PEREKONOMIAN INTERNASIONAL
Oleh : Sutisna
1920.02.1.057
1
Apridar, Ekonomi Internasional, 1st ed. (Lhokseumawe: Unimal Press, 2007).
2
Boediono, Ekonomi Internasional, 1st ed. (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada, 1983).
3
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, 6th ed. (Jakarta Utara: PT
Raja Grafindo Persada, 1996).
melemah, impor yang akan meingkat. Begitulah setiap kegiatan perdagangan luar
negeri akan berdampak terhadap ekonomi dalam negeri suatu negara.
Jalur Sutra benua membagi menjadi jalur utara dan selatan begitu dia
meluas dari pusat perdagangan Cina Utara dan Cina Selatan, rute utara melewati
Bulgar-Kipchak ke Eropa Timur dan Semenanjung Crimea, dan dari sana menuju
ke Laut Hitam, Laut Marmara, dan Balkan ke Venezia; rute selatan melewati
Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia dan Anatolia, dan kemudian ke
Antiokia di Selatan Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui Levant ke
Mesir dan Afrika Utara.
Dengan adanya jalur ini, sutra dari Cina dapat digunakan oleh orang
Romawi, Kapur Barus dari Indonesia dapat digunakan oleh orang-orang mesir,
Kamper oleh orang-orang Arab dan lain sebagainya. Dengan adanya jalur ini pula,
orang-orang Eropa dapat menikmati masakan lezat hasil dari pencampurannya
dengan rempah-rempah, dimana pada waktu itu hanya tanah nusantara saja yang
dapat menghasilkannya. Dan pada saat jalur sutra ditutup oleh Sultan Muhammad
Al Fatih pada tahun 1453, menyebabkan negara-negara Eropa seperti Portugis,
Spanyol dan sebuah perusahaan multinasional terbesar, VOC melakukan
ekspedisi ke dunia timur untuk mencari rempah-rempah dari sumbernya langsung.
Meskipun apa yang dilakukan oleh negara-negara Eropa saat itu bukanlah sebuah
perdagangan, namun lebih kepada eksploitasi terhadap negara yang lain atau
dengan bahasa lainnya adalah penjajahan. Namun bagi mereka tidak ada pilihan
lain karena tanah mereka tidak dapat menghasilkan apa yang mereka butuhkan.
Dan karena langkanya serta pengiriman yang sangat jauh, dapat dibayangkan
ketika itu rempah-rempah yang dibawa dari bumi nusantara ini dihargai sangat
tinggi dan menjadi barang mewah di Eropa.
Di abad 20-21 ini perdagangan antar negara sudah semakin pesat. Dari
mulai makanan hasil pertanian sampai kepada peralatan rumah tangga dan
kendaraan yang berteknologi tinggi sudah diperdagangkan di pasar dunia. Jepang
yang tidak menghasilkan energi alam karena kondisi alamnya yang sering terjadi
bencana, mengimpor minyak dari negara-negara Arab dimana disana merupakan
penghasil minyak bumi terbesar di dunia, disisi yang lain mobil yang diproduksi
Jepang di ekspor ke negara-negara Arab yang belum mampu memproduksi
sendiri. Sehingga disini perdagangan merupakan pemenuhan kebutuhan yang
4
Boediono, Ekonomi Internasional.
tidak dapat diproduksi sendiri dan juga merupakan alih teknologi modern dari satu
negara ke negara yang lain.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan beberapa alasan yang menjadi
sebab-sebab terjadinya perdagangan antar negara, diantaranya adalah:
1. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.
2. Mengimpor teknologi yang lebih modern dari negara lain.
3. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri.
4. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.5
Perbedaan sumber daya alam dan sumber daya manusia di setiap negara
akan memberikan hasil produksi yang berbeda pula. Jumlah hasil produksi beras
di Indonesia akan berbeda dengan jumlah hasil produksi di Malaysia dengan luas
tanah yang digunakan relatif sama.
Misalnya Indonesia dapat menghasilkan 100 ton beras pada lahan seluas
100 ha, sementara Malaysia hanya 80 ton dengan luas yang sama. Disisi lain
produksi minyak sawit Indonesia hanya 1000 ton, sementara Malaysia dapat
menghasilkan 1200 ton. Jika tidak ada spesialisasi, maka kedua negara akan
mengkonsumsi sesuai dengan jumlah yang diproduksi oleh masing-masing
negara. Namun jika dilakukan spesialisasi, dimana harga produksi yang relatif
lebih rendah akan menjadi prioritas utama untuk menspesialisasikan suatu produk.
Dengan demikian Indonesia akan memaksimalkan lahan yang ada untuk
5
Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi.
6
Apridar, Ekonomi Internasional.
memproduksi beras saja, sementara Malaysia dengan lahan yang sama hanya akan
memproduksi minyak sawit saja. Sehingga kedua negara dapat meningkatkan
hasil produksinya menjadi 200 ton beras untuk Indonesia dan 2400 ton minyak
sawit untuk Malaysia.
Setelah Perdagangan
Negara Konsumsi Beras Konsumsi Minyak Sawit
Indonesia 100 ton 1200 ton
Malaysia 100 ton 1200 ton
Setelah Perdagangan
Negara Konsumsi Televisi Konsumsi Komputer
Jepang 150 unit 100 unit
Cina 150 unit 100 unit
Sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap bangsa dan negara untuk
menjadi negara yang terkuat di dunia. Tercatat dalam sejarah, sejumlah bangsa
dan negara memiliki kekuatan politik dan ekonomi yang cukup mengesankan.
Diantaranya adalah bangsa-bangsa Mesopotamia, Mesir, Persia, Romawi, Cina,
India, Nusantara, Eropa, Amerika, dan sejumlah negara Asia seperti Jepang,
Korea dan Singapura.8
8
Agus Mustofa, Riba Versus Sedekah, 1st ed. (Surabaya: Padma Press, 2018).
dan ekonomi. Penjajahan yang dilakukan itu pada akhirnya memuncak dengan
meletusnya perang dunia kesatu dan kedua.
Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana seluruh keputusan ekonomi dan aksi
oleh individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela,
9
Apridar, Ekonomi Internasional.
dan oleh karena itu tanpa maling.10 Indonesia sendiri sudah memasuki kawasan
pasar bebas Asia Tenggara sejak tahun 1997 yang dinamakan ASEAN Free Trade
Area (AFTA). Bahkan pada tahun 2002 para pemimpin 10 negara ASEAN dan
Republik Rakyat Cina sudah menanda tangani pakta perdagangan bebas yang
akan menjadi blok perdagangan bebas terbesar di dunia.
Valuta asing adalah mata uang yang berasal dari negara lain dan dipakai
sebagai perhitungan untuk melihat nilai mata uang domestik ketika dikonversikan
dengan mata uang asing tersebut.12 Misalnya mata uang dollar Amerika
10
Apridar.
11
Apridar.
dikonversikan dengan mata uang rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia
dikonversikan dengan Yen Jepang, dan lain sebagainya.
Pada saat terjadi perdagangan suatu negara dengan negara lain baik ekspor
maupun impor, maka negara yang mengimpor harus membayar sejumlah harga
sesuai barang yang dibeli dengan mata uang yang berlaku di negara pengekspor.
Dengan demikian, negara pengimpor akan membeli mata uang negara pengekspor
dengan mata uang negaranya. Misalnya sebuah perusahaan Indonesia mengimpor
Televisi dari salah satu perusahaan di Jepang, maka perusahaan tersebut harus
membayar sejumlah barang yang dibeli dengan mata uang yen. Jika perusahaan
Indonesia tidak memiliki mata uang yen, maka perusahaan tersebut harus membeli
mata uang yen tersebut dengan mata uang rupiah.
Semakin banyak permintaan barang dari luar negeri yang dibutuhkan oleh
suatu masyarakat, maka akan semakin banyak pula mata uang negara produsen
yang dibutuhkan untuk membayar pembeliannya. Sebaliknya semakin sedikit
permintaan barang dari luar negeri yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat, maka
akan sedikit pula mata uang yang dibutuhkan untuk membayar pembeliannya.
Permintaan masyarakat itu juga dipengaruhi oleh harga barang dari negara lain
yang dinyatakan dalam mata uangnya. Jika harganya lebih murah, maka
permintaan akan meningkat, namun jika harganya lebih mahal, maka permintaan
akan menurun.
12
Irham Fahmi, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, ed. Murkhana, 2nd ed.
(Bandung: Alfabeta, 2016).
Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah (otoritas
moneter) seperti pada negara-negara yang memakai sistem fixed exchange rates
ataupun ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling
berinteraksi (bank komersial – perusahaan multinasional – perusahaan manajemen
aset – perusahaan asuransi – bang devisa – bank senral) serta kebijakan
pemerintah seperti pada negara-negara yang memakai rezim sistem flexible
exchange rates.13
G. Neraca Pembayaran
Cadangan devisa yaitu simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan
otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan
dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti US Dollar, Euro,
atau Yen, dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal
13
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, 1st ed. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2007).
14
Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi.
15
Boediono, Ekonomi Internasional.
yang diterbitkan dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank sentral oleh
pemerintah atau lembaga keuangan.
8. Impor 7. Ekspor
Luar Negeri
Sebaliknya kegiatan impor adalah perdagangan dari negara lain ke dalam suatu
negara. Kegiatan impor akan menurunkan pendapatan negara. Aliran dana dari
suatu negara ke luar negara lain merupakan bocoran bagi pendapatan nasional.
Gambar 1.
Aliran Pendapatan Perekonomian 4 Sektor
2. Pemerintah
3. Perusahaan
4. Luar Negeri
Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sebagian akan dijual ke
negara lain. Perdagangan ini dinamakan ekspor (7). Sementara disisi lain
kebutuhan rumah tangga yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam
negeri akan disupply oleh hasil produksi dari negara lain. Perdagangan ini
dinamakan impor (8).
I : Investasi Perusahaan
G : Pengeluaran Pemerintah
X : Ekspor
S : Tabungan
T : Pajak
M : Impor
Cara lain penentuan keseimbangan pendapatan nasional adalah berdasarkan
penawaran agregat – permintaan agregat, yaitu dengan persamaan berikut:
Y = C + I + G + (X – M)
Y : Keseimbangan Agregat
C : Konsumsi
I : Investasi Perusahaan
G : Pengeluaran Pemerintah
X : Ekspor
M : Impor
Selain itu, harga yang ditawarkan juga harus dapat bersaing dengan harga
dari produk yang dihasilkan oleh negara yang lain. Belum lagi beberapa negara
menerapkan cara yang curang dengan kebijakan Dumping, yaitu dimana ketika
barang yang dijual ke luar negeri dengan harga yang lebih rendah daripada barang
yang sama di dalam negeri atau bukan pada harga normalnya. 17 Walaupun praktek
dumping ini sudah disepakati untuk ditolak oleh banyak negara, karena akan
merugikan negara-negara lain.
Perbedaan harga juga dapat terjadi manakala terjadi perbedaan nilai tukar
mata uang asing. Dimana pada saat nilai tukar menguat, harga barang impor akan
turun. Hal ini akan menyebabkan masyarakat lebih cenderung memilih barang-
barang impor yang lebih murah daripada barang domestik. Jika barang luar negeri
16
Amalia Adininggar Widyasanti, “Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing
Ekspor: Kasus Indonesia,” Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan 13, no. 1
(2010): 5–22.
17
Muhajir La Djanudin, “Mekanisme Penyelesaian Sengketa Dumping Antar
Negara,” Lex Administratum 1, no. 2 (2013): 124–35.
lebih diminati oleh masyarakat, maka akan terjadi arus barang impor masuk ke
dalam negeri. Hal ini akan membuat cadangan devisa terkuras, valuta asing akan
banyak dibutuhkan untuk membayar barang-barang impor yang masuk. Sehingga
kemudian akan mengakibatkan defisit neraca pembayaran, yaitu dimana
pembayaran dari transaksi impor lebih banyak daripada penerimaan dari transaksi
ekspor.
Walaupun nantinya keseimbangan akan terjadi setelah nilai tukar mata uang
terdepresiasi terhadap nilai mata uang negara lain akibat dari permintaan valas
yang banyak yang akan mengakibatkan harga barang impor lebih mahal daripada
barang domestik, kemudian akan menurunkan permintaan barang impor dan
beralih kepada barang domestik, namun transaksi impor berlebih yang lama akan
mengakibatkan banyak perusahaan domestik gulung tikar. Sehingga ketika
permintaan kembalia naik tidak dapat disupply dari produksi dalam negerinya.
Dengan demikian, kebutuhan dalam negeri akan terus disupply dari negara lain
meskipun harganya sudah naik diakibatkan nilai tukar yang naik. Dan jika
kejadian kenaikan harga barang terjadi terus menerus, inilah yang dinamakan
dengan inflasi. Kenaikan harga barang yang tidak diimbangi dengan kenaikan
pendapatan, akan merugikan masyarakat banyak dan akan memperburuk tingkat
perekonomian suatu negara.
1. Dilakukan pembatasan terhadap kuota barang impor. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menetapkan kuota, menaikkan tarif bea masuk barang impor
serta melakukan kampanye menggunakan barang-barang domestik.
2. Menurunkan penggunaan valuta asing dari pembelian barang-barang mewah.
Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan kenaikan pajak barang-barang
mewah tersebut.
3. Melakukan devaluasi nilai mata uang. Dengan menurunkan nilai mata uang
domestik, maka harga barang impor akan naik dan harga barang impor akan
turun. Sehingga permintaan barang impor akan turun dan permintaan barang
domestik akan menjadi lebih murah dan akan banyak laku dipasaran.
4. Memberikan insentif dan kemudahan kepada perusahaan untuk memproduksi
barang ekspor, sehingga ongkos produksi akan murah dan akan murah juga
ketika dijual ke pasar dunia.
5. Memberikan kepastian kepada kestabilan upah tenaga kerja dan harga barang-
barang domestik dengan mengurangi pajak terhadap produksi dalam negeri.
KESIMPULAN
Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana seluruh keputusan ekonomi dan aksi
oleh individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela,
dan oleh karena itu tanpa maling.
Semakin banyak permintaan barang dari luar negeri yang dibutuhkan oleh
suatu masyarakat, maka akan semakin banyak pula mata uang negara produsen
yang dibutuhkan untuk membayar pembeliannya. Sebaliknya semakin sedikit
permintaan barang dari luar negeri yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat, maka
akan sedikit pula mata uang yang dibutuhkan untuk membayar pembeliannya.
Fahmi, Irham. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edited by Murkhana. 2nd
ed. Bandung: Alfabeta, 2016.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islami. 1st ed. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2007.
Mustofa, Agus. Riba Versus Sedekah. 1st ed. Surabaya: Padma Press, 2018.
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi. 6th ed. Jakarta Utara: PT Raja
Grafindo Persada, 1996.