Anda di halaman 1dari 3

Ada beberapa prinsip yang digunakan dalam penyelesaian kepailitan yaitu :

1. Prinsip Paritas Creditorium (Prinsip Kesetaraan Para Kreditur)


Prinsip Paritas Creditorium ini menentukan bahwa kreditor (Orang yang memberikan kredit\
utang) mempunyai hak yang sama tanpa dibedakan antara kreditor separatis, kreditor
preferen, dan kreditor konkuren terhadap semua harta benda debitor dengan ketentuan apabila
debitor (Orang yang berhutang) tidak mampu membayar hutangnya maka kekayaan debitor
akan menjadi sasaran .1Mahadi, Falsafah Hukum : Suatu Pengantar, Alumni, Bandung, 2003, hlm. 135. Dalam
prinsip ini mengandung makna bahwa semua kekayaan debitor baik yang berupa barang
bergerak ataupun barang tidak bergerak maupun harta yang sekarang telah dipunyai debitor
dan barang-barang dikemudian hari akan dimiliki debitor terikat kepada penyelesaian
kewajiban debitor.2 M. Hadi Subhan, op.cit., hlm. 27-28.Dalam prinsip ini akan menimbulkan suatu
ketidakadilan dimana para kreditor yang berkedudukan sama antara satu kreditor dengan
kreditor lainnya. Prinsip ini tidak membedakan perlakuan terhadap kondisi kreditor, baik
kreditor dengan piutang besar maupun kecil, pemegang jaminan, atau bukan pemegang
jaminan. Oleh karenanya, ketidakadilan prinsip paritas creditorium harus digandengkan
dengan prinsip pari passu pro rata parte dan prinsip structured creditors

2. Prinsip Pari Passu Prorata Parte

Prinsip Pari Passu Prorata Parte menentukan bahwa harta kekayaan tersebut(debitor)
merupakan jaminan bersama untuk para kreditor dan hasilnya harus dibagikan secara
proporsional antara mereka, kecuali jika diantara para kreditor itu yang menurut undang-
undang harus didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya.Prinsip ini terdiri dari
istilah pari passu yaitu Bersama-sama memperoleh pelunasan tanpa ada yang didahulukan
dan istilah pro rata parte yaitu didihitung berdasarkan pada besarnya piutang masing-masing
dibandingkan terhadap piutang mereka secara keseluruhan terhadap seluruh harta kekayaan
debitor.Dalam prinsip ini menekankan pada pembagian harta debitor untuk melunasi utang-
utangnya terhadap kreditor secara lebih berkeadilan dengan cara sesuai sengan proporsinya
bukan sama rata11M. Hadi Subhan, op.cit., hlm. 30. Prinsip ini bertujuan untuk memberikan keadilan
terhadap kreditor dengan konsep keadilan proporsional dimana kreditor yang memiliki
piutang yang lebih besar akan mendapatkan pembayaran piutangnya sesuai dengan porsinya
dan kreditor yang memiliki piutang yang lebih kecil juga akan mendapatkan pembayaran
yang sesuai dengan porsinya. Prinsip Structured Creditors adalah prinsip yang
mengklasifikasikan dan mengelompokkan macam-macam debitor sesuai dengan kelasnya
masing-masing. Prinsip Structured Creditors merupakan salah satu prinsip di dalam hukum
kepailitan yang memberikan jalan keluar\keadilan bagi para kreditor.Dalam
kepailitan,kreditor diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :

1. Kreditor Separatis (Kreditor yang memegang hak jaminan kebendaan)


2. Kreditor Konkuren (Kreditor yang tidak memegang hak jaminan kebendaan)
3. Kreditor Preferen (Kreditor yang menurut ketentuan hukum harus didahulukan
pembayaran piutangnya)

Ketiga prinsip tersebut sangat penting baik dari segi hukum perikatan dan hukum jaminan
maupun kepailitan. Jika tidak adanya prinsip ini maka pranata kepailitan menjadi tidak
bermakna karena filosofi dari kepailitan sendiri adalah sebagai pranata untuk melakukan
likuidasi terhadap asset debitor yang memiliki banyak debitur dimana tanpa adanya kepailitan
maka para kreditor akan saling berebut baik secara sah maupun secara tidak sah sehingga
menimbulkan ketidakadilan baik terhadap debitor maupun terhadap kreditor khususnya yang
masuk belakangan sehingga tidak mendapatkan bagian dari harta debitor untuk pembayaran
utuang-utang debitor. Adapun pengaturan mengenai prinsip ini diatur pula di
dalam Pasal 189 ayat (4) dan (5) dan penjelasan Pasal 176 huruf a Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang.

4. Prinsip Debt Collection

Prinsip Debt Collection adalah suatu konsep pembalasan dari kreditor terhadap debitor pailit
dengan menagih klaimnya terhadap debitor atau harta debitor.Pada zaman dahulu prinsip ini
dimanifestasikan dalam bentuk perbudakan, pemotongan Sebagian tubuh debitor
(multilation) dan bahkan percincangan tubuh debitor (dismemberment).Tri Hernowo
menyatakan bahwa kepailitan dapat digunakan sebagai mekanisme pemaksaan dan
pemerasan. Emmy Yuhassarie menyatakan bahwa hukum kepailitan dibutuhkan sebagai alat
collective proceeding, artinya tanpa adanya hukum kepailitan masing-masing kreditor akan
berlomba-lomba secara sendiri-sendiri mengklaim asset debitor untuk kepentingan masing-
masing kreditor. Oleh karena itu hukum kepailitan dapat mengatasi apa yang disebut
collectice action problem yang ditimbulkan dari kepentingan individu dari masing-masing
kreditur. Jadi hematnya bahwa Prinsip Debt Collection merupakan prinsip yang menekankan
bahwa utang dari debitor harus dibayarkan dengan harta yang dimiliki oleh debitor sesegera
mungkin untuk menghindari iktikad buruk dari debitor dengan cara menyembunyikan atau
menyelewengkan terhadap segenap harta bendanya yang sebenarnya adalah sebagai jaminan
umum bagi kreditornya.Manifestasi dari prinsip debt collection dalam kepailitan adalah
ketentuan-ketentuan untuk melakukan pemberesan asset dengan jalan likuidasi yang cepat
dan pasti.

5. Prinsip Debt Polling


Prinsip Debt Polling merupakan prinsip yang mengatur bagaimana harta kekayaan
pailit harus dibagi antara para kreditornya. Dalam melakukan pendistribusian asset
tersebut, kurator akan berpegang pada prinsip paritas creditorium dan prinsip pari
passu pro rata parte serta pembagian berdasarkan jenis masing-masing kreditor
(structured creditors principle) 36M. Hadi Subhan, op.cit., hlm. 41. Dalam perkembangannya
prinsip debt polling ini lebih konsepnya dari sekedar melakukan distribusi asset pailit
terhadap para kreditornya secara pari passu prorate parte(pembagian secara
proporsional kecuali ada ketentuan harus didahulukan/diutamakan menurut hukum)
maupun secara structure creditor (pembagian berdasarkan kelas kreditor), prinsip ini
mencakup pula harta kekayaan pailit harus dibagi diantara krediturnya, penjabaran
sistem ini akan berkaitan dengan kelembagaan yang terlibat dalam proses kepailitan .
Prinsip debt poilling ini merupakan artikulasi dari kekhususan sifat-sifat yang melekat
didalam proses kepailitan baik itu yang berkenaan dengan karakteristik kepailitan
sebagai penagihan yang tidaak lazim (oneigenlijke incassoprocedures).

6. Prinsip Universal dan Teritorial


Prinsip Universal dalam kepailitan mengandung makna bahwa putusan pailit dari
suatu pengadilan di suatu negara maka putusan pailit tersebut berlaku terhadap semua
harta debitor baik yang berada dalam negeri (ditempat putusan pailit dijatuhkan)
maupun terhadap harta debitor yang berada diluar negeri.Prinsip ini menekankan
aspek internasional dan dari kepailitan atau yang dikenal sebagai cross border
insolvency. Dari makna Prinsip Universal maka Prinsip Teritorial adalah kebalikan
dari prinsip Universal dimana putusan pailit hanya menimbulkan konsekuensi hukum
di wilayah hukum putusan tersebut dijatuhkan begitu juga dengan harta debitor yang
hanya berlaku di tempat putusan tersebut

Anda mungkin juga menyukai