Anda di halaman 1dari 19

BAB X

PEREKONOMIAN INTERNASIONAL
Oleh : Sutisna
1920.02.1.057

A. Gambaran Umum Perekonomian Internasional

Ekonomi internasional adalah ilmu ekonomi yang membahas akibat saling


ketergantungan antara negara-negara di dunia, baik dari segi perdagangan
internasional maupun pasar kredit internasional.1 Ekonomi internasional
mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan “hubungan ekonomi” antara
satu negara dengan negara lain.2 Perekonomian internasional juga disebut dengan
perekonomian empat sektor atau perekonomian terbuka yaitu model
perekonomian yang meliputi kegiatan ekspor dan impor.3 Pada perekonomian ini,
terdapat empat sektor pelaku ekonomi diantaranya yaitu, sektor rumah tangga,
sektor perusahaan, sektor pemerintah, dan sektor ekspor dan impor dari dan ke
negara lain. Dengan kata lain sektor yang keempat adalah merupakan sektor
perdagangan luar negeri atau perdagangan terbuka.

Pengaruh perdagangan luar negeri akan berdampak pada harga, pendapatan


nasional, dan tingkat kesempatan kerja. Ekspor akan mengakibatkan peningkatan
terhadap permintaan masyarakat dalam negeri, sedangkan impor sebaliknya.
Ekspor yang berlebih akan meningkatkan harga-harga barang, sedangkan impor
yang berlebih akan menurunkan harga-harga. Ekspor akan meningkatkan
kesempatan kerja dan pendapatan nasional, sementara impor akan menurunkan
kesempatan kerja dan pendapatan nasional. Ekspor dan impor juga akan
dipengaruhi oleh kurs mata uang asing. Dimana ketika mata uang negara lain
menguat, maka ekspor akan meningkat, namun jika mata uang negara lain

1
Apridar, Ekonomi Internasional, 1st ed. (Lhokseumawe: Unimal Press, 2007).
2
Boediono, Ekonomi Internasional, 1st ed. (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada, 1983).
3
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, 6th ed. (Jakarta Utara: PT
Raja Grafindo Persada, 1996).
melemah, impor yang akan meingkat. Begitulah setiap kegiatan perdagangan luar
negeri akan berdampak terhadap ekonomi dalam negeri suatu negara.

B. Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan yang dilakukan umat manusia dari berbagai wilayah ke


wilayah lain yang tidak mengenal batas negara telah berlangsung selama ribuan
tahun yang lalu. Sejarah mencatat tentang bagaimana terbentuknya jalur
perdagangan sepanjang 6.000 kilometer yang membentang dari Antokia, Romawi
Timur sampai ke Cina yang dikenal dengan jalur sutra merupakan bukti otentik
tentang adanya perdagangan antar belahan bumi bagian barat dengan belahan
bumi bagian timur.

Jalur Sutra benua membagi menjadi jalur utara dan selatan begitu dia
meluas dari pusat perdagangan Cina Utara dan Cina Selatan, rute utara melewati
Bulgar-Kipchak ke Eropa Timur dan Semenanjung Crimea, dan dari sana menuju
ke Laut Hitam, Laut Marmara, dan Balkan ke Venezia; rute selatan melewati
Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia dan Anatolia, dan kemudian ke
Antiokia di Selatan Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui Levant ke
Mesir dan Afrika Utara.

Dengan adanya jalur ini, sutra dari Cina dapat digunakan oleh orang
Romawi, Kapur Barus dari Indonesia dapat digunakan oleh orang-orang mesir,
Kamper oleh orang-orang Arab dan lain sebagainya. Dengan adanya jalur ini pula,
orang-orang Eropa dapat menikmati masakan lezat hasil dari pencampurannya
dengan rempah-rempah, dimana pada waktu itu hanya tanah nusantara saja yang
dapat menghasilkannya. Dan pada saat jalur sutra ditutup oleh Sultan Muhammad
Al Fatih pada tahun 1453, menyebabkan negara-negara Eropa seperti Portugis,
Spanyol dan sebuah perusahaan multinasional terbesar, VOC melakukan
ekspedisi ke dunia timur untuk mencari rempah-rempah dari sumbernya langsung.
Meskipun apa yang dilakukan oleh negara-negara Eropa saat itu bukanlah sebuah
perdagangan, namun lebih kepada eksploitasi terhadap negara yang lain atau
dengan bahasa lainnya adalah penjajahan. Namun bagi mereka tidak ada pilihan
lain karena tanah mereka tidak dapat menghasilkan apa yang mereka butuhkan.
Dan karena langkanya serta pengiriman yang sangat jauh, dapat dibayangkan
ketika itu rempah-rempah yang dibawa dari bumi nusantara ini dihargai sangat
tinggi dan menjadi barang mewah di Eropa.

