Disusun Oleh :
Abdur Rozzaq (2001036059)
Aida Sa`adah (2001036020)
Zakiyatul Fikriyah (2001036026)
Syerli Ara Putri (2001036014)
Fahmi Anwari (2001036053)
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2021
BAB 1
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan dakwah, mutlak diperlukan penjalin hubungan
(koordinasi) diantara satu dengan yang lain. Dengan adanya penjalin hubungan yang
dilakukan oleh pimpinan terhadap para pelaksana, baik antara mereka yang berada
dalam satu kesatuan, maupun dengan kesatuan yang lainnya, dapatlah dihindarkan
kesimpangsiuran, kekacauan, kekembaran, kekosongan dan sebagainya. Kebijakan
Nabi Muhammad SAW bahwa dalam setiap menghadapi masalah beliau senantiasa
mengadakan permusyawaratan dengan para sahabatnya, disamping hal tersebut
menunjukkan bahwa musyawarah adalah merupakan prinsip ajaran islam yang
penting, yang juga sebagai sarana penjalinan hubungan antara Nabi SAW dengan para
sahabatnya satu sama lain. Sehingga terpadulah potensi mereka dalam satu kesatuan
dan kekuatan yang padu.
2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dan pentingnya controlling dakwah
2. Sebutkan langkah-langkah controlling dakwah
3. Sebutkan macam-macam controlling dakwah
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Controlling Dakwah
Terdapat beberapa pendapat para ahli yang mendefinisikan apa itu controlling,
salah satu definisi tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Robbin dan Coulter
(1999) mengartikan controlling (pengendalian) sebagai suatu proses memantau
kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan itu telah berjalan sebagaimana yang telah
direncanakan dan proses mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti Pengendalian
dan penilaian memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting bagi proses
dakwah. Ia merupakan alat pengaman dan sekaligus pendinamis jalannya proses
dakwah.
Penyelenggaraan dakwah dapat dikatakan berjalan dengan baik dan efektif,
bilamana tugas-tugas dakwah yang telah diserahkan kepada para pelaksana itu benar-
benar dilaksanakan dan pelaksanaannya pun sesuai dengan rencana dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan.
Untuk dapat mengetahui apakah tugas-tugas dakwah itu dilaksanakan dengan
baik oleh para pelaksananya, bagaimanakah tugas-tugas itu dilaksanakan, sudah
sampai sejauh manakah pelaksanaanya, apakah tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaa, dan lain sebagainya maka diperlukan adanya
pengendalian (controlling) dan penilaian (evaluasi) dari pimpinan dakwahnya.
Dengan pengendalian dan penilaian itu pimpinan dakwah dapat mengambil tindakan-
tindakan pencegahan terhadap kemungkinan akan terjadinya penyimpangan. Begitu
pula dengan pengendalian dan penilaian ini akan dapat menghentikan kekeliruan dan
penyimpangan yang sedang berlangsung. Dan di samping itu pula para pelaksana
dakwah dapat mengadakan usaha-usaha peningkatan dan penyempurnaan, sehingga
proses dakwah tidak menjadi mandeg. Akan tetapi akan menjadi semakin meningkat
maju dan sempurna. insyaAllah.
Kepentingan pengendalian dan penilaian bagi proses dakwah tidak saja
terbatas sebagai penyelamat. Namun lebih dari itu adalah juga sebagai pendinamis
dan penyempurna sebagaimana telah disebutkan di atas. Sebab, di samping
pengendalian itu ditujukan pada usaha yang sudah yang sedang dalam proses,
pengendalian juga ditujukan pada usaha yang sudah selesai pada tahapan yang telah
ditentukan. Pengendalian dan penilaian dalam artian yang terakhir ini juga punya
peranan penting bagi usaha-usaha dakwah.
1. Menetapkan standard
Langkah pertama dalam rangka proses pengendalian dan penilaian dakwah adalah
menetapkan standard atau alat pengukur. Dengan alat pengukur itu barulah dapat
dikatakan apakah tugas dakwah yang telah ditentukan dapat berjalan dengan baik ataukah
dapat berjalan tetapi kurang berhasil, atau sama sekali mengalami kegagalan total, dan
lain sebagainya. Standard itu diperoleh dari rencana itu sendiri yang telah dijabarkan
dalam target-target yang dapat diukur, baik kwalitasnya maupun kwantitasnya.
