Anda di halaman 1dari 11

Pokok-Pokok Pembinaan Pendidikan Islam di Madinah

Makalah

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan

Islam pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam (IAI)

As’adiyah Sengkang

Oleh

1. Anita Sardewi

2. Muh. Misdar

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM AS’ADIYAH SENGKANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“Pokok-Pokok Pembinaan Pendidikan Islam di Madinah’’. Penulisan makalah

ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Sejarah

Pendidikan Islam di IAI As’adiyah Sengkang.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang

kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan

demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam

menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai.

Sengkang, 13 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah di Madinah.....................3
B. Materi Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah di Madinah..........................5
C. Strategi Pendidikan pada Masa Rasulullah di Madinah..................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hijrah yang berarti perpindahan dianggap sebagai suatu ibadah dengan nilai
pahala yang tinggi. Dalam banyak ayat al qur’an, Allah Swt menjelaskan tentang
kemuliaan ibadah ini. Dan menjanjikan ganjaran yang berlipat ganda kepada
mereka yang berhijrah.
Setelah dakwah nabi Muhammad di Mekkah belum mendapatkan hasil yang
memuaskan, maka Muhammad Saw menyuruh 200 pengikutnya untuk
menghindari kekejaman Quraisy dan pergi diam-diam ke Madinah; ia sendiri
pergi menyusul dan tiba di sana pada tanggal 24 September 622. Hal ini terkenal
dengan sebutan hijrah,– bukan sepenuhnya sebuah “pelarian”, tapi merupakan
rencana perpindahan yang telah dipertimbangkan secara seksama sekitar dua
tahun sebelumnya. Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar bin Khattab
menetapkan saat terjadinya peristiwa hijrah sebagai awal tahun Islam, atau tahun
Qamariyah (yang dimulai 16 Juli).
Hijrah yang mengakhiri periode Mekkah dan mengawali periode Madinah,
merupakan titik balik kehidupan Nabi. Ketika meninggalkan kota Mekkah tempat
kelahirannya, penduduk Mekkah khusus nya bangsa Quraisy, menghina dan
meyepelekannya, namun ia berhasil kembali ke kota itu sebagai seorang
pemimpin yang dihormati.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiman Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin di

Madinah?

2. Bagaimana Pendidikan kesejahteraan sosial di Madinah?

3. Bagaimana Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru di Madinah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum

muslimin di Madinah.

2. Untuk mengetahui Pendidikan kesejahteraan sosial di Madinah.

3
4

3. Untuk mengetahui Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru di

Madinah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin.

Dalam pelaksanaan pendidikan ukhuwah ini, Nabi Muhammad saw bertitik

tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Untuk mempesatukan
5

keluarga itu Nabi Muhammad saw berusaha untuk mengikatnya menjadi satu

kesatuan yang terpadu. Mereka dipersaudarakan karena Allah bukan karena

yang lain. Sesuai dengan konstitusi Madinah bahwa antara orang yang beriman

tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang

berat di antara sesama manusia. Muhajirin adalah para sahabat Rasullullah

SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke Madinah. Anshar adalah para sahabat

Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang memberikan pertolongan kepada

kaum Muhajirin. 1

Rasullullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khattab

tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar , sehingga terwujud

persatuan yang tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang

Muhajirin mencari dan mengangkat seorang dari kalangan Anshar menjadi

saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah SWT.

Demikian juga sebaliknya orang Anshar. Rasullullah SAW memberi contoh

dengan mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai saudaranya. Apa yang

dicontohkan oleh Rasullullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabatnya misalnya:

1. Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang

pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya,

yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW.

2. Abu Bakar Ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.

3. Umar bin Khattab bersaudara dengan Itban bin Malik Al-Khazraji (Ansar).

4. Utsman bin Affan bersaudara debgan Aus bin Tsabit.

5. Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar).

1
Sani Laila, Pendidikan Islam di Madinah,
https://www.academia.edu/39712071/Pendidikan_Islam_di_Madinah. (Diakses 13 Juni 2023).
6

Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Anshar, termasuk

Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang-

sepasang, layaknya seperti saudara senasab.

Persaudaraan secara sepasang-sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan

hasil sesama Muhajirin dan Anshar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih

baik. Mereka saling mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan

tolong-menolongdalam kebaikan dan ketakwaan.

Kaum Anshar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin

berupa tempat tinggal, sandang pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun

kaum Muhajirin juga tidak diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat

tenaga untuk mencari nafkah agar dapat hidup mandiri. Misalnya Abdurrahman

bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abu

Thalib menjadi petani kurma.

Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian

oleh Rasullullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang

disebut suffa dan mereka dinamakan Ahlus Suffa ( penghuni Suffa ).

Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi oleh kaum Muhajirin dan Anshar secara

bergotong royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu antara lain mempelajari dan

menghafal Al-Quran dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada yang lain.

Sedangkan apabila terjadi perang antara kaum Muslimin dengan kaum kafir,

mereka ikut berperang.2

B. Pendidikan kesejahteraan sosial.


Terjaminnya kesejahteraan social tergantung pertama-tama pada terpenuhinya

kebutuhan pokok dari pada kehidupan sehari-hari. Untuk itu, semua orang harus

herus bekerja mencari nafkah. Nabi Muhammad saw selalu memerintahkan


2
Ahmad Irfan, 2019, "Dakwah Rasulullah Periode
Madinah"https://perpustakaansman112.sch.id/2019/07/10/dakwah-rasulullah-periode-madinah/
(Diakses 13 juni 2023)
7

kepada kaum Muhajirin yang telah dipersaudarakan dengan kaum Ansor agar

bekerjasama dengan saudara-saudaranya tersebut. Atau dengan pengertian salah

satu persoalan yang dapat mewujudkan kesejahteraan sosial adalah memiliki

pekerjaan tetap. Untuk mengatasi masalah ini, Nabi memerintahkan kepada

kaum Muhajirin yang telah dipersaudarakan dengan kaum Anshar agar mereka

bekerja sama dengan saudara-saudaranya. Untuk itu nabi menetapkan aturan

yang berhubungan dengan pengaturan dan penggunaan kekayaan tersebut agar

tidak menumpuk pada orang-orang kaya dan agar mereka yang mempunyai

tugas khusus juga dapat terpenuhi kebutuhan kehidupannya. 3

Islam tidak hanya mengajarkan bidang akidah dan ibadah, tetapi mengajarkan

juga bidang politik, ekonomi, dan social, yang kesemuanya bersumber kepada

Al-Quran dan Hadis. Pada masa Raulullah SAW , penduduk Madinah mayoritas

sudah beragama Islam, sehingga masyarakat Islam sudah terbentuk, maka

adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan. Rasulullah SAW selain

sebagai seorang nabi dan rasul, juga tampil sebagai seorang kepala Negara

(khalifah).

Sebagai kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi system

poltik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat

mengangkat wakil-wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat

peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat,

peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntunan Al-Quran dan Hadis.

Dalam bidang ekonomi Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bahwa system

ekonomi Islam itu harus dapat menjamin terwujudnya keadilan sosial. Dalam

bidang social kemasyarakatan, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar. antara

lain adanya persamaan derajat diantara semua individu, semua golongan, dan

3
Suriadi, "Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW", Belajea: Jurnal Pendidikan Islam vol. 2, no
02, 2017.
8

semua bangsa. Sesuatu yang membedakan derajat manusia ialah amal salehnya

atau hidupnya bermanfaat.

C. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru

Nabi Muhammad saw berusaha untuk memperbaiki kondisi ini dengan

memperkenalkan dan sekaligus menerapkan sistem kekeluargaan ke kerabat

baru yang berdasarkan takwa kepada Allah. Selain itu, Nabi Muhammad

berusaha untuk memperkenalkan dan sekaligus menerapkan sistem

kekeluargaan dan kekerabatan yang berdasarkan taqwa kepada Allah. Nabi

memperkenalkan sistem kekeluargaan yang mengakui hak-hak induvidu, hak-

hak keluarga ( pasangan suami istri ) dan kemurnian keturunannya dalam

kehidupan kekerabatan dan kemasyarakatan yang adil dan seimbang.4

Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan

politik Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya

masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan

disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasardasar

tersebut adalah:

1) Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan

anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi

mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin,

kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu

bertambah kokohlah persatuan kaum

muslimin.

2) Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan

kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan

dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.

3) Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata
4
9

kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa,

yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab

sosial, bnaik secara materil maupun moral.

4) Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan

pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media

komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara

berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’attersebut hampir seluruh warga

masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi

Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at

Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah

Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat

dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan

demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.

Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga

menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi,

penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi

bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu,

terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus

memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum

Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut

kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh

Nabi Muhammad SAW.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam pelaksanaan pendidikan ukhuwah ini, Nabi Muhammad saw bertitik
tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Untuk
mempesatukan keluarga itu Nabi Muhammad saw berusaha untuk
mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu. Mereka dipersaudarakan
karena Allah bukan karena yang lain. Sesuai dengan konstitusi Madinah
bahwa antara orang yang beriman tidak boleh membiarkan saudaranya
menanggung beban hidup dan utang yang berat di antara sesama manusia.
Muhajirin adalah para sahabat Rasullullah SAW penduduk Mekah yang
berhijrah ke Madinah. Anshar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk
asli Madinah yang memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.
2. Sebagai kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi system
poltik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat
mengangkat wakil-wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat,
peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntunan Al-Quran dan Hadis.
3. Nabi Muhammad saw berusaha untuk memperbaiki keadaan itu dengan
memperkenalkan dan sekaligus menerapkan sistem kekeluargaan ke kerabat
baru yang berdasarkan takwa kepada Allah. Selain itu, Nabi Muhammad
berusaha untuk memperkenalkan dan sekaligus menerapkan sistem
kekeluargaan dan kekerabatan yang berdasarkan taqwa kepada Allah. Nabi
memperkenalkan sistem kekeluargaan yang mengakui hak-hak induvidu, hak-
hak keluarga ( pasangan suami istri ) dan kemurnian keturunannya dalam
kehidupan kekerabatan dan kemasyarakatan yang adil dan seimbang.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai