Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM


Tentang
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun oleh:
Kelompok 3
Nabila Kenzabrina :2314040031
Uhsin Mawadi :2314040033
Nayla Salsabila :2314040037
Rahmat Vajri :2314040055
Giva Febriani :2314040056
Khairunnisa :2314040057

Dosen pengampu:
Dr.Rehani,M.Ag

TADRIS METEMATIKA(B)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
IMAM BONJOL PADANG
1445H/2023M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang "Sistem pendidikan
islam".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
pengetahuan untuk pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan sistem tersendiri di antara berbagai sistem di dunia ini,
kendatipun ada perincian dan unsur-unsurnya yang bersamaan. Dia merupakan sistem
tersendiri, baik tentang cakupannya maupun tentang kesadarannya terhadap detak-detak
jantung, goresan hati, karsa dan rasa manusia. Pengaruhnya merupakan sistem tersendiri
dalam jiwa dan kehidupan nyata. Diantara pengaruhnya adalah ummat yang pernah
mengagumkan sejarah, yaitu ummat yang memulai karirnya dari yang sekecil kecilnya
sampai mampu menyebarluaskan ajarannya ke santero jagat, ummat yang betul-betul
bercerai-berai dan hampir tak pernah berjumpa selain didalam pertarungan dan peperangan,
tetapi tiba tiba menjadi ummat yang kokoh dan bersatu, tidak ada tolak bandingannya di
bumi, menaklukkan dan menjarah, memakmurkan, membangun, menegakkan nilai nilai
moral dan kemanusiaan yang belum dikenal, baik sebelum maupun sesudahnya, menjadi
ummat yang terbesar ke seluruh muka bumi, menyebarkan cahaya petunjuk, membangun
kembali kehidupan ini atas izin Tuhan.1
Sejak awal pertumbuhan pemikiran pendidikan Islam telah tumbuh diatas dua sumber
pokok yang amat penting yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Di dalam dua sumber tersebut
terdapat ayat-ayat atau pesan-pesan yang mendorong manusia untuk belajar membaca dan
menulis serta untuk menuntut ilmu, memikirkan, merenungkan dan menganalisis ciptaan
langit dan bumi. Oleh karena itu, tujuan dari pendidikan, diantaranya untuk memberi cahaya
terang kepada hati nurani dan pikiran serta menambah kemampuan Islam dalam melakukan
proses pengajaran dan pendidikan. Karena Muhammad SAW sendiri diutus pertama-tama
untuk menjadi pendidik dan beliau adalah guru yang pertama dalam Islam2.

B.Rumusan masalah;
1. Apa itu sistem pendidikan islam?
2. Bagaimana pendidikan islam sebagai sebuah sistem?
3. Apa saja prinsip prinsip sistem pendidikan islam?

1
Muhammad Quthub, Sistem Pendidikan Islam, terjemahan, Salman Harun, (Bandung: AlMaarif, 1993), 14.
2
Ali al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, terjemahan Muhammad Arifi, (Jakarta: Reneka Cipta,
1994),1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pendidikan Islam


Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya: suatu keseluruhan
yang tersusun dari banyak bagian..3 Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti mengasuh, mendidik,
memelihara.4 Sistem pendidikan islam merupakan bagian dari pendidikan yang berorientasi
pada ajaran islam, yang saling berhubungan sehingga terbentuk suatu kesatuan untuk
mencapai tujuan tertentu.5 Sistem pendidikan islam diartikan juga sebagai langkah yang
berlandaskan sumber ajaran islam dalam melaksanakan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan islam.6
Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan islam adalah unsur-unsur yang
disusun secara teratur dan saling berkaitan untuk membentuk manusia yang berkepribadian
muslim berdasarkan ajaran agama islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.

B. Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Sistem


Tofler (1970) dalam Umar Tirta Raharja mengenalogikan sistem pendidikan (sekolah)
dengan sebuah pabrik.Memang sebenarnya pendidikan tidak dapat disamakan dengan pabrik.
Akan tetapi dilihat dari segi proses mekanismenya ada persamaan antara keduanya. Misalnya,
sebuah pabrik gula yang tujuan didirikannnya adalah untuk memproduksi gula. Pabrik itu
membutuhkan bahan mentah (raw input)berupa tebu dan bahan lainnya. Untuk memproses
tebu menjadi gula (output) diperlukan mesin-mesin penggilingan berserta perangkat lainnya
(sarana dan pra sarana/media) yang ditangani oleh para pekerja, kepala bagian sampai dengan
pimpinan pabrik (tenaga).Sudah barang tentu bekerja berdasarkan petunjuk-petunjuk,
perturan, prosedur serta jadwal yang telah ditetapkan. Di samping itu juga dilakukan
pencatatan dan pendataan mengenai hal-hal yang berhubungan perkembangan produksi
(administrasi).7
Sarana dan prasarana, ketenagaan, program dan administrasi yang diperlukan untuk
pemrosesan bahan mentah seperti dikemukakan di atas merupakan masukan instrumental
(instrumental input).
Ternyata bukan hanya itu. Jika persoalan tersebut diperluas dengan memperhitungkan
faktor lingkungan, maka faktor faktor sosial budaya, politik, keamanan dan lain-lain
merupakan komponen penting yang dapat mendukung atau mungkin menghambat proses

3
Tatang Amirin, Pengantar Sistem (Jakarta: Rajawali Press, 1886),h.11.
4
Zakiyah Drajat, 1996: 25.
5
Muhammad Aulia Rahman, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam,(Jakarta:PT.Intermasa,2002)h.69
6
Muhammad Thalib,kerangka pokok pendidikan islam,(Jakarta:Ma’alimul usroh),h,34
7
Umar Tirtaraharja dan la Sulo, op., cit. h. 59
produksi. Segenap dimensi lingkungan yang berpengaruh terhadap pemrosesan bahan mentah
(input) disebut dengan masukan lingkungan (environmental input).
Adapun komponen sistem pendidiakn yang saling bekerja sama dang saling
mempengaruhi itu adalah sebagai berikut:
1. Dasar dan Tujuan. Dasar adalah landasan atau sumber digalinya nilai-nilai
pendidikan yang memuat nilai-nilai universal. Tujuan yaitu sesuatu yang ingin
dicapai dari seluruh kegiatan pendidikan dan memberi arah kepada segenap
kegiatan pendidikan.
2. Input (masukan) yaitu siswa/mahasiswa yang akan diproses menjadi tamatan
(output).
3. Pendidik dan tenaga kependidikan, kurikulum, administrasi, sarana, anggaran dan
lainlain merupakan masukan insturumental (instrumental input) merupakan
sumber daya pendidikan yang memungkinkan diprosesnya siswa baru (input)
menjadi tamatan output (tamatan).
4. Manusia (orang tua dan masyarakat), kondisi alam, sosial budaya, politik,
ekonomi dan lain-lain merupakan masukan lingkungan (environmental input)
yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh dalam proses pendidikan.

C. Prinsip-prinsip Sistem Pendidikan Islam


Dalam prespektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada hakekatnya
adalah mengabdi kepada Allah swt sebagai realisasi dari keimanan yang diwujudkan
dalam amal untuk mencapai derajat takwa disisiNya. Beriman dan beramal soleh
merupakan dua aspek kepribadian yang dicita-citakan dalam pendidikan Islam sesuai
dengan tujuan pendidikan Islam membentuk insan yang memiliki dimensi religius dan
berkemampuan ilmiah.8 Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan peinsip yang
merupakan aspek fundamental dari dasar dan tujuan pendidikan Islam sehingga dapat
membedakannya dengan pendidikan nonIslam. Kata “prinsip” adalah akar kata dari
principia yang diartikan sebagai permulaan, yang dengan suatu cara tertentu melahirkan
hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari permula itu.9
Prinsip-prinsip dasar sistem pendidikan Islam meliputi:
1. Prinsip integrasi, suatu prinsip bahwa dunia ini merupakan jembatan menuju
akhirat. Karena itu, mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak
dapat dielakkan agar masa kehidupan dunia ini benarbenar bermanfaat untuk
bekal yang akan dibawa ke akhirat. Persiapanpersiapan merupakan kegiatan
yang layak di dunia. Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan apapun yang
didapat didalam kehidupan harus diabdikan untuk mencapai kelayakan-
kelayakan itu, terutama dengan mematuhi ketetapan Tuhan. Disinilah letak
pentingnya kedewasaan diri secara utuh sehingga dapat mengendalikannya
supaya setiap perilaku sesuai dengan keinginan Tuhan untuk kesejahteraan
hidupnya sendiri, sesama manusia, dan lingkungannya. 10 Pendidikan Islam

8
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2009, h.100.
9
Ramayulis, op.cit., h.28.
10
Munzir Hitami, Mengonsep Kembali Penddikan Islam, Infinity Press, Yogyakarta, 2004, h.24.
menyatukan sains dan agama sesuai tuntunan akidak Islam. Allah swt adalah
pencipta alam semesta termasuk manusia dan Allah swt juga yang
menurunkan hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya yang
mencakup akidah dan syariah yang dikembangkan dalam berbagai cabang
ilmu. Peserta didik harus memahami Islam sebagai pengatur berbagai aspek
kehidupan manusia dengan mengkorelasikan ajaran agama dengan ilmu
pengetahuan sehingga wawasan peserta didik menyatu dalam agama dan ilmu
pengetahuan.11
Allah berfirman dalam QS. Al – Qasash (28) ; 77 sebagai berikut:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”. QS. Al Qashash (28): 77.
Ayat ini menunjukkan kepada prinsip integrasi, dimana diri dan segala yang
ada padanya dikembangkan kepada satu arah, yakni kebajikan dalam rangka
pengabdian kepada Tuhan. Keselamatan hanya dapat dicari dengan
menumbuhkan diri sesuai dengan fitrahnya yang baik itu, sebaliknya
kegagalan akan didapat jika fitrahnya diselewengkan kearah yang negatif.
2. Prinsip keseimbangan, merupakan keharusan dalam pengembangan dan
pembinaan manusia sehingga tidak adanya kepincangan dan kesenjangan
antara material, spiritual, maupun unsur jasmani, dan rohani. Di dalam
Alquran, Allah swt menyebutkan iman dan amal secara bersamaan. Iman
adalah unsur yang menyangkut dengan hal spiritual, sedangkan amal adalah
yang menyangkut dengan material, yaitu jasmani. Dalam aspek lain dari
keseimbangan ini adalah prinsip pengembangan dan pembinaan manusia
sebagai individu dan kemasyarakatan.12 Menurut Ramayulis, prinsip
keseimbangan terdiri atas: (1) keseimbangan antara kehidupan duniawi dan
ukhrawi, (2) keseimbangan antara jasmani dan rohani, (3) keseimbangan
antara individu dan masyaraka.13
3. Prinsip persamaan, prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang yang
mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik antara jenis
kelamin, kedudukan sosial, bangsa, suku, ras, maupun warna kulit, sehingga
siapapun orangnya tetap mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan.14
4. Prinsip pendidikan seumur hidup, prinsip ini bersumber dari pandangan
manusia mengenai kebutuhan dan keterbatasan di dalam hidupnya yang selalu
berhadapan dengan tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskan manusia
itu sendiri kedalam jurang kehinaan. Dengan demikian, manusia dituntut
untuk menjadi pendidik bagi dirinya sendiri agar dapat memperbaiki dan

