Disusun oleh:
RICO MUHAMMAD ANDREAS (210221125)
SITI NUR HALIZA (210221005)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Makalah Piagam Madinah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat
dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
Makalah Piagam Madinahini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Piagam Madinah ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 4
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 25
3.2 Saran............................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
menghindari konflik dan juga tidak memihak pihak tertentu di Madinah pa da abad ke-
Multi-religi. Piagam Madinah juga disebut sebagai konstitusi negara pada saat itu
karena dibuat untuk mempersatukan golongan Yahudi dan Bani Qoinuqo, Bani Nadhir
dan juga Bani Quraidlah, yaitu masyarakat yang ada di Madinah pada masa itu yang
langsung di bentuk oleh Nabi Muhammad saw, untuk membentuk suatu perjanjian yang
isinya melindungi hak-hak azasi manusia dan hidup rukun berdampingan antar umat
Beragama ada pula makud dan tujuan dari dibentuknya piagam madinah ini misalkan
komunitas muslim diserang oleh komunistas lain dari luar maka komunitas yahudi
Beliau menyadari, tanpa adanya acuan bersama yang mengatur pola hidup masyarakat
yang majemuk itu, konflik-konflik diantara berbagai golongan itu akan menjadi konflik
terbuka dan pada suatu saat akan mengancam persatuan dan kesatuan kota
terdiri dari berbagai kalibah (Kaum) yang menjadi penduduk Madinah. (Astuti, 2012:
24).
nabi hajrah untuk mendamaikan koflik tersebut dan membuat konstitusi Madinah atau
Piagam Madinah, konstitusi Madinah ialah sebuah dokum yang disusun oleh Nabi
1
Muhammad SAW, yang merupakan perjanjian formal semua masyarakat di Yathrib
Ditetapkannya piagam tersebut merupakan salah satu siasat Rasul sesudah hijrah
ke Madinah, yang dimaksud untuk membina kesatuan hidup berbagai golongan warga
kelompok, kewajiban mempertahankan kesatuan hidup, dan lain- lain. Hijrahnya Nabi
ke Yatrib disebabkan adanya permintaan para sesepuh Yathrib dengan tujuan supaya
Nabi dapat menyatukan masyarakat yang berselisih dan menjadi pemimpin yang
diterima oleh semua golongan. Piagam ini disusun pada saat Beliau menjadi pemimpin
bahwa dia bukan seorang Yahudi menjadi problematik bagi mereka yang menganut
teologi Yahudi dengan tegas. Perpecahan antara kaum Yahudi yang meyakini dirinya
bangsa terpilih oleh Tuhan dan kaum muslim yang mendukung persatuan umat manusia
akan menimbulkan ketegasan serius di dua kelompok ini, dalam konteks itulah Piagam
yang di buat oleh Muhammad saw itu dengan nama yang bermacam-macam, W.
”Charter”, Zainal Abidin Ahmad “Piagam”, Majid Khadduri “Treaty”, Philip K. Hitti
“Agreement”. Kata Treety dan Agreement menunjuk kepada isi naskah kata Chapter
dan Piagam lebih menunjuk kepada surat resmi yang berisi pertanyaan tentang sesuatu
hal. Sedangkan dalam buku ini di bakukan penggunaan sebutn “Piagan Madinah”.
2
(Ahmad Sukarja, 2014: 2).
1. Apa latar belakang di buatnya Piagam Madinah di Madinah oleh Nabi SAW?
adalah:
kerukunan beragama.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kurang lebih 1400 tahun yang lalu di Madinah, -kota sehat menurut WHO-,
disepakati Piagam Madinah. Ini adalah sebuah dokumen perjanjian tertulis yang
diprakarsai Nabi Muhammad SAW dan para sahabat untuk mempersatukan beberapa
melakukan kejahatan. Isi Piagam Madinah hingga kini masih sering dikutip, baik dalam
membuat sebuah naskah peraturan atau pun saat seorang tokoh berpidato.
Azhar mengutip Piagam Madinah dalam salah satu rumusannya. "Negara menurut
pandangan Islam adalah negara bangsa modern yang demokratis konstitusional. Al-
Azhar-diwakili oleh para ulama kaum Muslim hari ini-menetapkan bahwa Islam tidak
mengenal apa yang disebut dengan negara agama (teokratis) karena tidak memiliki dalil
dari khazanah pemikiran kita. Ini dipahami secara tegas dari Piagam Madinah dan
praktek pemerintahan Rasul serta para khalifah rasyidin setelah beliau yang riwayatnya
sampai kepada kita. Para ulama Islam, di samping menolak konsep negara agama,
mereka juga menolak negara yang mengingkari agama dan menghalangi fungsinya
Internasional Al-Azhar yang dikutip Tim Hikmah dari laman Kementerian Agama, Rabu
27 Januari 2021.
4
2.2 Hal-hal yang Dirumuskan pada Piagam Madinah
Ketika Nabi Muhammad SAW dan umat Islam tiba di Madinah, di wilayah itu
sudah tinggal beberapa golongan. Mereka antara lain: Muslimin yang terdiri dari
Muhajirin dan Anshar, orang-orang musyrik dari sisa-sisa Aus dan Khazraj, orang-orang
Yahudi: Banu Qainuqa di sebelah dalam, Banu Quraiza di Fadak, Banu'n-Nadzir tidak
Untuk kaum Muhajirin dan Anshar sudah ada solidaritas sebagai sesama
muslim. Namun untuk golongan Aus dan Khazraj ini sangat rentan sekali terjadi konflik.
Maka untuk menghentikan potensi konflik antar Bani Aus dan Bani Khazraj, juga
dengan golongan lain, Nabi Muhammad SAW setelah berdiskusi dengan Abu Bakar Ash
Shiddiq, Umar bin Khattab dan sejumlah sahabat membuat sebuah dokumen perjanjian
tertulis. Dalam dokumen yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah itu ditetapkan
sejumlah hak dan kewajiban kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas
622 Masehi di awal-awal Nabi Muhammad SAW dan umat Islam tiba di
Madinah, yang sebelumnya dikenal sebagai Yatsrib. Berikut ini isi Piagam
Madinah yang redaksinya dikutip dari Buku Sejarah Hidup Muhammad karya
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, ini adalah
muslimin yang berasal dari Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti
5
Pasal 1
Pasal 2
Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan kebiasaan mereka bahu membahu
membayar uang tebusan darah di antara mereka dan mereka membayar tebusan
Pasal 3
Bani Auf sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu membayar
uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
Pasal 4
Bani Sa’idah sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu membayar
uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
Pasal 5
Bani Al Hars sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu membayar
uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
Pasal 6
Bani Jusyam sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu membayar
uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
Pasal 7
6
Bani An Najjar sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu
membayar uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap suku
Pasal 8
Bani ‘Amr bin ‘Auf sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka bahu membahu
membayar uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap suku
Pasal 9
membayar uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap suku
Pasal 10
membayar uang tebusan darah di antara mereka seperti semula, dan setiap suku
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
yang mencari atau menuntut sesuatu secara zalim, jahat, melakukan permusuhan
7
atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam
Pasal 14
membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang kafir
Pasal 15
Jaminan Allah satu. Jaminan perlindungan diberikan oleh mereka yang dekat.
golongan lain.
Pasal 16
Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan
Pasal 17
perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan
Pasal 18
Setiap pasukan yang berperang bersama harus bahu-membahu satu sama lain.
Pasal 19
jalan Allah. Orang orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk yang
Pasal 20
8
Orang musyrik Yatsrib (Madinah) dilarang melindungi harta dan jiwa orang
musyrik Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.
Pasal 21
Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya,
harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela menerima uang tebusan darah.
Pasal 22
Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah
dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman
kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat tinggal bagi
pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari kiamat, dan tidak
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum
Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga kebebasan
ini berlaku bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim
Pasal 26
Kaum Yahudi Bani Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf.
Pasal 27
9
Kaum Yahudi Bani Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf.
Pasal 28
Kaum Yahudi Bani Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf.
Pasal 29
Kaum Yahudi Bani Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf.
Pasal 30
Kaum Yahudi Bani Al ‘Aus diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf.
Pasal 31
Kaum Yahudi Bani Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf.
Pasal 32
Kaum Yahudi Bani Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Bani
‘Auf.
Pasal 33
Kaum Yahudi Bani Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf.
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Tidak seorang pun dibenarkan untuk berperang, kecuali seizin Nabi Muhammad
SAW. Ia tidak boleh dihalangi untuk menuntut pembalasan luka yang dibuat
orang lain. Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan
Pasal 37
10
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi kaum muslimin ada kewajiban
musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat. Memenuhi janji
Pasal 38
Pasal 39
Sesungguhnya Yatsrib (Madinah) itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam
ini.
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Bila terjadi suatu peristiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini,
Pasal 43
Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy Mekkah dan juga bagi pendukung
mereka.
Pasal 44
11
Mereka pendukung piagam ini bahu membahu dalam menghadapi penyerang kota
Yatsrib (Madinah).
Pasal 45
dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib
memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang
sesuai tugasnya.
Pasal 46
Kaum Yahudi Al ‘Aus, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban
seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan
penuh dari semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu
piagam ini.
Pasal 47
Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang
keluar bepergian aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang
zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa.
Piagam Madinah.
12
2.3 Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam
Al-Qur‟an dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dan pedoman hidup telah
memberikan penghargaan yang tingg terhadap Hak Asasi Manusia. Al-Qur‟an dan
as-Sunnah telah meletakkan dasar- dasar HAM jauh sebelum timbul. pemikiran
mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam al-Qur‟an antara lain: terdapat 80 ayat berbicara tentang
hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana kehidupan; 150 ayat berbicara
tentang ciptaan dan makhluk-makhluk serta tentang persamaan dalam penciptaan; 320
ayat berbicara tentang sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang berbuat
zalim; 50 ayat memerintahkan berbuat adil diungkapkan dengan kata: „adl dan qisth;
asasi manusia seperti yang tertuang dalam dalam al-Qur‟an dan as- Sunnah, antara
lain:
1. Hak hidup
Hukum Islam memberikan perlindungan dan jaminan atas hak hidup manusia. Hal
ini dapat dilihat dari ketentuan syariat yang melindungi dan menjunjung tinggi
darah dan nyawa manusia melalui larangan untuk membunuh dan menetapkan
hukuman qishash bagi pelaku pembunuhan, seperti yang termaktub dalam QS. al-
Māidah/5: 32 menyebutkan:
“Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
13
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah Dia telah
Kebebasan dan kemerdekaan manusia merupakan bagian yang penting dalam Islam,
keyakinan agama kepada orang telah menganut agama tertentu. Hak kebebasan
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka sungguh ia telah berpegang
kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah maha mendengar lagi
maha mengetahui.”
untuk menganut suatu keyakinan atau akidah agama yang disenanginya. Ayat lain
yang berkenaan dengan hak kebebasan beragama terdapat dalam QS. Qāf/50: 45:
“Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali- kali
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa agama Islam sangat menjunjung
14
3. Hak bekerja dan mendapatkan upah
Bekerja dalam Islam tidak hanya dipandang sebagai hak tetapi juga merupakan
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda:
"Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan
Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadist: "Berilah
Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba Allah. Hanya
satu kriteria (ukuran) yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dari
suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Allah mengutus rasul agar melakukan perubahan sosial dengan menetapkan hak
Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
mereka terutama untuk menyatakan pendapat mereka yang benar sesuai dengan
batas-batas yang ditentukan hukum dan norma-norma lainnya. Perintah ini secara
15
kebenaran dengan cara yang benar pula. Ajaran Islam sangat menghargai akal
pikiran. Oleh karena itu, setiap manusia sesuai dengan martabat dan fitrahnya.
dengan bebas, asal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
Dalam sebuah hadis disebutkan: “Katakanlah yang benar sekalipun itu pahit
Dalam al-Qur‟an banyak dijumpai ayat-ayat yang menjamin tingkat dan kualitas
hidup minimum bagi seluruh masyarakat. Ajaran tersebut antara lain “kehidupan
fakir miskin harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
Kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar di antara orang-orang kaya saja.
16
2.4 Negara dan Demokrasi dalam Perspektif Islam
Wacana demokrasi terus bergulir, ia pun seakan menjadi “juru selamat” bagi
ketidakberdayaan rakyat yang tereksploitasi oleh rezim yang totaliter dan represif.
Demokrasi tidak hanya menjadi wacana kademis, tetapi juga simbol dari sebuah sistem
kembar WTC dan Pentagon, 11 September 2001 lalu. Menurut presiden George W.
demikian, siapa pun yang mencoba mengganggu dan apalagi berani menghancurkan
Amerika, berarti mereka penentang demokrasi yang harus dilawan dan dibasmi. Tanpa
demokrasi memang, suatu rezim --sekuat apa pun—sulit untuk memperoleh legitimasi
dari rakyat, bila hal ini terjadi maka sebuah negara tak akan mampu menggerakkan roda
asasi manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan
hukum. Dari sini kemudian muncul idiom-idiom demokrasi, seperti egalite (persamaan),
equality (keadilan), liberty (kebebasan), human right (hak asasi manusia), dst.
seharusnya menjadi “pemerintah” bagi dirinya sendiri, dan wakil rakyat seharusnya
menjadi pengendali yang bertanggung jawab atas tugasnya. Karena alasan inilah maka
lembaga legislatif di dunia Barat menganggap sebagai pioner dan garda depan
demokrasi. Lembaga legislatif benar-benar menjadi wakil rakyat dan berfungsi sebagai
agen rakyat yang aspiratif dan distributif. Keberadaan wakil rakyat didasarkan atas
pertimbangan, bahwa tidak mungkin semua rakyat dalam suatu negara mengambil
keputusan karena jumlahnya yang terlalu besar. Oleh sebab itu kemudian dibentuk
dewan perwakilan. Di sini lantas prinsip amanah dan tanggung jawab (credible and
17
accountable) menjadi keharusan bagi setiap anggota dewan. Sehingga jika ada tindakan
pemerintah yang cenderung mengabaikan hak-hak sipil dan hak politik rakyat, maka
harus segera ditegur. Itulah perlunya perwakilan rakyat yang kuat untuk menjadi
pentingnya ditegakkan amar ma’ruf nahi munkar bagi semua orang, baik sebagai
merupakan prinsip Islam yang harus ditegakkan dimana pun dan kapan saja, supaya
terwujud masyarakat yang aman dan sejahtera. Nah, bagaimanakah konsep demokrasi
Jika secara normatif Islam memiliki konsep demokrasi yang tercermin dalam
bahwa realitas empirik masyarakat Islam tidak compatible dengan demokrasi? Tulisan
ini ingin mengkaji prinsip-prinsip atau elemen-elemen demokrasi dalam perspektif Islam
pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
18
Menurut Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl, demokrasi adalah suatu
tindakan-tindakan mereka pada wilayah publik oleh warga negara yang bertindak
secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan wakil mereka
yang terpilih. Dari tiga definisi tersebut di atas jelaslah bagi kita bahwa
seorang pemimpin.
nilai, yaitu nilai yang bersifat pokok dan yang bersifat derivasi. Menurut
negara dan hak kolektif dari masyarakat. Nurcholish Majid, seperti yang dikutip
negara tersebut menjamin hak asasi manusia (HAM), antara lain: kebebasan
prinsip utama demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang
19
(tentang kebebasan mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang
Mahasin, agama dan demokrasi memang berbeda. Agama berasal dari wahyu
Mahasin, tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan demokrasi.
1. as-Syura
secara eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS.
dengan mereka dalam urusan itu”. Dalam praktik kehidupan umat Islam,
lembaga yang paling dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl halli wa-
formatur yang bertugas memilih kepala negara atau khalifah Jelaslah bahwa
begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi
2. al-‘Adalah
20
al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk
dan bijaksana. Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya penegakan
keadilan dalam sebuah pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
sekali pun harus menimpa kedua orang tua sendiri dan karib kerabat. Nabi juga
“orang kecil” melanggar pasti dihukum, sementara bila yang melanggar itu
“orang besar” maka dibiarkan berlalu. Betapa prinsip keadilan dalam sebuah
Islam”
3. al-Musawah
al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak yang merasa
Islam, pemerintah adalah orang atau institusi yang diberi wewenang dan
21
kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan yang jujur dan adil untuk
dibuat. Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung jawab besar di hadapan
rakyat demikian juga kepada Tuhan. Dengan begitu pemerintah harus amanah,
memiliki sikap dan perilaku yang dapat dipercaya, jujur dan adil. Sebagian
ulama’ memahami al-musawah ini sebagai konsekuensi logis dari prinsip al-
syura dan al-‘adalah. Diantara dalil al-Qur’an yang sering digunakan dalam
hal ini adalah surat al-Hujurat:13, sementara dalil Sunnah-nya cukup banyak
antara lain tercakup dalam khutbah wada’ dan sabda Nabi kepada keluarga
Bani Hasyim. Dalam hal ini Nabi pernah berpesan kepada keluarga Bani
lain datang kepadaku membawa prestasi amal, sementara kalian datang hanya
kepada orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus
ini terkait dengan sikap adil. Sehingga Allah SWT. menegaskan dalam surat
Karena jabatan pemerintahan adalah amanah, maka jabatan tersebut tidak bisa
22
diminta, dan orang yang menerima jabatan seharusnya merasa prihatin bukan
5. al-Masuliyyah
kekuasaan dan jabatan itu adalah amanah yang harus diwaspadai, bukan
nikmat yang harus disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang
pemimpin atau penguasa harus dipenuhi. Dan kekuasaan sebagai amanah ini
Tuhan. Sebagaimana Sabda Nabi: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap
manusia dan sekaligus wakil umat manusia dalam mengatur dirinya. Dengan
6. al-Hurriyyah
Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak dan memperhatikan al-
23
al-‘munkar, maka tidak ada alasan bagi penguasa untuk mencegahnya.
Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya kemungkinan tidak adanya lagi
pihak yang berani melakukan kritik dan kontrol sosial bagi tegaknya keadilan.
Jika sudah tidak ada lagi kontrol dalam suatu masyarakat, maka kezaliman
akan semakin merajalela. Patut disimak sabda Nabi yang berbunyi: “Barang
jika tidak mampu, maka dengan lisan dan jika tidak mampu maka dengan hati,
meski yang terakhir ini termasuk selemah-lemah iman”. Jika suatu negara
atas, maka pemerintahan akan mendapat legitimasi dari rakyat. Dus dengan
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari sejarah inilah sudah jelas, jika Islam pasti mengatur keseluruhan aktivitas
kita, mulai aktivitas yang sifatnya individu hingga masyarakat, dari yang sifatnya ritual
hingga sosial. Maka salah satu produk Islam yang dapat kita ambil hikmahnya untuk
mengatur dalam urusan umat adalah Piagam Madinah, produk Al Quran dan As
Sunnah. Maka benarlah ketika Allah mengatakan, “Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Maa’idah (5): ayat 3).
Pelajaran paling penting dari Piagam Madinah ini adalah kebijaksanaan Nabi
Muhammad untuk membuat suatu aturan untuk mengatur tata kehidupan di Madinah
kala itu. Ketika umat Islam berdampingan dengan pemeluk agama lain, dibutuhkan
suatu kebijaksanaan agar kehidupan bermasyarakat tetap berjalan dengan tertib. Nabi
Muhammad tampil sebagai suri teladan kita, mencetuskan Piagam Madinah yang
menjadi persetujuan seluruh kelompok, seluruh agama, seluruh suku di Madinah kala
itu. Al Quran dan As Sunnah yang tetap menjadi dasar bagi umat Islam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada egoisme kelompok, maupun golongan
Sedangkan hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada manusia
yang diberikan langsung oleh Tuhan yang maha pencipta. Perbedaan prinsipil antara
konsep HAM dalam pandangan Barat dan Islam adalah bahwa HAM menurut Barat
25
bersifat antroposentris artinya segala sesuatu berpusat pada manusia, sedangkan HAM
dalam Islam bersifat teosentris artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan.
Beberapa rumusan HAM menurut hukum Islam yang terdapat dalam al-Qur,an
dan as-Sunnah diantaranya: hak hidup, hak kebebasan beragama, hak bekerja dan
mendapatkan upah, hak persamaan, hak kebebasan berpendapat, hak atas jaminan
3.2 Saran
Dari hasil pembahasan yang telah disampaikan diatas terdapat beberapa saran-
golongan tertentu terutama dalam bidang ekonomi. Karena ekonomi sangat penting
berusaha, berdagang atau bekerja seperti yang telah disediakan oleh pemerntah.
Masyarakat juga harus menjauhi perbuatan tercela dalam mencari harta seperti;
menipu, mencuri, membunuh dan mengemis. Selain itu, peduli dengan sesama
kas negara untuk kepentingan negara, dan rakyat tanpa memandang golongan
26
pemerintah tidak membiarkan harta berhenti lama dalam satu sektor atau
27
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan
Abbas, Sirajuddin, Sejarah Dan Keagungan Madzhab Syafi’I, (Jakarta: CV. Pustaka
Tarbiyah, 2003)
Admojo, Wihadi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Al-Thabari, Ibnu Jarir (1991), Tarikh Al-Thabari, (Beirut-Lebanon: Dar al-Kutub Ilmiyyah,
cet ke-3
Amiruddin, Muhammad Hasbi. Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman. Yogyakarta:
28