Standard itu ada yang berbentuk ukuran kwalitas hasil pekerjaan, ukuran
kwantitas hasil pekerjaan, ukuran waktu dan biaya. Standard kwalitas hasil pekerjaan,
mengukur hasil pekerjaan dari segi kwalitasnya. Standard kwantitas hasil pekerjaan
mengukur hasil pekerjaan dari segi kwantitasnya. Sedang standard waktu mengukur hasil
pekerjaan dari segi waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Begitu pula standard biaya, mengukur hasil pekerjaan dari segi biaya yang sedang dan
akan diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Dalam fase ini diadakan pemeriksaan dan penelitian bagaimana dan sejauh mana
rencana yang telah ditetapkan itu berhasil dapat dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan
berbagai macam cara, yaitu :
(2). Memberikan kepuasan kepada para pelaksana dengan di saksikan sendiri dan dengan
pembicaraan dan kontak langsung antara mereka dan atasannya,
(3). Para pelaksana yang dapat menyumbangkan pikirannya langsung kepada pimpinan
akan merasa bangga, bahwa mereka memperoleh perhatian dari pimpinan.
Akan tetapi yang perlu diingat pula, ada kelebihan pasti juga ada kelemahan.
Kelemahan itu terletak pada pihak pimpinan tidak mempunyai cukup waktu untuk secara
langsung datang dan mengunjungi sendiri pelaksanaan tugas-tugas dakwah. Untuk
mengatasi hal ini, pimpinan biasanya dapat melimpahkan tugas pemeriksaan itu kepada
petugas tertentu.
Kegiatan ini hampir sama dengan yang pertama yaitu pemeriksaan dan penelitian
kegiatan dengan cara melaporkan secara lisan. Hal ini dilakukan dengan cara para
pelaksana didatangkan untuk memberi laporan secara langsung dengan lisan. Cara ini
memang tidak sebaik cara yang pertama akan tetapi dengan cara ini pimpinan dakwah
dapat mengajukan persoalan-persoalan mengenai latar belakang pelaksanaan tugas itu.
Selain itu dalam penyusunan laporan pun bisa jadi bukan merupakan fakta yang
sesungguhnya akan tetapi sebuah rekaan yang digambarkan secara berlebihan. Untuk
mengatasi kelemahan ini, pimpinan dakwah dapat memberi petunjuk dan pedoman
kepada para pelaksana dakwah tentang bagaimana cara penyusunan laporan.
Pemeriksaan dan penelitian dengan cara ini dilakukan dengan jalan pimpinan
dakwah mengarahkan perhatiannya terhadap pengecualian atau keistimewaan yang
terjadi. Sepanjang kegiatan-kegiatan berjalan menurut rencana, maka tidak mengapa jika
tidak banyak perhatian yang diarahkan pada kegiatan tersebut. Akan tetapi jika terjadi
penyimpangan, seperti kemunduran dan sebagainya, maka diharuskan bersegera untuk
mengadakan pemeriksaan dan penelitian, mengapa sampai terjadi penyimpangan itu.
Dengan cara ini maka pengendalian dapat dilaksanakan secara lebih efektif. Sebab
perhatian sejak semula memang diarahkan pada kemungkinan terjadinya penyimpangan
itu.
Kegiatan ini dilakukan setelah kita sudah melakukan penilaian apakah dalam
kegiatan dakwah tersebut hasinya sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau
ada penyimpangan-penyimpangan. Jika ternyata ada penyimpangan-penyimpangan maka
harus segera mengambil suatu tindakan perbaikan atau pembenaran agar sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
Tindakan ini hanya dapat dilaksanakan secara tepat apabila pimpinan mengetahui
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga harus terlebih dahulu mengadakan
penelitian. Sehingga tindakanyang akan diambil dapat tepat sasaran.
BAB 3
PENUTUP
A) KESIMPULAN
Dalam organisasi Dakwah controling diartikan Riqabah, yang dimaksudkan
sebagai sebuah kegiatan yang mengukur penyimbangan dari prestasi yang
direncanakan dan menggerakkan tindakan korektif. Adapun unsur-unsur dasar
pengendalian meliputi:
1. Sebuah standar spesifikasi prestasi yang diharapkan. Ini dapat berupa sebuah
anggaran prosedur operasional, logaritma keputusan.
2. Sebuah pengukuran proses riil.
3. Sebua laporan penyimpangan pada unit pengendali.
4. Seperangkat tindakan yang dapat dilakukan oleh unit pengendali untuk mengubah
prestasi bila prestasi sekarang kurang memuaskan, yaitu seperangkat aturan
keputusan untuk memilih tanggapan yang layak.
DAFTAR PUSTAKA
El Ishaq. Ropingi. 2016. Pengantar Ilmu Dakwah Dari Teori ke Praktik. Malang: Madani.
Sanwar. Aninudin. 2009. Ilmu Dakwah “Suatu Pengantar Study”. Semarang: Gunung Jati.
Pimay. Awaludin. 2013. Manajemen Dakwah Sebuah Pengantar. Yogyakarta: CV. Pustaka
Ilmu Group Yogyakarta.