Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Strok adalah gangguan suplai darah ke otak, biasanya karena perdarahan

atau sumbatan dalam pembuluh darah yang menghambat pasokan oksigen dan

nutrisi sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan otak (WHO, 2014).

Insiden strok secara nasional di Amerika Serikat adalah 750.000 jiwa per tahun,

dengan 200.000 jiwa merupakan strok rekuren (berulang). Angka kematian setiap

tahun akibat strok baru ataupun rekuren adalah 200.000 jiwa (Price dan Wilson,

2005).

Saat ini, angka kejadian strok di Indonesia pun meningkat tajam

melampaui penyakit yang selama ini mendominasi angka kematian terbesar di

Indonesia seperti jantung dan kanker. Angka kejadian strok di Indonesia

merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara-negara lain yang

memiliki resiko sama dengan Indonesia (Gemari, 2008). Upaya pemerintah dan

masyarakat dalam mencegah strok yaitu dengan Germas Cegah Strok, dan upaya

ini diharapkan dapat dilaksanakan oleh masyarakat untuk menekan angka kejadian

strok di Indonesia (Kemenkes RI, 2017). Upaya penyembuhan strok yang

biasanya dilakukan selama ini adalah terapi tirah baring. Permasalahan yang

muncul adalah ketika pasien strok menjalani terapi tirah baring, bisa saja akan

menghabiskan waktu dengan berbaring di tempat tidur, akibatnya adalah sangat

rentan terkena dekubitus (Hickey, 2003).


2

Faktor risiko seseorang terkena dekubitus salah satunya adalah penyakit

strok. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan

tidak sembuh dengan urutan dan waktu yang tidak biasa. Selanjutnya, gangguan

ini terjadi pada individu yang berbeda di atas kursi atau di atas tempat tidur,

sering kali pada inkontinensia, malnutrisi, ataupun individu yang mengalami

kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran (Potter dan

Perry, 2005).

Dekubitus merupakan salah satu komplikasi yang diakibatkan oleh bedrest

total akibat kelemahan ekstremitas seperti pada pasien strok, karena akibat dari

tekanan yang telalu lama pada area permukaan tulang yang menonjol dan

menyebabkan berkurangnya sirkulasi darah pada area yanga tertekan dan lama

kelamaan jaringan setempat mengalami emik, hipoksia dan berkembang menjadi

nekrosis (Lipyandra, 2014).

Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan

masalah yang khusus pada penderita strok dan lansia, karena masalah imobilitas.

Seseorang yang imobilitas dan hanya berbaring ditempat tidur sampai berminggu-

minggu terjadi dekubitus karena tidak dapat berganti posisi beberapa kali dalam

satu jam. Tekanan yang berkepanjangan merupakan penyebab utama ulkus

dekubitus karena dapat menyebabkan iskemia jaringan lunak, ternyata banyak

faktor lain yang juga ikut berperan dalam terjadinya ulkus dekubitus seperti shear

(geseran/luncuran), friction (gesekan), kelembaban yang berlebihan, dan

mungkin juga infeksi (Syapitri dkk, 2017).


3

Dekubitus merupakan masalah yang sangat serius terutama bagi pasien

yang harus dirawat lama di rumah sakit dengan keterbatasan aktifitas. Pasien tirah

baring biasanya dirawat selama beberapa hari atau minggu. Lamanya hari

perawatan serta kondisi penyakit akan mengancam terjadinya dekubitus.

Pentingnya peran keluarga terhadap perawatan dekubitus, karena keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan pada anggota keluarga (Mughni,

2010).

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup

bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu

ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama

dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam

satu periuk (Riadi, 2012).

Peran keluarga adalah setiap anggota keluarga juga dapat berfungsi dengan

baik sesuai posisi atau status, posisi indvidu dalam masyarakat, individu dalam

masyarakat misalnya status sebagai istri/suami atau anak (Mulyawati, 2010).

Peran keluarga selama ini keluarga tidak tahu tentang bagaimana cara perawatan,

pencegahan dekubitus pada pasien strok diantaranya higiene dan perawatan kulit.

Pengaturan posisi digunakan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada

kulit. Posisi klien mobilisasi diubah sesuai dengan tingkat aktifitasnya,

kemampuan persepsi dan rutinitasnya sehari-hari dan alas pendukung

kenyamanan, kontrol postur tubuh dan manajemen tekanan. Dekubitus juga

menimbulkan nyeri yang sangat dan ketidaknyamanan bagi pasien. Oleh karena

itu, keluarga sebagai orang terdekat yang merawat pasien dengan dekubitus perlu
4

mengetahui pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

dekubitus agar keluarga itu sendiri dapat mencegah terjadinya dekubitus

(Oktariani, 2014).

Dampak bagi pasien strok yang terjadi komplikasi berupa dekubitus bisa

berpotensi menyebabkan beberapa komplikasi seperti abses, osteomielitis,

bakteremia dan fistula. Dekubitus perlu penanganan dengan segera agar tidak

terjadi komplikasi, tindakan pencegahan yang bisa dilakukan untuk

mengantisipasi supaya dekubitus tidak terjadi adalah dengan melakukan alih

baring/perubahan posisi. Alih baring merupakan pengaturan posisi yang diberikan

untuk mengurangi tekanan dan daya gesek yang dapat melukai kulit. Alih baring

bertujuan untuk menjaga supaya daerah yang tertekan tidak mengalami luka.

Dalam melakukan alih baring posisi miring pasien harus tepat tanpa adanya gaya

gesekan yang dapat merusak kulit (Potter dan Perry, 2010).

Hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pasien strok

dirawat dirumah sakit menderita dekubitus adalah 3-10% dan 2,7% berpeluang

terbentuk dekubitus baru. Dari hasil penelitian terjadi peningkatan dekubitus terus

terjadi hingga 7,7-26,9%. Prevalensi terjadinya luka dekubitus di Amerika

Serikat cukup tinggi sehingga mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga

kesehatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi luka dekubitus

bervariasi, tetapi secara umum dilaporkan bahwa 5,11% terjadi ditatanan

perawatan akut (acute care), 15-25% ditatanan perawatan jangka panjang (long

term care), dan 7-12% ditatanan perawatan rumah (home health care) (Lipandra,

2014).
5

Prevalensi penyakit strok di Indonesia meningkat sering bertambahnya

umur. Kasus strok tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75

tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar

0,2%. Prevelensi strok berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%)

dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi

strok di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah perdesaan

(5,7%). Prevelensi kasus strok tertinggi terdapat di Sulawesi Utara (10,8%) dan

terendah di Papua (2,3%) (Riskesdas, 2013).

Menteri Kesehatan RI mengatakan penyakit strok, jantung, dan DM

ketiga penyakit ini di Aceh sudah mencapai (103%) atau di atas rata-rata nasional

sebesar (93,4%) (Serambi, 2019). Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin

Banda Aceh (RSUDZA) merupakan rumah sakit rujukan nomor satu di Aceh

dengan jumlah pasien strok berjumlah 295 orang dengan jenis kelamin laki-laki

183 orang (62%) dan wanita 112 orang (38%) (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie

bahwa jumlah kasus strok dari bulan Januari sampai Desember 2016 terdapat

kasus strok sebanyak 493 kasus (71%) dan untuk tahun 2017 diperoleh data

bahwa penderita strok dari bulan Januari sampai Desember sebanyak 201 kasus

(29%) (Dinkes Pidie, 2017).

Berdasarkan data yang peneliti peroleh di Ruang Penyakit Saraf Pria

RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie pada tahun 2017 antara bulan

Januari sampai bulan Desember kasus strok yang rawat inap sebanyak 319 kasus

(41%), pada tahun 2018 antara bulan Januari sampai bulan Desember kasus strok
6

rawat inap sebanyak 328 kasus (43%), sedangkan pada tahun 2019 ini antara

bulan Januari sampai bulan Mei sudah mengalami kasus strok yang rawat inap

sebanyak 120 kasus (16%).

Melihat kondisi tingginya angka kejadian strok akibat kelemahan

ekstremitas sehingga mengancam terjadinya dekubitus, maka peran keluarga

sebagai orang terdekat perlu mengetahui tentang pengetahuan yang berhubungan

dengan pencegahan dekubitus pada pasien strok dengan tirah baring lama.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang,

“Peran Keluarga dalam Pencegahan Dekubitus pada Pasien Strok di Ruang

Penyakit Saraf Pria RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas maka yang

menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana peran keluarga dalam pencegahan

dekubitus pada pasien strok di Ruang Penyakit Saraf Pria RSUD Tgk Chik Ditiro

Sigli Kabupaten Pidie ? “

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengertahui peran keluarga dalam pencegahan dekubitus pada pasien strok

di ruang penyakit saraf pria RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie.
7

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian keperawatan tentang peran keluarga dalam

pencegahan dekubitus pada pasien strok di ruang penyakit saraf pria RSUD

Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan tentang peran keluarga dalam pencegahan

dekubitus pada pasien strok di ruang penyakit saraf pria RSUD Tgk Chik

Ditiro Sigli Kabupaten Pidie.

c. Menyusun rencana terhadap peran keluarga dalam pencegahan dekubitus pada

pasien strok di ruang penyakit saraf pria RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli

Kabupaten Pidie.

d. Penerapan implementasi terhadap peran keluarga dalam pencegahan dekubitus

pada pasien strok di ruang penyakit saraf pria RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli

Kabupaten Pidie.

e. Melakukan evaluasi terhadap peran keluarga dalam pencegahan dekubitus

pada pasien strok di ruang penyakit saraf pria RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli

Kabupaten Pidie.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian yang di peroleh diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pikiran dan menambah wawasan atau masukan dalam berbagai informasi yang

merupakan pengalaman bagi peneliti dasar untuk mengembangkan diri di masa

yang akan datang dan mendapat informasi tentang bagaimana peran keluarga
8

dalam pencegahan dekubitus pada pasien strok di ruang penyakit saraf pria RSUD

Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie.

1.4.2 Bagi Responden

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi

bagi pasien mengenai peran keluarga dalam pencegahan dekubitus pada pasien

strok .

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi

mengenai peran keluarga dalam pencegahan dekubitus pada pasien strok di ruang

penyakit saraf pria RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie.

1.4.4 Bagi Istitusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini sebagai sumber informasi bagi Institusi Pendidikan

dalam perkembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan

datang.

Anda mungkin juga menyukai