Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah ilmu pendidikan islam


Dosen Pengampu :
Redmon Windu Gumati,M.Ag

Oleh
Nurhadi :2212530
Didah Rosidah :-

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH STIT AT-TAQWA

BANDUNG

2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas
hidup dalam segala bidang. Namun, sistem dan metode yang digunakan berbeda-beda sesuai
taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing.
Di kalangan masyarakat manusia yang berbudaya modern, sistem dan metode
pendidikan yang dipergunakan setara dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan
metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan efisiensi. Sedangkan pada masyarakat
primitif mempergunakan sistem dan metode yang sederhana sesuai dengan tingkat
pengetahuan mereka. Sistem mereka menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya
sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan efektivitas dan
efisiensi.[1]
Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan untuk melatih anak didiknya dengan
sedemikian rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, dan pendekatannya terhadap segala
jenis pengetahuan banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai
etik Islam.[2]
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat untuk
beruasaha keras mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan
petunjuk wahyu Allah SWT.
Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam
masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna, dan berhasil guna. Oleh karena itu,
pendidikan Islam perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efisien melalui
sistem dan metode yang tepat. Namun, banyak para pendidik atau orang yang berkecimpung
di dunia pendidikan Islam tidak tahu bagaimana sistem dan metode pendidikan Islam itu
sendiri. Sehingga masih banyak kegagalan dalam pendidikan Islam.1

1[1] Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 69
[2] Abdurrachman Mas’ud Dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 79
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam latar belakang di atas sebagai berikut :
1. Apa pengertian sistem pendidikan Islam?
2. Apa saja komponen dan metode dalam sistem pendidikan Islam?

C. Tujuan
Adapun rumusan masalah ini mencakup beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian sistem pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui apa saja komponen dan metode dalam sistem pendidikan
islam.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, bab satu terdiri dari beberapa poin yakni latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sisitematika penulisan. Bab dua
merupakan pembahasan. Sedangkan bab tiga adalah penutup.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pendidikan Islam


Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya: suatu keseluruhan
yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded of several parts). Di antara bagian-
bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain
dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai
berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir;
suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu
kebulatan/keseluruhan yang kompleks”.
Sedangkan Campbel menyatakan bahwa sistem itu merupakan himpunan komponen
atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
[3]2
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-
masing bekerja sendiri dalam fungsinya. Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya
yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujuan pendidikan. Faktor atau unsur yang disistematisasikan adalah proses kegiatan
pendidikan dalam upaya mencapai tujuannya.
Sistem pendidikan Islam merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan
kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Ajaran yang berdasarkan atas pendekatan
sistem sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya terdiri dari berbagai sub-sub sistem dari
jenjang pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang harus memiliki vertikalitas
dalam kualitas keilmuan, pengetahuan, dan teknologinya.[4]

B. Sistem Pendidikan Islam Di Indonesia


Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan Islamdilaksanakan
secara informal pendidikan dan pengajaran Islam secara informal ini ternyata membawa
hasil yang sangat baik sekali dan bahkan menakjubkan. Karenadengan berangsur-angsur
tersiarlah agama Islam diseluruh kepulauan Indonesia, mulai sabang sampai Maluku. Sistem
pendidikan Islam informal ini, terutama yang berjalan dalam keluarga sudah diakui

2[3] Anas Sudjana, Pengantar Administrasi Pendidikan Sebagai Suatu Sistem Bandung: Rosda Karya, 1997,
hlm. 21-26
4
keampuhannya dalam menanamkan sendi-sendi agama dalam jiwa anak-anak. Mereka dilatih
membaca Al-Qur’an, melakukan shalat dengan berjamaah, berpuasa dibulan ramadhan, dan
lain-lain. Usaha-usaha pendidikan agama di masyarakat, yang kemudian dikenal dengan
pendidikan non-formal, ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat baik dalam
menunjang keberhasilan pendidikan Islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang
lebih baik dan sempurna.[5]
Dalam bentuk permulaan, pendidikan agama Islam di surau atau di masjid masih
sederhana.Tempat-tempat pendidikan yang seperti inilah yang menjadi bentuknya sistem
pendidikan pondok pesantren dan pendidikan Islam yang formal yang berbentuk madrasah
atau sekolah yang berdasarkan keagamaan.Pondok pesantren ini tumbuh sebagai perwujudan
dari strategi umat islam untuk mempertahankan eksistensinya terhadap pengaruh penjajah
barat, akibatnya surau atau masjid ini dilengserkan dan tidak dapat menampung anak-anak
yang ingin mengaji. 3
Di samping itu juga didorong oleh keinginan untuk lebih maju pendidikan agama
pada anak-anak, maka sang guru atau pak kyai dengan bantuan masyarakat memperluas
bangunan di sekitar surau atau masjid untuk tempat mengaji sekaligus sebagai asrama bagi
anak-anak.Dengan begitu anak-anak tak perlu bolak-balik pulang kerumah orang tua mareka.
Tempat mengaji seperti ini disebut Pondok Pesantren.[6]
Sitem pendidikan islam mengalami perubahan sejalannya dengan perubahan zaman
dan pergeseran kekuasaan di Indonesia. Kejayaan islam yang mengalami kemunduran sejak
jatuhnya andalusia kini mulai bangkit kembali dengan munculnya gerakan pembaharuan
islam. Sejalan dengan itu pemerintah jajahan mulai megenalkan sistem pendidikan formal
yang lebih sistematis dan teratur yang mulai menarik kaum muslimin untuk memasukinya.
Oleh karna itu sistem pendidikan di surau, langgar,atau masjid dipandang sudah tidak
memadai lagi dan perlu pembaharuan dan disempurnakan.
Jadi keinginan untuk membenahi, memperbaharui dan menyempurnakan sistem pendidikan
islam ini disebabkan oleh dua hal :
a. Semakin banyaknya kaum muslmin yang bisa menunaikan ibadah haji ke mekah dan
belajar agama disana, maka setelah pulang kembali ke tanah air Indonesia timbullah
keinginan untuk mempraktekkan cara-cara penyelenggaraan pendidikan pengajaran

3[4] Muzayyin Arifin, Op. Cit., hlm. 73

[5] Zuraini dkk, Sejarahpendidikan Islam, Jakarta, Bumiaksara , 2008, hlm. 209

[6] Zurainidkk, Sejarahpendidikan Islam, Jakarta, Bumiaksara , 2008, hlm. 212


[7] Zurainidkk, Sejarahpendidikan Islam, Jakarta, Bumiaksara , 2008, hlm. 216

5
seperti di makkah, yang pada waktu itu islam mulai bangkit kembali yang dipelopori
oleh syekh moh abdul, syekh moh rasyid rida, dan lain-lain.
b. Pengaruh sistem pendidikan barat yang mempunyai program yang lebih koordinasi dan
sistematis yang ternyata telah berhasil mencetak manusia terampil dan terdidik yang
semakin jauh dari ajaran islam.[7]

Adapun beberapa pembaharuan tentang beberapa sistem pendidikan sebagai berikut:


1. Pendidikan tradisional dan pendidikan modern
Sebagai akibat dari usaha-usaha pembaharuan pendidikan islam yang dilaksanakan
dalam rangka untuk mengejar kekurangan dan ketinggalan dari dunia barat dalam segala
aspek kehidupan, maka terdapat kecenderungan adanya kedua dalam sistem pendidikan umat
islam.

Usaha pendidikan modern yang sebagaimana telah diuraikan yang berorientasi pada
tiga pola pemikiran (islam murni, barat, dan nasionalisme), membentuk pola sistem atau pola
pendidikan modern,yang mengambil pola sistem pendidikan barat dengan penyesuaian-
penyesuaian dengan islam dan kepentingan nasional. Dilain pihak sistem pendidikan
tradisional yang telah ada dikalangan umat islam tetap dipertahankan.
Sistem pendidikan modern pada umumnya dilaksanakan oleh pemerintah, yang pada
mulanya adalah dalam rangka memenuhi tenaga-tenaga ahli untuk kepentingan pemerintah,
dengan menggunakan kurikulum dan mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan
modern. Sedangkan sistem pendidikan tradisional yang merupakam sisa-sisa dan
pengembangan sistem zawiyah, ribat atau pondok pesantren dan madrasah yang telah ada
dikalangan masyarakat, pada umumnya tetap mempertahankan kurikulum tradisional yang
hanya memberikan pendidikan dan pengajaran keagamaan.Sistem dan pola pendidikan inilah
yang selanjutnya mewarnai pendidikan islam disemua negara dan masyarakat islam, di zaman
modern ini pula yang merupakan problem pokok yang dihadapi oleh usaha pembaharuan
pendidikan islam.
Pada umumnya usaha pendidikan untuk memadukan antara kedua sistem tersebut
telah diadakan, dengan jalan memasukkan kurikulum ilmu pengetahuan modern kedalam
sistem pendidikan tradisional, dan memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum
sekolah-sekolah modern. Dengan demikian diharapkan sistem pendidikan tradisional akan
berkembang secara berangsur-angsur mengarah kesistem pendidikan modern. Inilah
sebenarnya yang dikehendaki oleh para pemikiran pembaharuan pendidikan islam., yang
berorientasi pada ajaran islam yang murni, sebagaimana yangdipelopori oleh Al-Afgani,
6
Muhammad Abduh, dan lain-lain. Sampai sekarang proses pemaduan antara kedua sistem
dan pola pendidikan islam ini, tampak masih berlangsung diseluruh Negara dan masyarakat
islam[8].
Menyadari akan pentingnya pembaharuan sistem pendidikan agama islam di
Indonesia dan sekaligus menanggulangi menjauhnya umat islam dari agamanya akibat system
pendidikan barat, maka mulailah umat islam agak sedikit bersikap terbuka dalam menerima
kenyataan-kenyataan sosial di masyarakat yang semakin modern. Sistem pendidikan di
madrasah-madrasah mulai dibenahi dan kurikulumnya tidak lagi mengkhususkan pada
pendidikan agama, tetapi telah dimasukkan ilmu pengetahuan umum yang lebih luas
disejajarkan dengan pengetahuan umum pada sekolah umum sederajat.4

2. Memperbaharui sistem pendidikan di madrasah


Dalam perjalannya, jalur pendidikan madrasah berbeda secara tajam dengan jalur
sekolah umum, baik dalam perspektif melanjutkan studi ke perguruan tinggi maupun dalam
persoalan lapangan kerja.Menyadari adanya sisitem pendiikan nasional dan hak asasi anak
untuk 5memilih bidang studi lanjutan dan lapangan kerja yang diinginkan, maka diusahakan
agar anak-anak madrasah memperoleh kesempatan yang sama untuk memasuki perguruan
tinggi umum (PTU).
Demikian pula sebaliknya.anak-anak dari jalur pendidikan umum memperoleh
kesempatan yang sama untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi agama, semacam IAIN.
Hal ini diatur dalam surat keputusan bersama (SKB) antara menteri pendidikan dan
kebudayaan dengan mentrei agama.[9]
Tetapi dalam kenyataannya tetap menunjukkan adanya disningsi yang berbeda secara
tajam. Anak-anak dari jalur pendidikan madrasah tidak mampu bersaing secara penuh dengan
anak-anak dari sekolah umum dalam memasuki PTU. Demikian pula halnya dengan
persoalan menggapai berbagai lapangan kerja. Sebaliknya, anak-anak dari jalur pendidikan
umum tidak mampu bersaing secara penuh dengan anak-anak madrasah dalam proses study
di IAIN dan meraih lapangan kerja keagamaan.
Dalam kurikulum 1994 belum terlihat secara meyakinkan adanya konsep intergrasi
ideal yang diinginkan, sebaliknya terlihat adanya pesan menjumlahkan materi agama dengan
pelajaran umum. Akibatnya, anak didik madrasah terutama madrasah suwasta terasa terlalu
banyak menanggung beban jam belajar, apabila dibandingkan jam-jam di sekolah umum.

4[8] Zurainidkk, Sejarahpendidikan Islam, Jakarta, Bumiaksara , 2008, hlm. 124-125

5[9] Mastuhu, Memberdayakan Sisitem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999, hlm. 57-58
7
sekalipun jumlah jam belajar agama di madrasah sudah dikurangi sekitar 50% dari semula.
Selain itu, kurikulum madrasah 1994 untuk pelajaran umum masih belum seimbang
jumlahnya dengan sekolah umum. Mata pelajaran agama masih merupakan bagian yang besar
pula. Kini, muatan kurikulum madrasah adalah 65% agama dan 35% umum.
Penerapan satu kurikulum baru tidak dapat mendadak karena jauh sebelumnya
sekolah yang bersangkutan sedang menggunakan kurikulum lama. Perubahan dari kurikulum
lama ke kurikulum baru inilah yang seringkali menimbulkan masalah, karena perlu
perangkat-perangkat dan visi baru untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kurikulum baru
itu. Hal ini tentu saja merupakan keresahan mendasar bagi madrasah-madrasah, terutama
yang swasta.
Perbedaan mendasar antara sistem pendidikan madrasah dengan pendidikan umum itu
jelas menunjukkan masih adanya dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu umum. Ketidak
mampuan Surat Keputusan Bersama dalam menghilangkan dikotomi itu, karena Surat
Keputusan Bersama tidak diikuti dengan konsep akademik bagaimana mengintegrasikannya.
Jadi, tanpa konsep yang jelas, keinginan untuk menghilangkan dikotomi tersebut tetap akan
meredup.6

3. Kelemahan sitem pendidikan madrasah


Kelemahan sistem pendidikan madrasah pada dasarnya sama dengan kelemahan
umum yang disandang oleh sisitem pendidikan di indonesia, yakni:[10]

a. Mementingkan materi diatas metodologi.


b. Mementingkan memori di atas analisis dialog.
c. Mementingkan pikiran fertikal atau linear diatas lateral.
d. Mementingkan penguatan pada “otak kiri” di atas “otak kanan”.
e. Materi pelajaran agama yang diberikan masih bersifat tradisional, belum menyentuh
aspek rasional.
f. Penekanan yang berlebihan pada ilmu sebagai produk final, bukan pada proses
metodologinya.
g. Mementingkan orientasi “memiliki” di atas “menjadi”.

D. Komponen Sistem Pendidikan Islam


Komponen dalam sistem pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa, pendidik, isi/materi,
situasi lingkungan, dan alat pendidikan.

6[10] Mastuhu, Memberdayakan Sisitem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999, hlm. 58-59
[11] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 49

8
Untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling
penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik.
Yang mana pendidik, siswa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan
semuanya satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.
1. Tujuan
Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam aktivitas
pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-komponen pendidikan yang
lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman kepada tujuan, sehingga efektivitas proses
pendidikannya selalu diukur apakah dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau tidak.
Menurut al-Abrasyi, tujuan akhir pendidikan Islam adalah:[11]
a. Pembinaan akhlak
b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat

c. Penguasaan ilmu
d. Keterampilan bekerja dalam masyarakat
2. Siswa7
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta
didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan islam tentang hakikat
manusia, yaitu makhluk yang memiliki dua dimensi (jasmaniyah dan ruhaniyah) yang
didesain dengan sebaik-baik model dan sekaligus fleksibel serta berpotensi tinggi untuk
dikembangkan. Keutamaan lain yang diberikan Allah SWT adalah fitrah, yakni potensi
manusiawi yang educable.[12]
3. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai ajaran
islam.[13]
4. Materi/ isi Pendidikan
Materi adalah bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan
dalam suatu sistem institusional pendidikan.
7[12] Moh. Roqib, Ilmu Pendiidkan Islam, Yogyakarta: Lkis, 2009, hlm. 59

[13] Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005, hlm. 41
[14] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm. 135

[15] Arifin, Op. Cit., hlm 136

9
Materi/isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan oleh pendidik
kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang
diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, terdapat syarat utama dalam
pemilihan beban/materi pendidikan, yaitu:
(a) materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan,
(b) materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa.[14]
Klasifikasi Ibnu Khaldun tentang ilmu-ilmu dasar pengetahuan islam yang bersumber
dari Al Qur’an meliputi sebagai berikut:[15]
a. Ilmu pengetahuan filosofi dan intelektual, terdiri dari: logika, fisika, medis, pertanian,
metafisika, serta ilmu yang berkaitan dengan kuantitas.
b. Ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences), terdiri dari: ilmu Al
Qur’an, tafsir dan tajwid, ilmu hadis, ilmu fiqh, teologi (ilmu ketuhanan), dan bahasa.
5. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung kegiatan
pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat.[16]8
a. Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam
b. Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah Diniyah, Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Universitas Islam9
c. Lingkungan masyarakat, contohnya: pondok pesantren, TPA, masjid dan mushala
6. Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang
berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh pendidik
kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.
Alat pendidikan dapat membentuk dan terkadang dalam hal tertentu dapat
menggantikan peran pendidik dalam proses pembelajaran.[17]
Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan, pertama alat
pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras yang
digunakan seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran.

E. Keistimewaan Sistem Pendidikan Islam


Sistem pendidikan Islam memiliki keistemewaan dibanding sistem pendidikan
lain,yaitu:
8[16] Abdurrachman Mas’ud Dkk, Op. Cit., hlm. 44

[17] Moh. Roqib, Op. Cit., hlm. 69

9
10
1. Adanya korelasi antara bahan-bahan pelajaran dengan agama
2. Mewujudkan prinsip dan sistem desentralisasi dalam belajar
3. Asas persamaan dalam pengajaran dan demokratisasi dalam pendidikan Islam
4. Mengkaitkan ajaran agama dengan kehidupan manusia
5. Asas kewajiban mengajar

F. Pengertian Metode Pendidikan Islam


Secara literal metode berasal dari bahasa Greek, yaitu meta yang berarti melalui,
dan hodos yang berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui. Menurut Ahmad Tafsir,
metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Sedangkan
menurut Abdul Munir Mulkan, metode pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan
untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada peserta
didik.[18]
Metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk
mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai
supra sistem.[19]

a. Prinsip Metode Pendidikan Islam


Prinsip metode pendidikan Islam:[20]
1. Niat dan orientasi dalam pendidikan Islam, yakni untuk mendekatkan hubungan manusia
dengan Allah SWT dan sesama makhluk
2. Keterpaduan
3. Bertumpu pada kebenaran
4. Kejujuran dan amanah
5. Keteladanan
6. Berdasar pada nilai (etika-moral)
7. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal peserta didik
8. Sesuai dngan kebutuhan peserta didik
9. Mengambil pelajaran pada setiap kasus
10. Proporsional dalam memberikan janji

b. Macam-macam Metode Pendidikan Islam


Macam-macam metode pendidikan Islam, menurut An-Nahlawi adalah:[21]
1. Metode hiwar (percakapan)
2. Mendidik dengan kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
3. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan)
4. Mendidik dengan memberi teladan
11
5. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengamalan
6. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidhah (peringatan)
7. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut)10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. inovasi adalah suatu ide baru yang dapat menghasilkan sebuah produk ataupun jasa.
2. Pengertian sistem pendidikan Islam adalah usaha pengorganisasian proses kegiatan
kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam
3. Komponen sistem pendidikan Islam meliputi:
a. tujuan
b. siswa
c. pendidik
d. isi/materi
e. situasi lingkungan
f. alat pendidikan
4. Keistimewaan sistem pendidikan Islam adalah:
a. Adanya korelasi antara bahan-bahan pelajaran dengan agama
b. Mewujudkan prinsip dan sistem desentralisasi dalam belajar
c. Asas persamaan dalam pengajaran dan demokratisasi dalam pendidikan Islam
d. Mengkaitkan ajaran agama dengan kehidupan manusia
e. Asas kewajiban mengajar
5. Pengertian metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian
materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan asumsi tertentu tentang
hakikat Islam sebagai supra sistem.
a. Keteladanan
b. Berdasar pada nilai (etika-moral)
c. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal peserta didik

10[18] Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005, hlm. 65
[19] Moh. Roqib. Ilmu Pendidikan Islam..., hlm. 9
[20] Ibid., hlm. 96
[21] Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Op. Cit., hlm. 73

12
d. Sesuai dngan kebutuhan peserta didik
e. Proporsional dalam memberikan janji
6. Macam-macam metode pendidikan Islam, menurut An-Nahlawi adalah:
a. Metode hiwar (percakapan)
b. Kisah Qur’ani dan Nabawi
c. Amtsal (perumpamaan)
d. Suri teladan
e. Pembiasaan diri dan pengamalan
f. Mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidhah (peringatan)
g. Targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut)
B. Saran

Setelah adanya kajian tentang inovasi baru dalam sistem pendidikan islam
sebagaiamana yanag dipaparkan dalam makalah ini, penulis berharap semoga kita sebagai
calon guru PAI dapat mengetahui bagaimana sistem pendidikan Islam. Sehingga setelah kita
mengetahui komponen-komponen yang terdapat di dalamnya, kita dapat “mengolahnya”,
agar masing-masing komponen yang bertugas sesuai fungsinya akan bekerja antara satu
dengan yang lainnya dalam rangkaian satu sistem. Serta mampu secara terpadu bergerak ke
arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Demi tercapainya tujuan pendidikan Islam. Sebagai
pendidik yang bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi peserta didik, kita harus
mampu mencetak generasi muslim yang berkualitas. Kita harus berani melakukan terobosan
baru, jangan terpaku pada metode lama. Kita harus mampu menggunakan metode yang
efektif dan efisien. Mempelajari tentang metode pendidikan Islam merupakan salah satu
langkah awal untuk menjadi pendidik yang profesional, demi terciptanya muslim yang
paripurna.

Daftar Pustaka

Al-Rasyidin. Nizar, Samsul. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat press
Arifin. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
13
Arifin Muzayyin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Mas’ud Abdurrachman Dkk. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mastuhu. 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendiidkan Islam. Yogyakarta: Lkis
Sudjana, Anas. 1997. Pengantar Administrasi Pendidikan Sebagai Suatu Sistem.Bandung:
Rosda Karya
Tafsir, Ahmad. 2004. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Yamin Martinis, Maisah. 2012. Orientasi Baru Pendidika. Jakarta: Rio Qqq
Zuhairini Dkk. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

14

Anda mungkin juga menyukai