Prinsip Pari Passu Prorata Parte menentukan bahwa harta kekayaan tersebut(debitor)
merupakan jaminan bersama untuk para kreditor dan hasilnya harus dibagikan secara
proporsional antara mereka, kecuali jika diantara para kreditor itu yang menurut undang-
undang harus didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya.Prinsip ini terdiri dari
istilah pari passu yaitu Bersama-sama memperoleh pelunasan tanpa ada yang didahulukan
dan istilah pro rata parte yaitu didihitung berdasarkan pada besarnya piutang masing-masing
dibandingkan terhadap piutang mereka secara keseluruhan terhadap seluruh harta kekayaan
debitor.Dalam prinsip ini menekankan pada pembagian harta debitor untuk melunasi utang-
utangnya terhadap kreditor secara lebih berkeadilan dengan cara sesuai sengan proporsinya
bukan sama rata11M. Hadi Subhan, op.cit., hlm. 30. Prinsip ini bertujuan untuk memberikan keadilan
terhadap kreditor dengan konsep keadilan proporsional dimana kreditor yang memiliki
piutang yang lebih besar akan mendapatkan pembayaran piutangnya sesuai dengan porsinya
dan kreditor yang memiliki piutang yang lebih kecil juga akan mendapatkan pembayaran
yang sesuai dengan porsinya. Prinsip Structured Creditors adalah prinsip yang
mengklasifikasikan dan mengelompokkan macam-macam debitor sesuai dengan kelasnya
masing-masing. Prinsip Structured Creditors merupakan salah satu prinsip di dalam hukum
kepailitan yang memberikan jalan keluar\keadilan bagi para kreditor.Dalam
kepailitan,kreditor diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :
Ketiga prinsip tersebut sangat penting baik dari segi hukum perikatan dan hukum jaminan
maupun kepailitan. Jika tidak adanya prinsip ini maka pranata kepailitan menjadi tidak
bermakna karena filosofi dari kepailitan sendiri adalah sebagai pranata untuk melakukan
likuidasi terhadap asset debitor yang memiliki banyak debitur dimana tanpa adanya kepailitan
maka para kreditor akan saling berebut baik secara sah maupun secara tidak sah sehingga
menimbulkan ketidakadilan baik terhadap debitor maupun terhadap kreditor khususnya yang
masuk belakangan sehingga tidak mendapatkan bagian dari harta debitor untuk pembayaran
utuang-utang debitor. Adapun pengaturan mengenai prinsip ini diatur pula di
dalam Pasal 189 ayat (4) dan (5) dan penjelasan Pasal 176 huruf a Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang.
Prinsip Debt Collection adalah suatu konsep pembalasan dari kreditor terhadap debitor pailit
dengan menagih klaimnya terhadap debitor atau harta debitor.Pada zaman dahulu prinsip ini
dimanifestasikan dalam bentuk perbudakan, pemotongan Sebagian tubuh debitor
(multilation) dan bahkan percincangan tubuh debitor (dismemberment).Tri Hernowo
menyatakan bahwa kepailitan dapat digunakan sebagai mekanisme pemaksaan dan
pemerasan. Emmy Yuhassarie menyatakan bahwa hukum kepailitan dibutuhkan sebagai alat
collective proceeding, artinya tanpa adanya hukum kepailitan masing-masing kreditor akan
berlomba-lomba secara sendiri-sendiri mengklaim asset debitor untuk kepentingan masing-
masing kreditor. Oleh karena itu hukum kepailitan dapat mengatasi apa yang disebut
collectice action problem yang ditimbulkan dari kepentingan individu dari masing-masing
kreditur. Jadi hematnya bahwa Prinsip Debt Collection merupakan prinsip yang menekankan
bahwa utang dari debitor harus dibayarkan dengan harta yang dimiliki oleh debitor sesegera
mungkin untuk menghindari iktikad buruk dari debitor dengan cara menyembunyikan atau
menyelewengkan terhadap segenap harta bendanya yang sebenarnya adalah sebagai jaminan
umum bagi kreditornya.Manifestasi dari prinsip debt collection dalam kepailitan adalah
ketentuan-ketentuan untuk melakukan pemberesan asset dengan jalan likuidasi yang cepat
dan pasti.