Anda di halaman 1dari 36

MATERI EDUKASI

JAMA’AH HAJI
INDONESIA

Oleh :
Dr. H. A. M. Romly, M.Hum.
TUJUAN HAJI

Haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk


melaksanakan amalan-amalan, antara lain : wukuf,
mabit, tawaf, sa’i dan amalan lainnya pada masa
tertentu demi memenuhi panggilan Allah SWT dan
mengharapkan ridhaNya semata.
KEUTAMAAN HAJI

• Keutamaan haji disamakan dengan keutamaan amalan iman kepada


Allah dan RasulNya dan keutamaan jihad (HR Ibnu Hibban)
• Penghapus dosa (HR Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah dan
Turmuzi)
• Balasannya surga (HR Bukhari, Muslim, Turmuzi, Nasa’i, dan Ibnu
Majah)
• Tamu Allah yang mustajab do;anya (HR Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu
Huzaimah dan Ibnu Hibban)
• Nafaqah haji bernilai tinggi (HR Ahmad, Tabrani dan Baihaqi)
RUKUN HAJI

• Ihram (niat)
• Wukuf di Arafah
• Tawaf Ifadhah
• Cukur
• Tertib
WAJIB HAJI

• Ihram, yakni niat berhaji dari miqat


• Mabit di Muzdalifah
• Mabit di Mina
• Melontar jumrah Ula, Wustha dan Aqabah
• Thawaf Wada’
SUNNAH HAJI
A. Sunnah Ihram
1. Mandi
2. Memakai wangi-wangian pada tubuh
3. Memotong kuku dan merapikan jenggot
4. Memakai kain ihram yang berwarna putih
5. Ihram setelah shalat
B. Membaca Talbiyah
1. Imam Abu Hanifah : syarat keabsahan ihram
2. Imam Malik : wajib
3. Imam Syafi’i dan Imam Hambali : sunnah
SUNNAH DALAM THAWAF
A. Imam Syafi’i
• Menghadap ke Ka’bah, memegang Hajar Aswad dan
menciumnya
• Istilam, berjalan memperpendek langkah
• Membaca do’a ma’tsur setelah istilam/memulai Thawaf
• Ranal bagi laki-laki
• Idhtiba’
• Dekat ke Ka’bah
• Berturut-turut dalam Thawaf
• Shalat Sunah Thawaf di belakang maqam Ibrahim, dan shalat di
Hijr Ismail
SUNNAH DALAM THAWAF

B. Imam Malik
• Mencium Hajar Aswad pada putaran pertama
• Istilam pada Rukun Yamani
• Membaca do’a
• Ramal
• Dekat dengan Ka’bah
• Perempuan di belakang laki-laki
SUNNAH DALAM THAWAF
C. Imam Hambali
• Istilam pada Hajar Aswad dan menciumnya
• Istilam pada Rukun Yamani dengan tangan
• Idhtiba’
• Ramal
• Berdo’a
• Berdzikir
• Dekat dengan Ka’bah
• Shalat dua rakaat setelah Thawaf
SUNNAH DALAM THAWAF

D. Imam Hanafi
• Idhtiba’
• Ramal
• Istilam pada Hajar Aswad
• Istilam pada Rukun Yamani
• Minum air Zamzam
SUNNAH DALAM SA’I

• Setelah dekat ke bukit Shafa membaca


• Saat naik ke bukit Shafa menghadap Kiblat dan membaca
• Berjalan biasa dan lari-lari kecil di antara tanda hijau
• Dalam perjalanan antara Shofa dan Marwah berdzikir dan
membaca Al-Qur’an
• Muwalat
• Berdo’a
SUNNAH WUKUF

A. Imam Syafi’i
• Wukuf di tempat wukuf Nabi SAW
• Memperbanyak do’a, dzikir dan tahlil
• Mengangkat kedua tangan ketika berdo’a
• Membersihkan hati dari berbagai kesibukan, sebelum wukuf
• Khutbah dua kali sebelum shalat Zuhur dan Ashar jama taqdim qashr dengan tidak
mengeraskan suara
• Menghindari Wukuf di jalan umum
• Suci dari hadas besar dan hadas kecil
• Menghadap kiblat
• Bertafakkur
• Melaksanakan Wukuf sampai terbenam matahari agar mendapatkan sebagian malam dan
sebagian siang
SUNNAH WUKUF

