Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

CONTOH PENULISAN CATATAN KAKI DAN DAFTAR PUSTAKA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Bahasa Indonesia

DISUSUN OLEH:
SUTISNA
NIM: 1920.02.1.057

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2019
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Latar Belakang Lahirnya Piagam Madinah


Kota Madinah dulu bernama Kota Yatsrib. Setelah Nabi Muhammad
SAW beserta kaum muslimin hijrah dari Mekkah ke Yatsrib, Nabi Muhammad
merubah nama Yatsrib menjadi Madinah.
Kondisi sosial masyarakat Madinah sebelum adanya Islam seringkali
terjadi peperangan antar suku yang tinggal disana. Konflik yang terjadi antara
Kabilah Khazraj dengan Kabilah Aus sudah berlangsung selama 120 tahun.
Ketika kabilah Aus mengalami kekalahan, mereka mengutus dua orang
utusan pergi ke Mekkah dengan tujuan untuk meminta pertolongan dari Kabilah
Quraisy. Namun ketika sampai di mekkah mereka bertemu dengan Nabi
Muhammad dan bercakap-cakap dengannya sampai akhirnya tertarik untuk masuk
Islam.
Di Madinah, bangsa Yahudi terdiri dari 3 kabilah besar yaitu: Qainuqa,
Nadhir dan Quraizhah. Hubungan diantara ketiga kabilah tersebut juga tidak
harmonis, mereka saling berperang satu sama lainnya. Konflik pun tidak bisa
terelakkan diantara mereka. Bahkan konflik juga terjadi antara Bangsa Yahudi
dengan Bangsa Arab. Ketika terjadi konflik, orang Yahudi selalu berkata bahwa
nanti akan datang Nabi yang diutus untuk mereka, dan ketika sudah datang maka
bangsa Arab akan dibinasakan.
Ketika mendengar berita seseorang yang mengaku Nabi di Mekkah,
bangsa Arab kemudian mencari informasi dan menyelidiki kebenaran informasi
tersebut. Sampai akhirnya terjadi perjanjian Aqabah I dan Aqabah II.
Ketika Nabi Muhammad dan kaum muslimin hijrah dari kota Mekkah
ke Madinah, sejarah konflik yang pernah terjadi di kota tersebut menjadi perhatian
Nabi. Nabi kemudian menulis sebuah surat kesepakatan baik antar bangsa Arab
maupun dengan dan antar bangsa Arab dan bangsa Yahudi yang mendiami
wilayah Kota Madinah dan sekitarnya. Surat kesepakatan tersebut kemudian
dikenal dengan nama “Piagam Madinah” yang kemudian oleh ahli-ahli politik
modern disebut “Manifesto Politik Pertama dalam Negara Islam”.1

2.2 Tujuan dan Hikmah Dibentuknya Piagam Madinah


“Piagam Madinah yang merangkul seluruh komponen masyarakat,
adalah undang-undang yang sangat modern dan piagam pertama kali dalam
sejarah politik di dunia arab”.2 Kelompok Muhajirin, Anshor, orang-orang
Yahudi, dan suku-suku di Madinah melebur menjadi satu bangsa di bawah payung
Piagam Madinah. Allah dan Rasul menjadi referensi tertinggi saat mereka terjebak
di dalam perselisihan pendapat. Piagam tersebut juga menjelaskan secara rinci
tentang sumber-sumber kekuasaan dan pembagian kedaulatan sebuah negara:
Tasyri’iyhah (legislatif); Qadha’iyyah (yudikatif); dan Tanfidzhiyyah (eksekutif).
Salah satu syarat mutlak berdirinya sebuah negara adalah adanya
teritorial dan dalam hal ini Nabi Muhammad SAW telah memenuhinya dengan
Madinah sebagai teritorial kekuasaannya. Materi dari pasal-pasal yang tertera
dalam Piagam Madinah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah
sosok yang jenius dan luar biasa. Dari sudut pandang hak asasi manusia, beliau
sangat mengedepankan prinsip keadilan; egaliter; dan penjunjungan tinggi
kebebasan.
Piagam Madinah merupakan solusi terhadap konflik yang terjadi di
Kota Madinah. Tujuan utama Piagam Madinah adalah untuk menghentikan
pertentangan dan konflik sengat antara Kabilah Aus dan Kabilah Khazraj yang
terjadi di Madinah. “Piagam inipun disusun secara jelas, terang dan detail, dengan
menetapkan hak-hak dan kewajiban kaum muslim, yahudi, dan komunitas-
komunitas lain di Madinah, sehingga mereka menjadi suatu komunitas, disebut
juga ummah atau umat”.3

1
Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), 52.
2
Ahmad Hatta, dkk., The Great Story of Muhammad SAW (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2011), 265.
3
Zakky. “Piagam Madinah I Sejarah, Latar Belakang, Isi dan Naskahnya [Lengkap]”.
https://www.zonareferensi.com/piagam-madinah/ (diakses 27 November 2019).
2.3 Analisis Perjanjian Piagam Madinah
2.3.1 Konstitusi Terbaik
Piagam Madinah merupakan karya fenomenal yang pernah tercatat
dalam sejarah literatur islam. Piagam ini juga disebut sebagai konstitusi
terbaik yang pernah ada.
Piagam ini telah mencakup semua aspek kehidupan bermasyarakat
baik berbangsa, bernegara dan beragama. Isinya yang paling tegas adalah
bekerja untuk mengatur umat, membentuk suatu masyarakat dan menegakkan
suatu pemerintahan. Peraturan untuk kehidupan umum, yang akan menjadi
sendi bagi pembentukkan persatuan bagi segenap warganya. Piagam antara
orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar, sebagaimana dibuatnya
perjanjian terhadap kaum yahudi, yang memuat hak dan tugas yang
merupakan syarat-syarat bagi pengakuan terhadap mereka.
Selain itu, piagam ini ditulis atas perintah Muhammad, seorang
utusan Tuhan yang menciptakan semesta alam. Karena itu dapat dipastikan
sesuatu yang datang dari Tuhan adalah sesuatu yang terbaik.

2.3.2 Pengakuan Hak Asasi Manusia


Dalam Piagam Madinah terdapat suatu aturan yang menjelaskan
tentang persamaan hak dan kewajiban setiap warga negara. Semua memiliki
kedudukan yang sama di dalam hukum. Di samping itu pula mereka diberikan
kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing tanpa harus
memaksakan ajaran Islam. Tetapi Islam dan kaum muslimin yang berkuasa
akan bahu membahu saling melindungi segenap warga negara, termasuk
melindungi hak-hak minoritas. Apabila kedhzaliman dilakukan, maka semua
akan dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku, walaupun yang melakukan
adalah kerabatnya Nabi.
Ada dua asas yang sangat mendasar dalam Piagam Madinah, yang
tidak terdapat di negara manapun kecuali negara yang didirikan dengan dasar
agama. Pertama kebebasan dalam beragama, kedua asas yang mendasari
pemikiran kemanusiaan dan persaudaraan, asas yang melindungi persamaan
hak dan kewajiban atas segenap individu dari seluruh warga negara. 4
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia yang
terkandung dalam Piagam Madinah adalah: 1) Persamaan; 2) kebebasan
beragama; 3) Hak Ekonomi; dan 4) Hak Hidup.5

2.3.3 Solusi Bagi Masalah Disintegrasi Bangsa


Setelah Rasulullah SAW hijrah, kemudian Rasul mempelajari
kondisi sosial masyarakat Madinah pada waktu itu. Saat itu masyarakat
Madinah terdiri dari berbagai golongan dan agama yang berbeda-beda.
Perbedaan itu kemudian menimbulkan perpecahan dan peperangan yang
berpanjangan bahkan sampai lebih dari seratus tahun. Saat itulah Rasulullah
membuat surat yang harus disepakati oleh seluruh warga Madinah. Surat
tersebut kemudian dinamakan Piagam Madinah.
Piagam Madinah mengharuskan setiap warga negara mentaati
aturan-aturan yang tercantum. Dan merupakan sangsi atau hukuman bagi
orang yang tidak mentaati piagam tersebut. Sehingga kemudian, setelah
piagam tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya setiap warga Madinah
dapat merasakan kehidupan yang damai, aman dan tentram. Apabila ada
ancaman dari luar, maka mereka bahu membahu untuk membantu saudaranya
atau negaranya sekalipun nyawa yang menjadi taruhannya.
Kondisi Madinah saat itu memiliki kemiripan dengan kondisi
Indonesia saat ini. Keanekaragaman suku, agama dan ras masyarakat
Madinah juga dimiliki oleh masyarakat Indonesia saat ini. Apabila saat ini
Indonesia sedang menghadapi berbagai persoalan bangsa dengan terjadinya
perpecahan akibat perbedaan suku, ras dan agama, maka Indonesia dapat
menerapkan konsep yang sudah dijalankan oleh masyarakat Madinah saat itu,
yakni konsep Piagam Madinah. Konsep Piagam Madinah dapat menjadi
solusi bagi permasalahan disintegrasi bangsa Indonesia.

4
Saidah Ruqaiyah, 17 April 2016. Piagam Madinah
http://hakam2016.blogspot.com/2016/04/piagam-madinah.html (diakses 28 November 2019).
5
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 26.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ridha. Sirah Nabawiyah. Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2010.

Ahmad Hatta, dkk. The Great Story of Muhammad. Bandung: Maghfirah Pustaka,
2011.

Philip K. Hitti. Sejarah Ringkas Dunia Arab. Yogyakarta: Pustaka Iqra, 2001.

Moenawar Khalil. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Jilid 1. Jakarta: Gema


Insani Press, 2001.

Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995.

Piagam Madinah. “Dikutip dari kitab Siratun-Nabiy saw., juz II, halaman 119-133,
karya Ibnu Hisyam (Abu Muhammad Abdul malik) wafat tahun 214 H, 6 Agustus
2019.” Wikipedia: Ensiklopedia Bebas,
https://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Madinah (diakses 21 November 2019).

Ibnu Nahl, 16 Juni 2012. Makalah Piagam Madinah.


http://ibnunahl09.blogspot.com/2012/06/makalah-piagam-madinah.html (diakses
21 November 2019).

Zakky, 8 Mei 2019. Piagam Madinah I Sejarah, Latar Belakang, Isi dan
Naskahnya [Lengkap]”. https://www.zonareferensi.com/piagam-madinah/
(diakses 27 November 2019).

Saidah Ruqaiyah, 17 April 2016. Piagam Madinah


http://hakam2016.blogspot.com/2016/04/piagam-madinah.html (diakses 28
November 2019)

Anda mungkin juga menyukai