Anda di halaman 1dari 14

PERJANJIAN AQABAH

Di
S
U
S
U
N
OLEH

NAMA : EFI SUKMAYANI


UNIT/SEMESTER : III/I
PRODI : S-1 HES
MATA KULIAH : SPI
DOSEN : ZUL AZMI, MA

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’A


PERGURUAN TINGGI ISLAM
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu

Wa Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat

rahmat dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul Perjanjian Aqabah dapat

terselesaikan.

Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah SPI, bapak

Zul Azmi, MA. yang telah mengarahkan dan membimbing pembuatan makalah

yang baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik

bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah

ini dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi

pembaca. Aamiin.

Sigli, 1 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………… 2

1.3 Tujuan ………………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….. 3

2.1 Perjanjian Aqabah I………………………………………………………… 3

2.2 Perjanjian Aqabah II ……………………………………………………….. 4

2.3 Kaum Quraisy terhadap Bai’at Aqabah……………………………………. 5

BAB III PENUTUP…………………………………………………………… 8

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 8

3.2 Saran………………………………………………………………………... 9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bai’at merupakan sisi kegiatan politik yang paling menonjol yang dilakukan

oleh umat. Ba’iat  juga adalah dikenal dengan suatu prjanjian atau sumpah setia

untuk meyakinkan orang agar orang itu berbuat yang benar dan masuk Islam.

Bai’at Aqabah  perjanjian bersejarah yang menentukan masa depan Islam.

Perjanjian Aqabah atau Ba’iat Aqabah adalah perjanjian antara Nabi Muhammad

SAW dengan orang Yastrib ( Madinah ), perjanjian ini terbagi menjadi dua, yaitu

Perjanjian Aqabah I dan Perjanjian Aqabah II. Selain itu setelah perjanjian

Aqabah II  ada peristiwa lagi yaitu tanggapan kaum Quraisy terhadap Perjanjian

Aqabah.

Dalam makalah ini akan dibahas lebih luas lagi  Bai’at atau Perjanjian Aqabah

dari terjadinya Perjanjian Aqabah I, Perjanjian Aqabah II, dan  kaum Quraisy

terhadap Bai’at Aqabah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana terjadinya perjanjian Aqabah I ?

2. Bagaimana terjadinya perjanjian Aqabah II ?

3.Bagaimana kaum Quraisy terhadap Bai’at Aqabah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui terjadinya perjanjian Aqabah I

2. Untuk mengetahui terjadinya perjanjian Aqabah II

1
3. Untuk mengetahui kaum Quraisy terhadap Bai’at Aqabah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perjanjian Aqabah I

Sebagaimana telah disebutkan bahwa ada enam pemuda Madinah yang

masuk Islam pada musi haji tahun ke-11 kenabiandan mereka berjani untuk

menyampaikan misi yang dibawa Rasulullah SAW kepada kaumnya.

 Maka diantara hasilnya, pada musim haji tahun berikutnya tahun ke 12

kenabian, datanglah 12 orang, di antara mereka adalah 5 orang yang sebelumnya

telah masuk Islam, ditambah 7 orang lagi selain mereka, yaitu:

1. Mu’az bin al Harits Ibnu ‘Afara’

2. Dzakwan bin Abdul Qois

3. Ubadah bin ash-Shamit

4. Yazid bin Tsa’labah

5. Al- Abbas bin Ubadah bin Nadhlihi

6. Abu Haitsam bin at-Taihan

7. ‘Uwaim bin Sa’idah

Dua nama terakhir berasal dari suku ‘Aus dan sisanya dari Khazraj.

Mereka segera menghubungi Rasulullah SAW untuk bertemu di Aqabah

Mina, lalu mereka berbai’at (sumpah setia ) kepada Rasulullah SAW untuk

berjanji tidak akan menyekutukan Allah sedkitpunitpun, tidak mencuri, tidak

2
berzina, tidak membunuh anak-anak mereka, tidak melakukan dusta, tidak

bermaksiat kepada Rasulullah.

                  Bai’at pertama ( perjanjian Aqabah I) disebut bai’at wanita karena

tidak meliputi perang dan perang tidak terjadi. Setelah keduabelas orang itu

menyatakan bai’at atau sumpah setia, mereka pulang ke Yatsrib disertai seorang

sahabat asal Makkah, yaitu Mush’ab Ibn Umair. Rasulullah memerintah Mush’ab

pergi ke Yatsrib untuk membacakan Al-Qur’an, Mengajarkan Islam, dan seluk

beluk syariat Islam kepada mereka.Setelah Bai’at Aqabah pertama Islam tersebar

semakin luas di kota Yatsrib. Mush’ab menjalankan tugasnya dengan baik dan

menyampaikan kepada Rasulullah bahwa pada musim haji orang Yatsrib dalam

jumlah besar akan datang ke Makkah untuk menemui Rasulullah. Laporan yang di

sampaikan Mush’ab membuat Nabi Muhammad berpikir lebih lama. Para

pengikutnya di Yatsrib makin hari makin banyak dan bertambah kuat. Mereka

juga tidak mendapat gangguan dari kaum Yahudidan kaum musyrik seperti

saudara mereka di Makkah. Selain itu, kota Yatsrib lebih makmur daripada

Makkah. Bukankah akan lebih baik jika kaum muslim Makkah hijrah ke tempat

saudara mereka di Yatsrib itu sehingga mereka lebih aman dan terbebas dari

gangguan Quraisy. Dalam perenungan itu, beliau ingat orang Yahudi dari Yatsrib

yang mula-mula memeluk Islam itu dan bercerita tentang permusuhan antara suku

Aus dan Kazraj. Dulu Muhammad pernah menganjurkan para pengikutnya untuk

hijrah ke Abisina, negri Kristen, karena disana kebenaran dijaga dan dipimpin

seorang raja yang adil. Jadi, mungkin akan lebih baik jika sekarang kaum muslim

hijrah ke Yatsrib.

3
4
B. Perjanjian Aqabah II

Pada musim haji tahun ke-13 kenabian. Kaum muslimin dari Madinah

yang berjumlah tujuh puluhan, ikut dalam rombongan orang-orang musyrik untuk

melakukan ibadah haji.

Setibanya disana, mereka segera menghubungi Rasulullah SAW, lalu

dengan rahasia sepakat bertemu di tengah hari-hari tasyrik di suatu lembah

Aqabah dekat Jumrah ‘Ula di Mina untuk melakukan Bai’at.

Pada hari yang telah ditentukan, di tengah malam yang gelap gulita. Sambil

mengendap-endap agar tidak diketahui rombongannya kaum musyrikin mereka

pergi ke Lembah Aqabah. Mereka saat itu berjumlah tujuh puluh tiga orang laki-

laki dan dua orang wanita yaitu Nusaibah binti Ka’ab (Ummu ‘Ammarah) dan

Asma binti Amr (Ummu Mani’).

Setibanya di kota Mekkah mereka menemui Nabi Muhammad SAW dan

atas nama penduduk Yatsrib mereka menyampaikan pesan untuk disampaikan

kepada Nabi Muhammad SAW. Pesan itu adalah berupa permintaan masyarakat

Yatsrib agar Nabi Muhammad SAW bersedia datang ke kota mereka, memberikan

penerangan tentang ajaran Islam dan sebagainya.Permohonan itu dikabulkan Nabi

Muhammad SAW dan beliau menyatakan kesediaannya untuk datang dan

berdakwah di sana. Untuk memperkuat kesepakatan itu, mereka mengadakan

perjanjian kembali di bukit Aqabah. Karenanya, perjanjian ini di dalam sejarah

Islam dikenal dengan sebutan Perjanjian Aqabah II. Mereka menyatakan bersedia

untuk bertemu dengan Rasulullah di Aqabah pada tengah malam di hari-hari

Tasyrik dan mereka merahasiakan rencana tersebut dari kaum musyrik yang

datang bersama-sama mereka. Lalu tibalah hari yang disepakati. Setelah

5
menunggu hingga lewat sepertiga malam, mereka keluar meninggalkan kemah.

Mereka berjalan mengendap-endap agar tidak diketahui kawan-kawan seperjalan

mereka, yang akhirnya dikhawatirkan akan tembus kepada pihak Quraisy.

Sesampai mereka di gunung Aqabah, mereka memanjat lereng-lereng gunung itu,

termasuk dua wanita yang ikut bersama mereka. Mereka menunggu sejenak

menunggu hingga hingga Rasulullah datang. Tidak lama kemudian Rasulullah

datang bersama bersama Al-Abbas Ibn Abdul Muttalib, pamannya yang saat itu

masih menganut paganisme. Setelah itu mereka mengadakan perjanjian  yang

berisi :

1. Penduduk Yatsrib siap dan bersedia melindungi Nabi Muhammad SAW

2. Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa

3. Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan

kepada sanak saudara mereka.

4. Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan

Setelah pelaksanaan Bai’at (Perjanjian Aqabah II), Nabi Muhammad SAW

meminta 12 pemimpin sebagai Naqib kepada kaum mereka dalam rangka

merealisasikan bai’at (Perjanjian Aqabah II) komposisi 12 pemimpin itu terdiri

dari 9 orang dari Kabilah Khajraj, dan 3 dari Kabilah Aus.

C. Kaum Quraisy terhadap Bai’at Aqabah

Namun, pagi itu juga Quraisy sudah mengetahui kabar tentang pertemuan dan

baiat tersebut. Tentu saja mereka sangat terkejut. Pagi hari itu juga para pemuka

Quraisy mendatangi orang Kazraj di tempanya masing-masing. Mereka

menyesalkan sikap orang Kazraj dan mengatakan bahwa mereka tidak ingin

6
berperang melawan orang Kazraj. Kaum Quraisy kembali pulang tanpa

mendapatkan keterangan yang pasti tentang berita tersebut. Kemudian mereka

mengadakan penyelidikan lebih serius untuk mengetahui keadaan dan

perkembangan sesungguhnya. Sementara itu, orang Yatsrib sudah mempersiapkan

bekal, lalu pulang menuju Yatsrib sebelum Quraisy mengetahui apa yang sudah

mereka lakukan sebenarnya. Setelah kaum Quraisy mengetahui bahwa berita

tentang baiat itu benar adanya, mereka bergegas mencari orang-orang Yatsrib itu.

Namun, mereka tidak menemukan siapapun, kecuali Sa’ad Ibn Ubadah. Mereka

menangkapnya, membawanya ke Mekkah, dan menyiksanya. Namun, Jubair ibn

Adi dan al-Harits ibn Umayyah datang menolongnya, karena dulu Sa’’ad pernah

menolong mereka ketika menempuh perjalanan dagang ke Syam dan melewati

kota Yatsrib. Sudah wajar jika kaum Quraisy dilanda rasa cemas dan khawatir.

Tidak berlebihan pula jika kemudian mereka mengambil langkah langkah cepat

mencari orang Kazraj dan mengejar mereka yang telah mengikrarkan sumpah

setia kepada Muhammad. Tapi sekarang, setelah janji persekutuan dengan Yatsrib

itu, pintu kemenangan terbuka lebar untuk Muhammad dan para pengikutnya.

Setidaknya, mereka bisa bebas menjalankan ibadah, menyebarkan Islam, dan

menyerang berhala-berhala serta orang-orang yang menyembahnya. Siapa yang

dapat memastikan apa yang akan terjadi kelak pada masyarakat jazirah Arab jika

Muhammad telah mendapat bantuan dari penduduk Yatsrib – suku Aus dan

Kazraj. Karena itulah mereka segera berkumpul dan memikirkan lebih serius lagi

langkah yang harus mereka ambil untuk menggagalkan semua upaya dan langkah

Muhammad SAW serta menghancurkan gerakan barunya itu. Pada saat yang

sama, Nabi SAW juga merenungkan secara serius setiap langkah yang harus

7
diambil dan langkah-langkah lainnya yang harus diambil untuk menyelamatkan

Islam. Nabi terus bergerak maju tetapi dengan cara-cara yang cermat, bijak, dan

hati-hati. Jadi, hasil dari persaingan itu sangat ditentukan oleh seberapa cerdik

pemimpin pihak masing-masing untuk menguji setiap langkahnya dan

menentukan langkah baru yang harus diambil.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perjanjian Aqabah adalah perjanjian yang dilakukan di bukit Aqabah oleh

Nabi Muhammad SAW terhadap kaum Yatsrib yang kemudian mereka masuk

Islam. Perjanjian Aqabah I terjadi pada tahun ke-12 kenabian bertepatan pada

tahun 621, Nabi Muhammad menemui rombongan dari Yatsrib. Rombongan haji

dari Yatsrib itu  berjumlah 12 orang. Nabi Muhammad SAW menyampaiakan

dakwahnya. Dakwah Nabi Muhammad SAW mendapat sambutan yang baik

sehingga mereka menyatakan keislamannya di hadapan Nabi Muhammad SAW.

Mereka melakukan baiat kepada Nabi di salah satu bukit di kota Mekkah, yaitu

bukit Aqabah. Maka baiat ini disebut baiat Aqabah pertama (perjanjian Aqabah I).

Perjanjian Aqabah II pada tahun ke-13 ke Nabian bertepatan dengan tahun 622 M,

jamaah Yatsrib datang kembali ke kota Mekkah untuk melaksanakan Ibadah haji.

Jamaah tersebut berjumlah sekitar 75 orang, terdiri atas 73 laki-laki dan dua

wanita. Mereka ingin bertemu dengan Nabi Muhammad di bukit Aqabah untuk

mengadakan perjanjian denga Nabi Muhammad. Kaum Quraisy terhadap Bai’at

Aqabah (Perjanjian Aqabah) mereka menentang dan mencari cara untuk

mengahalangi mereka dan agar Nabi Muhammad SAW kalah, akan tetapi dengan

cara-cara cerdik Nabi Muhammad Beliau dan kaum Islam menjadi menang.

9
B. Saran

Pemakalah mengucapkan banyak teria kasih kepada pembaca yang telah

bersedia membaca makalah ini dan kami harapakan agar pembaca bias sedikit

mengambil pemahaman terhadap makalah kami, saran dan kritik yang

membangun tentunya yang kami harapkan dari pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mubarakfury,Shafiyyur-Rahman. Sejarah Hidup Rasulullah, Al Maktubah at-

Tadmuriah, 2005,

Husain Haekal,Muhammad.  Sejarah Hidup Muhammad. Mesir : Pustaka Akhlak.

2015

11

Anda mungkin juga menyukai