B. Imam Hanafi
• Mandi
• Khutbah
• Segera melaksanakan Wukuf setelah jama’ taqdim
• Tidak dalam keadaan puasa
• Wukuf dalam keadaan berwudhu
• Berwukuf di tempat wukufnya Nabi SAW
• Berdo’a sambal mengangkat tangan
• Membaca tahmid, tahlil, takbir, dan shalawat kepada Nabi SAW
SUNNAH WUKUF

C. Imam Hambali
• Wukuf di atas kendaraan
• Menghadap Kiblat
• Wukuf di tempat wukufnya Nabi
• Berdo’a sambal mengangkat tangan (3x)
• Dua khutbah
SUNNAH WUKUF

D. Imam Malik
• Wukuf di tempat wukufnya Nabi SAW
• Mandi sebelum wukuf
• Dua khutbah
• Berdo’a
• Suci dari hadas
• Jama’ taqdim Zuhur dan Ashar
SUNNAH DALAM MABIT
DI MUZDALIFAH

• Shalat jama ta’khir Maghrib dan Isya


• Berdzikir dan berdo’a
• Mengambil kerikil
• Tidur sejenak
• Berdzikir dan bertakbir
SUNNAH DALAM MABIT
DI MINA DAN MELONTAR
JUMRAH/TAHALLUL

• Setelah melontar masing-masing di marma Ula,


Wustha dan Aqabah menghadap Kiblat dan berdo’a
• Tahallul di Marwah
TATACARA WUKUFNYA
RASULULLAH SAW
A. MENJELANG WUKUF
• Nabi SAW beristirahat di Namirah setelah datang dari Mina tanggal 9
Dzulhijjah
• Ketika matahari telah condong ke barat (zawal), Nabi SAW menuju lembah
B. SAAT WUKUF
• Nabi SAW berkhutbah
• Shalat jama’ taqdim qashr Zuhur dan Ashar
• Menuju tempat Wukuf
• Berwukuf di atas bebatuan dekat Jabal Rahmah dan menghadap ke Kiblat
sampai matahari terbenam dan mega merah menghilang
TARWIYAH MELALUI MINA

A. KEDUDUKAN HUKUM
• Hukum melakukan perjalanan dari Makkah ke Arafah
melalui Mina pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah) adalah
sunnah
B. PANDANGAN ULAMA
• Ibnu Qayim mengatakan bahwa peristiwa itu bukanlah
sesuatu yang diwajibkan
NIAT IHRAM HAJI ISYTARAT
BAGI LANSIA DAN ORANG SAKIT

A. Jamaah sakit tidak boleh melepas pakaian ihramnya, kecuali dengan


syarat (isythirat)
B. PANDANGAN FUQAHA
Mazhab Syafi’i : jawaz (diperbolehkan)
Mazhab Hambali : mustahab
Mazhab Hanafi dan Maliki : makruh
Ibnu Hazm : wajib
C. NIAT IHRAM
Ya Allah aku ingin menunaikan haji atau umrah, atau haji dan umrah
bersamaan, tahallulku sekiranya sesuatu menghalangiku
MIQAT PENDUDUK MAKKAH

A. PENDUDUK MAKKAH
• Miqat makani haji bagi penduduk Makkah adalah tempat
tinggalnya
B. JAMAAH HAJI INDONESIA
• Jamaah haji yang telah tinggal di Makkah adalah
penduduk Makkah
• Miqatnya adalah hotel tempat tinggalnya
MABIT DI MINA JADID

A. HUKUM
• Hukum Mabit di Mina Jadid adalah sah
B. SIKAP ULAMA FIQIH
• Ulama fiqh dapat menerima kebijakan Pemerintah Arab Saudi
berdasarkan kaidah syara’
• Ulama fiqh menyamakan (ilhak) perluasan Mina, Marma dan
Mas’a dengan perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang
telah diterima oleh seluruh umat Islam sedunia. (Hasil Mudzakarah
tentang Perhajian tahun 1429 H/2008 M yang diselenggarakan
Kementerian Agama)
SEBAB (‘ILLAT DIKENAKAN DAM)

A. DAM NUSUK
Karena pelanggaran meninggalkan ketentuan manasik dan buka karena
pelanggaran, dikenakan bagi orang yang mengerjakan haji tamattu’ atau qiran
B. DAM ISA’AH
Pelanggaran terhadap ketentuan ibadah haji dan umrah karena meninggalkan
sesuatu yang diperintahkan, seperti :
• Tidak berihram dari miqat
• Tidak mabit di Muzdalifah
• Tidak mabit di Mina pada malam hari-hari Tasyrik
• Tidak melontar Jumrah ‘Aqabah pada hari Nahar
• Tidak melontar Jumrah pada hari Tasyrik
• Tidak Thawaf Wada’ kecuali bagi perempuan haid dan nifas
DAM KIFARAT
• Pelanggaran terhadap ketentuan ibadah haji dan umrah karena
mengerjakan sesuatu yang diharamkan selama ihram
• Larangan dalam ihram :
• Mencukur atau mencabut rambut/bulu
• Memotong kuku
• Memakai pakaian biasa bagi laki-laki
• Menutup muka atau memakai sarung tangan bagi perempuan
• Memakai wangi-wangian bagi laki-laki/perempuan
• Dam atau fidyah karena pelanggaran tersebut di atas boleh memilih :
menyembeli seekor kambing atau berpuasa tiga hari atau bersedekah
½ sha’ (dua mud atau kurang lebih 1,25 kg) dari makanan yang
mengenyangkan kepada masing-masing enam orang miskin.
DAM KIFARAT

B. Melanggar larangan membunuh hewan buruan, maka wajib


dam/fidyah dengan menyembelih hewan persamaannya,
atau bersedekah kepada fakir miskin di Tanah Suci Makkah
dengan makanan seharga hewan tersebut, atau dengan
puasa disesuaikan dengan banyaknya makanan yang mesti
disediakan, yaitu satu hari puasa untuk setiap satu mud
makanan (kurang lebih ¾ kg).
DAM KIFARAT

C. Suami istri melanggar larangan ihram dengan bersetubuh


sebelum tahallul awal maka batal hajinya dan wajib
membayar kifarat, yakni sebagai berikut :
• Menyembelih seekor unta atau sapi, kalua tidak ada menyembelih
7 ekor kambing, kalau tidak ada bersedekah seharga unta, kalau
tidak ada puasa sebanyak 10 hari (?) hitungan setiap mud satu hari
puasa.
• Menyelesaikan haji batal itu dengan tetap berlaku padanya
larangan ihram yang lain
• Wajib hajinya belum gugur dan diwajibkan mengulangi haji tahun
berikutnya secara terpisah
DAM KIFARAT

D. Pelanggaran berupa bersetubuh yang dilakukan pertama


kali setelah tahallul awal tidak membatalkan hajinya namun
wajib membayar dam dengan menyembelih seekor unta
atau sapi. Sedangkan pelanggaran bersetubuh untuk kedua
kali setelah tahallul awal wajib membayar dam berupa
seekor kambing. Demikian menurut qaul mu’tamad
(pendapat yang kuat)
DAM KIFARAT

E. Apabila seseorang yang berihram haji/umrah, namun


pelaksanaan ibadahnya terhalang karena sakit, maka
hendaklah ia berniat tahallul (melepaskan kain ihram haji
umrahnya kemudian menyembelih seekor kambing di
tempat kejadian dan dagingnya dibagikan kepada fakir
miskin di tempat itu juga. Apabila tidak ada kambing maka
diganti dengan makanan seharga kambing dan apabila tidak
sanggup maka puasa dengan perhitungan flap satu mud
(3/4 kg) makanan dengan berpuasa satu hari.
DAM KIFARAT