Tidak berbeda dengan pendahulunya, pada tahun 1830 Belanda menerapkan


kebijakan tanam paksa kepada penduduk pribumi. Mereka berusaha menghasilkan
kopi, gula, karet dengan biaya yang serendah-rendahnya, untuk kemudian dijual
di pasar dunia dengan harga yang setinggi-tingginya.4 Di satu sisi Belanda
melakukan penjajahan kepada bangsa Indonesia, di sisi yang lain Belanda
melakukan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain di dunia khususnya di Eropa.

Di Eropa sendiri, kejatuhan Konstantinopel (1453) menjadi momentum


kebangkitan dari abad pertengahan yang penuh dengan kegelapan menuju ke abad
modern yang ditandai dengan revolusi industri. Revolusi industri (1750-1850)
merupakan perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi. Tingkat produksi meningkat,
pendapatan perkapita penduduk juga meningkat. Peningkatan ini menjadikan
Eropa memerlukan pasar baru untuk menjual hasil produksinya yang berlebih.
Oleh karena itu, negara-negara berkembang kemudian menjadi pangsa pasar baru
penjualan hasil produksi negara-negara Eropa. Dengan demikian, Eropa kemudian
melakukan perdagangan internasional dengan negara-negara yang lain.

Di abad 20-21 ini perdagangan antar negara sudah semakin pesat. Dari
mulai makanan hasil pertanian sampai kepada peralatan rumah tangga dan
kendaraan yang berteknologi tinggi sudah diperdagangkan di pasar dunia. Jepang
yang tidak menghasilkan energi alam karena kondisi alamnya yang sering terjadi
bencana, mengimpor minyak dari negara-negara Arab dimana disana merupakan
penghasil minyak bumi terbesar di dunia, disisi yang lain mobil yang diproduksi
Jepang di ekspor ke negara-negara Arab yang belum mampu memproduksi
sendiri. Sehingga disini perdagangan merupakan pemenuhan kebutuhan yang

4
Boediono, Ekonomi Internasional.
tidak dapat diproduksi sendiri dan juga merupakan alih teknologi modern dari satu
negara ke negara yang lain.

C. Sebab-sebab Perdagangan Luar Negeri

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan beberapa alasan yang menjadi
sebab-sebab terjadinya perdagangan antar negara, diantaranya adalah:
1. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.
2. Mengimpor teknologi yang lebih modern dari negara lain.
3. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri.
4. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.5

D. Keuntungan Mutlak dan Keuntungan Komparatif

Keunggulan Mutlak adalah keunggulan yang diperoleh sesuatu negara atas


negara lain dalam memproduksi suatu komoditi (spesialisasi) dengan
menggunakan lebih sedikit sumber daya (efisien) dibandingkan dengan
memproduksi komoditi yang sama dari pada yang dilakukan negara lain.6

Perbedaan sumber daya alam dan sumber daya manusia di setiap negara
akan memberikan hasil produksi yang berbeda pula. Jumlah hasil produksi beras
di Indonesia akan berbeda dengan jumlah hasil produksi di Malaysia dengan luas
tanah yang digunakan relatif sama.

Misalnya Indonesia dapat menghasilkan 100 ton beras pada lahan seluas
100 ha, sementara Malaysia hanya 80 ton dengan luas yang sama. Disisi lain
produksi minyak sawit Indonesia hanya 1000 ton, sementara Malaysia dapat
menghasilkan 1200 ton. Jika tidak ada spesialisasi, maka kedua negara akan
mengkonsumsi sesuai dengan jumlah yang diproduksi oleh masing-masing
negara. Namun jika dilakukan spesialisasi, dimana harga produksi yang relatif
lebih rendah akan menjadi prioritas utama untuk menspesialisasikan suatu produk.
Dengan demikian Indonesia akan memaksimalkan lahan yang ada untuk

5
Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi.
6
Apridar, Ekonomi Internasional.
memproduksi beras saja, sementara Malaysia dengan lahan yang sama hanya akan
memproduksi minyak sawit saja. Sehingga kedua negara dapat meningkatkan
hasil produksinya menjadi 200 ton beras untuk Indonesia dan 2400 ton minyak
sawit untuk Malaysia.

Dari hasil produksi dengan spesialisasi tersebut, produksi kedua negara


dapat optimal untuk kemudian masing-masing negara memperdagangkan
kelebihan hasil produksinya dan keduanya dapat mengkonsumsi jumlah yang
lebih banyak. Penjelasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Keadaan sebelum perdagangan


Negara Beras Minyak Sawit Harga relatif
Indonesia 100 ton 1000 ton 1 ton beras = 10 ton minyak sawit
Malaysia 80 ton 1200 ton 1 ton beras = 15 ton minyak sawit

Produksi setelah spesialisasi


Negara Beras Minyak Sawit
Indonesia 200 ton 0 ton
Malaysia 0 ton 2400 ton

Setelah Perdagangan
Negara Konsumsi Beras Konsumsi Minyak Sawit
Indonesia 100 ton 1200 ton
Malaysia 100 ton 1200 ton

Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang diperoleh ketika salah satu


negara lebih efisien dari negara lain dalam menghasilkan kedua jenis barang yang
diperdagangkan tersebut.7 Dalam hal ini bukan berarti perdagangan antar kedua
negara tersebut tidak dapat dilakukan. Untuk mengefisiensikan hasil, produksi
spesialisasi masih dapat dilakukan walaupun salah satu negara mampu
memproduksi lebih banyak dari negara yang lainnya. Hal ini dikarenakan harga
relatif suatu barang lebih mahal untuk diproduksi oleh suatu negara, sementara
jika diproduksi di negara lain harga relatifnya dapat lebih murah.

Misalnya, Jepang dengan kemampuan teknologinya mampu memproduksi


televisi sebanyak 200 unit dan komputer sebanyak 100 unit. Sedangkan Cina
hanya mampu memproduksi televisi sebanyak 150 unit dan komputer sebanyak 50
unit. Dikarenakan harga relatif produksi televisi lebih murah di Cina
7
Apridar.
dibandingkan di Jepang, maka Cina dapat menspesialisasikan hanya dengan
memproduksi televisi saja. Sementara Jepang hanya memproduksi komputer
karena harga relatifnya lebih murah. Sehingga Cina dapat memproduksi televisi
sebanyak 300 unit dan Jepang dapat memproduksi komputer sebanyak 200 unit.
Kemudian keduanya melakukan perdagangan dengan asumsi keduanya dapat
mengkonsumsi lebih banyak barang. Penjelasan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

Keadaan sebelum perdagangan


Negara Televisi Komputer Harga relatif
Jepang 200 unit 100 unit 1 Komputer = 2 Televisi
Cina 150 unit 50 unit 1 Komputer = 3 Televisi

Produksi setelah spesialisasi


Negara Televisi Komputer
Jepang 0 unit 200 unit
Cina 300 unit 0 unit

Setelah Perdagangan
Negara Konsumsi Televisi Konsumsi Komputer
Jepang 150 unit 100 unit
Cina 150 unit 100 unit

E. Kapitalisme, Liberalisme, Neo Liberalisme dan Pasar Bebas

Sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap bangsa dan negara untuk
menjadi negara yang terkuat di dunia. Tercatat dalam sejarah, sejumlah bangsa
dan negara memiliki kekuatan politik dan ekonomi yang cukup mengesankan.
Diantaranya adalah bangsa-bangsa Mesopotamia, Mesir, Persia, Romawi, Cina,
India, Nusantara, Eropa, Amerika, dan sejumlah negara Asia seperti Jepang,
Korea dan Singapura.8

Perebutan kepentingan politik dan ekonomi telah berlangsung selama


ratusan bahkan ribuan tahun. Politik untuk berkuasa sedangkan ekonomi untuk
membangun kesejahteraan. Bahkan kepentingan ini juga menjadi alasan berbagai
bangsa untuk melakukan penjajahan demi mendapatkan kekuasaan atas politik

8
Agus Mustofa, Riba Versus Sedekah, 1st ed. (Surabaya: Padma Press, 2018).
dan ekonomi. Penjajahan yang dilakukan itu pada akhirnya memuncak dengan
meletusnya perang dunia kesatu dan kedua.

Pada pertengahan abad ke-20, sebagai pemenang perang dunia kedua,


Amerika mulai menancapkan dirinya sebagai negara terkuat di bidang politik dan
ekonomi. Dengan kekuatan tersebut, Amerika mengalami pertumbuhan industri
yang sangat pesat di berbagai bidang. Dengan kekuatan ini pula Amerika secara
tidak langsung memaksakan paham kapitalisme yang dianutnya untuk diterapkan
hampir di seluruh dunia termasuk negara Islam. Salah satunya ditandai dengan
berlakunya mata uang Dolar Amerika (USD) sebagai mata uang yang berlaku di
seluruh dunia.

Kapitalisme menguasai dunia. Kapitalisme adalah paham penguasaan


ekonomi yang berbasis pada kekuatan modal. Siapapun yang memiliki modal
yang kuat, maka dialah yang akan berkuasa. Dampak negatif dari sistem ekonomi
kapitalis pada ranah makro ekonomi diantaranya adalah inflasi, pengangguran,
pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan nilai tukar mata uang terutama rupiah
yang merosot. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 juga menjadi bukti
dari kegagalan sistem ini.

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik


yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama. Secara umum, liberalisme mengusahakan suatu masyarakat yang dicirikan
oleh kebebasan berpikir bagi para individu, pembatasan kekuasaan, khususnya
dari pemerintah dan agama, penegakan hukum, pertukaran gagasan yang bebas,
ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif
bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, yang di dalamnya hak-hak
kaum minoritas dijamin.9

Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana seluruh keputusan ekonomi dan aksi
oleh individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela,

9
Apridar, Ekonomi Internasional.
dan oleh karena itu tanpa maling.10 Indonesia sendiri sudah memasuki kawasan
pasar bebas Asia Tenggara sejak tahun 1997 yang dinamakan ASEAN Free Trade
Area (AFTA). Bahkan pada tahun 2002 para pemimpin 10 negara ASEAN dan
Republik Rakyat Cina sudah menanda tangani pakta perdagangan bebas yang
akan menjadi blok perdagangan bebas terbesar di dunia.

Neoliberalisme mengacu pada filosofi ekonomi-politik yang mengurangi


atau menolak campur tangan pemerintah dalam ekonomi domestik. Paham ini
memfokuskan pada metode pasar bebas, pembatasan yang sedikit terhadap
perilaku bisnis dan hak-hak milik pribadi. Neoliberalisme secara umum berkaitan
dengan tekanan politik multilateral, melalui berbagai kartel pengelolaan
perdagangan seperti WTO dan Bank Dunia.11

Kapitalisme, liberalisme, neo liberalisme dan pasar bebas dunia pada


akhirnya melahirkan perusahaan-perusahaan multinasional yang melakukan
monopoli perdagangan di dunia. Perusahaan multinasional pertama yang lahir
adalah Perusahaan Britania Raya pada tahun 1600 disusul kemudian oleh
Verenigde Oost-Indische Compaigne (VOC) pada tahun 1602. Meskipun kedua
perusahaan tersebut saat ini sudah tidak ada, namun perusahaan-perusahaan yang
lain bermunculan di Eropa dan Amerika sebagai perusahaan dengan model
oligopoli. Beberapa diantaranya perusahaan Eropa yang terkenal saat ini adalah
Unilever (Inggris-Belanda), Shell (Inggris), Mercedes, BMW, Philips, Vodafone
dan lain-lain. Sementara perusahaan Amerika diantaranya adalah General Motor,
Freeport, Mc. Donalds, KFC dan lain-lain. Sedangkan perusahaan di Asia
diantaranya adalah Toyota, Honda, Toshiba, Sony dan lain-lain.

F. Penentuan Kurs Valuta Asing

Valuta asing adalah mata uang yang berasal dari negara lain dan dipakai
sebagai perhitungan untuk melihat nilai mata uang domestik ketika dikonversikan
dengan mata uang asing tersebut.12 Misalnya mata uang dollar Amerika

10
Apridar.
11
Apridar.
dikonversikan dengan mata uang rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia
dikonversikan dengan Yen Jepang, dan lain sebagainya.

Pada saat terjadi perdagangan suatu negara dengan negara lain baik ekspor
maupun impor, maka negara yang mengimpor harus membayar sejumlah harga
sesuai barang yang dibeli dengan mata uang yang berlaku di negara pengekspor.
Dengan demikian, negara pengimpor akan membeli mata uang negara pengekspor
dengan mata uang negaranya. Misalnya sebuah perusahaan Indonesia mengimpor
Televisi dari salah satu perusahaan di Jepang, maka perusahaan tersebut harus
membayar sejumlah barang yang dibeli dengan mata uang yen. Jika perusahaan
Indonesia tidak memiliki mata uang yen, maka perusahaan tersebut harus membeli
mata uang yen tersebut dengan mata uang rupiah.

Semakin banyak permintaan barang dari luar negeri yang dibutuhkan oleh
suatu masyarakat, maka akan semakin banyak pula mata uang negara produsen
yang dibutuhkan untuk membayar pembeliannya. Sebaliknya semakin sedikit
permintaan barang dari luar negeri yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat, maka
akan sedikit pula mata uang yang dibutuhkan untuk membayar pembeliannya.
Permintaan masyarakat itu juga dipengaruhi oleh harga barang dari negara lain
yang dinyatakan dalam mata uangnya. Jika harganya lebih murah, maka
permintaan akan meningkat, namun jika harganya lebih mahal, maka permintaan
akan menurun.

Naik turunnya permintaan masyarakat terhadap barang-barang dari negara


lain akan mempengaruhi nilai tukar mata uang, dimana di negara tersebut
menganut sistem fixed exchange rates dalam menentukan nilai tukar mata
uangnya. Semakin banyak permintaan akan mata uang suatu negara, maka akan
menaikkan nilai tukar mata uang tersebut terhadap mata uang negara yang lain.
Sebaliknya semakin sedikit permintaan suatu mata uang akan menurunkan nilai
tukar mata uang tersebut terhadap mata uang negara yang lainnya.

12
Irham Fahmi, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, ed. Murkhana, 2nd ed.
(Bandung: Alfabeta, 2016).
Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah (otoritas
moneter) seperti pada negara-negara yang memakai sistem fixed exchange rates
ataupun ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling
berinteraksi (bank komersial – perusahaan multinasional – perusahaan manajemen
aset – perusahaan asuransi – bang devisa – bank senral) serta kebijakan
pemerintah seperti pada negara-negara yang memakai rezim sistem flexible
exchange rates.13

G. Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran adalah suatu neraca pembukuan yang menunjukkan


nilai berbagai jenis transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan di antara suatu
negara dengan negara-negara lain dalam satu tahun tertentu.14 Neraca pembayaran
mencatat setiap transaksi perdagangan suatu negara dengan negara yang lain.
Transaksi suatu negara atas penerimaan pembayaran dari negara lain dicatat
dalam transaksi aktiva, sedangkan transaksi suatu negara dalam melakukan
pembayaran dicatat dalam transaksi passiva.

Neraca pembayaran dikatakan “seimbang” apabila “stock nasional”


(cadangan devisa) tidak berubah dan tidak ada aliran modal atau pinjaman
akomodatif. Defisit timbul apabila stock nasional menurun atau ada aliran masuk
modal atau pinjaman akomodatif, atau apabila kedua-duanya terjadi. Surplus
timbul apabila stock nasional meningkat atau ada aliran keluar modal atau
pinjaman akomodatif atau kedua-duanya terjadi.15

Cadangan devisa yaitu simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan
otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan
dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti US Dollar, Euro,
atau Yen, dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal

13
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, 1st ed. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2007).
14
Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi.
15
Boediono, Ekonomi Internasional.
yang diterbitkan dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank sentral oleh
pemerintah atau lembaga keuangan.

H. Penentuan Keseimbangan Pendapatan Negara

Perekonomian internasional atau perekonomian empat sektor atau


perekonomian terbuka adalah perekonomian yang meliputi kegiatan perdagangan
ekspor dan impor. Ekspor adalah kegiatan perdagangan dari suatu negara ke
negara lain. Kegiatan ekspor meningkatkan pendapatan nasional. Aliran dana dari
luar negeri ke dalam negeri merupakan suntikan bagi pendapatan nasional.

1a. Gaji, upah, sewa, bunga dan keuntungan

1b. Gaji dan upah 3b. Pengeluaran Pemerintah

Rumah Tangga Pemerintah Perusahaan

4b. Bunga 6b. Dividen


2b. Pajak Individu 3a. Pajak Perusahaan
2a. Konsumsi Rumah Tangga
4a. Tabungan 6a. Investasi
5a. Pinjaman
Bank 5b. Bunga Investor

8. Impor 7. Ekspor
Luar Negeri

Sebaliknya kegiatan impor adalah perdagangan dari negara lain ke dalam suatu
negara. Kegiatan impor akan menurunkan pendapatan negara. Aliran dana dari
suatu negara ke luar negara lain merupakan bocoran bagi pendapatan nasional.

Gambar 1.
Aliran Pendapatan Perekonomian 4 Sektor

Dari gambar di atas dapat dijelaskan aliran pendapatan perekonomian 4


sektor, yaitu:
1. Rumah Tangga
Rumah tangga berperan sebagai pemasok faktor-faktor produksi kepada
perusahaan dan pemerintah. Rumah tangga akan mendapatkan gaji dan upah
dari pemerintah (1b) serta tambahan sewa dan bunga keuntungan dari
perusahaan (1a). Rumah tangga akan menyimpan sebagian pendapatannya ke
bank sebagai tabungan (4a). Dan atas tabungan tersebut, rumah tangga akan
mendapatkan bunga dari bank (4b).
Rumah tangga juga sebagai pengguna atau konsumen dari barang dan jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan (2a) dan rumah tangga akan membayar
pajak individu dari konsumsi rumah tangga tersebut (2b).

2. Pemerintah

Pemerintah menjadi pengguna atau konsumen dari barang jasa yang


dihasilkan oleh perusahaan (3b) dan perusahaan akan membayar pajak atas
penghasilan dari penjualan barang dan jasa tersebut kepada pemerintah (3a).

3. Perusahaan

Perusahaan meminjam dana dari investor untuk membiayai produksinya (6a),


dimana investor sendiri mendapatkan pinjaman dananya dari perbankan (5a).
Perusahaan akan membagikan deviden kepada investor atas keuntungan dari
penjualannya (6b), dan investor akan membayar bunga pinjaman yang
dipinjamnya kepada bank (5b).

4. Luar Negeri

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sebagian akan dijual ke
negara lain. Perdagangan ini dinamakan ekspor (7). Sementara disisi lain
kebutuhan rumah tangga yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam
negeri akan disupply oleh hasil produksi dari negara lain. Perdagangan ini
dinamakan impor (8).

Dalam pendekatan suntikan dan bocoran keseimbangan dalam


perekonomian internasional akan tercapai sesuai dengan persamaan sebagai
berikut:
I+G+X=S+T+M

I : Investasi Perusahaan
G : Pengeluaran Pemerintah
X : Ekspor
S : Tabungan
T : Pajak
M : Impor
Cara lain penentuan keseimbangan pendapatan nasional adalah berdasarkan
penawaran agregat – permintaan agregat, yaitu dengan persamaan berikut:

Y = C + I + G + (X – M)

Y : Keseimbangan Agregat
C : Konsumsi
I : Investasi Perusahaan
G : Pengeluaran Pemerintah
X : Ekspor
M : Impor

I. Masalah-masalah Perekonomian Empat Sektor

Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh globalisasi ekonomi saat ini


membuat setiap negara melakukan perdagangan. Bahkan di negara-negara yang
memiliki kesamaan wilayah secara regional disepakati perdagangan bebas,
termasuk Indonesia yang tergabung dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Bahkan sekarang sudah bergabung negara China dan namanya menjadi ASEAN-
China Free Trade Area (ACFTA) dan banyak lagi kesepakatan-kesepakatan
perdagangan bebas yang lain. Perdagangan bebas adalah dimana suatu negara
dapat dengan bebas melakukan perdagangan hasil produksi dalam negerinya
untuk dijual ke negara lain dalam wilayah regional yang sama.

Perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) diterima karena


keuntungan yang diperoleh oleh negara-negara yang terlibat dari perdagangan ini,
yang berasal dari konsep keuntungan komparatif.16 Setiap negara akan terdorong
untuk melakukan spesialisasi untuk menghasilkan suatu produk yang dapat dijual
ke negara lain dan mendapatkan keuntungan. Sehingga perekonomian dunia
secara tidak langsung akan ikut terus meningkat juga. Keuntungan komparatif
juga menjadikan negara-negara yang termasuk dalam kesepatan perdagangan
bebas dapat menikmati barang-barang yang tidak dapat diproduksi di dalam
negerinya. Selain itu, alih teknologi dari suatu negara ke negara lain dapat
terdistribusikan.

Namun perdagangan bebas ini bukanlah tanpa masalah. Persaingan usaha


antar negara menjadikan suatu negara lebih fokus kepada perbaikan kualitas
produk yang dihasilkannya. Sehingga produk yang dihasilkan dapat lebih diterima
baik di dalam negeri sendiri maupun di negara-negara lain yang terjalin dalam
perdagangan bebas. Jika kualitas produk yang dihasilkan tidak mampu bersaing
dengan produk negara yang lain, maka produk tersebut tidak akan diterima oleh
masyarakat luas.

Selain itu, harga yang ditawarkan juga harus dapat bersaing dengan harga
dari produk yang dihasilkan oleh negara yang lain. Belum lagi beberapa negara
menerapkan cara yang curang dengan kebijakan Dumping, yaitu dimana ketika
barang yang dijual ke luar negeri dengan harga yang lebih rendah daripada barang
yang sama di dalam negeri atau bukan pada harga normalnya. 17 Walaupun praktek
dumping ini sudah disepakati untuk ditolak oleh banyak negara, karena akan
merugikan negara-negara lain.

Perbedaan harga juga dapat terjadi manakala terjadi perbedaan nilai tukar
mata uang asing. Dimana pada saat nilai tukar menguat, harga barang impor akan
turun. Hal ini akan menyebabkan masyarakat lebih cenderung memilih barang-
barang impor yang lebih murah daripada barang domestik. Jika barang luar negeri

16
Amalia Adininggar Widyasanti, “Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing
Ekspor: Kasus Indonesia,” Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan 13, no. 1
(2010): 5–22.
17
Muhajir La Djanudin, “Mekanisme Penyelesaian Sengketa Dumping Antar
Negara,” Lex Administratum 1, no. 2 (2013): 124–35.
lebih diminati oleh masyarakat, maka akan terjadi arus barang impor masuk ke
dalam negeri. Hal ini akan membuat cadangan devisa terkuras, valuta asing akan
banyak dibutuhkan untuk membayar barang-barang impor yang masuk. Sehingga
kemudian akan mengakibatkan defisit neraca pembayaran, yaitu dimana
pembayaran dari transaksi impor lebih banyak daripada penerimaan dari transaksi
ekspor.

Impor yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya daya beli


masyarakat terhadap barang domestik. Hal ini juga akan menurunkan tingkat
produksi dalam negeri, sehingga mengakibatkan kebutuhan akan tenaga kerja
akan berkurang dan akan banyak terjadi pengangguran. Lebih jauh lagi, jika
kejadian ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan
menurunnya tingkat perekonomian suatu negara.

Walaupun nantinya keseimbangan akan terjadi setelah nilai tukar mata uang
terdepresiasi terhadap nilai mata uang negara lain akibat dari permintaan valas
yang banyak yang akan mengakibatkan harga barang impor lebih mahal daripada
barang domestik, kemudian akan menurunkan permintaan barang impor dan
beralih kepada barang domestik, namun transaksi impor berlebih yang lama akan
mengakibatkan banyak perusahaan domestik gulung tikar. Sehingga ketika
permintaan kembalia naik tidak dapat disupply dari produksi dalam negerinya.
Dengan demikian, kebutuhan dalam negeri akan terus disupply dari negara lain
meskipun harganya sudah naik diakibatkan nilai tukar yang naik. Dan jika
kejadian kenaikan harga barang terjadi terus menerus, inilah yang dinamakan
dengan inflasi. Kenaikan harga barang yang tidak diimbangi dengan kenaikan
pendapatan, akan merugikan masyarakat banyak dan akan memperburuk tingkat
perekonomian suatu negara.

J. Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Perekonomian Empat


Sektor
Dalam hal terjadinya masalah-masalah dalam perekonian terbuka atau
empat sektor, dimana sektor ke empat adalah adanya transaksi perdagangan
dengan negara lain, maka pemerintah Indonesia melakukan kebijakan-kebijakan
dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan tersebut.

