Anda di halaman 1dari 18

RISIKO KEPATUHAN

(COMPLAINCE RISK)

OLEH :
Sutisna
1920.02.1.057
PENGERTIAN
 Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank
syariah tidak mematuhi dan/atau
melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku, serta
prinsip Syariah.
 Dalam hal sebuah bank tidak mematuhi
peraturan dan ketentuan yang berlaku, maka
bank akan mengalami kerugian baik yang
langsung maupun yang tidak langsung.

Yang dirugikan
Pemegang Saham – Pekerja -
Nasabah
KEWAJIBAN BANK
Ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimun (KKPM)

Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD)

Posisi Devisa Netto (PDN)

Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT)

Giro Wajib Minimum (GWM)

Loan to Deposit Ratio (LDR)


Penyisihan Penghapusan Aset Produktif
(PPAP
PERATURAN
Undang-undang No 10 tahun 1998 tentang Perbankan.

Undang-undang No 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Undang-undang No 6 tahun 2009 tentang Bank Indonesia.


Peraturan Perbankan

Undang-undang No 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Undang-undang No 7 tahun 2009 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

Peraturan Bank Indonesia.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia


PENGERTIAN RISIKO INHERN
Risiko inhern adalah risiko yang melekat pada kegiatan bisnis
bank syariah yang dapat dikuantifikasi maupun tidak yang
berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank Syariah.
Penilaian dilakukan per posisi dan trend selama 12 bulan
terakhir untuk parameter/indikator yang bersifat kuantitatif.

PERINGKAT RISIKO INHERN


5 (high)
4
(moderate
3 to high)
(moderate)
2 (low to
moderate)

1 (low)
PARAMETER RISIKO INHERN

3. Pelanggaran
2. Frekuensi
terhadap
1. Jenis dan pelanggaran yang
ketentuan atau
signifikansi dilakukan atau
standar bisnis yang
pelanggaran yang track record
berlaku umum
dilakukan ketidakpatuhan
untuk transaksi
Bank
keuangan tertentu
PARAMETER RISIKO INHERN
Risiko Inhern
No Risiko Parameter Indikator Keterangan
Jenis dan Signifikansi a. Jenis pelanggaran atau ketidakpatuhan * Cakupan pelanggaran merupakan pelanggaran
1
Pelanggaran yang yang terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen
Dilakukan dilakukan oleh Bank. kepada Otoritas Jasa Keuangan termasuk sanksi
b. Jenis pelanggaran atau ketidakpatuhan yang
atas dikenakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh
penerapan prinsip syariah yang dilakukan Bank.
oleh Bank baik berdasarkan temuan DPS * Pelanggaran atau ketidakpatuhan atas penerapan
maupun otoritas. prinsip syariah diantaranya adalah pelanggaran
c. Jumlah sanksi denda kewajiban antara lain atas fatwa yang diterbitkan oleh DSN
membayar ataupun standar-standar lainnya yang berlaku
yang dikenakan kepada Bank dari secara
otoritas. umum pada sektor keuangan syariah.

Frekuensi a. Jenis dan frekuensi pelanggaran yang Frekuensi lebih bersifat historis dengan melihat
2
Pelanggaran yang sama trend
Dilakukan atau yang ditemukan setiap tahunnya dalam 3 kepatuhan Bank selama 3 tahun terakhir untuk
Track Record tahun terakhir. mengetahui apakah jenis pelanggaran yang
Ketidakpatuhan b. Signifikansi tindak lanjut Bank atas dilakukan
Bank temuan berulang ataukah memang atas kesalahan tersebut
tersebut. tidak
dilakukan perbaikan signifikan oleh Bank.

Pelanggaran Frekuensi pelanggaran atas ketentuan Sebagai contoh adalah pelanggaran terhadap
3
Terhadap pada antara lain
Ketentuan atau transaksi keuangan tertentu karena tidak UCP, ICC ataupun standar-standar lainnya yang
Standar Bisnis sesuai berlaku
yang Berlaku dengan standar yang berlaku umum. secara umum pada sektor keuangan.
Umum untuk Transaksi
Keuangan Tertentu
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN
A. Pengawasan Aktif Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan
Pengawas Syariah.
Fungsi Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah
dalam penerapan manajemen risiko kepatuhan adalah
mengawasi, mengarahkan dan mitigasi secara aktif serta
mengembangkan budaya manajemen risiko di bank Syariah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah:
1) Kewenangan dan Tanggung Jawab.
2) Sumber Daya Insan
3) Organisasi Manajemen Risiko Kepatuhan

B. Kebijakan, Prosedur, dan Penerapan Limit.


Bank syariah harus menetapkan kebijakan tentang strategi
manajemen risiko kepatuhan yang tidak terpisahkan dengan
manajemen risiko yang lainnya. Kemudian bank syariah
menetapkan prosedur dan rencana kerja yang sesuai dengan
standar dan ketentuan perundang-undangan, serta menetapkan
toleransi limit yang diizinkan dalam pengendalian manajemen
risiko kepatuhan.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN
C. Proses Identifikasi, Pengukuran, dan Pengendalian Risiko,
Serta Sistem Informasi Manajemen Risiko Kepatuhan.
1) Bank syariah harus melakukan identifikasi dan analisis terhadap
beberapa factor yang dapat meningkatkan eksposur risiko
kepatuhan.
2) Pengukuran tingkat risiko dapat menggunakan indikator atau
parameter berupa jenis, signifikansi dan frekuensi terhadap
ketentuan yang berlaku.
3) Satuan kerja memantau dan melaporkan risiko kepatuhan yang
terjadi kepada direksi bank Syariah.
4) Bank syariah yang memiliki perwakilan di luar negeri, bank
syariah harus memastikan bahwa bank perwakilan tersebut
mematuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku dimana
perwakilan bank tersebut berada.
5) Sistem informasi setidaknya mencakup laporan atau eksposur
risiko.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN
D. Prinsip Manajemen Risiko Kepatuhan Basel.

1) BoD Bank bertanggung jawab mengatur manajemen risiko


kepatuhan bank.
2) Pejabat Eksekutif bank bertanggungjawab terhadap pengelolaan
risiko kepatuhan bank yang efektif.
3) Pejabat Eksekutif bank bertanggungjawab untuk
mengembangkan dan mengkomunikasikan kebijakan kepatuhan
untuk memastikan bahwa hal tersebut sudah dipantau dan
dievaluasi serta dilaporkan kepada BoD sebagai suatu upaya
untuk mengelola risiko kepatuhan bank.
4) Pejabat eksekutif bank bertanggungjawab untuk membuat fungsi
kepatuhan secara efektif dan permanen sebagai bagian dari
kebijakan kepatuhan bank.Sistem informasi setidaknya
mencakup laporan atau eksposur risiko.
5) Fungsi kepatuhan bank harus independent.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN
D. Prinsip Manajemen Risiko Kepatuhan Basel.

6) Fungsi kepatuhan bank harus memiliki sumber daya yang


memadai untuk menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
secara efektif.
7) Tanggungjawab fungsi kepatuhan bank harus dapat membantu
pejabat eksekutif dalam mengelola risiko kepatuhan secara
efektif yang dihadapi oleh bank.
8) Hubungan antara internal audit yang harus memperhatikan ruang
lingkup yang luas dari aktifitas fungsi kepatuhan sehingga harus
menjadi subjek review secara periodik yang dilakukan oleh
fungsi internal audit.
9) Issue lintas negara, dimana Bank harus patuh terhadap
pelaksanaan hukum dan regulasi-regulasi dalam semua area
yuridiksi dimana bisnis dijalankan dan organisasi, struktur fungsi
kepatuhan, dan semua tanggung jawabnya haruslah konsisten
dengan semua hukum lokal dan persyaratan regulator.
10)Terkait dengan outsourching maka fungsi kepatuhan harus
selaras dengan aktivitas manajemen risiko bank.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN
E. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko.

1) Tata Kelola Risiko (Risk Governance) mencakup evaluasi


terhadap: (i) perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk
appetite) dan toleransi Risiko (risk tolerance) dan (ii) kecukupan
pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah termasuk pelaksanaan kewenangan dan
tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas
Syariah.

2) Proses Manajemen Risiko, Sistem Informasi, dan Sumber Daya


Manusia mencakup evaluasi terhadap: (i) proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko; (ii)
kecukupan sistem informasi Manajemen Risiko; dan (iii)
kecukupan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam
mendukung efektivitas proses manajemen Risiko.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN
E. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko.

3) Sistem Pengendalian Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i)


kecukupan Sistem Pengendalian Intern dan (ii) kecukupan kaji
ulang oleh pihak independen (independent review) dalam Bank
baik oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) maupun oleh
Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

Sistem pengendalian internal tersebut harus didukung oleh sejumlah


personil yang memiliki kapasitas yang memadai dan berkompenten
di bidang operasional perbankan syariah. Personil tersebut atas
instruksi dari direktur perbankan syariah wajib melaksanakan fungsi
audit internal dalam rangka membantu tugas dari direktur yang
mencakup pengawasan dan pelaksanaan tugas termasuk
pelaksanaan terhadap pemenuhan prinsip syariah, serta
melaksanakan pemeriksaan dan evaluasi untuk mengamankan harta
kekayaan serta mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang
telah ditetapkan. Laporan hasil audit internal yang berkaitan
dengan pemenuhan prinsip Syariah wajib disampaikan kepada
Dewan Pengawas Syariah.
KASUS RISIKO KEPATUHAN

Analisis Kepatuhan Syariah pada Bank Syariah,


Studi Kasus BPRS
Jurnal MAPS (Manajemen Perbankan Syariah)
Populasi dan Sampel
Populasi : 58 BPRS
Sampel : 24 BPRS

Data dan Analisa


Data Primer : Jawaban responden
Data Sekunder : Penilaian DPS
Hasil Penelitian
82,7% BPRS telah menjalankan syariah dengan baik.
81,6%, responden menyatakan jika operasional BPRS telah sesuai
dengan syariah
Nasabah BSM Khawatir Soal Dana Simpanannya

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Direktorat Tindak Pidana


Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Badan Reserse dan
Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri pada Rabu (23/10)
kemarin mengamankan tiga pimpinan Bank Syariah
Mandiri (BSM) Cabang Bogor terkait kasus kredit fiktif
di bank syariah tersebut. Peristiwa tersebut cukup
mengejutkan nasabah BSM Cabang Bogor.

Pratiwi (25) salah satu nasabah BSM Cabang Bogor,


sempat merasakan kekhawatiran dengan peristiwa
tersebut. Ia mengaku sempat mengecek nominal
rekening dan transaksi pengiriman gaji di BSM pasca
mendapat kabar kejadian penangkapan tersebut.

"Memang saya sedikit ada kekhawatiran, meski


nominal uang saya tidak begitu banyak. Tapi saya
sempat mengecek untuk memastikan tidak ada
kesalahan pada dana yang saya tabungkan disana,"
katanya, Kamis (24/10).
BANK SYARIAH MANDIRI DIMINTA
TINGKATKAN MODAL
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara
mendorong Bank Syariah Mandiri (BSM) untuk meningkatkan modal
hingga menjadi Rp 5 triliun sebagai syarat menjadi bank trustee. Dengan
menjadi bank "trustee", menurut Menteri BUMN Dahlan Iskan, BSM dapat
menjalankan sejumlah kegiatan antara lain agen pembayar, agen
investasi dana secara konvensional atau syariah, dan agen peminjaman.

"Kami sudah minta Bank Syariah Mandiri meningkatkan ekuitas menjadi


Rp 5 triliun, dari saat ini sekitar Rp4,8 triliun," kata Dahlan usai
menggelar Rapat Pimpinan Kementerian BUMN di Gedung Sarinah,
Jakarta, Kamis (3/10).

Menurut Dahlan, dengan terpenuhinya ekuitas Rp 5 triliun, BSM yang


merupakan anak usaha PT Bank Mandiri ini bisa menyelenggarakan
semua jenis jasa perbankan. "Selama ini Bank Syariah Mandiri memiliki
keterbatasan pelayanan karena kelasnya belum memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia itu," ujar Dahlan

Anda mungkin juga menyukai