F. Apabila mengadakan aqad nikah di waktu ihram, maka pernikahan


itu batal. Artinya nikahnya tidak sah dan harus diulang setelah
ihram, tetapi yang bersangkutan tidak dikenakan dam.
G. Ada tiga pelanggaran ihram yang tidak dikenakan dam, tetapi
mengurangi nilai kemabruran haji, yaitu:
• Rafas (melakukan kegiatan atau mengucapkan perkataan yang
dapat menimbulkan birahi)
• Fusuq (melakukan kegiatan yang mengarah kepada pelanggaran
agama)
• Jidal (bermusuhan berbantah-bantahan), artinya apabila
pelanggaran tersebut pada saat melakukan umrah/haji maka
umrah/hajinya tetap sah tetapi gugur pahal umrah/hajinya.
MELONTAR JUMRAH PADA
HARI NAHAR

• Mujahid, Al-Tsauri dan Nakho’i: tidak dibenarkan melempar jumrah


Aqabah sebelum terbit matahari
• Abu Hanifah, Malik, Ishak dan Ibnu Munzir: diperbolehkan melontar
jumrah Aqabah setelah terbit fajar dan sebelum terbit matahari
• Ibnu Qayim dan sebagian ulama: awal waktu melontar jumrah
Aqabah bagi orang yang lemah adalah sejak terbit fajar, sedangkan
bagi orang yang mampu/kuat setelah terbit matahari
• Imam Syafi’i dan Ahmad: diperbolehkan melontar jumrah Aqabah
setelah lewat tengah malam
AKHIR WAKTU MELONTAR
JUMRAH ‘AQABAH

• Imam Syafi’i dan Ahmad: saat terbenam matahari pada akhir


hari Tasyrik
• Abu Hanifah dan Malik: bagi yang mengakhirkan melontar
jumrah ‘Aqabah sampai hari Tasyrik, maka wajib membayar
dam.
• Imam Nawawi: melontar jumrah ‘Aqabah adalah sejak
tengah malam hari Nahar sampai terbenam amatahari,
namun sebagian pendapat ulama sampai terbit fajar.
HUKUM MELONTAR JUMRAH
PADA HARI TASYRIK

• Hukum melontar jumrah pada Hari Tasyrik adalah wajib, bagi


yang meninggalkannya wajib membayar dam.
• Waktu melontar jumrah pada hari Tasyrik:
• Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad bin Hambal : sah melontar
setelah tergelincir matahari.
• Ata’ dan Towus : boleh melontar jumrah sebelum zawal.
• Imam Rofi’i dan Imam Isnawi : boleh melontar sebelum zawal
(Bahtsul Masail Muktamar NU 1994 di Cipasung Jawa Barat)
HUKUM BADAL MELONTAR

A. Bagi orang yang uzur Syar’i boleh mewakilkan kewajiban melontar


jumrahnya kepada orang lain.
B. PELAKSANAANNYA
• Wakil melontar untuk dirinya sendiri masing-masing 7 kali
lontaran, mulai dari Ula, Wustha dan ‘Aqabah, kemudian kembali
melontar untuk yang diwakili mulai dari Ula, Wustha dan ‘Aqabah.
• Wakil melontar 7 kali lontaran pada jumrah Ula, kemudian 7 kali
lontaran lagi untuk yang diwakili (tanpa harus menyelesaikan lebih
dahulu Jumrah Wustha dan ‘Aqabah).
TAWAF IFADHAH

A. KEDUDUKAN UMUM
Para ulama sepakat bahwa Thawah Ifadhah adalah salah
satu rukun haji yang bila diringgalkan menyebabkan haji
tidak sah.
B. WAKTU THAWAF IFADHAH
• Imam Syafi’i : lewat tengah malam pada hari Nahar.
• Imam Hanafi : setelah terbit fajar pada hari Nahar.
• Imam Malik : sesudah terbit matahari pada hari Nahar.
TAWAF WADA
A. PENGERTIAN
Menurut Bahasa Wada berarti pamitan atau selamat tinggal, sedangkan
menurut istilah adalah Tawaf yang berkaitan dengan jamaah yang akan
meninggalkan Makkah menuju negaranya.
B. HUKUM THAWAF WADA
• Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, Imam Ahmad dan kebanyakan ulama : wajib
dan dikenakan dam kalua meninggalkannya.
• Imam Malik, Dawud dan Ibnu Munzir : sunnah dan tidak diharuskan
membayar dam.
C. WAKTU THAWAF WADA
Sesudah selesai mengerjakan semua amala haji serta hendak meninggalkan
Makkah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai