Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA ISLAM

Karakteristik Ajaran Agama Islam

Dosen : Muhtadinn S. Pd.


Disusun oleh kelompok 4:
1. Amaria Diva Pratista (17)
2. Nadia Sefian Dhita (18)
3. Marsalya Pusparani (19)
4. Rifqi Al Farid (20)
5. Dela Asri August Putri (21)
6. Salwa Dzahabiyyah Putri (22)

Politeknik STIA LAN Jakara


Tahun 2021/2022
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Agama Islam berjudul
Karakteristik Ajaran Agama.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada.
1. Bapak Muhtadin selaku dosen mata kuliah Agama Islam.
2. Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Amiin.

Jakarta, 08 September 2021


Tim penyusun,

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Ia dapat
melahirkan kualitas manusia secara utuh baik secara fisik maupun psikis. Pendidikan akan
menjadikan manusia memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sifat-sifat terpuji sehingga
mampu menghadapi semua problematika kehidupan yang dihadapi. Pendidikan juga
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan agama dan pendidikan keagamaan merupakan salah satu jenis pendidikan
yang memiliki peran sangat penting dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan agama dan pendidikan keagamaan memiliki tujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta
didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati tujuan,
dan akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Oleh
karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu:
pertama mendidik siswa agar untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak yang
Islami. Kedua, mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di berbagai jenjang dan jenis
pendidikan secara keseluruhan berada pada lingkup Alquran dan Hadits, keimanan, akhlaq,
fiqih, dan sejarah. Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup pewujudan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah swt, diri sendiri, sesama
manusia, mahluk lainnya maupun lingkungannya. Jadi pendidikan agama Islam merupakan
usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, pendidikan agama dapat dikatakan proses pembelajaran yang
memiliki tujuan atau target mengoptimalkan pemahaman dan ketrampilan dalam bidang ilmu
agama, sehingga lulusannya benar-benar memiliki kualitas yang utuh dan komprehensif.
Dapat dikatakan bahwa pendidikan agama dan pendidikan keagamaan memiliki dua misi
yang harus diwujudkan, yaitu misi akademik/keilmuan dan misi dakwah.
Misi akademik, yaitu pendidikan agama dan pendidikan keagamaan harus
memberikan kemampuan dan ketrampilan dalam mengembangkan teori-teori agama (Islam),
sehingga ilmu ke-Islaman mampu berkembang secara cepat, sistematis, dan responsif.
Sedangkan misi dakwah, yaitu pendidikan agama dan pendidikan keagamaan harus mampu
melahirkan profil lulusan yang mampu memberikan penjelasan agama bagi masyarakat,
sehingga nilai-nilai ajaran Islam benar-benar dapat diimplementasikan ke dalam realitas
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam Menurut Ajaran

Secara etimologi, kata islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama, Yuslimu
Islaman yang berarti keselamatan. Kata ini juga bias dibentuk dari tiga susunan huruf
yaitu sin, lam, dan mim. Dalam Al-Qur’an kata-kata yang dibentuk dari huruf tersebut
memiliki banyak makna yaitu :
1. As-salmu yang berarti damai yang termaktub dalam Al-Qur’an surah Anfaal:61
Terjemah : “ Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah
kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya dialah yang Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui “.      

2. Aslama yang bermakna pasrah terdapat pada Al-Qur’an An-Nisa ayat 125, yang
artinya adalah “ Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan diri kepda Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya.
Kata islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada
wahyu yang datang dari Allah SWT,. Bukan dari manusia, dan bukan pula berasal dari
Nabi Muhammad SAW. Posisi nabi dalam agama islam diakui sebagai yang ditugasi oleh
Allah untuk menyebarkan ajaran islam terssebut kepada umat manusia. Dalam proses
ajaran islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh
prakteknya. Namun keterlibatan inni masih dalam batas-batas yang dibolehkan tuhan.
Dengan demikian, secara istilah islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari
Allah SWT.
Kata islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan
manusia dari suatu negeri. Kata islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri.
Hala demikian dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh
Allah SWT. Selanjutnya dilihat dari segi ajarannya, Islam adalah agama yang sepanjang
srejarah manusia. Agama dari seluruh nabi dan rosul yang pernah diutus oleh Allah
SWT., pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Islam itulah agama bagi
Adam as, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan nabi Isa as.
Hal demikian dapat dipahami dari yat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang
menegaskan bahwa nabi tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah. Namun
demikian perlu ditegaskan, bahwa meskipun para nabi tersebut telah meyatakan diri, akan
tetapi agama yang mereka anut itu bukan bernama agama islam. Misi agama yang mereka
anut adalah islam, tetapi agama yang mereka bawa namanya dikaitkan dengan nama
daerah atau nama penduduk yang menganut agama tersebut. Agama yang dibawa oleh
Nabi Isa as misalnya, meskipun misinya penyerahan diri kepada Allah (Islam), tetapi
nama agama tersebut adalah Kristen, yaitu nama yang dinisbahkan kepada Yesus Kristus
sebagai pembawa agama tersebut, atau agama Nasrani, yaitu naama yang dinisbahkan
kepada tempat kelahiran Nabi Isa, yaitu Nazaret.
B. Karakteristik Ajaran Islam

Karakteristik berasal dari bahasa Inggris, “Character”, yang berarti watak, karakter,


dan sifat. Selanjutnya, kata ini menjadi Characteristik yang berarti sifat yang khas, yang
membedakan antara satu dengan yang lainnya. Dalam bahasa Indonesia, character berarti
sifat yaitu rupa atau keadaan yang tampak pada suatu benda. Atau kata yang menyatakan
keadaan sesuatu seperti panjang, keras, dan besar. Sedangkan islam mempunyai arti
agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-quran dan
diturunkan di dunia ini melalui wahyu Allah. Dari defenisi tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa karaktker ajaran Islam adalah sesuatu karakter yang harus dimiliki
oleh setiap umat manusia dengan berpedoman pada Al-Quran dan hadis.

Sebagai muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk
itu, seorangmuslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaffah (total, menyeluruh),
bukan hanya mementingkan satu aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang
lainnya. Oleh karena itu, pemahaman kita terhadap ajaran Islam secara syamil
(menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu keharusan.Disinilah letak pentingnya
kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam dengan baik.

Karakteristik ajaran islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh setiap
muslim dengan berpedoman pada Al-qur’an dan Hadist. Dari berbagai sumber tentang
islam yang ditulis para tokoh, diketahui bahwa islam memiliki karakteristik yang khas,
yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam ajrannya. Karakter tersebut anatara lain :

1. Dalam bidang akidah


Akidah islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Yang
diyaniki daan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah. Dalam
prosesnya keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara. Akidah
islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib
disembah.

2. Dalam bidang agama


Karakteristik ajaran islam dalam bidang agama mengkaui adanya pluralism
sebagai suatu kenyataan, juga mengkui adanya universalisme, yakni mengajarkan
kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat baik dan mengajak pada
keselamatan. Dengan demikian, karakteristik ajaaran islam dalam visi keagamaannya
bersifat toleran, pemaaaf, tidak memaksakan, dam saling menghargai kaarenaa dalam
pluralisme agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.

3. Dalam bidang ibadah


Ibadah yang dibahas dalam bagiaan ini adalah dalam arti yang nomer dua,
yaitu ibadah khusus. Ketentuan ibadah demikian itu termasuk salah satu  bidang
ajaran islam dimana akal manusia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan
otoritas Tuhan sepenuhnya.
4. Dalam bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan islam memiliki rumusan yang jelas dalam tujuan,
kurikulum, guru, metode, sarana dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan
dengan pendidikan ini dapat dari kandungan surat al-Alaq. Di dalam Al-Qur’an dapat
djumpai berbagai metode pendidikan, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi
demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasihat
dan lain sebagainya.

5. Dalam bidang sosial


Karakteristik ajaran islam dibidang sosial ini, Islam menjunjung tinggi tolong
menolong, saling menasihati, kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa dan
kebersamaan. Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan islam bukan
ditentukan oleh nenek moyangya, kebangsaannya, warna kulit, bahasa, jenis kelamin,
dan lain sebagainya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang
ditentukan oleh ketakwaannya yang ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang
bermanfaat bagi manusia.

6. Dalam bidang ekonomi


Karakteristik ajaran islam yang selanjutnya dapat dari konsepsinya dalam
bidang kehidupan yang harus dilakukan. Urusan di dunia dikejar dalam rangka
mengejar kehidupan akhirat, kehidupan akhirat dapat dicapai dengan dunia.
Pandangan islam mengenai kehidupan di bidang ekonomi itu dicerminkan dalam
ajaran fiqih yang menjelaskan bagaimana menjelaskan sesuatu usaha ataupun ajaran
islam mengenai berzakat juga dalam konteks berekonomi.

