedangkan pada hari-hari tasyriq maka sebanyak 21 batu setiap
hari, masing-masing tujuh lontaran untuk Jumrah Ula, tujuh
lontaran untuk Jumrah Wustha, dan tujuh lontaran untuk Jumrah
‘Aqabah.Bagi para jamaah yang ingin melontar jumrah
diperbolehkan pula mengambil jumlah batu yang terdapat di
sekitaran tempat melontar jumrah.

Bagi para jamaah yang ingin melontar jumrah diperbolehkan


pula mengambil jumlah batu yang terdapat di sekitaran tempat
melontar jumrah.
•Adapun batu-batu yang terdapat dalam bak tempat melontar,
tidak boleh digunakan untuk melontar.
Selanjutnya adalah waktu, cara, dan jumlah lontaran yang harus
diketahui:
•Bagi para jamaah yang ingin melontar jumrah diperbolehkan
pula mengambil jumlah batu yang terdapat di sekitaran tempat
melontar jumrah.
•Adapun batu-batu yang terdapat dalam bak tempat melontar,
tidak boleh digunakan untuk melontar
Waktu, cara, dan jumlah lontaran yang harus diketahui :
• Melontar pertama kali adalah lontar Jumrah ‘Aqabah pada hari Ied.
• Tetapi jika seseorang melakukannya pada tengah malam bagian kedua dari malam Ied, maka
demikian itu cukup baginya.
• Sedangkan yang utama adalah melontar Jumrah ‘Aqabah antara waktu dhuha sampai terbenam
matahari pada hari Ied.
• Tapi jika terlewatkan dari waktu itu, maka dapat melontar setelah terbenamnya matahari pada
hari Ied.
• Caranya adalah dengan tujuh kali melontar dengan membaca takbir setiap kali melontar
• Melontar pada hari-hari tasyriq adalah dilakukan setelah matahari condong ke barat (setelah
dzuhur). Yaitu memulai dengan melontar Jumrah Ula yang dekat dengan masjid Al-Khaif sebanyak
tujuh kali lontaran disertai takbir setiap melontar.
• Lalu Jumrah Wustha dengan tujuh kali melontar disertai takbir setiap kali melontar.
• Kemudian melontar di Jumrah ‘Aqabah sebanyak tujuh kali lontaran disertai takbir setiap kali
melontar.
•Dan demikian itu dilakukan pada tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah bagi orang yang tidak
mempercepat pulang dari Mina.
•Tapi bagi orang yang ingin mempercepat pulang dari Mina, maka hanya sampai tanggal
12 Dzulhijjah.
•Dan disunnahkan setelah melontar Jumrah Ula dan Jumrah Wustha berhenti di samping
tempat melontar.
•Di mana setelah melontar Jumrah Ula disunahkan berdiri di arah kanan tempat melontar
dengan menghadap kiblat seraya berdo’a panjang kepada Allah.
•Sedang sehabis melontar Jumrah Wustha disunnahkan berdiri disamping kiri tempat
melontar dengan menghadap kiblat seraya berdo’a panjang kepada Allah.

*Tapi sehabis melontar Jumrah ‘Aqabah tidak disunnahkan


berdiri di sampingnya karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam setelah melontar Jumrah Aqabah tidak berdiri
disampingnya.
Imam Ghazali dalam Ihya mengatakan, saat melempar jumrah
dianjurkan membaca doa berikut ini

‫ش ُكو ًرا‬
ْ ‫س ْعيا ً َم‬ ْ ‫ضا لِلَّ ْر ْح َم ِن اللَّهُ َّم‬
َ ‫اج َع ْل َح ًّجا َم ْب ُرو ًرا َو‬ ً ‫ين َو ِر‬ َّ ‫س ِم هللاِ َوهللاُ َأ ْكبَ ُر َر ْج ًما لِل‬
ِ ‫شيَا ِط‬ ْ ِ‫ب‬
 Bismillaahi wallahu akbar, rajman lisysyayaathiini wa ridhan lirrahmaani allhummaj’al
hajjan mabruuran wa sa’yan masykuuran.
 Artinya: Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar. Laknat bagi setan dan keridhaan
bagi Allah yang Maha Kasih. Ya Allah, jadikanlah hajiku ini diterima dan sa’iku ini
disyukuri.
Setelah melempar serangkaian jumrah, (Jumratul Ula, Wustha dan Aqabah), Imam Ghazali
dalam Ihya Ulumuddin, dianjurkan bagi orang tersebut untuk memanjatkan doa berikut ini
ُ‫شفَ ْقت‬ْ ‫ضتَ َو ِمنْ َع َذابِكَ َأ‬
ْ َ‫ اللَّ ُه َّم ِإلَ ْيكَ َأف‬.‫س َك‬
ِ ‫صى ثَنَا ًء َعلَ ْي َك َأ ْنتَ َك َما َأ ْثنَ ْيتَ َعلَى نَ ْف‬ِ ‫ار ًكا فِي ِه اللَّ ُه َّم اَل ُأ ْح‬
َ َ‫ا ْل َح ْم ُد هلَِّل ِ َح ْم ًدا َكثِي ًرا طَيِّبًا ُمب‬
.‫سْؤ لِى‬ُ ‫ستَ ِج ْب ت َْوبَتِي َوَأ ْع ِطنِي‬
ْ ‫ض ُّر ِعي َوا ْقبَ ْل ت َْوبَتِي َوَِأق َّل َعثَ َرتِي َوا‬ َ َ‫ار ِح ْم ت‬ ْ ‫س ِكي َوَأ ْع ِظ ْم َأ ْج ِري َو‬ ُ ُ‫َوِإلَ ْيكَ َر ِغ ْبتُ َو ِم ْن َك َر ِه ْبتَ فَا ْقبِ ْل ن‬
‫ش ُكو ًرا‬
ْ ‫س ْعيًا َم‬َ ‫اج َع ْلهُ َح ًّجا َم ْب ُرو ًرا َو‬
ْ ‫اللَّهُ َّم‬
Alhamdu lillaahi hamdan kastiiran thayyiban mubaarakan fiih. Allahumma laa uhshii tsanaa’an
‘alaika arta kamaa atsnaita ‘alaa nafsika. Allahumma ilaika afadhtu wa min ‘adzaabika asyfaqtu
wa aqilla ‘atsaratii wastajib da’watii wa a’thinii su’lii. Allahummaj’alhu hajjan mabruuran wa
sa’yan masykuuran

Artinya; Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak lagi baik dan membawa berkah di dalamnya. Ya Allah,
sekali-kali kami tidak mampu mencakup segala macam pujian untuk-Mu, sesuai pujian-Mu atas diri-Mu. Ya
Allah, hanya kepada-Mu aku berserah, dari siksa-Mu aku memohon belas kasihan, dan kepada-Mu aku
berharap dan aku takut, terimalah ibadahku, perbesarlah pahalaku, kasihanilah kerendahan hatiku,
terimalah taubatku, perkecillah kekeliruanku, perkenankanlah permohonanku dan berikanlah permintaanku.
Ya Allah, kabulkanlah, terimalah persembahan kami ini dan janganlah kami dijadikan orang-orang yang
berdosa, tetapi masukkanlah kami dalam hamba-Mu yang saleh. wahai Tuhan Yang Paling Pengasih. Ya
Allah, Tuhanku, jadikanlah hajiku ini haji yang mabrur dan sa’iku ini sebagai sa’i yang diterima
Apa Itu Tahallul dalam Ibadah Haji?

TAHALLUL termasuk ke dalam serangkaian ibadah haji. Tahalul


adalah kegiatan mencukur rambut setelah kegiatan ibadah haji.
Tahalul adalah ritual penutup, di mana setelah selesai tahalul, selesai
pula ibadah umrah atau haji kita, dan selesailah kondisi ihram.
Para ulama sepakat bahwa dalam pelaksanaan ibadah haji ada dua
tahallul: Tahalul Kecil (asgor) yaitu tahalul pertama (awal), Tahallul
besar ( akbar) yaitu tahallul kedua (tsani). Rinciannya sebagai
berikut
1. Tahallul awal
Tahalul pertama ini terjadi dengan melakukan dua amalan
haji dari tiga amalan haji: Melontar Jumroh aqobah,
Mencukur Rambut, dan thawaf ifadoh, apabila telah
melakukan dua amalan dari tiga amalan haji tersebut
maka dinilai telah bertahallul pertama dan  diperbolehkan
untuk melakukan larangan-larangan ihram kecuali
melakukan hubungan suami istri.

2. Tahallul kedua
Tahallul kedua ini terjadi apabila telah melakukan tiga amalan
haji tersebut diatas, dimana telah melakukan lontar jumroh
aqobah dan mencukur rambut serta thawaf ifadhoh. Para
jumhur ulama bersepakat bahwa apabila telah melakukan tiga
amalan haji ini maka dianggap telah tahallul kedua
dan diperbolehkan melakukan larangan-larangan ihram
termasuk melakukan hubungan suami istri. Jama’ah wajib
menyelesaikan amalan-amalan haji lainnya yang masih tersisa:
mabit di Mina, lontar jumroh
Cara bertahallul:
-Untuk laki-laki, afdalnya bercukur
sempurna/botak (pada tahalul
pertama). Boleh memotong rambut
sepanjang sepertiga jari bagian atas atau
kurang dari itu.

-Untuk perempuan hanya boleh


memotong sebagian rambut,dengan
mengumpulkan rambutnya kemudian
memotongnya sepanjang satu ruas jari
SEKIAN TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai