Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Semester 3
Disusun oleh:
- Dafiq Ramdhan
- Nuning Seisar Suwarsono
- Nurul Putri Solehah
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DEPOK AL-KARIMIYAH
KOTA DEPOK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi kepada semua
pihak terutama untuk para pembaca. Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila
dalam penyususnan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi
maupun kosakata yang mungkin tidak memenuhi standar penulisan yang baik dan
benar. Kami sebagai penulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna , untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan untuk kedepannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. UntuK mengetahui perkembangan pendidikan islam
2. Untuk mengetahui apa saja pusat - pusat pendidikan islam
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kebudayaan islam
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan ilmu pendidikan islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Darul Arqam
Dari sekian tempat di sekitar Mekkah, mengapa Nabi memilih tempat belajar di
rumah Arqam? Mengapa tidak langsung di rumah khadijah yang merupakan manusia
pertama yang beriman kepada Nabi muhammad dari keluarga nabi? Dan mengapa
juga bukan di rumah Abu Bakar yang merupakan manusia pertama beriman kepada
nabi dari kalangan bukan keluarga nabi bahkan tanpa diajak nabi sudah menyatakan
bahwa Abu Bakar beriman kepada nabi, dan Abu Bakar merupakan orang terpandang
pula di masyarakat quraisy? Dan tentu masih banyak opsi lokasi tempat belajar yang
bisa dipilih oleh nabi. Namun mengapa yang dipilih adalah lokasi rumah Arqam bin
Abil Arqam? In syaa Allah kita akan coba menggali inspirasi mengapa tempat
pertama ini dijadikan pilihan sebagai tempat belajar.
Arqom bin Abil Arqom berasal dari Bani Makhzum sedangkan rosul berasal dari
Bani hasyim. Kedua bani ini sebenarnya merupakan dua bani yang saling bersitegang
lebih tepatnya saling bersaing terhadap segala sesuatu sehingga masing-masing bani
menganggap rival.
Abu Jahal menjawab, “Keponakanku, kami (bani Makhzum) dan bani Hasyim
selalu bersaing dalam masalah kemuliaan. Jika mereka memberi makanan, kami juga
memberi makanan. Jika mereka menjamu dengan minuman, kami juga demikian. Jika
mereka memberi perlindungan, kami juga melakukannya. Sampai-sampai kami sama-
sama duduk di atas hewan tunggangan untuk berperang, kami (dan bani Hasyim)
sama dalam kemuliaan.
b. Kediaman Rasulullah
Pada mulanya situasi keamanan kota Makkah sangat membahayakan umat Islam.
Namun, paska keislaman Umar bin Khattab keadaan itu berubah. Tempat belajar yang
semula di rumah Al-Arqam bin Abil Arqam kini pindah ke rumah Nabi Shallahu
‘alaihi wa sallam sendiri.
2
c. As-Suffah
Ahlus Shuffah disebutkan pula Ashabus Shuffah adalah nama yang diberikan
kepada para penghuni satu tempat yang seperti disebutkan di atas yaitu ash-Shuffah.
Menurut Ibnu Atsir, “Ashabus Shuffah adalah mereka para faqir dari kalangan al-
muhajirin, dan orang-orang yang tidak mempunyai rumah tempat tinggal. Mereka
berteduh dan tinggal di tempat yang beratap di masjid Madinah”. Sebagaimana
menurut hamka, “kaum Shuffah, ialah segolongan sahabat-sahabat Nabi yang
menyisihkan dirinya di satu tempat terpencil di samping mesjid Nabi”.
Hitungan pasti tentang jumlah Ahlus Shuffah, tidak ada yang dapat memastikan.
Di dalam kitab Hilyatus Shahabah, Abu Nu’aim menyebutkan sekitar 101 sahabat
yang dihubungkan dengan Ahlus Shuffah. Abu Nu’aim mengumpulkan nama-nama
Ahlus Shuffah yang bersumber dari Abu Sa’id bin al-A’rabi dan Abu ‘Abdurrahman
as-Sulami dalam al-Hilyah serta menambahkan beberapa nama yang tidak disebut
oleh keduanya. Orang-orangpun semakin banyak yang memeluk agama Islam.
Mereka berdatangan ke rumah Nabi untuk mengaji dan mengkaji al-Quran beserta
penjelasannya.
d. Kuttab
Kuttab muncul pertama kali di zaman Nabi kemudian menyebar ke berbagai
negara seiring dengan penyebaran Islam. Dimunculkan murni sebagai bagian dari
rangkaian amal Islami. Kuttab adalah tempat utama di dunia Islam untuk mengajari
anak-anak. Keberadaannya begitu agung dalam kehidupan masyarakat Islam,
khususnya dikarenakan Kuttab adalah tempat anak-anak belajar Al Quran di tambah
begitu mulianya ilmu dalam syariat Islam.
Rasulullah memutuskan tentang tawanan perang Badar, agar setiap tawanan yang
tidak punya harta untuk menebus, mengajar 12 anak-anak muslimin sebagai
tebusannya.
Mulanya, kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru (mu’allim, mu’addib)
atau pekarangan sekitar masjid. Pembelajaran tidak dilakukan di dalam masjid karena
pesertanya adalah anak-anak kecil. Pertimbangan ini tentu sangat dimaklumi.
e. Masjid
3
Rasulullah menjadikan masjid sebagai markas untuk membina umat. Masjid
menjadi pusat berbagai kegiatan. Dari masjid juga berdirilah sebuah peradaban yang
sempurna dan menguasai dunia berabad-abad lamanya.
Pertanyaannya adalah bagaimana masjid bisa berperan sebegitu jauhnya dalam
mengubah masyarakat yang tadinya jahiliah menjadi masyarakat yang penuh dengan
kecemerlangan, baik dari segi peradaban, pemikiran maupun kekuatan. Ternyata
fungsi masjid pada zaman Rasulullah yang mulia bukanlah sekedar sebagai tempat
untuk melaksanakan ibadah ritual semata-shalat-tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai
madrasah bagi orang-orang Muslim untuk menerima pengajaran Islam dan
bimbingannya, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai
unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah, sebagi tempat
untuk mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk
bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan.
Dengan demikian jelas bahwa sejarah telah mengajarkan bahwa jika kita ingin
mengembalikan kejayaan peradaban Madinah di muka bumi, maka kita tidak bisa
mengabaikan peranan masjid. Kita harus mengisi masjid-masjid kita dengan ruh
masjid Nabawi.
2. Pengajaran al-Quran
a. Kisah
Kisah atau cerita yang benar adalah salah satu metode yang sangat
menyenangkan dan menyentuh hati untuk menjadi sarana menumbuhkan iman. Kisah-
kisah dalam al-Qur’an merupakan kisah paling benar sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah:
اَّللِ َح ِديثًا
َص َد ُق ِم َن ه
ْ َوَم ْن أ
Dan siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allah? (an-
Nisa’/4:87)
Demikianlah semua kisah dan cerita yang ada dalam al-Qur`an adalah benar dan
pas, karena menceritakan realita yang terjadi tanpa ada pengurangan dan penambahan.
Allah berfirman:
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
diibadhi) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana (Ali Imrân/3:62)
Allâh Subhanahu wa Ta’ala suci dari sifat dusta sehingga tidak mungkin Allâh
Azza wa Jalla mengisahkan kisah-kisah yang tidak terjadi atau fiktif. Allâh Azza wa
Jalla juga maha mengetahui, mendengar dan melihat serta menyaksikan semuanya.
Oleh karena itu ketika Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan satu kisah, berarti
kisah itu benar dan diceritakan berdasarkan ilmu.
Kisah al-Qur’an juga merupakan sebaik-baik kisah sebagaimana disebutkan
dalam firman Allah:
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-
Qur’an ini kepadamu. (Yusuf/12:3)
ْي يَ َديِْه ِ اب ۚ ما َكا َن ح ِديثا ي ْفت َٰى وَٰلَكِن تَص ِد
ِ ُوِل ْاِلَلْب ِ ِ ِ َلََق ْد َكا َن ِِف ق
َ َْيق الهذي ب
َ ْ ْ َ ََ ُ ً َ َ َ ِ صص ِه ْم ع ْْبَةٌ ِل
َ
يل ُك ِل َش ْي ٍء َوُه ًدى َوَر ْْحَةً لَِق ْوٍم يُ ْؤِمنُو َن ِ
َ َوتَ ْفص
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
5
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (Yusuf/12:111)
Siapa saja yang meyakini bahwa semua kisah-kisah dalam al-Qur`an dan yang
disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar dan nyata, maka
insya Allah, kisah-kisah itu akan memberikan pengaruh besar pada perbaikan dan
pembinaan diri.
Demikian penting kisah-kisah ini, hingga Allâh Subhanahu wa Ta’ala
perintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menceritakan kepada
manusia semua kisah yang diketahuinya, agar menjadi bahan renungan dan
mengambil pelajaran. Allah berfirman:
Syaikh Salîm bin ‘Ied al-Hilali mengatakan bahwa tujuan dihadirkan kisah-kisah,
para nabi adalah untuk memberikan pelajaran kepada kaum Mukminin sepanjang
masa; agar menjadi bekal bagi para pengikut mereka yang jujur dan ikhlas.
Memang demikianlah, para nabi dan para da’i sejak dahulu telah mengambil
pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu untuk terus memenuhi jiwa mereka dan
meneguhkan hati mereka. Allah berfirman:
6
ت بِِه فُ َؤ َاد َك ۚ َو َجاءَ َك ِِف ََٰه ِذهِ ا ْْلَ ُّق َوَم ْوعِظَةٌ َوِذ ْك َر َٰى ُّ ك ِم ْن أَنْبَ ِاء
ُ ِالر ُس ِل َما نُثَب ُّ َوُك اًّل نَ ُق
َ ص َعلَْي
ْيِِ ِ
َ ل ْل ُم ْؤمن
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah
yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu
kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman
(Hud/11:120)
b. Kebesaran Allah
Yang kedua adalah metode pengajaran al-Quran dari hal kandungan nya yaitu
tentang kebesaran Allah. Menurut Tafsir, kebesaran Allah merujuk pada penciptaan
dan pengaturan alam semesta, penciptaan manusia, hingga sesuatu yang berhubungan
dengan alam ghaib.
Namun, tanda-tanda tersebut hanya dapat disadari oleh mereka yang berakal.
Sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya hal ini tidak berlaku
dengan orang yang tidak berakal seperti disebutkan dalam firman-Nya surah Yusuf
ayat 105-106.
Orang yang berakal adalah mereka yang senantiasa memikirkan ciptaan Allah,
merenungkan keindahan ciptaan-Nya, kemudian dapat mengambil manfaat dari ayat-
ayat-Nya, seraya berdzikir kepada Allah dengan hati, lisan, dan anggota tubuh seraya
menjalankan aktivitas sehari-harinya.
Surah Al Imran Ayat 190
7
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal".
8
Berdasarkan definisi yang dibawakan oleh Al-Utsaimin, suatu larangan yang
bukan berupa perkataan tidak termasuk dalam an–nahyu, seperti isyarat untuk
meninggalkan sesuatu. Perintah atau al–amru juga tidak termasuk di dalamnya, karena
ia adalah pemintaan melakukan sesuatu, dan bukan meninggalkan sesuatu. Larangan
yang datang dari pihak sebaya atau yang lebih rendah juga bukan termasuk an–nahyu.
Begitu pula suatu perintah yang redaksinya adalah melarang, seperti perkataan
“tinggalkanlah hal tersebut”, “tahanlah dari melakukan itu”, bukan merupakan
larangan, akan tetapi hakikatnya ia adalah perintah.
Sebagaimana perintah terbagi menjadi dua, larangan pun terbagi menjadi dua,
yaitu nahyu tahrim dan nahyu tanzih. Nahyu tahrim memiliki konsekuensi hukum
haram atau mahzhur, sedangkan nahyu tanzih memiliki konsekuensi hukum makruh.
Mayoritas bangsa arab mengikuti dakwah ismail ‘alaihis salam yaitu tatkala
beliau menyeru agama bapaknya Ibrahim, yang intinya menyembah kepada Allah,
mengesakan dan memeluk agama-Nya. Nabi ismail memiliki 12 anak yang dari itulah
berkembang menjadi 12 kabilah dan menetap di Makkah untuk sekian lama. Waktu
bergulir hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah
disampaikan kepada mereka.
‘Amr bin Luhay dari bani Khuza’ah dia tumbuh sebagai orang yang dikenal suka
berbuat bijak, mengeluarkan sedekah dan respek terhadap urusan-urusan agama,
namun dia mengubah agama Ibrahim menjadi kebudayaan menyembah berhala,
bertaqarrub padanya, dan menciptkan budaya al-Bahirah, al-Wasilah, al-Ham, dan al-
Azlam.
Namun cahaya islam muncul ketika nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berusia 40 tahun, perlahan kaum diberbagai kabilah berubah adat dan
kebiasaannya sebab syariat islam, hingga puncaknya kebudayaan bangsa arab yang
bersifat jahiliyyah berubah menjadi islam yang kaffah.
9
4. Perkembangan Ilmu Keislaman
Bangsa arab dulunya adalagh bangsa yang tidak diminati baik secara geografis
maupun secara kebudayaan. Dari segi geografis hampir tidak ada di peradaban
sebelumnya yaitu Romawi dan Persia untuk menjajah wilayah jazirah itu, karena
memang tidak ada sesuatu yang bisa diambil, hanya padang pasir yang sangat luas
serta tidak ada sumber daya alam nya. Dari segi kebudayaan pun banyak dari
kalangan bangsa arab saat itu hanya memikul tradisi dari nenek moyangnya, mulai
dari menyembah berhala, membuat patung-patung, megundi nasib, dan lain
sebagainya.
Semua itu berubah ketika mulai diangkatnya sosok Muhammad sebagai nabi
terakhir. Beliau menerima perintah wahyu di gua hira, menerima Amanah besar untuk
menyampaikan ilmu dan syariat islam keseluruh umat manusia.
Permulaan dakwah diawali dengan secara sembunyi-sembunyi di rumah-rumah
kelurganya, dirumah sahabat al-Arqam bin Abil Arqam, dengan mengajarkan ilmu
tauhid yang bahkan saat itu muridnya hanya 12 orang, namun setelah sekian lama
beliau berdakwah di kota tempat kelahirannya belum sepenuhnya diterima oleh
mayoritas kau m Quraisy saat itu, beliau memutuskan untuk hijrah ke Madinah.
Disana beliau banyak menerima wahyu dari Allah memlalui malaikat Jibril,
hingga pada tahap selanjutnya Rasulullah mengajarkan tentang berbagai ilmu,
terutama pembebanan syariat pada orang-orang yang sudah beriman. Majlis ilmu di
waktu hijrah ke Madinah ini mayoritas membahas tentang hukum-hukum,
muammalah, dan tazkiyatun nafs.
Setelah beliau wafat, perjuangan ilmu dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, para
tabi’in dan tabi’ut tabi’in. banyak sekali perkembangan yang terjadi salah satu yang
paling besar adalah dikenalkannya pembukuan ilmu-ilmu yang sebelumnya berupa
hafalan dan pembagian berbagai cabang-cabang ilmu berangkat dari ijtihad para
ulama hingga pada puncak kejayaan islam yaitu abad ke 10 sampai pada abad ke 15
masehi yang dikenal dengan the golden egg of islam.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah kami uraikan tentang sifat dan adab seorang pendidik maka secara
garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
11
DAFTAR PUSTAKA
12