11
Ramayulis, op.cit., h.32
12
Munzir Hitami, op.cit., h.26.
13
Ramayulis, op.cit., h.33-34.
14
Munzir Hitami, op.cit., h.28.
meningkatkan kualitas dirinya serta menyesali perbuatan yang menyimpang
dari jalan lurus. Manusia berkewajiban mendidik dirinya sendiri dengan
senantiasa mengabdi kepada Tuhannya dengan penuh kesadaran serta
berusaha untuk menambah ilmunya.15
5. Prinsip keutamaan, pendidik bukan hanya bertugas menyediakan kondisi
belajar bagi subjek didik, tetapi turut membentuk kepribadiannya dangan
perlakuan dan keteladanan yang ditunjukkan pendidik tersebut. Prinsip
keutamaan sebagai landasan penerapan konsep-konsep pendidikan sekaligus
menjadi tujuan pendidikan itu sendiri, yakni merupakan sesuatu yang
diharapkan terbentuk dan tertanam pada diri setiap hasil didik.16
6. Prinsip pendidikan yang universal, maksudnya adalah pandangan yang
menyeluruh terhadap aspek kehidupan manusia dengan agama Islam sebagai
dasar pendidikan yang bersifat menyeluruh terhadap wujud, alam jagad, dan
hidup.17

15
Ibid, h.30.
16
Ibid, h.31
17
Ramayulis, op.cit., h.35
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Sistem pendidikan islam adalah unsur-unsur yang disusun secara teratur dan saling berkaitan
untuk membentuk manusia yang berkepribadian muslim berdasarkan ajaran agama islam
yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Secara filosofis pendidikan islam adalah berusaha
untuk mengembangkan seoptimal mungkin fitrah (potensi-potensi dasar) yang dianugerahkan
oleh Allah secara utuh, harmonis, dan seimbang dalam mewujudkan sumber daya manusia
yang berkarakter mulia atau insan kamil. Sistem pendidikan Islam berlandaskan kepada
ideologi tawhid yang bersumber kepada al-Qur’an dan al-sunnah dan ijtihad.Nilai-nilai yang
digali dari al-Qur’an dan sunnah tersebut diinternalisasikan kepada peserta didik dalam
subuah sistem pendidikan.Sistem pendidikan Islam yang merupakan satu totalitas yang
teridiri beberapa komponen yaitu input, proses, output, pendidik dan tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana biaya dan lain-lain (instruemental input), dan komponen lingkungan.
Komponen-komponen tersebut bekerjama dan saling mempengaruhi yang diarahkan kepada
pencapaian tujuan pendidikan Islam yanitu mewujudkan SDM yang yang berkarakter islami.

Daftar Pustaka

Muhammad Quthub, Sistem Pendidikan Islam, terjemahan, Salman Harun, (Bandung:


AlMaarif, 1993), 14.
Ali al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, terjemahan Muhammad Arifi, (Jakarta:
Reneka Cipta, 1994),1
Tatang Amirin, Pengantar Sistem (Jakarta: Rajawali Press, 1886),h.11.
Zakiyah Drajat, 1996: 25.
Muhammad Aulia Rahman, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam,
(Jakarta:PT.Intermasa,2002)h.69
Muhammad Thalib,kerangka pokok pendidikan islam,(Jakarta:Ma’alimul usroh),h,34
Umar Tirtaraharja dan la Sulo, op., cit. h. 59
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2009, h.100.
Ramayulis, op.cit., h.28.
Munzir Hitami, Mengonsep Kembali Penddikan Islam, Infinity Press, Yogyakarta, 2004,
h.24.
Ramayulis, op.cit., h.32
Munzir Hitami, op.cit., h.26.
Ramayulis, op.cit., h.33-34.
Munzir Hitami, op.cit., h.28.
Ibid, h.30.
Ibid, h.31
Ramayulis, op.cit., h.35

Anda mungkin juga menyukai