Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM

UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL TA. 2021/2022

Mata Kuliah : HUKUM KEPAILITAN

Kelas :B

Hari/ Tanggal : Jumat, 15 Oktober 2021.

Waktu : Sesuai Petunjuk

Dosen : Iswi Hariyani,S.H.,M.H

Sifat : Terbuka

PETUNJUK

1. Ketik Jawaban saudara pada kertas A4, Spasi 1,5, Font Times New Roman.
Format pengumpulan PDF dengan penamaan (3NimAkhir_Nama_Kepailitan B)
2. Jawaban di-submit di Google Drive koordinator kelas (VIRA NADIA SEPTIANI
190710101104) maksimal hari Sabtu, 16 Oktober 2021, pukul 16.00 WIB.

SOAL

1. Sebut dan jelaskan prinsip hukum kepailitan di Indonesia, sertakan dasar hukumnya!
2. Berikan jawaban saudara dengan menyertakan dasar hukum tentang :
a. Ada berapa macam kreditor dalam hukum kepailitan dan kreditor mana yang
diutamakan?
b. Mengapa khusus untuk kreditor separatis dianggap tidak terjadi kepailitan?
3. Bagaimana halnya apabila pada saat putusan PKPU ditetapkan terdapat ketentuan
berikut, sertakan dasar hukumnya :
a. Perjanjian timbal balik
b. Perjanjian menyerahkan barang
c. Perjanjian sewa menyewa
4. Maksud debitor mengajukan permohonan PKPU adalah untuk mengajukan rencana
perdamaian :
a. Sebutkan pengertian PKPU dan dasar hukumnya!
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM

b. Apakah rencana perdamaian dalam PKPU harus diajukan, dan apa makna
rencana perdamaian tersebut?
c. Dapatkah PKPU diajukan kedua kalinya setelah homologasi (pengesahan)?

JAWABAN

NAMA: HARI SUGIANTO

NIM: 190710101012

1. A. Prinsip Paritas Creditorium (Kesetaraan Kedudukan Para Kreditor)


Prinsip paritas creditorium (kesetaraan kedudukan para kreditor) menentukan bahwa
kreditor mempunyai hak yang sama terhadap semua harta benda debitor. Apabila debitor
tidak dapat membayar utangnya, maka harta kekayaan debitor menjadi sasaran kreditor.
Prinsip paritas creditorium mengandung makna bahwa semua kekayaan debitor baik yang
berupa barang bergerak ataupun barang tidak bergerak maupun harta yang sekarang telah
dipunyai debitor dan barang- barang di kemudian hari akan dimiliki debitor terikat kepada
penyelesaian kewajiban debitor.
Dasar Hukum dari prinsip ini tertuang pada penjabaran dari Pasal 1131 KUHPerdata
yang menyatakan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari,
menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.Selain itu juga hal ini
dikarenakan:
a. Kepailitan hanya meliputi harta pailit dan bukan debitornya;
b. Debitor tetap pemilik kekayaannya dan merupakan pihak yang berhak
atasnya, tetapi tidak lagi berhak menguasainya atau menggunakannya
ataunmemindahkan haknya atau mengagunkannya;
c. Sitaan konservatoir secara umum meliputi seluruh harta pailit.

B. Prinsip Pari Passu Pro Rata Parte

Prinsip pari passu pro rata parte berarti bahwa harta kekayaan tersebut merupakan
jaminan bersama untuk para kreditor dan hasilnya harus dibagikan secara proporsional
diantara mereka, kecuali jika antara para kreditor itu ada yang menurut undang-undang harus
didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya. Prinsip ini menekankan pada
pembagian harta debitor untuk melunasi utang-utangnya terhadap kreditor secara lebih
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM

berkeadilan dengan cara sesuai dengan proporsinya (pond-pond gewijs) dan bukan dengan
sama rata. Prinsip pari assu pro rata parte ini bertujuan memberikan keadilan.

Dasar Hukum dari prinsip ini tertuang pada Pasal 1132 KUHPerdata menyatakan
bahwa kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama – sama bagi semua orang yang
mengutangkan padannya; pendapatan penjualan benda benda itu dibagi bagi menurut
keseimbangannya, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing masing, kecuali apabila di
antara para berpiutang itu ada alasan alasan yang sah untuk didahulukan. Prinsip ini juga
diatur di dalam Pasal 89 ayat (4) dan (5) dan penjelasan Pasal 176 huruf a UUK-PKPU.

C. Prinsip Structured Creditors

Prinsip structured creditors merupakan salah satu prinsip di dalam hukum kepailitan
yang memberikan jalan keluar/keadilan diantara kreditor. Prinsip ini adalah prinsip yang
mengklasifikasikan dan mengelompokkan berbagai macam debitor sesuai dengan kelasnya
masing-masing. Di dalam kepailitan, kreditor diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu
kreditor separatis, kreditor preferen, dan kreditor konkuren. Kreditor yang berkepentingan
terhadap debitor tidak hanya kreditor.

Dasar hukum adanya prinsip ini tertuang pada penjelasan 1132 KUHPerdata yang
menjelaskan terkait adanya kreditor konkuren, pasal 1134 KUHPerdata yang menjelaskan
kreditor prefen dan pasal 55 UU No.37 tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang yang menjelaskan kreditor separatis.

D. Prinsip Debt Collection

Prinsip debt collection (debt collection principle) adalah suatu konsep pembalasan
dari kreditor terhadap debitor pailit dengan menagih klaimnya terhadap debitor atau harta
debitor. Sebab pada dasarnya hukum kepailitan dibutuhkan sebagai alat collective
proceeding, yang berarti tanpa adanya hukum kepailitan masing-masing kreditor akan
berlomba-lomba secara sendiri - sendiri mengklaim aset debitor untuk kepentingan masing-
masing.

Dasar hukum adanya prinsip ini tertuang pada penjelasan Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 1
ayat (1) UUK-PKPU sangat memegang teguh bahwa kepailitan adalah sebagai pranata debt
collection. Persyaratan dipailitkan hanya berupa dua syarat kumulatif, yakni debitor memiliki
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM

utang yang telah jatuh tempo yang dapat ditagih yang belum dibayar lunas, serta memiliki
dua atau lebih kreditor.

E. Prinsip Utang

Di dalam proses beracara dalam hukum kepailitan, konsep utang menjadi sangat
penting dan esensial (menentukan) karena tanpa adanya utang maka tidaklah mungkin
perkara kepaiiitan akan dapat diperiksa. Tanpa adanya utang, maka esensi kepailitan tidak
ada karena kepailitan adalah pranata hukum untukmelakukan likuidasi aset debitor untuk
membayar utang-utangnya terhadap para kreditor.

Dasar Hukum dari ini prisnip ini tertuang pada penjelasan pasal 1 angka 6 UU No.37
Tahun 2004 yang menjelaskan bahwa Utang adalah kewajiban yang dinyatakan) atau dapat
dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing,
baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul
karena perjanjian atau undangundang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak
dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan
Debitor.

F. Prinsip Debt Pooling

Prinsip debt pooling merupakan prinsip yang mengatur bagaimana harta kekayaan pailit
harus dibagi diantara para kreditornya. Dasar Hukum dari adanya prinsip ini tertuang pada
penjelasan pasal 1132 KUHPerdata menjelaskan bahwa benda yang dimiliki oleh debitor
menjadi jaminan bersama bagi semua orang yang mengutangkan padanya dan pendapatan
akan penjuala benda tersebut dibagi secara seimbang. Dari pasal tersebut dapat dipahami
bahwa pembagian harta debitor paili tdibagi secara seimbang atau merata untuk semua para
kreditornya.

2. a. Macam-Macam Kreditor Dalam Hukum Kepailitan:


Sebagimana yang telah dijelaskan dalam penjelasan pasal 2 UU Kepailitan,
disebutkan bahwa dalam kepailitan kreditur dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Kreditor separatis (kreditor yang memegang hak jaminan kebendaan atas piutangnya).
Jaminan ini mencakup Gadai, Fidusia, Hak Tanggungan dan Hipotik Kapal.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM

2. Kreditor preferen (kreditor yang diistimewakan). Kreditor jenis ini merujuk


pada Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUHPer, yaitu kreditor yang memiliki piutang-
piutang yang diistimewakan, antara lain mencakup: biaya perkara, uang sewa dari
benda tak bergerak, harga pembelian benda bergerak yang belum dibayar, dan upah
para buruh.

3. Kreditor konkuren (kreditor biasa), artinya kreditor yang sama sekali tidak memegang
jaminan khusus atas piutangnya dan tidak memperoleh hak diistimewakan dari
undang-undang.

Lebih lanjut terkait dengan pertanyaan kreditor mana yang diutamakan? Maka
saya akan berpendapat bahwa dalam pratiknya Kreditor yang lebih diutamakan dari
ketiga kreditor sebagaimana yang telah saya jelaskan, adalah Kreditor Separatis. Sebab
pada praktiknya Kreditor Separatis memegang hak agunan atas kebendaan dan golongan
kreditor yang haknya didahulukan berdasarkan Undang-undang kepailitan peraturan
perundang-undangan lainnya. Selain itu karena Kreditor Separatis merupakan kreditor
yang mendapatakan pendahuluan pembayaran utang karena memiliki hak kebendaan
yang berciri droit de preference atau dengan kata lain hak didahulukan dalam
pembayaran dan gugatan kebendaan.

b. Mengapa khusus untuk kreditor separatis dianggap tidak terjadi kepailitan?

Dalam hal ini dapat saya jelaskan terlebih dahulu bahwa berdasarkan ketentetuan
bunyi pasal 55 UUK-PKPU, Kreditor Separatis yaitu kredtitor pemegang gadai,
Jamina Fiducia, Hak Tangungan, Hipotik atau Hak Agunan atas kebendaan lainnya.
Sehingga dapat saya simpulkan bahwa Kreditor separatis adalah kreditor pemegang
hak jaminan kebendaan, yang dapat bertindak sendiri, merupakan golongan kreditor
yang tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit debitor, artinya hak-hak eksekusi
mereka tetap dapat dijalankan seperti tidak ada kepailitan debitor. Namun hak yang
dimiliki Kreditor Separatis ini ditangguhkan selama 90 hari, jika debitor dinyatakan
pailit oleh pengadilan Niaga.

3. Bagaimana halnya apabila pada saat putusan PKPU ditetapkan terdapat ketentuan
berikut, sertakan dasar hukumnya:
a. Perjanjian Timbal Balik
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM

Berdasarkan ketentuan bunyi pasal 249 ayat (1) sampai (4) Undang-Undang No.37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
dapat dijelaskan bahwa pada saat ditetapkannya putusan PKPU dan terdapat perjanjian
timbal balik, baik yang belum atau baru sebagian terpenuhi. Maka pihak yang
mengadakan perjanjian dengan debitor dapat meminta kepada pengurus untuk
memberikan kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian tersebut dalam jangka
waktu yang disepakati oleh pengurus dan pihak tersebut. Kemudian dalam hal tidak
tercapai kesepakatan mengenai jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Hakim Pengawas menetapkan jangka waktu tersebut. Apabila dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pengurus tidak memberikan jawaban
atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan perjanjian tersebut, perjanjian berakhir dan
pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menuntut ganti rugi sebagai kreditor
konkuren. Dan apabila pengurus menyatakan kesanggupannya, pengurus memberikan
jaminan atas kesanggupannya untuk melaksanakan perjanjian tersebut.
b. Perjanjian Penyerahan Barang
Berdasarkan ketentuan bunyi pasal 250 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No.37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
dapat dijelaskan bahwa pada saat ditetapkannya putusan PKPU dan terdapat perjanjian
Penyerahan Barang. Maka apabila telah diperjanjikan penyerahan barang yang biasa
diperdagangkan dengan suatu jangka waktu dan sebelum penyerahan dilakukan telah
diucapkan putusan PKPU sementara, maka akibatnya perjanjian menjadi hapus, dan
dalam hal pihak lawan dirugikan karena penghapusan tersebut, ia boleh mengajukan
diri sebagai kreditor konkuren untuk mendapat ganti rugi. Dalam hal harta kekayaan
perusahaan yang dirugikan karena penghapusan tersebut, maka pihak lawan wajib
membayar kerugian tersebut.
c. Perjanjian Sewa Menyewa
Berdasarkan ketentuan bunyi pasal 251 ayat (1) sampai dengan (4) Undang-
Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, dapat dijelaskan bahwa bahwa pada saat ditetapkannya putusan
PKPU dan terdapat perjanjian Sewa Menyewa. Maka dalam hal debitor telah menyewa
suatu benda, Debitor dengan persetujuan pengurus, dapat menghentikan perjanjian
sewa, dengan syarat pemberitahuan penghentian dilakukan sebelum berakhirnya
perjanjian sesuai dengan adat kebiasaan setempat. Kemudian dalam hal melakukan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM

penghentian, harus pula diindahkan jangka waktu menurut perjanjian atau menurut
kelaziman, dengan ketentuan bahwa jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari adalah
cukup. Jika telah dibayar uang sewa di muka, perjanjian sewa tidak dapat dihentikan
lebih awal sebelum berakhirnya jangka waktu sewa yang telah dibayar uang muka.
Sejak hari putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara diucapkan maka
uang sewa merupakan utang harta Debitor.
4. Maksud debitor mengajukan permohonan PKPU adalah untuk mengajukan
rencana perdamaian:
a. Sebutkan pengertian PKPU dan dasar hukumnya!
Dalam hal ini dapat saya jelaskan berdasarnya penjelasan bunyi pasal Pasal 222
ayat 2 terkait dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Undang-Undang
No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang. PKPU adalah suatu upaya yang dilakukan baik oleh debitor untuk memperoleh
penundaan kewajiban pembayaran utang dalam hal debitor tidak mampu atau
diperkirakan tidak dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh
waktu dan dapat ditagih, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang
meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor.
Sehingga dari penjelasan diatas dapat saya tarik suatu kesimpulan bahwa pengertian
PKPU pada umumnya merupakan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang atau yang
biasa disebut sebagai PKPU merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh
debitor untuk menghindari kepailitan. Dengan PKPU, debitor yang tidak dapat atau
memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah
jatuh waktu dan dapat ditagih dapat menempuh prosedur PKPU dengan tujuan
mengajukan perdamaian. Tidak hanya debitor, kreditor yang mengetahui kondisi
keuangan debitor dan dapat memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan
pembayaran utangnya juga dapat menempuh mekanisme ini untuk memberikan
penundaan pembayaran kewajiban bagi debitornya.
Dasar hukum terkait pengaturan lebih lanjut terkait dengan PKPU dapat kita ketahui
di BAB III tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Bagian Kesatu yang
membahas tentang “Pemberian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan
Akibatnya, yang dijelaskan dari pasal 222-264 UU No.37 Tahun 2004 Dan Bagian
Kedua yang membahas tentang “Perdamaian”, yang dijelaskan dari pasal 265-294 UU
No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM

b. Apakah rencana perdamaian dalam PKPU harus diajukan, dan apa makna rencana
perdamaian tersebut?

Dalam hal ini dapat saya jelaskan bahwa rencana perdamaian dalam PKPU itu harus
diajukan. Sebab pada dasarnya sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 222 ayat 2 dan 3
UU. No 37 Tahun 2004 pada prinsipnya, debitur berhak untuk mengajukan rencana
perdamaian yang juga menerangkan bahwa rencana perdamaian tersebut meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditur. Selain itu juga perlunnya
mengajukan rencana perdamaian dalam PKPU tidak lain agar debitor terhindar dari Pailit.

Lebih lanjut terkait dengan makna dari Rencana Perdamaian dapat saya jelaskan
bahwa yang dimaksud dengan Rencana perdamaian adalah perjanjian antara Debitur dan
para Krediturnya mengenai penyesuian jumlah piutang (yang diajukan Kreditur) dengan
jumlah utang yang diajukan Debitur, dalam rangka menghindari terjadinya likuidasi.
Perjanjian perdamaian dapat diajukan dalam perkara kepailitan maupun perkara PKPU.
Perjanjian tersebut harus disetujui oleh para Kreditur Konkuren dengan melakukan
pemungutan suara dalam rapat Kreditur dan untuk beberapa kriteria juga harus disetujui
oleh pengadilan. Jika disetujui, maka akan mengikat seluruh Kreditor Konkuren, dan bila
Kreditur atau pengadilan menolak rencana perdamaian, maka Debitur akan dilikuidasi.

c. Dapatkah PKPU diajukan kedua kalinya setelah homologasi (pengesahan)?


Untuk menjawab pertanyaan diatas, perlu kita pahami terlebih dahulu bahwa dalam
hal proposal perdamaian tersebut telah mendapat persetujuan mayoritas dari kreditor
(separatis dan konkuren) terhadap proposal perdamaian yang diajukan oleh debitor, maka
pengadilan niaga mengesahakan proposal perdamaian tersebut (homologasi). Maka
setelah hakim memutuskan mengenai pengesahan perdamaian tersebut, dengan serta
merta putusan tersebut akan berlaku dan mengikat kepada seluruh kreditor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 286 UU No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang: “Perdamaian yang Telah Disahkan Mengikat Semua
Kreditor, kecuali Kreditor yang tidak menyetujui rencana perdamaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 281 ayat (2)”.
Sehingga sebagiamana yang telah dijelaskan diatas dapat kita pahami bahwa didalam
perjanjian perdamaian yang dibuat antara debitor dan kreditor bilamana telah dilakukan
Homologasi, maka kedua pihak sepakat dan setuju untuk memenuhi prestasinya masing-
masing. Dengan demikian PKPU sudah tidak dapat diajukan untuk yang kedua kalinya.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM

Dan apabila setelah tercapinya perjanjian perdamaian namun debitor tetap tidak dapat
membayar utangnya kepada para kreditornya. Maka dalam hal ini kreditor dapat
menuntut untuk dilakukannya pembatalan perjanjian perdamaian yang telah disahkan
tersebut serta pada saat pembatalan perjanjian tersebut debitor wajib dinyatakan pailit
sebagaimana yang dimaksud Pasal 291 ayat (2) UU KPKPU.
.

Anda mungkin juga menyukai