Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

SKI ( MAKALAH PERJANJIAN HUDAIBIYAH )


UNTUK MEMENUHI SYARAT UJIAN PRAKTEK

GURU PEGAMPU : IBU TRI HIDAYATI, S.PD


DISUSUN OLEH :
BISMA HAIKAL AFGANI
KELAS : XII IPS

MA ASSALAM BUARAN BANTAR KAWUNG


TAHUN AJARAN 2021/2022
JL. PONDOK PASANTREN RAUDLATUSSUADA RT.04 / RW. 01
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan
keharibaan junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Atas rahmat dan karunia
Allah SWT sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Sejarah Peradaban Islam
yang berjudul “Perjanjian Hudaibiyah”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak baik dukungan, motivasi yang sangat besar nilainya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah ikut andil dalam
penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa karya tulis ini
masih jauh dari sempurna meskipun disertai dengan usaha dan upaya semaksimal
mungkin. Oleh karena itu saya mengharapkan saran yang konstruktif dan diterima
dengan hati yang lapang.
Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah segala usaha saya dan semoga
makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amiiin…

………………………. 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................      
A.    Latar Belakang ..................................................................................       1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................       1
C.     Tujuan ...............................................................................................       1
BAB II PEMBAHASA ...............................................................................
A.    Pengertian Perjanjian Hudaibyah ......................................................       2
B.     Penyebab terjadinya ..........................................................................       2
C.     Faktor yang mendorong Terjadinya Perjanjian .................................       4
D.    Hikmah dari Perjanjian .....................................................................       4
BAB III PENUTUP .....................................................................................      
A.    Kesimpulan .......................................................................................       7
B.     Saran .................................................................................................       7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kita yakini Rasulullah sebagai sebaik-baiknya suri tauladan (uswatun
hasanah), dari berbagai sisi kehidupan beliau. Sebagai seorang suami dan kepala
rumah tangga, beliau adalah seorang suami dan ayah ideal. Sebagai seorang yang
dititipi amanah, maka satu unsur yang membuat beliau digelari al-amin karena
amanah itu dijaga dengan sangat baik. Sebagai penengah perselisihan, maka solusi
dari beliau bukan saja mencegah perang saudara antar Quraisy, tapi juga mencari
solusi yang menentramkan mereka semua. Di antaranya ketika hajar aswad
berpindah dari tempatnya, dan semua pihak merasa paling berhak dalam
mengembalikan ke tempat semula. Begitu pula sebagai pemimpin, beliau adalah
sebaik baiknya pelayan umat, pandai berdiplomasi, dan dalam situasi khusus,
sebagaimana nabi-nabi yang lain seperti Daud Alaihi Salam, beliau adalah sebaik
baiknya pemimpin perang. Allahumma sholi wassalim wabaarik alaihi. Satu
episode perjuangan Rasulullah yang terkenal mengagetkan sahabat-sahabat beliau,
yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Dari mana hal ini kita pahami? Mari kita selami
sekilas tentang perjanjian Hudaibiyah

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah terjadinya perjanjian Hudaibiyah
2.      Bentrokan-bentrokan kecil apa saja yang terjadi setelah terjadinya perjanjian
Hudaibiyah sampai kota Mekkah aman?
3.      Bagaimana sejarah pembebasan Kota Makkah?

C.    Tujuan Makalah
1.      Mengetahui sejarah terjadinya perjanjian Hudaibiyah.
2.      Mengetahui pemberontakan-pemberontakan kecil sekitar terjadinya perjanjian
Hudaibiyah.
3.      Mengetahui bagaimana terjadinya fathul Makkah.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perjanjian Hudaibiyah


Perjanjian Hudaibiyyah (>‫ )صلح الحديبية‬adalah sebuah perjanjian yang di adakan
di sebuah tempat di antara Madinah dan Mekkah pada bulan Maret 628 M atau
pada bulan Dzul Qa’dah tahun ke-6 hijriyah. Hudaibiyah itu sendiri adalah nama
sebuah tempat yang berjarak 22 km sebelah barat daya Makkah, sisi-sisinya
termasuk perbatasan tanah haram Makkah dan sebagian besar tidak termasuk.[2]
Adapun garis besar Perjanjian Hudaibiyyah berisi : "Dengan nama Tuhan. Ini
perjanjian antara Muhammad SAW dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy.
Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin
mengikuti Muhammad SAW, diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang
ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang
masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Muhammad SAW tanpa izin, maka
akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti
Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad SAW akan
kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Mekkah, untuk
melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy
akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki
Makkah"

B.     Penyebab terjadinya Perjanjian Hudaibiyah


Sejak hijrahnya kaum Muslimin dari Mekkah ke Madinah, kaum Quraisy
mulai berulah melakukan kejahatan besar terkait dengan hak kaum Muslimin,
yaitu dengan melarang mereka masuk ke kota Mekkah, dan menghalangi mereka
untuk mengunjungi ka’bah dan berhaji yang sejak lama menjadi syariat bagi
bangsa Arab, karena sesungguhnya Nabi Ibrahim AS lah yang telah membangun
ka’bah dan menyerukan umat manusia berkunjung ke sana. Dan Allah SWT telah
menjadikannya sebagai tempat bersimpuh dan tempat yang aman bagi manusia.
Dan sesungguhnya telah turun beberapa ayat yang menggambarkan tentang
kedzhaliman yang menimpa kaum Muslimin, di antaranya Allah SWT berfirman :
“ Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk
(mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak
menguasainya? orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang
yang bertakwa. tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.
Telah berlaku kurang lebih enam tahun setelah hijrah, kaum Muslimin terus
melakukan jihadnya, terkadang mereka berhadapan dengan Quraisy, terkadang
berhadapan dengan Yahudi. Yang jelas di tengah kemelut peperangan islam tetap
tersebar dan semakin bertambah jumlah pengikutnya. Hal itu menyebabkan
mereka semakin rindu untuk datang ke Masjidil Haram, yang di dalamnya
terdapat Ka’bah, banguan yang diwariskan oleh nenek moyanh mereka, dan
menjadi kiblat mereka dalam shalat. Mereka mempelajari situasi yang dapat
memungkinkan mereka masuk ke kota Mekkah. Gayung pun bersambut,
keinginan kuat mereka ternyata diperkuat pula oleh Rasulullah SAW, di mana
beliau bermimipi bahwasanya Ia dan kaum Muslimin memasuki kota Mekkah
dalam keadaan aman seraya mencukur dan memendekkan rambutnya dan mereka
tidak merasa takut sedikitpun. Hanya saja bagaimana hal itu dapat dilakukan
sementara kaum Musyrikin gencar menghalangi mereka untuk menziarahi ka’bah,
mereka bertekad lebih baik mati dari pada membiarkan kaum Muslimin masuk ke
kota Mekkah.
Oleh karena itu Rasulullah SAW menyusun rencana untuk dapat memasuki kota
Mekkah, dengan menempuh cara yang bijaksana dan proses yang damai, beliau
hanya ingin menunjukan bahwa kaum Muslimin punya hak untuk memasuki kota
Mekkah dan mengunjungi Ka’bah, beliau ingin memberikan pengertian kepada
Musyrikin Quraisy bahwa dirinya bukanlah Raja yang akan menguasai dan
menjajah mereka, sehingga mereka harus melakukan perlawanan dan
menghalangi siapa saja yang ingin memasuki kotanya. Dan karenya Rasulullah
SAW kemudian memaklumatkan kepada kaum Muslimin bahwa maksud
kedatangan mereka ke kota Mekkah hanya semata untuk umroh, bukan untuk
memerangi mereka.
Pada bulan Dzul Qa’dah tahun keenam hijriyah, Rasulullah SAW keluar bersama
kurang lebih 1400 personil dari kalangan Muhajirin dan Anshar, dan ikut serta
juga sejumlah komunitas Arab yang tinggal di pinggiran kota Madinah yang
mereka temui dalam perjalanan. Mereka mulai mengenakan Ihram dari Dzil
Halifah,bersma mereka disertakan pula kurang lebih 70 ekor hewan sembelihan
kurban, sebagai pengagungan dan penghormatan terhadap Baitullah, hal ini
semata-mata untuk menekankan kepada Quraisy bahwa mereka datang bukan
untuk berperang, namun semata ingin berziarah kea Baitullah dan
mengagungkannya, oleh karena itu mereka tidak membawa persenjataan, kecuali
persenjataan musafir saja, yaitu sebilah pedang yang tersimpan di dalam
sarungnya.

C.    Faktor-Faktor Yang Mendorong Dilakukannya Perjanjian Hudaibiyah


Kesediaan orang-orang Makkah untuk berunding dan membuat perjanjian
dengan kaum muslimin itu benar-benar merupakan kemenangan diplomatik yang
besar bagi umat islam. Dengan perjanjian, harapan untuk mengambil alih Ka’bah
dan Makkah sudah makin terbuka untuk merebut dan menguasai Makkah agar
dapat menyiarkan Islam kedaerah-daerah lain, ini merupakan target utama beliau.
Ada dua faktor dasar yang mendorong kebijaksanaan ini yaitu :
1.      Makkah adalah pusat keagamaan bangsa Arab dan melalui konsolidasi ini, Islam
bisa tersebar keluar.
2.      Apabila suku nabi sendiri dapat diislamkan, Islam akan mendapat dukungan
yang kuat karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang
besar.
Tidak diragukan lagi bahwa Perjanjian Hudaibiyah adalah suatu kemenangan
yang nyata. Sejarah pun mencatat bahwa isi perjanjian ini adalah suatu hasil
politik yang bijaksana dan pandangan yang jauh, yang besar sekali pengaruhnya
terhadap masa depan Islam dan masa depan orang-orang Arab itu semua. Ini
adalah yang pertama kali pihak Quraisy mengakui Muhammad, bukan sebagai
pemberontak terhadap mereka, melainkan sebagai orang yang tegak sama tinggi
duduk sama rendah. Dan sekaligus mengakui pula berdirinya dan adanya
kedaulatan Islam itu. Kemudian juga suatu pengakuan bahwa Muslimin pun
berhak berziarah ke Ka’bah serta melakukan ibadah haji, bahwa Islam adalah
agama yang sah diakui sebagai salah satu agama di jazirah itu. Selanjutnya
gencatan senjata yang selama sepuluh tahun membuat pihak Muslimin merasa
lebih aman dari jurusan selatan tidak kuatir akan mendapat serangan Quraisy,
yang juga berarti membuka kesempatan bagi Negara Islam Madinah untuk
berkonsentrasi menyebarkan dakwah Islam ke arah utara Jazirah Arab.
Kenyataan lain adalah setelah persetujuan perletakan senjata itu dakwah
Islam tersebar luas berlipat ganda lebih cepat daripada sebelumnya. Hampir
seluruh jazirah Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan menggabungkan
diri dalam Islam. Jumlah mereka yang datang ke Hudaibiyyah ketika itu sebanyak
1400 orang. Tetapi dua tahun kemudian, tatkala Muhammad saw hendak
membuka Mekah jumlah mereka yang datang sudah 10.000 orang.
Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi tersebut membuktikan ketepatan kebijakan
Rasulullah saw,  Membuktikan pula bahwa ketika Rasulullah membuat Perjanjian
Hudaibiyah Rasulullah saw telah meletakkan dasar yang kokoh sekali dalam
kebijaksanaan politik dan penyebaran Islam.

D.    Hikmah Dari Perjanjian Hudaibiyah


Dengan adanya perjanjian Hudaibiyah, ternyata mendatangkan hikmah yang
begitu besar bagi kaum Muslimin, diantaranya adalah:
Bebas dalam menunaikan agama Islam.
1.   Tidak ada teror dari Quraisy.
2.   Mengajak kerajaan-kerajaan luar seperti Ethiopia-afrika untuk masuk Islam.
3.   Sebagai dasar yang kokoh dalam politik penyebaran Islam.
4. Nabi mempunyai kesempatan yang lebih leluasa dalam mengkonsolidasikan
masyarakat Islam
5.  Nabi mempunyai waktu yang leluasa untuk lebih memfokuskan perhatian pada
penyebaran Islam kepada kabilah-kabilah Arab lainnya.
6.  Mengajak kepada raja-raja dan kaisar-kaisar untuk memeluk Islam dengan cara
mengirimkan surat-surat kepada penguasa-penguasa tersebut, seperti kepada Kisra
sebagai raja Persia dengan utusan Abdulloh bin Khudzafah, kepada Heraclius
penguasa Romawi dengan utusan Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi, kepada
Mauquqis raja Mesir dengan utusan Khatab bin Abi Balti’a, kepada Najasyi raja
habsyah dengan utusan Amr bin Umayyah Add-Dhamri, kepada Al-Harits Al-
Ghassani di Syam, dan raja Amman pemilik Yamamah, serta Al-Mundzir sebagai
hakim Bahrain. Seluruhnya surat Nabi berjumlah 105 buah surat. 

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa
Perjanjian Hudaibiyyah  merupakan sebuah komitmen yang di adakan di sebuah
tempat di antara Madinah dan Makkah sebagai senjata bagi umat islam untuk
memperkuat dirinya.
Dengan menelaah secara teliti penggalan siroh nabawiyah ini pula, akan
semakin menambah keyakinan kita bahwa memang Islam adalah agama yang
sempurna, tidak ada satupun celah yang tertinggal, kecuali Islam telah
memberikan solusinya dengan tepat dan mantap melalui perjanjian ini.

B.     Saran
Semoga makalah singkat ini dapat memberikan kontribusi kepada kita semua
dan saya sebagai pemakalah mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saya mengharapkan kepada pembaca saran yang
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mahdi Rizqullah, Biografi Rasulullah, Jakarta: Qisthi Press, 2008,


Cet. Ke-3.
al-Umuri, Akram Dhiya’, Shahih Sirah Nabawiyah, Jakarta: Pustaka as-
Sunnah, 2010, Cet. Ke-1.
az-Zaid, Zaid bin Abdul Karim, Fikih Sirah, Jakarta: Darus Sunnah Press,
2009, Cet. Ke-1.
Hisyam, Ibnu, as-Siroh an-Nabawiyah, Beirut: Dar Ihya’ at-Turots al-Arobiy,
1997, Juz 3, Cet. Ke-2.

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008.
BIO DATA

Nama : Bisma Haikal Afgani

Tempat, tanggal lahir : Brebes, 14 Februari 2004


kelas : XII IPS

Alamat : Cimerak Baru

Anda mungkin juga menyukai