Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENAKLUKAN KOTA MEKKAH (FATHU MEKKAH)


Disusun oleh kelompok 4 :
1. Denia Rahimatul Fitri
2. Hariz Kawakibi
3. Mahyatul Munawwaroh
4. Regita Putri Kirani
5. Selvi Amelia
6. Siti Aisyah
7. Wahyu Dinda Gitasya

GURU PEMBIMBING :
Walrusni S.pd.i

MAN 2 TANAH DATAR


TP 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayahnya sehingga kami bisa Menyusun tugas sejarah kebudayaan islam ini
dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Pendidikan karakter” itu sangat
berarti untuk anak bangsa dari mulai dini.
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan
kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam Menyusun
makalah ini. Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalh ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu guru
mata pelajaran sejarah kebudayaan islam. Kepada pihak yang sudah menolong dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………….… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….… 2
C. Tujuan Masalah………………………………...………………...3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sebab-sebab Fathu Mekkah…………………………………….. 4
B. Faktor Keberhasilan Fathu Mekkah…………………………….. 5

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan…………………………………………………........................................ 6
B. Saran……………………………………………………………………………………7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di masa kekuasaan kaum Quraisy, sekitar 360 berhala diletakkan di sekeliling
Kakbah. Mulai yang paling besar hingga paling kecil dengan bentuk bermacam-macam.
Berhala-berhala tersebut dijadikan sebagai sembahan masyarakat Quraisy. Mereka senantiasa
mengagungkan dan memujanya setiap saat. Mereka percaya bahwa berhala menjadi perantara
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kaum Quraisy mengotori Kakbah dengan berhala
berhala tersebut. Mereka menyekutukan Allah Swt. dengan menyembah berhala di Kakbah.
Mereka juga telah menghina kemuliaan Kakbah.
Dalam peristiwa Fathu Makkah, Rasulullah saw. dan para sahabat segera
membersihkan berhala dari Kakbah. Ini merupakan salah satu cara Rasulullah saw, menjaga
perdamaian dalam peristiwa tersebut. Rasulullah saw, menunjukkan kepada dunia sikap
memaafkan setelah memperoleh kemenangan. Dalam kondisi yang memungkinkan untuk
balas dendam atas kekejaman kaum Quraisy Makkah, beliau saw. tidak melakukan.
Rasulullah saw, dan para sahabat dengan lapang dada memaafkan mereka dan melupakan
segala kesalahan di masa lalu. Pada bab berikut akan diuraikan mengenai seluk-beluk Fathu
Makkah serta peristiwa besar yang mengiringinya.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan sebab-sebab fathu mekkah


2. Menjelaskan faktor keberhasilan fathu mekkah

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sebab-sebab fathu mekkah
2. Untuk menjelaskan faktor keberhasilan fathu mekkah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sebab-sebab Fathu mekkah

Penaklukan kota Makkah atau Fathu Makkah diawali dengan diadakan perjanjian
damai antara kaum muslimin dan kaum Quraisy Perjanjian ini berlangsung pada bulan
Dzulkaidah tahun 6 H atau 628 M di daerah Hudaibiyah. Oleh karena itu, dikenal dengan
nama Perjanjian Hudaibiyah Di antara butir dalam perjanjian tersebut menyatakan bahwa
siapa saja yang ingin bergabung, baik dengan kubu Muhammad maupun kaum Quraisy
diperbolehkan Kabilah mana pun yang bergabung dengan salah satu pihak, dianggap sebagai
bagian dari pihak yang diikuti Ketika terjadi penyerangan terhadap suatu kabilah yang telah
bergabung pada salah satu pihak, berarti dianggap juga sebagai penyerangan terhadap pihak
bersangkutan. Atas dasar butir perjanjian ini, Bani Khuza'ah memilih bergabung dengan
pihak Nabi Muhammad saw, sedangkan Bani Bakar bergabung dengan pihak kaum Quraisy.
Pada zaman jahiliah sering terjadi pertikaan di antara kedua kabilah tersebut.
SetelahIslam datang dan terjadi kesepakatan gencatan senjata dalam Perjanjian Hudaibiyah,
kedua kabilah merasa aman dan gangguan. Kesempatan ini justru dipergunakan Bani Bakar
untuk melakukan penyerangan terhadap Bani Khuza'ah pada malam hari hingga
menyebabkan beberapa orang wafat. Di lain sisi, Budail bin Warqa' dari Bani Khuza'ah saat
hendak pergi ke Madinah, dia melihat kaum Quraisy bersiap untuk menghalang umat muslim
di Hudaibiyah keadaan yang dia lihat beserta keadaan Bani Khuza'ah kepada Rasulullah saw..
Kemudian, Rasulullah saw. bersabda kepada Budail untuk disampaikan kepada pihak
Quraisy. Dalam pesan tersebut Rasulullah mengajukan pilihan berikut.
1. Membukakan jalan bagi Rasulullah saw. Jika mereka menghendaki, berarti mereka masih
memiliki nyali.
2. Rasulullah saw. bisa menyuplai kebutuhan mereka yang habis sebab pertempuran dengan
syarat tidak mengganggu Rasulullah saw. dan umat muslim.
3. Membatalkan perjanjian yang berarti mengikrarkan pertempuran dan Rasulullah saw. siap
melayani
Saat Budail telah sampai di Makkah dan memberitahukan pesan Rasulullah saw.
kepada kaum Quraisy, penduduk Bani Khuza'ah berlindung di rumahnya. Di saat yang sama
Amr bin Salim pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah saw, dan mengatakan keadaan
Bani Khuza'ah. Rasulullah saw. bersabda kepadanya bahwa beliau telah mengetahui keadaan
Bani Khuza'ah dari Budail dan Allah Swt. pasti akan menolong mereka. Setelah mendengar
pesan Rasulullah saw. yang disampaikan oleh Budail, kaum Quraisy menyesal dan menyadari
bahwa pengkhianatan yang mereka lakukan terhadap Perjanjian Hudaibiyah akan berdampak
buruk, terlebih Rasulullah saw. telah memiliki pengaruh yang besar di Jazirah Arab

Kaum Quraisy kemudian mengutus Abu Sufyan bin Harb sebagai mertua Nabi
Muhammad saw. karena kedudukan putrinya, Ummu Habibah, yang menjadi istri Nabi
Muhammad saw untuk menemui beliau. la diutus untuk memperbarui isi perjanjian yang
telah mereka langgar. Ketika Abu Sufyan tiba di Madinah dan menemui Nabi Muhammad
saw., beliau tidak mengucapkan sepatah kata pun. Mendapati sikap beliau seperti itu, Abu
Sufyan pergi menemui Abu Bakar agar mau membujuk Rasulullah saw., namun Abu Bakar
menjawab, "Aku tidak bisa melakukannya".
Setelah usaha Abu Sufyan menemui Abu Bakar as-Siddiq mengalami kegagalan, la
segera pergi menemui Umar bin Khattab, Tiba di hadapan Umar, Abu Sufyan meminta hal
serupa pada Umar, yakni untuk membujuk Nabi Muhammad saw., namun dengan tegas Umar
menjawab, "Mungkinkah aku membela kalian di hadapan Nabi Muhammad saw.? Demi
Allah Swt., bahkan seandainya aku hanya menemukan seekor semut kecil, aku pasti akan
memakainya untuk menentang kalian".
Setelah gagal menemui Abu Bakar dan Umar, Abu Sufyan beralih menuju ke Ali bin
Abi Thalib. Mendengar tujuan Abu Sufyan membuat Ali berkata "Celakalah engkau, wahai
Abu Sufyan. Rasulullah saw. telah mengambil keputusan dan kami tidak dapat memengaruhi
beliau". Abu Sufyan semakin gelisah. Ali menambahkan "Aku tidak melihat sesuatu hal lagi
yang berguna bagimu. Tapi, bukankah engkau adalah pemimpin Bani Kinanah? Bangkit dan
berilah jaminan perlindungan untuk manusia, kemudian pulanglah". Abu Sufyan bertanya
"Apakah hal itu berguna?",
"Demi Allah Swt., aku juga tidak yakin. Namun, aku tidak tahu alternatif lain" jawab
Ali. Melihat jerih payahnya tidak membawa hasil yang menggembirakan, maka Abu Sufyan
pulang menuju Makkah dengan membawa kekecewaan karena ia telah gagal membujuk
Rasulullah saw.
B. Faktor keberhasilan Fathu mekkah
Fathu Makkah adalah peristiwa pembebasan kota Mekah oleh kaum Muslimin. Kaum
Muslim datang dengan 10.000 pasukan untuk menduduki Mekah. Peristiwa tersebut terjadi
pada tahun 8 H/629 M. Menurut sejarawan Ibnu Ishak. Fathu Makkah dipicu oleh
pengkhianatan kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah.
Ibnu Ishak mengemukakan, terjadi perselisihan antara Bani Khuza‘ah dengan Bani
Bakar, permusuhan tersebut reda setelah ada perjanjian Hudaibiyah. Dalam perjanjian itu,
disebutkan keduanya mengadakan perdamaian dan tidak saling menyerang, keduanya juga
boleh bebas memilih sekutunya. Bani Khuza‘ah bergabung dengan Nabi Muhammad saw.
dan Bani Bakar ke kafir Quraisy. Namun demikian, Bani Bakar melanggar perjanjian ini,
dengan bantuan kafir Quraisy menyerang Bani Khuza‘ah. Dengan demikian, Bani Bakar
melanggar perjanjian Hudaibiyah.
Pada saat itulah, Bani Khuza‘ah meminta bantuan kepada Rasulullah saw. Beliau
menyiapkan 10.0000 pasukan guna membantu Bani Khuza‘ah. Mendengar berita ini, kafir
Quraisy mengutus Abu Sufyan ke Madinah, dengan maksud supaya persetujuan itu diperkuat
kembali dan diperpanjang waktunya. Perjanjian tersebut sudah berlaku selama dua tahun.
Kaum Quraisy menginginkan agar perjanjian tersebut diperpanjang 10 tahun. Abu Sufyan,
sebagai pemimpin mereka dan sebagai orang yang bijaksana di kalangan mereka kini
berangkat menuju Madinah. Abu Sufyan menuju ke rumah putrinya, Ummu Habibah, istri
Nabi saw., Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan Fatimah. Ia
mengemukakan maksud kedatangannya dan minta mereka untuk menjadi perantara dialog
dengan Rasul saw. Tetapi semua mengatakan bahwa tak ada orang yang dapat mempengaruhi
sesuatu yang telah menjadi keputusan Rasul saw. Abu Sufyan lalu pergi ke masjid dan di
sana ia mengumumkan bahwa ia sudah meminta perlindungan khalayak ramai. Kemudian ia
menaiki untanya dan berangkat pulang ke Mekah dengan tanpa membawa hasil apa pun. Abu
Sufyan kembali ke Mekah, melaporkan kepada masyarakatnya segala yang dialaminya
selama di Madinah serta perlindungan Yang dimintanya dari masyarakat umum atas saran
Ali, dan bahwa Muhammad belum memberikan persetujuan.
Sebaliknya Rasulullah saw. mempersiapkan kaum Muslimin berjumlah 10.000 orang
untuk merebut kota Mekah. Beliau percaya pada kekuatan sendiri dan pada pertolongan
Tuhan kepadanya. Dengan menyerang secara tiba-tiba, diharapkan kafir Quraisy tidak sempat
mengadakan perlawanan dan dengan demikian mereka menyerah tanpa pertumpahan darah.
Rasulullah juga berdoa kepada Allah swt., mudah-mudahan kaum Quraisy tidak mengetahui
berita perjalanan kaum Muslimin. Selanjutnya pasukan kaum Muslimin sudah mulai bergerak
dari Madinah menuju Mekah, dengan tujuan membebaskan kota itu serta menguasai Rumah
Suci, yang oleh Tuhan telah dijadikan tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang
aman. Pasukan ini bergerak dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka
terdiri dari kabilah-kabilah Sulaim, Muzainah, Ghatafan dan yang lain, yang telah
menggabungkan diri, baik kepada Muhajirin atau pun kepada Anshar. Mereka berangkat
bersama-sama dengan mengenakan pakaian besi. Mereka yang terdiri dari ribuan orang itu
telah mengadakan gerak cepat. Setiap mereka melangkah maju, kabilah-kabilah lain ikut
bergabung, yang berarti menambah jumlah dan menambah kekuatan juga. Mereka semua
berangkat dengan hati yang penuh iman, bahwa dengan pertolongan Allah mereka akan
mendapat kemenangan. Perjalanan ini dipimpin oleh Rasulullah dengan pikiran dan perhatian
tertuju hanya hendak memasuki Rumah Suci tanpa akan ada pertumpahan darah sedikit pun.
Sementara kaum Quraisy tidak mengetahui hal ini. Mereka masih berbeda pendapat,
bagaimana cara menghadapi serangan Muhammad. Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi
meninggalkan mereka dalam perdebatan dan berangkat menemui Nabi Muhammad saw. di
Juhfah. Abbas cemas dengan kekuatan pasukan Islam. Meski beliau sudah masuk Islam,
namun ia tetap khawatir akan adanya bencana yang akan menimpa Mekah jika kekuatan
pasukan yang belum pernah ada bandingannya di seluruh Jazirah Arab itu kelak menyerbu
Mekah. Pihak Quraisy sudah mulai merasakan adanya bahaya yang sedang mendekati
mereka. Mereka mengutus Abu Sufyan bin Harb, Budail bin Warqa’ dan Hakim bin Hizam
(masih kerabat Khadijah) untuk menyelidiki seberapa jauh bahaya yang mungkin mengancam
mereka.
Sementara Abbas sedang di atas tandu Nabi saw. yang putih itu, tiba-tiba ia
mendengar ada percakapan antara Abu Sufyan dengan Budail. Abbas yang telah mengenal
suara Abu Sufyan, berkata, “Rasulullah berada di tengah-tengah rombongan itu. Apa yang
akan menimpa kaum Quraisy jika mereka memasuki Mekah dengan kekerasan.” “Apa yang
harus kita perbuat?” Jawab Abu Sufyan dengan gusar. Abbas menaikkan Abu Sufyan di
belakang tandu untanya dan diajak berangkat bersama-sama, sedang kedua temannya disuruh
kembali ke Mekah. Dengan tanpa halangan, tandu itu sampai di depan api unggun Umar bin
Khattab, kemudian Umar pergi ke kemah Nabi saw. dan meminta izin untuk memancung
kepala Abu Sufyan, musuh bebuyutan Islam dan kaum muslimin. Saat itu Abbas yang sudah
berada di depan Rasulullah berkata, “Wahai Rasulullah. Saya sudah melindunginya.”
Menghadapi situasi seperti ini pada waktu sudah larut malam juga, dan perdebatan yang seru
antara Umar dan Abbas, Nabi saw. berkata, “Bawalah dia dulu ke tempatmu, Abbas. Pagi-
pagi besok bawa kemari.” Keesokan harinya Abu Sufyan sudah dibawa lagi menghadap Nabi
saw. dan disaksikan oleh pembesar-pembesar dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Nabi saw.
berkata, “Bukankah sudah tiba waktunya sekarang engkau harus mengetahui, bahwa tidak
ada tuhan selain Allah!?” Abu Sufyan menjawab, “Demi ibu-bapakku! Sungguh bijaksana
engkau! Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Aku memang
sudah menduga, bahwa tidak ada tuhan selain Allah, itu sudah mencukupi segalanya.” Nabi
saw. menjawab, “Bukankah sudah tiba waktunya engkau harus mengetahui, bahwa aku
Rasulullah?” Abu Sufyan menjawab, “Demi ibu-bapakku! Sungguh bijaksana engkau!
Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Tetapi mengenai hal ini,
sungguh sampai sekarang masih ada sesuatu dalam hatiku." Kemudian Abbas meminta Abu
Sufyan agar ia mau menerima Islam dan bersaksi bahwa tak ada tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya. Akhirnya Abu Sufyan masuk Islam.
Atas saran Abbas, Rasulullah saw. membuat sebuah aturan. “Siapa datang ke rumah
Abu Sufyan, orang itu selamat, dan siapa menutup pintu rumahnya, orang itu selamat dan
siapa masuk ke dalam masjid orang itu juga selamat." Dari kisah tersebut kaum Muslimin dan
seluruh manusia bersaksi betapa cermat dan pandainya Nabi Muhammad saw. dapat
menguasai suatu peperangan terbesar dalam sejarah Islam tanpa pertempuran dan tanpa
pertumpahan darah. Islamnya Abu Sufyan tidak akan mengurangi kewaspadaan dan kesiap-
siagaan Nabi Muhammad saw. dalam menyiapkan diri hendak memasuki Mekah.
Setelah melihat kekuatan kaum Muslimin, Abu Sufyan dibebaskan pergi menemui
golongannya dan dengan suara keras ia berteriak kepada mereka, “Saudara-saudara Quraisy!
Muhammad sekarang datang dengan kekuatan yang takkan dapat kamu lawan. Tetapi bagi
siapa yang datang ke rumah Abu Sufyan orang itu selamat, siapa menutup pintu rumahnya,
orang itu selamat dan siapa masuk ke dalam masjid orang itu juga selamat!” Nabi
Muhammad saw. sudah berangkat bersama pasukannya sampai ke Dhu Tuwa. Setelah
dilihatnya dari tempat itu tak ada perlawanan dari pihak Mekah, pasukannya dihentikan.
Beliau membungkuk menyatakan rasa syukur kepada Allah swt., yang telah membukakan
pintu Lembah Wahyu dan tempat Rumah Suci itu kepadanya dan kepada kaum Muslimin,
sehingga mereka dapat masuk dengan perasaan aman dan tenteram. Nabi Muhammad saw.
merasa bersyukur kepada Allah swt. karena pintu Mekah kini telah terbuka. Tetapi sungguh
pun demikian ia tetap selalu waspada dan berhati-hati. Beliau memerintahkan pasukannya
supaya dipecah menjadi empat bagian, dan jangan sampai melakukan pertempuran, serta
jangan sampai meneteskan darah, kecuali jika sangat terpaksa sekali.
Saat itu Zubair bin Awwam memimpin pasukan pada sayap kiri dan memasuki Mekah
dari sebelah utara. Khalid bin Walid berada pada posisi sayap kanan dan diperintahkan
supaya memasuki Mekah dari jurusan bawah. Sa'ad bin Ubadah yang memimpin orang
Madinah supaya memasuki Mekah dari sebelah barat, sedang Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
ditempatkan ke dalam barisan Muhajirin dan bersama-sama memasuki Mekah dari bagian
atas, di kaki Gunung Hind. Ketika pasukan sudah memasuki kota, dari pihak Mekah tidak ada
perlawanan, kecuali pasukan Khalid bin Walid yang mendapatkan perlawanan dari mereka
yang tinggal di daerah bagian bawah Mekah. Mereka terdiri dari orang-orang Quraisy yang
paling keras memusuhi Nabi Muhammad saw. dan yang ikut serta dengan Bani Bakar
melanggar Perjanjian Hudaibiyah dengan mengadakan serangan terhadap Khuza‘ah.
Ketika pasukan Khalid datang, mereka menghujaninya dengan serangan Panah, tetapi
dengan cepat Khalid berhasil mencerai-beraikan mereka walaupun ada dua anggota
pasukannya tewas karena mereka ini ternyata sesat jalan dan terpisah dari induk pasukannya.
Kaum kafir Quraisy kehilangan sekitar 13 sampai 28 orang. Melihat malapetaka yang
sekarang sedang menimpa mereka, Shafwan, Suhail dan Ikrimah cepat-cepat melarikan diri,
dengan meninggalkan orang-orang yang tadinya mereka kerahkan mengadakan perlawanan
menghadapi kekuatan dan pukulan Khalid yang heroik itu. Selanjutnya Nabi Muhammad
saw. berhenti di hulu kota Mekah, di hadapan Bukit Hind. Di tempat itu, beliau membangun
sebuah kubah (kemah lengkung), tidak jauh dari makam Abu Thalib dan Khadijah. Kemudian
beliau masuk ke dalam kemah lengkung itu, lalu beristirahat dengan hati penuh rasa syukur
kepada Allah swt., karena telah kembali dengan terhormat, dengan membawa kemenangan ke
dalam kota, di kota itu beliau telah mengalami gangguan, siksaan, bahkan pengusiran yang
dilakukan oleh kaum kafir Quraisy. Saat itu juga Rasulullah merasa tugasnya sebagai
komandan sudah selesai. Tidak lama tinggal dalam kemah itu, ia segera keluar lagi. Beliau
menaiki untanya Al-Qashwa, dan pergi meneruskan perjalanan ke Ka'bah, bertawaf di
Ka‘bah tujuh kali dan menyentuh sudut (hajar aswad) dengan sebatang tongkat di tangan.
Selesai melakukan tawaf, beliau memanggil Utsman bin Thalhah dan pintu Ka‘bah dibuka.
Sekarang Nabi Muhammad saw. berdiri di depan pintu, orang pun mulai berbondong-
bondong. Ia berkhutbah di hadapan umat Islam serta membacakan firman Allah swt.: “Wahai
manusia! sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Kemudian beliau bertanya kepada mereka, “Wahai orang-orang Quraisy!, menurut pendapat
kamu, apa yang akan kuperbuat terhadap kamu sekarang?” “Yang baik-baik, saudara yang
pemurah, sepupu yang pemurah,” jawab mereka. “Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang
sudah bebas!” kata beliau.
Dengan ucapan itu maka kepada orang Quraisy dan seluruh penduduk Makkah telah
diberikan ampunan. Alangkah indahnya pengampunan itu dikala ia mampu! Alangkah
besarnya jiwa beliau, jiwa yang telah melampaui segala jiwa besar, melampaui segala rasa
dengki dan dendam.
Faktor-faktor keberhasilan Nabi Muhammad saw. pada peristiwa Fathu Makkah tidak
terlepas dari perasaan seiman seagama (Islam) yang sudah terlebih dahulu dibina oleh beliau.
Umat Islam bersatu dalam satu kalimat tauhid, hanya kepada Allah berserah diri, maka
dengan kekuatan yang ada pada waktu itu dengan 10.000 pasukan berkeyakinan dapat
menaklukkan kota Mekah. Di samping itu, persaudaraan Muhajirin dan Anshar yang sudah
semakin mapan karena telah dibina oleh Nabi Muhammad saw. selama keduanya tinggal di
Madinah, sehingga semakin memperkokoh persatuan. Di samping itu, beliau melakukan
diplomasi dengan memamerkan 10.000 pasukan kepada tokoh Mekah, Abu Sufyan juga turut
andil membuat penduduk kafir Quraisy Mekah merasa ketakutan karena harus menghadapi
bala tentara yang sangat banyak dan belum pernah ada sebelumnya. Nabi Muhammad saw.
juga melakukan cara persuasif, walau dapat dipastikan menang, tetapi beliau tetap
menyanjung tokoh Quraisy Mekah, Abu Sufyan, dengan mengampuni setiap penduduk
Mekah yang ingin selamat dan aman maka harus masuk ke rumah Abu Sufyan. Perlu
diketahui bahwa Abu Sufyan sangat gila kehormatan, dengan cara seperti itu, maka para
penduduk Mekah berduyun-duyun masuk agama Islam, seperti tokohnya Abu Sufyan yang
juga masuk Islam menjelang Fathu Makkah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembebasan Mekkah (bahasa Arab: ‫فتح مكة‬, Fathu Makkah) merupakan peristiwa yang
terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, di mana Nabi Muhammad
SAW beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian
menguasai Mekkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikitpun,[butuh rujukan]
sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka'bah. Penyebab
nya:
Pada tahun 628, Quraisy dan Muslim dari Madinah menandatangani Perjanjian
Hudaybiyah. Meskipun hubungan yang lebih baik terjadi antara Mekkah dan Madinah setelah
penandatanganan Perjanjian Hudaybiyah, 10 tahun gencatan senjata dirusak oleh Quraisy,
dengan sekutunya Bani Bakr, menyerang Bani Khuza'ah yang merupakan sekutu Muslim,
walaupun sebenarnya yang pertama kali menyerang Bani Bakr adalah Bani Khuza'ah, dan
sayang sekali permasalahan tersebut hanya diselesaikan dengan perjanjian elite yang tidak
melibatkan akar rumput, sehingga masih menimbulkan dendam dikalangan Bani Bakr. Pada
saat itu musyrikin Quraisy ikut membantu Bani Bakr, padahal bersadasarkan kesepakatan
damai dalam perjanjian tersebut di mana Bani Khuza'ah telah bergabung ikut dengan Nabi
Muhammad saw dan sejumlah dari mereka telah memeluk islam, sedangkan Bani Bakr
bergabung dengan musyrikin Quraisy.

Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah untuk memperbaiki
perjanjian yang telah dirusak itu, tetapi nabi Muhammad SAW saw menolak, Abu Sufyan
pun pulang dengan tangan kosong. Sekitar 10.000 orang pasukan Muslim pergi ke Mekkah
yang segera menyerah dengan damai. Nabi Muhammad saw bermurah hati kepada pihak
Mekkah, dan memerintahkan untuk menghancurkan berhala di sekitar dan di dalam Ka'bah.
Selain itu hukuman mati juga ditetapkan atas 17 orang Mekkah atas kejahatan mereka
terhadap orang Muslim.

B. Saran
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan untuk membantu siswa X.5 belajar
memahami lebih dalam tentang fathu mekkah.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Sayyid al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Kahlani. Subul as-Salam. Bandung: Dahlan.
1991
Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib 1889. Taissiru al-Aliyyul qadir li ikhthisari Tafsir ibnu kasir
Ash-Shiddieqy.Hasby 1974. Sejarah ilmu hadist. Jakarta
Azami, Muhammad Mushtafa 1980. Dirasat fi-al hadist an-Nabawi wa Tarikh Tadwinih

Anda mungkin juga menyukai