7. Dalam bidang Kesehatan


Ciri khas islam selanjutnya dapat dilihat dari konsepnya mengenai kesehatan.
Ajaran islam memegang prinsip pencegaham yang lebih dari pada penyembuhan.
Prinsip ini berbunyi al-wiqayah khairmin al-‘laj. Untuk menuju pada upaya
pencegahan tersebut, islam menekankan segi kebersihan lahir dan batin. Kebersihan
lahir dapat mengambil bentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitar, badan,
pakaian, makanan, minuman, dan lain sebagainya.

8. Dalam bidang politik


Dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 156 terdapat perintah mentaati ulil
amri terjemahannya termasuk penguasa di bidang politik, pemerintah dan agama.
Dalam hal ini islam tidak menerangkan atau meyuruh ketaatan yang buta. Tetapi
menghendaki suatu ketaatan yang kritis dan selektif, maksudnya adalah jika
pemimpin tersebut berpegang teguh kepada tuntunan Allah SWT., dan Rasul-Nya
maka kita patut mentaatinya, tetapi jika pemimpin tersebut bersebelahan dan
bertentangan dengan kehendak Allah SWT., dan Rasul-Nya maka boleh dikritik atau
diberi saran agar kembali ke jalan yang benar denga cara-cara yang persuasif. Dan
jika pemimpin tersebut juga tidak meghiraukan, boleh saja untuk tidak dipatuhi.

9. Dalam bidang pekerjaan


Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu,
terarah kepada pengabdian kepada Allah SWT., dan kerja yang bermanfaat bagi orang
lain. Untuk itu islam tidak menekankan pada banyaknya pekerjaaan, tetapi pada
kualitas manfaat kerja.

10. Bidang Ilmu dan Kebudayan


Para ilmuwan muslim juga mempergunakan berbagai  pendekatan untuk
mengetahui dan memahami karakteristik ajaran islam. Dan tidak untuk
memperdebatkan antara satu stu dengan yang lainnya. Melainkan lebih mencari sisi
persamaan utntuk kemaslahatan umat. Karakteristik tersebut mencerminkan islam
sebagai risalah yang dibawa Muhammad merupakan pelengkap risalah-risalah yang
telah dibawa terlebih dahulu.

Islam bisa dibilang bisa menjiwai dalam setiap bidang selain agama. Hal itu
membuat islam memiliki karakteristik tersendiri jika dipraktekkan dalam segala aspek
kehidupan seperti ekonomi, hukum, etika, sosial, pendidikan dan lain sebagainya.
Diantara karakteristik yang menonjol itu antara lain dalam bidang ilmu dan budaya.

Karakteristik ajaran islam dalam bidang ilmu  dan kebudayaan bersikap


terbuka, akomodatif, tetapi juga selektif. Yakni dari satu segi islam terbuka dan
akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari lua, tetapi bersamaan dengan itu
islam juga selektif, yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan
kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan islam.

Karakteritik dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat


pula dilihat dari 5 ( lima ) ayat pertama surat al-Alaq yang diturukan Tuhan kepada
Nabi Muhmmad SAW. Pada ayat tersebut terdapat kata iqra’ yang diulang sebanyak
dua kali. Kata tersebut menurut A. Baiquni, selain berarti , membaca dalam arti biasa,
juga berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan,
menganalisa dan penyimpulan secara induktif.

Demikian pentingnya ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang


menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah. Islam menempuh jalan
demikian, karena denga ilmu pengetahuan tersebut seseorang dapaat meningkatkan
kualitas dirinya untuk meraih berbagai kesempatan dan peluang. Hal demikian
dilakukan islam, karena informasi sejarah mengatakan bahwa pada saat kedatangan
islam ditanah Arab, masala ilmu pengetahuan dalah milik kaum elit tertentu yang
tidak boleh dibocorkan kepada masyarakat umum. Hal demikian juga dilakukn agar
masyarakat tersebut bodoh yang selanjutnya mudah dijajah, diperbudak dan
disampingkan keyakinannya serta domba.

C. Macam-macam Karakteristik Ajaran Islam


1. Robbaniyyah.
Allah Swt merupakan Robbul alamin (Tuhan semesta alam), disebut juga dengan
Rabbun nas (Tuhan manusia) dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik
Islam itu adalah Robbaniyyah, itu artinya bahwa Islam merupakan agama yang
bersumber dari Allah Swt, bukan dari manusia, sedangkan Nabi Muhammad Saw
tidak membuat agama ini, tapi beliau hanya menyampaikannya.

2. Insaniyyah.
Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam merupakan
satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada
satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia. Seks misalnya,
merupakan satu kecenderungan jiwa manusia untuk dilampiaskan, karenanya Islam
tidak melarang manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya selama tidak
bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Prinsipnya, manusia punya kecenderungan untuk cinta pada harta, tahta, wanita dan
segala hal yang bersifat duniawi, semua itu tidak dilarang di dalam Islam, namun
harus diatur keseimbangannya dengan kenikmatan ukhrawi.

 
3.     Syumuliyah.
Karakteristik ajaran Islam yang bersifat Syumuliah dapat dilihat dari segi kedudukannya atau
perbandingannya dengan agama-agama samawi lainnya, yakni bahwa ajaran islam adalah
agama yang terakhir, yang melengkapi dan menyempurnakan agama-agama samawi
yang sebelumnya itu. Jika islam diibaratkan sebagai  sebuah bangunan, maka agama-agama
lainnya ada yang membawa lantainya, dindingnya, gentingnya, tiangnya, dan sebagainya,
maka agama islam membawa semuanya dan mengkonstruksinya menjadi sebuah bangunan
yang kokoh[4].
Selanjutnya, jika agama-agama samawi lainnya hanya mengandung ajaran yang berkenaaan
dengan aspek tertentu saja, aspek aqidah, ibadah, atau akhlak. Maka ajaran Islam  tidak hanya
mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu
nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari urusan pribadi,
keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.
Hal ini sejalan dengan hadist Nabi SAW:
‫وا كال‬L‫رة وال تكون‬L‫دنيا بالغ الى االخ‬LL‫ان ال‬L‫ا ف‬L‫ا جميع‬L‫ليس بخيركم من ترك دنياه الخرته وال اخرته لدنياه حتى يصيب منهم‬
)‫( رواه ابن عساكير عن انس‬.‫على الناس‬
Bukanlah orang terbaik diantara kamu sekalian, orang yang meninggalkan urusan dunia,
karena hanya mementingkan urusan akhirat saja, atau meninggalkan urusan akhirat karena
hanya mementingkan urusan dunia saja, melainkan yang baik itu adalah yang mementingkan
kedua-duanya, karena dunia adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat dan
janganlah kamu menjadi beban manusia.(HR.Ibn Asakir dari Anas r.a)[5]
Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah diamalkan,
tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang islami. Karena itu, di
dalam Islam kita dapati konsep tentang dakwah, jihad dan sebagainya. Dengan demikian,
segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam, Allah berfirman dalam Surah An-Nahl : 89
tPöqtƒurß]yèö7tR’ÎûÈe@ä.7p¨Bé&#
´‰‹Îgx©OÎgøŠn=tæô`ÏiBöNÍkŦàÿRr&($uZø¤Å_uršÎ/#´‰‹Íky4’n?
tãÏäIwàs¯»yd4$uZø9¨“tRuršø‹n=tã|=»tGÅ3ø9$#$YZ»u‹ö;Ï?Èe@ä3Ïj9&äóÓx«“Y
‰èdurZpyJômu‘ur3“uŽô³ç0urtûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9ÇÑÒÈ

yang artinya: "Dan Kami turunkan kepadamu al kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."
4.     Al Waqi'iyyah.
Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah (realistis), ini menunjukkan bahwa
Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat
direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun
mereka berbeda latar belakang, kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak,
berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat
istiadat dan sebagainya.
Disamping itu, Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan
Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif
dari kemajuan zaman. Ini berarti, Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman.
5.     Al Wasathiyah.
Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu, ada yang
lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih
menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah Swt
menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang pertengahan), umat
yang seimbang dalam beramal, baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan
jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.
Manusia memang membutuhkan konsep agama yang seimbang, hal ini karena tawazun
(kesimbangan) merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan malam, gelap
dan terang, hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi keseimbangan dalam
hidup ini. Dalam soal aqidah misalnya, banyak agama yang menghendaki keberadaan Tuhan
secara konkrit sehingga penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga
agama yang menganggap tuhan sebagai sesuatu yang abstrak sehingga masalah ketuhanan
merupakan khayalan belaka, bahkan cenderung ada yang tidak percaya akan adanya tuhan
sebagaimana komunisme. Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang
ada, namun adanya tidak bisa dilihat dengan mata kepala kita, keberadaannya bisa dibuktikan
dengan adanya alam semesta ini yang konkrit, maka ini merupakan konsep ketuhanan yang
seimbang. Begitu pula dalam masalah lainnya seperti peribadatan, akhlak, hukum dan
sebagainya.
6.     Al Wudhuh.
Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas (Al Wudhuh).
Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan
mengamalkan ajaran Islam, bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab
dengan jelas, apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Islam
itu sendiri.

Dalam masalah aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap,
seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep
syari'ah atau hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan peribadatan
dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq dengan yang bathil, begitulah
seterusnya dalam ajaran Islam yang serba jelas, apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh
Rasulullah Saw.
7.     Al Jam'u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah.
Di dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel (al jam'u baina
ats tsabat wa al muruunah). Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak
bisa diganggu gugat, dia mesti begitu, misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan, tapi
dalam melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel, misalnya bila seorang muslim
sakit dia bisa shalat dengan duduk atau berbaring, kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama'
dan diqashar dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu, berwudhu bisa diganti
dengan tayamum. Ini berarti, secara prinsip Islam tidak akan pernah mengalami perubahan,
namun dalam pelaksanaannya bisa saja disesuaikan dengan situasi dan konsidinya, ini bukan
berarti kebenaran Islam tidak mutlak, tapi yang fleksibel adalah teknis pelaksanaannya.
B.     Pengertian Prinsip Ajaran Islam

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, prinsip diartiakan sebagai asas, kebenaran yang jadi
pokok dasar orang berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris dijumpai
kata prinsiple yang diartikan asas, dasar, prinsip, dan pendirian.
Dalam bahasa Arab, kata prinsip merupakan terjemahan dari kata asas,dan jamaknya usus,
yang berarti Fundation (dasar bangunan), Fundamental (yang utama), grounwork (landasa
kerja), Basis (tiang utama), Keynote (kata kunci)[6].
Dengan demikian prinsip diartikan sebagai tempat yang dijadikan sandaran atau pijakan
dalam membangun sesuatu, atau sebagai landasan yang digunakan untuk mengembangkan
konsep atau teori.
D. Perbedaan ajaran islam dengan ajaran agama lain
    Walaupun terdapat beberapa kesamaan antara ajaran islam dengan ajaran agama
lain,namun Islam tetaplah Islam. Perbedaan diantara agama-agama dan aliran kepercayaan
jelas sekali terlihat. Dalam beberapa peristiwa sejarah, perbedaanlah yang menjadi penyebab
terjadinya peperangan diantara umat-umat beragama. Agama-agama samawi yang 
merupakan satu rumpun,syari’atnya sama-sama datang dari Tuhan yang Esa, memiliki
persamaan sekaligus perbedaan. Syari’at agama Yahudi dan Kristen tidak berlaku
lagi,dikarenakan telah datang syari’at yang nyata dari Allah swt. sebagai pelengkap syariat-
syariat sebelumnya yakni Islam. Begitu juga dengan agama Ardhi, Islam sangatlah berbeda
dari mereka semua. Adapun beberapa perbedaan ajaran agama islam dengan ajaran agama
lain,yakni:
1. perbedaan dalam mengimani keesaan tuhannya
 Allah mempunyai sifat-sifat wajib,mustahil dan jaiz,semuanya menunjukan kesempurnaan
tuhan dan kesuciannya. Ternyata terdapat perbedaan antara Islam dan agama lain dalam hal
keesaan tuhan. Dalam Islam keesaan tuhan ini meliputi zatnya. Artinya zat tuhan itu hanya
satu, tidak terdiri dari beberapa oknum(dwi tunggal) seperti tuhan dalam agama Zoroaster.
Atau tiga oknum dalam(trinitas/tri tunggal) seperti tuhan dalam agama Kristen atau
Hindu[10].
Mempercayai keesaan Allah dalam zatnya,sifat-sifatnya dan ciptaannya adalah kepercayaan
tauhid yang murni(pure monotheisme), sebagaimana  Allah swt berfirman:
öArtinya:“katakanlah dialah Allah yang maha esa. Allah adalah tuhan yang bergantung
kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan dia”.[11]
Dalam hal ini jelas sekali terlihat perbedaan agama Islam dengan agama lainnya, karena
Islam adalah monotheisme yang paling murni/asli. Bedanya dengan Yahudi adalah bahwa
Yahudi mempunyai satu tuhan yang hanya teruntuk bangsa Yahudi saja. Sedangkan Islam
mempunyai Allah swt yang tidak hanya sebagai tuhan nasional, tetapi juga sebagai Tuhan
Internasional.

2.  Kitab wahyu Islam (Alquran) itu unik dan membedakan wajah agama ini dari agama-
agama lainnya.
Kendati musuh-musuh Islam berupaya secara terpadu selama berabad-abad,mereka tidak
dapat menyamai bagian kecil sekalipun dari kitab yang ajaib ini. Kelebihannya tidak hanya
terletak di dalam keindahan dan kesusastraannya,melainkan di dalam kebersahahajaannya
dan keluasan wawasan serta kepekaan ajarannya. Al-Qur’an memproklamirkan bahwa
ajarannya adalah yang terbaik,suatu pengakuan yang tidak dibuat oleh kitab-kitab wahyu
lainnya. Allah swt telah menjaga keotetikan kitab umat Islam sehingga prinsip-prinsip dasar
Islam dan sumber-sumber acuannyasebagai risalah agama yang terakhir bagi umat manusia.
Sehingga tidak mengalami distorsi,manipulasi dan perubahan. Sedangkan dalam agama lain
telah mengalami perubahan yang diselewengkan atau telah hilang lenyap sama sekali.
Alquran mangaku telah mengkombinasikan unsur-unsur ajaran samawi yang terbaik yang
terdapat di dalam kitab-kitab suci terdahulu dan telah menempatkan di dalamnya semua
ajaran yang abadi dan luas rangkumannya. Alquran mengingatkan:
 “Sesungguhnya inilah yang diajarkan dalam kitab-kitab terdahulu, kitab-kitab suci Ibrahim
dan musa” (87:19)

3.  Islam memproklamirkan persamaan yang lengkap diantara umat manusia tanpa


mengindahkan perbedaan kasta, kepercayaan, dan warna kulit. Satu-satunya tolak ukur
kehormatan yang diakuinya ialah ketakwaan, bukan keturunan, kekayaan, ras dan warna
kulit. Alquran mengatakan:
    “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah ialah yang paling bertakwa
diantara kalian” (49:140)

dan lagi:
    “Barangsiapa beramal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan, sedang ia orang yang
beriman-mereka akan memasuki surga, mereka akan diberi rezeki di dalamnya tanpa
perhitungan”. (40:41)

         Hal ini tentu jelas sekali berbeda dengan konsep beberapa agama lain, bahwa hal-hal
yang menyangkut keduniaan tidak terlalu diperhitungkan dalam Islam untuk menjalin
hubungan dengan sesama manusia. Siapapun dia,dari manapun dia, asalkan dia bertakwa
maka dia adalah saudara kita,dan kita wajib membantu jika dia dalam kesusahan. Sedangkan
agama lain  ada yang hanya mengindahkan keyakinan yang sama dengannya seperti agama
Yahudi dan ada yang memakai sistem kasta seperti agama Hindu.
Oleh karena itu,berdasarkan penjelasan diatas,dapat dimpulkaan bahwa terdapat banyak
sekali perbedaan ajaran Islam dengan ajaran agama lainnya yang disebutkan di atas hanya
beberapa saja. Ajaran ialam itu berdasarkan pada firman-firman Allah swt. Hal ini sebagai
bukti bahwa Islam adalah agama yang sempurna sekaligus penyempurna ajaran agama
lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
            Kata islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada
wahyu yang datang dari Allah SWT,. Bukan dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi
Muhammad SAW. Posisi nabi dalam agama islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah
untuk menyebarkan ajaran islam terssebut kepada umat manusia.
            Selanjutnya dilihat dari segi ajarannya, Islam adalah agama yang sepanjang srejarah
manusia. Agama dari seluruh nabi dan rosul yang pernah diutus oleh Allah SWT., pada
bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Islam itulah agama bagi Adam as, Nabi
Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan nabi Isa as. Hal demikian dapat
dipahami dari ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa nabi
tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah. Namun demikian perlu ditegaskan,
bahwa meskipun para nabi tersebut telah meyatakan diri, akan tetapi agama yang mereka anut
itu bukan bernama agama islam. Misi agama yang mereka anut adalah islam, tetapi agama
yang mereka bawa namanya dikaitkan dengan nama daerah atau nama penduduk yang
menganut agama tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Metedeologi Study Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1998.
Razak, Nasruddin. Dienul Islam : Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah dan Way
Of  Life.  Jakarta : Al-Ma’rif, 1989.
Madjid, Nur Cholis. Islam: Doktrin dan Peradapan. Jakarta: Paramida,2008

Anda mungkin juga menyukai