Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ANALISIS PERJANJIAN PIAGAM MADINAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PPKn

DISUSUN OLEH:
SUTISNA
NIM: 1920.02.1.057

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, dzat yang menggenggam semesta
alam. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)


merupakan salah satu Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) di perguruan tinggi
yang bertujuan untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang
memiliki pemahaman dan penghayatan terhadap wawasan nusantara dan memiliki
rasa cinta pada tanah air dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Pemahaman mahasiswa terdahap wawasan kebangsaan dapat terbentuk


dengan cara: perkuliahan; diskusi; serta pembuatan makalah yang bertemakan
permasalahan yang terjadi saat ini di negara Indonesia. Dengan demikian makalah
ini disusun dalam kerangka mencapai tujuan tersebut serta sebagai pengganti dari
Ujian Tengah Semester pada mata kuliah PPKn.

Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Syarif Sahidin


M.Sos. selaku dosen pengampu mata kuliah PPKn yang telah memberikan tugas
penyusunan makalah ini kepada saya.

Saya sadar bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, saya
mengharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak terutama dari Bapak
Dosen, sehingga kedepan apa yang menjadi kekurangan dapat saya perbaiki.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

Bandung, November 2019

Sutisna
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Masalah..............................................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................3

BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
2.1 Sejarah dan Latar Belakang Lahirnya Piagam Madinah......................................4

2.2 Tujuan dan Hikmah Dibentuknya Piagam Madinah............................................5

2.3 Isi Naskah Piagam Madinah................................................................................6

2.4 Analisis Perjanjian Piagam Madinah.................................................................15

2.4.1 Konstitusi Terbaik.....................................................................................15

2.4.2 Pengakuan Hak Asasi Manusia.................................................................15

2.4.3 Hubungan dengan Pancasila dan Politik di Indonesia...............................16

2.4.4 Solusi Bagi Masalah Disintegrasi Bangsa..................................................17

BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................19

3.2 Saran................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari berbagai macam
suku bangsa, ras, bahasa, agama dan adat istiadat yang berbeda-beda. Ada
lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia, atau tepatnya
1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010.1 Masing-masing suku
bangsa memiliki bahasa tersendiri yang digunakan untuk berkomunikasi antar
orang dalam satu suku bangsa tersebut. Selain itu, setiap suku bangsa juga
memiliki adat istiadat yang berbeda dengan suku bangsa yang lainnya. Dari
sisi agama, negara Indonesia mengakui 6 agama resmi negara diantaranya:
Islam; Kristen; Katolik; Hindu; Budha; dan Konghucu.

Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi sebuah khasanah


keanekaragaman yang dapat dibanggakan oleh bangsa Indonesia di mata
internasional. Beberapa budaya Indonesia sudah diakui oleh dunia dan sudah
tercatat oleh UNESCO. Bahkan banyak warga negara asing yang menyengaja
tinggal di Indonesia hanya untuk belajar tentang budaya Indonesia.

Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah penduduknya sangat


besar, lebih dari 280 juta jiwa. Disisi lain Indonesia juga memiliki sumber
daya alam yang melimpah ruah di daratan, di udara dan di lautan. Dengan
demikian, dengan sumber daya alam yang dikelola oleh sumber daya manusia
yang handal, Indonesia seharusnya menjadi negara kuat yang disegani di mata
dunia.

1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_indonesia

1
2
2

1.2 Masalah
Banyaknya penduduk Indonesia dengan berbagai keanekaragamannya
bukanlah tanpa masalah. Perbedaan-perbedaan tersebut apabila tidak dikelola
dengan baik akan mengundang potensi konflik yang dapat mengancam
keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme yang
ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia sering diseret kepada isu


Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA). Isu tersebut sangat sensitif
di Indonesia. Dampak dari isu tersebut dapat mengakibatkan konflik antar
golongan yang dapat menimbulkan kebencian dan berujung pada perpecahan.
Beberapa konflik dengan isu SARA yang pernah terjadi di Indonesia
diantaranya: konflik antar suku Dayak dan warga Madura di Sampit (2001);
konflik antar pemeluk agama Islam dan Kristen di Ambon (1999); konflik
antar etnis pribumi dan etnis Tionghoa (1998); konflik antar kelompok
Ahmadiyah dan Syiah (2000-an); serta konflik antar golongan dan
pemerintah (GAM, RMS, OPM).2

Selain itu pula telah terjadi konflik-konflik yang lain yang telah terjadi
baru-baru ini di Indonesia. Konflik politik terjadi pada pemilihan presiden
tahun 2014 dan tahun 2019 dengan terpecahnya bangsa Indonesia menjadi
dua pendukung yang saling bersebrangan, saling mengejek, serta saling
menebar hoak. Tahun 2017 juga terjadi konflik politik yang menyeret agama.
Waktu itu Ahok sebagai Calon Gubernur DKI melukai umat Islam dengan
melecehkan Al-Quran dan Ulama. Konflik antar ormas juga pernah terjadi di
Jawa Barat antara FPI dan GMBI pada tahun 2017 silam.

Disisi lain penyelesaian konflik oleh pemerintah seringkali berlaku


tidak adil, berat sebelah dan cenderung mendiskreditkan pihak tertentu
terutama umat Islam. Ketika pelaku utama seorang yang beragama Islam,
akan selalu dikaitkan dengan agama dan ketaatannya dalam beribadah.
Sehingga umat Islam selalu diidentikan dengan pelaku terorisme. Sementara
apabila pelaku bukan umat Islam, selalu tidak dikaitkan dengan isu terorisme,
2
https://m.liputan6.com/citizen/read/3869107/sara-adalah-isu-senditif-berikut-arti-dan-
penjelasannya
3

seperti kasus yang terjadi di Papua Barat baru-baru ini yang menyebut pelaku
hanya sebagai kelompok bersenjata. Dan yang paling menyakitkan bagi umat
Islam adalah ketika terjadi pembakaran masjid di Tolikara, pelaku
pembakaran malah diundang ke Istana dan dijamu oleh presiden.

1.3 Tujuan
Indonesia memerlukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang dapat mengakibatkan pada disintegrasi bangsa. Berbagai
upaya dilakukan oleh pemerintah dalam kerangka menggemakan kembali
pemahaman dan penghayatan Pancasila dan UUD 1945 salah satunya dengan
cara dibentuknya Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Namun upaya
yang dilakukan sampai saat ini belum membuahkan hasil yang signifikan.

Disisi yang lain sebagian umat Islam mendambakan penyelesaian


konflik-konflik yang terjadi di Indonesia dengan mengembalikan kembali
berbagai persoalan kepada Allah dan Rasulnya. Salah satu solusi yang
ditawarkan adalah penegakkan aturan sebagaimana yang Rasulullah SAW
pernah tegakkan di Negara Madinah dengan membuat sebuah surat yang kita
kenal dengan nama “Piagam Madinah”.

Apakah Piagam Madinah dapat menjadi solusi bagi berbagai konflik


yang terjadi di Indonesia? Apakah Piagam Madinah ada hubungannya dengan
dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila? Bagaimana konsep demokrasi yang
berdasarkan UUD 1945? Dalam makalah ini akan menganalisa pertanyaan-
pertanyaan di atas dengan tujuan membuka wawasan umat Islam bahwa
konsep Islami dapat menciptakan Negara Indonesia menjadi Negara yang
“Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafur”.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Latar Belakang Lahirnya Piagam Madinah


Kota Madinah dulu bernama Kota Yatsrib. Setelah Nabi Muhammad
SAW beserta kaum muslimin hijrah dari Mekkah ke Yatsrib, Nabi
Muhammad merubah nama Yatsrib menjadi Madinah.

Kondisi sosial masyarakat Madinah sebelum adanya Islam seringkali


terjadi peperangan antar suku yang tinggal disana. Konflik yang terjadi antara
Kabilah Khazraj dengan Kabilah Aus sudah berlangsung selama 120 tahun.

Ketika kabilah Aus mengalami kekalahan, mereka mengutus dua orang


utusan pergi ke Mekkah dengan tujuan untuk meminta pertolongan dari
Kabilah Quraisy. Namun ketika sampai di mekkah mereka bertemu dengan
Nabi Muhammad dan bercakap-cakap dengannya sampai akhirnya tertarik
untuk masuk Islam.

Di Madinah, bangsa Yahudi terdiri dari 3 kabilah besar yaitu: Qainuqa,


Nadhir dan Quraizhah. Hubungan diantara ketiga kabilah tersebut juga tidak
harmonis, mereka saling berperang satu sama lainnya. Konflik pun tidak bisa
terelakkan diantara mereka. Bahkan konflik juga terjadi antara Bangsa
Yahudi dengan Bangsa Arab. Ketika terjadi konflik, orang Yahudi selalu
berkata bahwa nanti akan datang Nabi yang diutus untuk mereka, dan ketika
sudah datang maka bangsa Arab akan dibinasakan.

Ketika mendengar berita seseorang yang mengaku Nabi di Mekkah,


bangsa Arab kemudian mencari informasi dan menyelidiki kebenaran
informasi tersebut. Sampai akhirnya terjadi perjanjian Aqabah I dan Aqabah
II.

Ketika Nabi Muhammad dan kaum muslimin hijrah dari kota Mekkah
ke Madinah, sejarah konflik yang pernah terjadi di kota tersebut menjadi
perhatian Nabi. Nabi kemudian menulis sebuah surat kesepakatan baik antar
bangsa Arab maupun dengan dan antar bangsa Arab dan bangsa Yahudi yang
mendiami
6

wilayah Kota Madinah dan sekitarnya. Surat kesepakatan tersebut kemudian


dikenal dengan nama “Piagam Madinah”. Piagam Madinah ditulis pada tahun
622 Masehi di kota Madinah.

Ibnu Ishaq berkata: “Rasulullah SAW menulis surat kesepakatan antara


kaum Muhajirin dan Anshar, yang memuat juga perjanjian damai dengan
kaum Yahudi, bahwa mereka diakui keberadaannya, agamanya, dan harta
bendanya, dengan berbagai syarat yang menjadi kewajiban dan hak mereka.

2.2 Tujuan dan Hikmah Dibentuknya Piagam Madinah


Piagam Madinah yang merangkul seluruh komponen masyarakat,
adalah undang-undang yang sangat modern dan piagam pertama kali dalam
sejarah politik di dunia arab. Kelompok Muhajirin, Anshor, orang-orang
Yahudi, dan suku-suku di Madinah melebur menjadi satu bangsa di bawah
payung Piagam Madinah. Allah dan Rasul menjadi referensi tertinggi saat
mereka terjebak di dalam perselisihan pendapat. Piagam tersebut juga
menjelaskan secara rinci tentang sumber-sumber kekuasaan dan pembagian
kedaulatan sebuah negara: Tasyri’iyhah (legislatif); Qadha’iyyah (yudikatif);
dan Tanfidzhiyyah (eksekutif).

Salah satu syarat mutlak berdirinya sebuah negara adalah adanya


teritorial dan dalam hal ini Nabi Muhammad SAW telah memenuhinya
dengan Madinah sebagai teritorial kekuasaannya. Materi dari pasal-pasal
yang tertera dalam Piagam Madinah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah sosok yang jenius dan luar biasa. Dari sudut pandang hak asasi
manusia, beliau sangat mengedepankan prinsip keadilan; egaliter; dan
penjunjungan tinggi kebebasan.

Piagam Madinah merupakan solusi terhadap konflik yang terjadi di


Kota Madinah. Tujuan utama Piagam Madinah adalah untuk menghentikan
pertentangan dan konflik sengat antara Kabilah Aus dan Kabilah Khazraj
yang terjadi di Madinah. Piagam inipun disusun secara jelas, terang dan
detail, dengan menetapkan hak-hak dan kewajiban kaum muslim, yahudi, dan
7

komunitas-komunitas lain di Madinah, sehingga mereka menjadi suatu


komunitas, disebut juga ummah atau umat.3

2.3 Isi Naskah Piagam Madinah


Piagam Madinah terdiri dari 47 Pasal. Dari 47 Pasal tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 10 Bab diantaranya: bab I Pembentukkan Umat
menjelaskan bahwa umat Islam merupakan satu umat; bab II Hak Asasi
Manusia, menjelaskan bahwa setiap kaum yang tinggal di Kota Madinah dan
sekitarnya apapun bangsa dan agamanya mempunyai hak yang sama sebagai
warga negara; bab III Persatuan Seagama menjelaskan tentang kewajiban dan
konsekuensi umat Islam terhadap umat Islam yang lainnya sehingga mereka
saling merasakan sebagai umat yang bersatu; bab IV Persatuan Segenap
Warga Negara menjelaskan tentang kewajiban dan konsekuensi setiap warga
negara kepada warga negara lainnya sehingga mereka menjadi warga negara
yang bersatu; bab V Golongan Minoritas menjelaskan tentang hak-hak kaum
Yahudi sebagai minoritas yang diperlakukan secara adil sebagai warga
negara; bab VI Tugas Warga Negara menjelaskan tentang tugas warga negara
di dalam memikul beban yang sama selama dalam peperangan; bab VII
Melindungi Negara menjelaskan tentang jaminan perlindungan bagi warga
negara; bab VIII Pemimpin Negara menjelaskan tentang Muhammad sebagai
pemimpin negara dan Allah sebagai sumber segala ketentuan; bab IX
Perdamaian menjelaskan tentang hak dan kewajiban memenuhi ajakan dan
melaksanakan perdamaian; dan bab X tentang Penutup menjelaskan tentang
ancaman bagi orang yang berkhianat terhadap piagam ini dan jaminan dari
Allah dan Rasulnya terhadap orang yang mematuhinya.

Adapun naskah Piagam Madinah lengkap per bab beserta pasalnya


secara terperinci dijelaskan sebagai berikut:

3
https://www.zonareferensi.com/piagam-madinah/
8

Bismillaahir rohmaanir rohiim

Ini adalah surat dari Muhammad – tentang hubungan – antara kaum


mukminin, muslimin dari kalangan Quraisy dan Yatsrib dan orang-orang
yang mengikuti mereka masing-masing, yakni orang-orang yang bergabung
dengan mereka dan berjihad bersama mereka.

BAB I

Pembentukkan Umat

Pasal 1

Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komunitas) manusia lain.

BAB II

Hak Asasi Manusia

Pasal 2

Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka bahu


membahu membayar diyat di antara mereka dan mereka membayar tebusan
tawanan dengan cara baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 3

Banu Auf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu


membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 4
9

Banu Sa’idah sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu


membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 5

Banu Al-Hars sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu


membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 6

Banu Jusyam sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu


membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 7

Banu An-Najjar sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu


membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 8
10

Banu ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu
membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku
membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 9

Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu


membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 10

Banu Al-‘Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu


membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

BAB III

Persatuan Seagama

Pasal 11

Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat


menanggung utang diantara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam
poembayaran tebusan atau diat.

Pasal 12
11

Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu


mukmin lainnya tanpa persetujuan dari padanya.

Pasal 13

Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orang yang diantara


mereka mencari atau menuntut sesuatu secara dzalim , jahat, melakukan
permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu
dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.

Pasal 14

Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran


membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang
kafir untuk (membunuh)  orang beriman.

Pasal 15

Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang


dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung
kepada golongan lain.

BAB IV

Persatuan Segenap Warga Negara

Pasal 16

Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan


dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terdzalimi dan ditentang olehnya.
12

Pasal 17

Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat


perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di
jalan Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.

Pasal 18

Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama
lain.

Pasal 19

Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam


peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada
petunjuk yang terbaik dan lurus.

Pasal 20

Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik)
Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.

Pasal 21

Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas
perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela . Segenap
orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya.

Pasal 22
13

Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada
Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat
kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat
tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari
kiamat, dan tidak diterima dari padanya penyesalan dan tebusan.

Pasal 23

Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut


(ketentuan) Allah Azza Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad SAW.

BAB V

Golongan Minoritas

Pasal 24

Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan. 

Pasal 25

Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum
Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga
(kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali
bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.

Pasal 26
14

Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.   

Pasal 27

Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 28

Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 29

Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 30

Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 31

Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 32

Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi
Banu ‘Awf.

Pasal 33
15

Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 34

Sekutu-sekutu Sa’labah diperlakukan sama seperti mereka (Banu Sa’labah).

Pasal 35

Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).

BAB VI

Tugas Warga Negara

Pasal 36

Tidak seorang pun dibenarkan (untuk berperang), kecuali seizin Muhammad


SAW. Ia tidak boleh dihalangi  (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat
orang lain). Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu
akan menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesunggunya Allah
sangat membenarkan ketentuan ini.

Pasal 37

Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi kaum muslimin ada
kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam
menghadapi musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat.
Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman
akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang
teraniaya.
16

Pasal 38

Kaum Yahudi memikul bersama mukiminin selama dalam peperangan.

BAB VII

Melindungi Negara

Pasal 39

Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam ini.

Pasal 40

Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin,


sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.

Pasal 41

Tidak boleh jaminan diberikan kecuali seizin ahlinya.

BAB VIII

Pemimpin Negara

Pasal 42

Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini,
yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya
menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad
17

SAW. Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi


piagam ini.

Pasal 43

Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi
pendukung mereka.

Pasal 44

Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi penyerang


kota Yatsrib.

BAB IX

Politik Perdamaian

Pasal 45

Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak


lawan) memenuhi perdamaian serta melaksanakan perdamaian itu, maka
perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum
mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali
terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan
(kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.
18

Pasal 46

Kaum Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban
seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan
penuh dari semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan)
itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab
atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah paling

membenarkan dan memandang baik isi piagam ini.

BAB X

Penutup

Pasal 47

Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang
yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali
orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat
baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah SAW.
19

2.4 Analisis Perjanjian Piagam Madinah


2.4.1 Konstitusi Terbaik
Piagam Madinah merupakan karya fenomenal yang pernah
tercatat dalam sejarah literatur islam. Piagam ini juga disebut sebagai
konstitusi terbaik yang pernah ada.

Piagam ini telah mencakup semua aspek kehidupan


bermasyarakat baik berbangsa, bernegara dan beragama. Isinya yang
paling tegas adalah bekerja untuk mengatur umat, membentuk suatu
masyarakat dan menegakkan suatu pemerintahan. Peraturan untuk
kehidupan umum, yang akan menjadi sendi bagi pembentukkan
persatuan bagi segenap warganya. Piagam antara orang-orang
muhajirin dan orang-orang anshar, sebagaimana dibuatnya perjanjian
terhadap kaum yahudi, yang memuat hak dan tugas yang merupakan
syarat-syarat bagi pengakuan terhadap mereka.

Selain itu, piagam ini ditulis atas perintah Muhammad, seorang


utusan Tuhan yang menciptakan semesta alam. Karena itu dapat
dipastikan sesuatu yang datang dari Tuhan adalah sesuatu yang
terbaik.

2.4.2 Pengakuan Hak Asasi Manusia


Dalam Piagam Madinah terdapat suatu aturan yang menjelaskan
tentang persamaan hak dan kewajiban setiap warga negara. Semua
memiliki kedudukan yang sama di dalam hukum. Di samping itu pula
mereka diberikan kebebasan untuk memeluk agamanya masing-
masing tanpa harus memaksakan ajaran Islam. Tetapi Islam dan kaum
muslimin yang berkuasa akan bahu membahu saling melindungi
segenap warga negara, termasuk melindungi hak-hak minoritas.
Apabila kedhzaliman dilakukan, maka semua akan dituntut sesuai
dengan hukum yang berlaku, walaupun yang melakukan adalah
kerabatnya Nabi.

Ada dua asas yang sangat mendasar dalam Piagam Madinah,


yang tidak terdapat di negara manapun kecuali negara yang didirikan
20

dengan dasar agama. Pertama kebebasan dalam beragama, kedua


adalah asas yang mendasari pemikiran kemanusiaan dan persaudaraan,
asas yang melindungi persamaan hak dan persamaan kewajiban atas
segenap individu dari seluruh warga negara. 4

Dari sini dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia yang


terkandung dalam Piagam Madinah adalah: 1) Persamaan; 2)
kebebasan beragama; 3) Hak Ekonomi; dan 4) Hak Hidup.

2.4.3 Hubungan dengan Pancasila dan Politik di Indonesia


Pancasila merupakan Dasar Negara Indonesia yang sudah final
dan tidak dapat ditawar lagi. Namun bukan sesuatu yang mutlak
keberadaannya. Selama bangsa Indonesia masih bersepakat untuk
menginginkannya, selama itu pula Pancasila akan tetap menjadi Dasar
Negara Indonesia. Apabila kesepakatan berubah, maka bisa saja
Pancasila itu diganti.

Pancasila menempatkan nilai spiritual menjadi sesuatu yang


fundamental. Dengan demikian, konsekuensinya adalah keharusan
menciptakan iklim perpolitikan yang memiliki prinsip kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, menghadirkan pemimpin yang agamis,
serta menciptakan hukum atau aturan-aturan negara yang
menghormati hukum atau aturan agama.

Nilai spiritual yang ada dalam Pancasila merupakan


pengejawantahan nilai yang ada dalam nilai Islam. Sehingga bagi
umat Islam menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya
sama dengan menerapkan nilai-nilai Islam juga. Dan hanya dengan
menjalankan nilai-nilai Islam, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila
akan tercipta dengan baik.

Fakta keberhasilan kehidupan perpolitikan Islam telah


dibuktikan oleh masyarakat Madinah pada masa Rasulullah SAW dan
sahabat. Secara politis, kehidupan kaum muslimin dengan pemeluk

4
http://hakam2016.blogspot.com/2016/04/piagam-madinah.html
21

agama yang lainnya dapat hidup mandiri, berdaya, teratur dan egaliter
sebagai warga negara. Sejarah mencatat di zaman Rasulullah, Islam
telah berhasil menghasilkan sebuah konstitusi yang berkeadilan dan
demokratis, yaitu Piagam Madinah.

Praktik politik dan pendidikan politik yang baik serta memihak


kepada rakyat harus terus diupayakan. Dan substansi serta aplikasi
Piagam Madinah dapat diadopsi konsepsinya dalam kerangka
membangun perpolitikan bangsa yang berdasarkan Pancasila. Tentang
demokrasi, istilah demokrasi memang tidak dikenal dalam Islam, akan
tetapi substansinya masih bisa kita hadirkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dengan cara menerapkan konsepsi Piagam
Madinah.

2.4.4 Solusi Bagi Masalah Disintegrasi Bangsa


Setelah Rasulullah SAW hijrah, kemudian Rasul mempelajari
kondisi sosial masyarakat Madinah pada waktu itu. Saat itu masyarakat
Madinah terdiri dari berbagai golongan dan agama yang berbeda-beda.
Perbedaan itu kemudian menimbulkan perpecahan dan peperangan
yang berpanjangan bahkan sampai lebih dari seratus tahun. Saat itulah
Rasulullah membuat surat yang harus disepakati oleh seluruh warga
Madinah. Surat tersebut kemudian dinamakan Piagam Madinah.

Piagam Madinah mengharuskan setiap warga negara mentaati


aturan-aturan yang tercantum. Dan merupakan sangsi atau hukuman
bagi orang yang tidak mentaati piagam tersebut. Sehingga kemudian,
setelah piagam tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya setiap
warga Madinah dapat merasakan kehidupan yang damai, aman dan
tentram. Apabila ada ancaman dari luar, maka mereka bahu membahu
untuk membantu saudaranya atau negaranya sekalipun nyawa yang
menjadi taruhannya.

Kondisi Madinah saat itu memiliki kemiripan dengan kondisi


Indonesia saat ini. Keanekaragaman suku, agama dan ras masyarakat
Madinah juga dimiliki oleh masyarakat Indonesia saat ini. Apabila saat
22

ini Indonesia sedang menghadapi berbagai persoalan bangsa dengan


terjadinya perpecahan akibat perbedaan suku, ras dan agama, maka
Indonesia dapat menerapkan konsep yang sudah dijalankan oleh
masyarakat Madinah saat itu, yakni konsep Piagam Madinah. Konsep
Piagam Madinah dapat menjadi solusi bagi permasalahan disintegrasi
bangsa Indonesia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagaimana sudah diketahui, Islam tidak dapat dipisahkan dari politik.
Batas antara ajaran Islam dengan persoalan politik sangat tipis. Sebab ajaran
Islam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk persoalan
politik dan masalah ketatanegaraan. Peristiwa hijrah Nabi ke Yatsrib
merupakan permulaan berdirinya pranata sosial politik dalam sejarah
perkembangan Islam. Kedudukan Nabi di Yatsrib bukan saja sebagai
pemimpin agama, tetapi juga kepala negara dan pemimpin pemerintahan.
Kota Yatsrib dihuni oleh masyarakat yang multi etnis dengan keyakinan
agama yang beragam. Peta sosiologis masyarakat Madinah itu secara garis
besarnya terdiri atas :

1. Orang-orang Muhajirin, kaum muslimin yang hijrah dari Makkah ke


Madinah.

2. Kaum Anshar, yaitu orang-orang Islam pribumi Madinah.

3. Orang-orang Yahudi yang secara garis besarnya terdiri atas beberapa


kelompok suku   seperti : Bani Qainuna, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.

4. Pemeluk “tradisi nenek moyang”, yaitu penganut paganisme atau


penyembah berhala.

Pluralitas masyarakat Madinah tersebut tidak luput dari pengamatan


Nabi. Beliau menyadari, tanpa adanya acuan bersama yang mengatur pola
hidup masyarakat yang majemuk itu, konflik-konflik di antara berbagai
golongan itu akan menjadi konflik terbuka dan pada suatu saat akan
mengancam persatuan dan kesatuan kota Madinah. Hijrah Nabi ke Yatsrib
disebabkan adanya permintaan para sesepuh Yatsrib dengan tujuan supaya
Nabi dapat menyatukan masyarakat yang berselisih dan menjadi pemimpin
yang diterima oleh semua golongan. Piagam ini disusun pada saat Beliau
menjadi pemimpin pemerintahan di kota Madinah.

23
24

Isi piagam Madinah itu merupakan fakta tertulis, tidak dapat dibantah
oleh siapapun yang mencoba mendistorsi sejarah Itu. Isinya memberikan
perlindungan hak- hak semua orang untuk hidup dalam satu atap tanpa
merasa takut menjalankan keyakinan mereka masing masing. Suatu paparan
kehidupan bernegara yang menjangkau kepentingan bersama, saling
melindungi hak-hak bersama dan hidup saling bantu membantu. Madinah
waktu itu menjadi surga bagi semua agama untuk saling melindungi, tidak
terpetik sejarah adanya perlindungan berbangsa dan beragama sebagaimana
terjadi di Masa Piagam Madinah yang menjadi Deklarasi bersama umat
Yahudi dan Nasrani.

Piagam Madinah merupakan sebuah catatan sejarah yang tidak akan


pernah hilang dari memori kejayaan Islam. Karena piagam ini merupakan
bukti nyata bahwa islam bukan hanya sekedar agama yang mengatur dalam
kegiatan yang bersifat religious saja tetapi merupakan agama yang mencakup
semua aspek kehidupan manusia. Rasulullah telah memberikan contohnya
kepada kita semua bagaimana hidup bermasyarakat, berbangsa, beragama,
dan bernegara. Sehingga islam benar-benar menjadi agama yang Rahmatan
Lil’alamiin.

3.2 Saran
Konsep Piagam Madinah dapat menjadi solusi bagi permasalahan
disintegrasi bangsa Indonesia, meskipun konsep tersebut tidak harus memiliki
nama yang sama dengan Piagam Madinah. Sebenarnya dalam konsep
demokrasi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 memiliki kemiripan
dengan konsep Piagam Madinah. Yaitu dengan prinsip spiritual yang
berketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
seluruh rakyat Indonesia, musyawarah yang merupakan implementasi dari
demokrasi serta keadilan sosial yang berlaku untuk seluruh warga negara
Indonesia.

Akan tetapi, baik Piagam Madinah, Pancasila maupun UUD 1945


hanyalah merupakan sebuah konsep tertulis yang disepakati. Kesepakatan
tertulis tersebut tidak akan membuahkan hasil apapun tanpa adanya

24
25

implementasi dalam tatanan kehidupan sehari-hari. Kesadaran dari setiap


warga negara sangatlah diperlukan demi terlaksananya konsep tersebut.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, sudah seharusnya bagi kita
untuk melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan UUD
1945. Dan sebagai umat Islam yang baik, sudah seharusnya pula kita
melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam Piagam Madinah. Dan
sebagai akademisi, sudah seharusnya bagi kita untuk mensosialisasikan
konsep Piagam Madinah ini dalam karya-karya ilmiahnya, sehingga akan
lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang akan menyadari akan
pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Dengan demikian, negara Indonesia yang dicita-citakan sebagai negeri


“baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur” negara yang baik, makmur
sentausa yang diridhai serta penuh ampunan dari Allah SWT dapat tercipta.
Aamiin.

25
26

26
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Muhammad Ridha. 2010. Sirah Nabawiyah. Bandung: Irsyad Baitus Salam

Ahmad Hatta, dkk. 2011. The Great Story of Muhammad. Bandung: Maghfirah
Pustaka

Internet:

Piagam Madinah. 6 Agustus 2019. Diakses 21 November 2019, 10:46 WIB <
https://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Madinah >

Makalah Piagam Madinah. 16 Juni 2012. Diakses 21 November 2019, 10:55 WIB
< http://ibnunahl09.blogspot.com/2012/06/makalah-piagam-madinah.html >

Pancasila, Piagam Madinah, dan Politik di Indonesia, 31 Mei 2017, Diakses 21


November 2019, 13:45 WIB < https://news.detik.com/kolom/d-
3516658/pancasila-piagam-madinah-dan-politik-indonesia >

Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Sebelum Islam, 10 April 2017, Diakses 27


November 2019, 23:06 WIB <https://intinebelajar.blogspot.com/2017/04/kondisi-
sosial-masyarakat-madinah-sebelum-islam.html>

Piagam Madinah I Sejarah, Latar Belakang, Isi dan Naskahnya [Lengkap], 8 Mei
2019, Diaksesn 27 November 2019, 23:15 WIB
<https://www.zonareferensi.com/piagam-madinah/ >

Piagam Madinah, 17 April 2016, Diakses 28 November 2019, 16:26 WIB <
http://hakam2016.blogspot.com/2016/04/piagam-madinah.html >

27

Anda mungkin juga menyukai