DISUSUN OLEH:
SUTISNA
NIM: 1920.02.1.057
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, dzat yang menggenggam semesta
alam. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Saya sadar bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, saya
mengharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak terutama dari Bapak
Dosen, sehingga kedepan apa yang menjadi kekurangan dapat saya perbaiki.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.
Sutisna
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
2.1 Sejarah dan Latar Belakang Lahirnya Piagam Madinah......................................4
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................19
3.2 Saran................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_indonesia
1
2
2
1.2 Masalah
Banyaknya penduduk Indonesia dengan berbagai keanekaragamannya
bukanlah tanpa masalah. Perbedaan-perbedaan tersebut apabila tidak dikelola
dengan baik akan mengundang potensi konflik yang dapat mengancam
keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme yang
ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selain itu pula telah terjadi konflik-konflik yang lain yang telah terjadi
baru-baru ini di Indonesia. Konflik politik terjadi pada pemilihan presiden
tahun 2014 dan tahun 2019 dengan terpecahnya bangsa Indonesia menjadi
dua pendukung yang saling bersebrangan, saling mengejek, serta saling
menebar hoak. Tahun 2017 juga terjadi konflik politik yang menyeret agama.
Waktu itu Ahok sebagai Calon Gubernur DKI melukai umat Islam dengan
melecehkan Al-Quran dan Ulama. Konflik antar ormas juga pernah terjadi di
Jawa Barat antara FPI dan GMBI pada tahun 2017 silam.
seperti kasus yang terjadi di Papua Barat baru-baru ini yang menyebut pelaku
hanya sebagai kelompok bersenjata. Dan yang paling menyakitkan bagi umat
Islam adalah ketika terjadi pembakaran masjid di Tolikara, pelaku
pembakaran malah diundang ke Istana dan dijamu oleh presiden.
1.3 Tujuan
Indonesia memerlukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang dapat mengakibatkan pada disintegrasi bangsa. Berbagai
upaya dilakukan oleh pemerintah dalam kerangka menggemakan kembali
pemahaman dan penghayatan Pancasila dan UUD 1945 salah satunya dengan
cara dibentuknya Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Namun upaya
yang dilakukan sampai saat ini belum membuahkan hasil yang signifikan.
PEMBAHASAN
Ketika Nabi Muhammad dan kaum muslimin hijrah dari kota Mekkah
ke Madinah, sejarah konflik yang pernah terjadi di kota tersebut menjadi
perhatian Nabi. Nabi kemudian menulis sebuah surat kesepakatan baik antar
bangsa Arab maupun dengan dan antar bangsa Arab dan bangsa Yahudi yang
mendiami
6
3
https://www.zonareferensi.com/piagam-madinah/
8
BAB I
Pembentukkan Umat
Pasal 1
BAB II
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
9
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
10
Banu ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu
membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku
membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 9
Pasal 10
BAB III
Persatuan Seagama
Pasal 11
Pasal 12
11
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
BAB IV
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama
lain.
Pasal 19
Pasal 20
Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik)
Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.
Pasal 21
Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas
perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela . Segenap
orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya.
Pasal 22
13
Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada
Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat
kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat
tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari
kiamat, dan tidak diterima dari padanya penyesalan dan tebusan.
Pasal 23
BAB V
Golongan Minoritas
Pasal 24
Pasal 25
Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum
Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga
(kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali
bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.
Pasal 26
14
Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 27
Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 28
Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 29
Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 30
Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 31
Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 32
Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi
Banu ‘Awf.
Pasal 33
15
Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 34
Pasal 35
Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).
BAB VI
Pasal 36
Pasal 37
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi kaum muslimin ada
kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam
menghadapi musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat.
Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman
akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang
teraniaya.
16
Pasal 38
BAB VII
Melindungi Negara
Pasal 39
Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam ini.
Pasal 40
Pasal 41
BAB VIII
Pemimpin Negara
Pasal 42
Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini,
yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya
menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad
17
Pasal 43
Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi
pendukung mereka.
Pasal 44
BAB IX
Politik Perdamaian
Pasal 45
Pasal 46
Kaum Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban
seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan
penuh dari semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan)
itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab
atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah paling
BAB X
Penutup
Pasal 47
Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang
yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali
orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat
baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah SAW.
19
4
http://hakam2016.blogspot.com/2016/04/piagam-madinah.html
21
agama yang lainnya dapat hidup mandiri, berdaya, teratur dan egaliter
sebagai warga negara. Sejarah mencatat di zaman Rasulullah, Islam
telah berhasil menghasilkan sebuah konstitusi yang berkeadilan dan
demokratis, yaitu Piagam Madinah.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagaimana sudah diketahui, Islam tidak dapat dipisahkan dari politik.
Batas antara ajaran Islam dengan persoalan politik sangat tipis. Sebab ajaran
Islam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk persoalan
politik dan masalah ketatanegaraan. Peristiwa hijrah Nabi ke Yatsrib
merupakan permulaan berdirinya pranata sosial politik dalam sejarah
perkembangan Islam. Kedudukan Nabi di Yatsrib bukan saja sebagai
pemimpin agama, tetapi juga kepala negara dan pemimpin pemerintahan.
Kota Yatsrib dihuni oleh masyarakat yang multi etnis dengan keyakinan
agama yang beragam. Peta sosiologis masyarakat Madinah itu secara garis
besarnya terdiri atas :
23
24
Isi piagam Madinah itu merupakan fakta tertulis, tidak dapat dibantah
oleh siapapun yang mencoba mendistorsi sejarah Itu. Isinya memberikan
perlindungan hak- hak semua orang untuk hidup dalam satu atap tanpa
merasa takut menjalankan keyakinan mereka masing masing. Suatu paparan
kehidupan bernegara yang menjangkau kepentingan bersama, saling
melindungi hak-hak bersama dan hidup saling bantu membantu. Madinah
waktu itu menjadi surga bagi semua agama untuk saling melindungi, tidak
terpetik sejarah adanya perlindungan berbangsa dan beragama sebagaimana
terjadi di Masa Piagam Madinah yang menjadi Deklarasi bersama umat
Yahudi dan Nasrani.
3.2 Saran
Konsep Piagam Madinah dapat menjadi solusi bagi permasalahan
disintegrasi bangsa Indonesia, meskipun konsep tersebut tidak harus memiliki
nama yang sama dengan Piagam Madinah. Sebenarnya dalam konsep
demokrasi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 memiliki kemiripan
dengan konsep Piagam Madinah. Yaitu dengan prinsip spiritual yang
berketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
seluruh rakyat Indonesia, musyawarah yang merupakan implementasi dari
demokrasi serta keadilan sosial yang berlaku untuk seluruh warga negara
Indonesia.
24
25
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, sudah seharusnya bagi kita
untuk melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan UUD
1945. Dan sebagai umat Islam yang baik, sudah seharusnya pula kita
melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam Piagam Madinah. Dan
sebagai akademisi, sudah seharusnya bagi kita untuk mensosialisasikan
konsep Piagam Madinah ini dalam karya-karya ilmiahnya, sehingga akan
lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang akan menyadari akan
pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
25
26
26
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ahmad Hatta, dkk. 2011. The Great Story of Muhammad. Bandung: Maghfirah
Pustaka
Internet:
Piagam Madinah. 6 Agustus 2019. Diakses 21 November 2019, 10:46 WIB <
https://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Madinah >
Makalah Piagam Madinah. 16 Juni 2012. Diakses 21 November 2019, 10:55 WIB
< http://ibnunahl09.blogspot.com/2012/06/makalah-piagam-madinah.html >
Piagam Madinah I Sejarah, Latar Belakang, Isi dan Naskahnya [Lengkap], 8 Mei
2019, Diaksesn 27 November 2019, 23:15 WIB
<https://www.zonareferensi.com/piagam-madinah/ >
Piagam Madinah, 17 April 2016, Diakses 28 November 2019, 16:26 WIB <
http://hakam2016.blogspot.com/2016/04/piagam-madinah.html >
27