Diantara kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah sebgaai berikut:

1. Dilakukan pembatasan terhadap kuota barang impor. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menetapkan kuota, menaikkan tarif bea masuk barang impor
serta melakukan kampanye menggunakan barang-barang domestik.
2. Menurunkan penggunaan valuta asing dari pembelian barang-barang mewah.
Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan kenaikan pajak barang-barang
mewah tersebut.
3. Melakukan devaluasi nilai mata uang. Dengan menurunkan nilai mata uang
domestik, maka harga barang impor akan naik dan harga barang impor akan
turun. Sehingga permintaan barang impor akan turun dan permintaan barang
domestik akan menjadi lebih murah dan akan banyak laku dipasaran.
4. Memberikan insentif dan kemudahan kepada perusahaan untuk memproduksi
barang ekspor, sehingga ongkos produksi akan murah dan akan murah juga
ketika dijual ke pasar dunia.
5. Memberikan kepastian kepada kestabilan upah tenaga kerja dan harga barang-
barang domestik dengan mengurangi pajak terhadap produksi dalam negeri.
KESIMPULAN

Pada perekonomian internasional, terdapat empat sektor pelaku ekonomi


diantaranya yaitu, sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah, dan
sektor ekspor dan impor dari dan ke negara lain.

Komparatif Keunggulan Mutlak adalah keunggulan yang diperoleh sesuatu


negara atas negara lain dalam memproduksi suatu komoditi (spesialisasi) dengan
menggunakan lebih sedikit sumber daya (efisien) dibandingkan dengan
memproduksi komoditi yang sama dari pada yang dilakukan negara lain. Dari
hasil produksi dengan spesialisasi tersebut, produksi kedua negara dapat optimal
untuk kemudian masing-masing negara memperdagangkan kelebihan hasil
produksinya dan keduanya dapat mengkonsumsi jumlah yang lebih banyak.

Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang diperoleh ketika salah satu


negara lebih efisien dari negara lain dalam menghasilkan kedua jenis barang yang
diperdagangkan tersebut.

Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana seluruh keputusan ekonomi dan aksi
oleh individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela,
dan oleh karena itu tanpa maling.

Semakin banyak permintaan barang dari luar negeri yang dibutuhkan oleh
suatu masyarakat, maka akan semakin banyak pula mata uang negara produsen
yang dibutuhkan untuk membayar pembeliannya. Sebaliknya semakin sedikit
permintaan barang dari luar negeri yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat, maka
akan sedikit pula mata uang yang dibutuhkan untuk membayar pembeliannya.

Naik turunnya permintaan masyarakat terhadap barang-barang dari negara


lain akan mempengaruhi nilai tukar mata uang, dimana di negara tersebut
menganut sistem fixed exchange rates dalam menentukan nilai tukar mata
uangnya. Semakin banyak permintaan akan mata uang suatu negara, maka akan
menaikkan nilai tukar mata uang tersebut terhadap mata uang negara yang lain.

Neraca Pembayaran Neraca pembayaran adalah suatu neraca pembukuan


yang menunjukkan nilai berbagai jenis transaksi (mutasi) keuangan yang
dilakukan di antara suatu negara dengan negara-negara lain dalam satu tahun
tertentu.

Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Perekonomian Empat


Sektor Dalam hal terjadinya masalah-masalah dalam perekonian terbuka atau
empat sektor, dimana sektor ke empat adalah adanya transaksi perdagangan
dengan negara lain, maka pemerintah Indonesia melakukan kebijakan-kebijakan
dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Apridar. Ekonomi Internasional. 1st ed. Lhokseumawe: Unimal Press, 2007.

Boediono. Ekonomi Internasional. 1st ed. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Gadjah Mada, 1983.

Djanudin, Muhajir La. “Mekanisme Penyelesaian Sengketa Dumping Antar


Negara.” Lex Administratum 1, no. 2 (2013): 124–35.

Fahmi, Irham. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edited by Murkhana. 2nd
ed. Bandung: Alfabeta, 2016.

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islami. 1st ed. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2007.

Mustofa, Agus. Riba Versus Sedekah. 1st ed. Surabaya: Padma Press, 2018.

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi. 6th ed. Jakarta Utara: PT Raja
Grafindo Persada, 1996.

Widyasanti, Amalia Adininggar. “Perdagangan Bebas Regional Dan Daya Saing


Ekspor: Kasus Indonesia.” Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan 13, no.
1 (2010): 5–22.

Anda mungkin juga menyukai