Anda di halaman 1dari 10

PERISTIWA FATHU MAKKAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah Sirah Nabawiyah
Dosen Pengampu : Lukman Hakim M.pd

Penyusun : Ah. Fairuz Qori Aina

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL QUR’AN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2021/2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah “Sirah Nabawiyah” dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam
juga kami hanturkan atas junjungan Nabi Muhammad SAW, yang merupakan rasul akhir zaman yang
telah memberikan kita pelajaran dan pendoman yang baik. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih
kepada bapak Lukman Hakim M.pd. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Sirah Nabawiyah yang
senantiasa membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Penyusunan makalah Makalah ini, dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sirah
Nabawiyah. maka dari itu penulis akan menjabarkan tentang Peristiwa “Fathu Makkah”

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang
ada pada penulis. Untuk itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun akan senantiasa penulis terima
demi kesempurnaan dan kebaikan Makalah ini.

Jakarta 6, Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………..……i

Daftar isi ………………………………………………………………………………………………..ii

BAB I Pendahuluan …………………………………………………………………………………….1

A. Latar belakang …………………………………………………………………………………1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………..1
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………….2

A. Latar belakang terjadinya Fathu Makkah ………………………………………………………2


B. Ketakutan kafir Qurays karena melangar perjanjian hudaibiyah ………………………………2
C. Peristiwa Fathu Makkah …………………………………………………………………….....3

PENTUP ………………………………………………………………………………………………..6

KESIMPULAN ………………………………………………………………………………………...6

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………….7


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Islam di Makkah awalnya tidak semulus yang kita bayangkan,Nabi Muhammad
saw, founder agama Islam, justru mengalami banyak sekaligangguan, mulai dari intimidasi, cemooh
sampai dengan usaha pembunuhan. OrangQuraisy yang saat itu masih memegang penuh keyakinan
nenek moyangnya, yaknimenyembah banyak berhala, menolak keras ajaran yang dibawa
Nabi.Bertahun-tahun Nabi berdakwah di Makkah, orang Quraisy selalu berusaha menghalangi-halangi,
tujuannya ini tak lain adalah untuk memastikan bahwa tidakada satu orang pun yang tertarik, atau pun
terpengaruh dengan ajaran Nabi.Sejumlah peristiwa yang merugikan Nabi dan pengikutnya selalu
disikapi dengansabar. Namun setelah kekuatan Islam mulai kuat di Madinah, Nabi pun
melakukanpembelaan dengan jalan perang. Perang yang dilakukan Nabi berkali-kalimenunjukan hasil
yang cukup memuaskan, meski pun sempat juga mengalamikekalah telak dari kafir Quraisy.

Namun seiring waktu berjalan akhirnya kemenangantotal dapat diraih Nabi, kejadian
kemenangan ini di dalam sejarah Islam di kenalsebagai Fathu Makkah. Hal inilah yang menjadi latar
belakang pemakalah untukmembahasa peristiwa Fathu Makkah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang Fathu Makkah
2. Bagaimana respon Kafir Quraish saat melanggar perjanjian hudaybiyah?
3. Bagaimana peristiwa Fathu Makkah terjadi?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Latar Belakang terjadinya Fathu Makkah
2. Mengetahui respon kafir Quraish saat melangar perjanjian Hudaybiyah
3. Mengetahui bagaimana Peristiwa Fathu Makkah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alasan Yang Melatarbelakangi Fathu Makkah


Bani Bakar dan Bani Khuza’ah sudah lama saling bermusuhan. Pada saat perjanjian Hudaibiah
disepakati, Bani Bakar dan Bani Khuza’ah berdamai karena terikat dengan perjanjian Hudaibiah
tersebut. Bani Bakar ikut kelompok kafir Qurairsy dan Bani Khuza’ah ikut kelompok kaum muslimin.
Pada saat perjanjian Hudaibiah masih berlaku, kaum kafir Quraiys melakukan tindakan yang melanggar
kesepakatan. Hal ini bermula saat kaum kafir Quraisy memberikan dukungan kepada Bani Bakar untuk
menyerang Bani Khuza’ah.
Peristiwa ini terjadi Peristiwa ini terjadi pada tahun 8 hijriah. Saat itu Bani Khuza’ah sedang
berada di pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama al-Watir. Tiba-tiba Bani Bakar menyerang
Bani Khuza’ah yang dibantu persenjataan oleh kaum kafir Quraiys. Pihak kafir Quraiys yang membantu
di antaranya adalah Ikrima bin Abu Jahal dan beberapa pemimpin Quraisy lainnya. Bani Khuzaah
kemudian mengadukan kepada Rasulullah Saw. atas kejadian ini. Rasulullah Saw. pun menegur Kaum
Quraiys tentang bantuan yang mereka berikan kepada Bani Bakar. Rasulullah Saw. mengingatkan kaum
Kafir Quraisy bahwa membantu Bani Bakar berarti melanggar perjanjian Hudaibiah dan dengan
demikian kaum Muslimin bisa masuk ke Kota Makkah dengan penuh kekuatan.1

B. Ketakutan Kafir Qurais karena telah melanggar perjanjian hudaibiyah


orang-orang yang dapat berpikir lebih bijaksana di kalangan Quraisy, mereka sudah dapat
menduga bahaya apa yang akan timbul akibat Tindakan ‘Ikrima dan kawan-kawannya dari kalangan
pemuda itu. Kini Perjanjian Hudaibiya sudah dilanggar, dan pengaruh Nabi Muhammad di seluruh
jazirah sekarang sudah bertambah kuat. Sekiranya apa yang telah terjadi itu dipikirkan bahwa pihak
Khuza’a akan menuntut balas terhadap penduduk Mekah, pasti Kota Suci itu akan sangat terancam
bahaya.
Mereka mengutus Abu Sufyan ke Medinah, dengan maksud supaya persetujuan itu diperkuat
kembali dan diperpanjang waktunya. Barangkali waktu yang sudah itu berlaku untuk dua tahun,
sekarang mereka mau supaya menjadi sepuluh tahun. Abu Sufyan, sebagai pemimpin mereka dan
sebagai orang yang bijaksana di kalangan mereka kini berangkat menuju Medinah. 2

1
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/kisah-sahabat-cadel-rasulullah-dalam-peristiwa-fathu-makkah-Q9a2m Diakses 21
November 2022
2 Muhammad Husain Haikal, Sejarah hidup Muhammad SAW ,(Jakarta: PT. Litera AntarNusa 2008), Hal. 349
Abu Sofyan menemui Nabi Muhammad bicara mengenai perjanjian serta perpanjangan
waktunya. Tetapi Nabi tidak memberikan jawaban samasekali. Selanjutnya ia pergi menemui Abu Bakr
supaya membicarakan maksudnya itu dengan Nabi. Tetapi Abu Bakr juga menolak. Sekarang Umar
bin’l-Khattab yang dijumpainya. Tetapi Umar memberikan jawaban yang cukup keras: “Aku mau
menjadi perantara kamu kepada Rasulullah? Sungguh, kalau yang ada padaku hanya remah, pasti
dengan itu pun akan kulawan engkau.”
Seterusnya ia menemui Ali bin Abi Talib, dan Fatimah ada di tempat itu. Dikemukakannya
maksud kedatangannya itu dan dimintanya supaya ia menjadi perantaranya kepada Rasul. Tetapi Ali
mengatakan dengan lemah-lembut bahwa tak ada orang yang akan dapat menyuruh Muhammad
menarik kembali sesuatu yang sudah menjadi keputusannya. Selanjutnya utusan Quraisy itu meminta
pertolongan Fatimah supaya Hasan berusaha memintakan perlindungan di kalangan khalayak ramai.
“Tak ada orang akan berbuat demikian itu dengan maksud akan dihadapkan kepada Rasulullah,” jawab
Fatimah. Sekarang keadaannya jadi makin gawat buat Abu Sufyan. Ia meminta pendapat Ali. “Sungguh
saya tidak tahu, apa yang kiranya akan berguna buat kau,” jawab Ali. “Tetapi engkau pemimpin Banu
Kinana. Cobalah minta perlindungan kepada orang ramai; sesudah itu, pulanglah ke negerimu. Saya
kira ini tidak cukup memuaskan. Tapi hanya itu yang dapat saya usulkan kepadamu.” 3
Abu Sufyan lalu pergi ke mesjid dan di sana ia mengumumkan bahwa ia sudah meminta
perlindungan khalayak ramai. Kemudian ia menaiki untanya dan berangkat pulang ke Mekah dengan
membawa perasaan kecewa karena rasa hina yang dihadapinya dari anaknya sendiri dan dari orang-
orang - yang sebelum mereka hijrah - pernah mengharapkan belas-kasihannya. Abu Sufyan kembali ke
Mekah. Kepada masyarakatnya ia melaporkan segala yang dialaminya selama di Medinah serta
perlindungan yang dimintanya dari masyarakat ramai atas saran Ali, dan bahwa Muhammad belum
memberikan persetujuannya.

C. Penyerangan Makkah
Dengan adanya pengkhianatan dari kaum kafir Quraiys Makkah atas perjanjian
Hudaibiah, Rasulullah Saw. pun mengambil sikap tegas. Rasulullah Saw. menyiapkan para
sahabatnya untuk berangkat ke Makkah. Rasulullah Saw. mengajak seluruh sahabatnya untuk
pergi ke Makkah menjemput kemenangan dengan penuh keyakinan terhadap pertolongan Allah
Swt. Para sahabat berbondong-bondong berkumpul dan berangkat menuju Makkah.
Rombongan para sahabat semakin besar karena banyak kabilah-kabilah yang bergabung seperti
kabilah Sulaim, Muzaina, Ghatafan dan yang lain. Setiap mereka melangkah maju, kabilah-
kabilah lain ikut menggabungkan diri.

3 Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyyah (Jakarta: Akbar Media 2018), Hal. 654
Perjalanan ini dipimpin oleh Rasulullah Saw. dengan pikiran dan perhatian tertuju
hanya hendak memasuki Rumah Suci tanpa akan mengalirkan darah setetes sekalipun.
Rombongan besar ini akhirnya mencapai 10.000 orang. Kekuatan pasukan ini sangat luar biasa.
Berita datangnya Nabi dengan pasukan yang besar ini pun akhirnya didengar oleh kaum kafir
Quraisy. Mereka khawatir akan mendapatkan kekalahan, apalagi banyak tokoh mereka yang
masuk Islam seperti Khalid bin Walid, Amr bin Ash dan lainnya.
Nabi akhirnya menyuruh bala tentaranya untuk mendirikan kemah di dekat kota
Makkah, tepatnya di Marr Azh Zhahran. Kemudian sepuluh ribu obor dinyalakan. Abu Sufyan,
tokoh kunci kaum Quraisy pun berkata, Aku belum pernah melihat api dan pasukan seperti
malam ini. Rasulullah Saw.4 didatangi oleh Abas pamannya yang menyambutnya dengan suka
cita. Abbas akhirnya menyatakan keislamannya. Namun sahabat Abbas merasa khawatir
terhadap keluarganya yang berada di Makkah. Sebagian kaum muslimin yang keluarganya di
Makkah memendam kekhawatiran membayangkan kehancuran kota oleh rombongan pasukan
Rasulullah Saw.
Kemudian datang pula Abu Sofyan yang juga menyatakan keimannnya. Sebelum
kembali masuk ke Makkah, Abu Sufyan memeriksa tentara muslim yang sangat banyak. Ia pun
menceritakan kepada kaum kafir di Makkah. Mendengar cerita Abu Sufyan ini, lenyaplah
harapan kaum musyrikin Makkah untuk mengadakan perlawanan. Namun Rasulullah Saw.
bersikap bijak. Rasulullah Saw. menyampaikan kepada para sahabatnya agar jangan khawatir
terhadap keluaraganya yang berada di Ma kkah. Rasulullah Saw. menjamin bahwa pasukan
yang besar ini Rasulullah Saw. bermaksud untuk menguasai kota Makkah secara damai.
Setelah mengadakan kemah, Rasulullah Saw. bersiap-siap memasuki Kota Makkah.
Sesampainya di Dzu-Tuwa, Rasulullah Saw mengamati sekeliling dan tidak nampak sedikit
pun tanda-tanda perlawanan dari kafir Quraiys Makkah. Rasulullah Saw. kemudian
memanjatkan puji syukur kepada Allah Swt. atas terbukanya pintu Makkah tanpa perlawanan.
Namun Rasulullah Saw. tetap waspada. Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan
pasukannya memasuki Kota Makkah dari empat arah. Pasukan pertama dipimpin sahabat
Zubair bin'l-'Awwam diperintahkan memasuki Makkah dari sebelah utara. Pasukan kedua
dipimpin sahabat Khalid bin' Walid memasuki Makkah dari arah bawah. Pasukan ketiga
dipimpin sahabat Sa'd bin 'Ubada memasuki Makkah dari sebelah barat. Pasukan keempat
dipimpin sahabat Abu 'Ubaida bin Jarrah memasuki Makkah dari bagian atas, dari kaki gunung

4 Ibnu Hisyam, Hal. 656


Hind. Rasulullah Saw. kemudian berpesan agar jangan menumpahkan darah setetes pun kecuali
sangat terpaksa.5
Pasukan mulai measuki kota Makkah dan tidak ada perlawanan. Rasulullah Saw.
memerintahkan pasukannya untuk menyampaikan pengumuman saat memasuki kota Makkah.
Karena itu bergemuruh suara dari masing-masing arah. Isi pengumuman tersebut adalah:
1. Barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia aman.
2. Barangsiapa ia masuk ke rumahnya sendiri dan menutup pintunya, maka dia aman.
3. Dan barang siapa yang masuk ke masjidil haram, maka dia aman.
Akhirnya kota Makkah berhasil dikuasai oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.
Dalam sejarah Islam, kememnangan atas kota Makkah ini dikenal dengan istilah fathu Makkah.
Peristiwa ini terjadi pada tahun ke 8 Hijriah. Musuh yang keras kepala berhasil ditaklukkan.
Kaum muslimin mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Kaum kafir Makkah
yang selama ini menjadi musuh berbahaya bagi keberadaan dan kelanjutan dakwah Islamiah
telah berhasil ditaklukkan. Kaum muslimin menuju Ka’bah baitullah. Mereka beribadah di sana
untuk melakukan umrah.
Para sahabat -terutama kaum Muhajirin- dengan bersemangat penuh kemenangan
memasuki kota kelahiran mereka. Kota Makkah adalah tanah air kaum Muhajirin yang telah
lama ditinggalkan hijrah ke Madinah. Mereka adalah orang-orang yang taat kepada perintah
Allah dan Rasulnya untuk berpegang teguh pada agama Islam. Saat ini, kemenangan yang
diharapkan telah tiba. Makkah telah terbebas dari cengkraman kaum kafir Quraisy yang sangat
memusuhi Islam. Makkah benar-benar menjadi kota yang terbuka bagi kaum muslimin.

5 Ibnu Hisyam, Hal. 657


PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai fathu Makkah diatas dapat diambil beberapa kesimpulan antara
lain adalah :

Peristiwa Fathu Makkah terjadi karena kaum kafir Quraish melanggar perjanjian damai yang
dilakukan antara umat islam dan kaum kafir Quraish. Sehungga nabi memutuskan untuk mengambil
Tindakan tegas kepada mereka.

Kaum kafir Quraish yang merasa bahwa mereka tidak akan mampu menghadapi pasukan kaum
muslim memutuskan untuk mengirim Abu Sofyan tetapi, tidak dihiraukan oleh nabi Muhammad dan
para sahabat.

Peristiwa Fathu Makkah dilakukan nabi dengan damai tanpa menumpahkan darah baik di pihak
muslim maupun pihak kafir Quraish.
DAFTAR PUSTAKA

Husain Haikal, Muhammad, Sejarah hidup Muhammad SAW ,(Jakarta: PT. Litera AntarNusa
2008)

Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyyah (Jakarta: Akbar Media 2018)

https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/kisah-sahabat-cadel-rasulullah-dalam-peristiwa-fathu-
makkah-Q9a2m Diakses, 21 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai